Saturday, January 18, 2014

China Konfirmasi Uji Coba Rudal Hipersonik

Departemen Pertahanan Nasional China mengkonfirmasi telah melakukan uji coba rudal hipersonik pekan lalu, namun menyangkal bahwa itu ditujukan untuk AS.


Ilustrasi rudal hipersonik

Seperti yang diketahui, pekan lalu militer China berhasil menyelesaikan uji coba penerbangan pertama wahana rudal hipersonik. Uji coba ini pertama kali dilaporkan oleh Washington Free Beacon, yang mengutip pernyataan pejabat dari Departemen Pertahanan AS.

Pada hari Kamis, China Daily melaporkan: "Departemen Pertahanan Nasional China pada hari Rabu mengeluarkan pernyataan yang membantah laporan media bahwa uji coba penerbangan wahana rudal hipersonik baru-baru ini ditujukan untuk mengirimkan hulu ledak ke AS dengan menembus sistem pertahanan rudal."

Kutipan pernyataan dari Departemen Pertahanan Nasional China mengatakan: "Sudah menjadi hal biasa bagi China untuk melakukan percobaan ilmiah sesuai rencananya. Uji coba tidak ditujukan untuk menargetkan bangsa atau target tertentu". China sendiri tidak mengkonfirmasi keberhasilan uji coba ini.

Artikel Washington Free Beacon mengatakan bahwa China telah mengembangkan rudal hipersonik untuk menembus sistem pertahanan rudal AS. Rudal hipersonik menjadi tantangan besar bagi teknologi pertahanan rudal saat ini karena kecepatannya, manuver dan fakta bahwa rudal hipersonik mampu terbang lebih rendah dari rudal balistik.

Namun, seorang analis militer China memberikan alasan berbeda atas keprihatinan Amerika. Dia mengatakan bahwa AS prihatin dengan uji coba itu karena kurangnya kepercayaan kepada China. Dia menambahkan bahwa kesalahan persepsi seperti ini bisa diselesaikan dengan dialog.

Seorang analis pertahanan China lainnya langsung mematahkan kritik AS karena faktanya bahwa AS lah yang menghabiskan anggaran militer lebih besar ketimbang China. "Tidak ada alasan bagi AS atau negara lain untuk khawatir dengan perkembangan militer China, mengingat bahwa pengeluaran militer China masih jauh lebih rendah dari AS," kata Li Qingkong, wakil sekretaris jenderal Dewan China untuk Studi Kebijakan Keamanan Nasional.

Pendapat Amerika yang berbeda muncul dari Laksamana Samuel Locklear, kepala Komando AS untuk wilayah Pasifik. Laksamana Locklear bersikap lebih lunak soal uji coba tersebut, dengan mengatakan bahwa dia tidak terlalu khawatir dengan rudal hipersonik, atau tentang pertumbuhan kemampuan militer China yang pesat. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa: "AS harus mendorong China untuk ambil bagian dalam anggota keamanan yang produktif". Dia menambahkan dengan hati-hati: "Saya pikir kita harus lebih optimis dengan masa depan China."

Di Amerika Serikat sendiri muncul pandangan miring tentang niat China dalam uji coba wahana rudal hipersonik dan modernisasi militernya. Seperti pernyataan wakil presiden dari Studi Pertahanan dan Kebijakan Luar Negeri AS, Larry Wortzel, kepada Voice of America yang mengatakan bahwa: "Perencana militer China tampaknya sangat yakin bahwa musuh yang paling mungkin dan potensi ancaman terbesar adalah Amerika Serikat. (Padahal) Mereka memiliki banyak masalah lain. Tapi mereka fokus pada kami dan teknologi kami."

Lain lagi di China, khususnya ilmuwan yang terlibat dalam pembangunan rudal, mengatakan bahwa uji coba itu sebagai prestasi besar bagi China. China hanyalah negara berikutnya setelah Amerika Serikat yang menguji rudal hipersonik, bahkan sebelumnya sudah ada Rusia dan India dengan rudal BrahMos-nya.

Menurut South China Morning Post, lebih dari 100 tim dari lembaga penelitian dan universitas berbeda China terlibat dalam pembangunan proyek rudal hipersonik. Selain menyebutkan tentang keberhasilan uji coba, disebutkan juga banyak isu yang beredar bahwa China harus dihentikan sebelum rudal hipersonik dioperasikan oleh militer China.

Secara khusus, dikatakan bahwa para peneliti China belum mengetahui bagaimana mempertahankan "precise flight control" pada rudal ketika terbang dengan kecepatan hipersonik. Para ilmuwan China juga masih berupaya menemukan "bahan super" yang bisa menahan panas yang ekstrem selama penerbangan hipersonik.

Wang Yuhui, peneliti hypersonic flight control di Nanjing University of Aeronautics and Astronautics, mengatakan kepada South China Morning Post: "Saya yakin akan ada banyak lagi uji coba setelah penerbangan pekan lalu untuk menemukan solusi. Ini hanya awal."

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...