Showing posts with label arhanud. Show all posts
Showing posts with label arhanud. Show all posts

Monday, April 07, 2014

PT. LEN Investasi Ratusan Miliar Untuk Integrasi System Arhanud

 Berinvestasi menjadi salah satu opsi untuk terus mendongkrak kinerja dan performa perusahaan. Adalah PT Len Industri (Persero) yang siap berinvestasi besar pada tahun ini.
 

“Benar. Tahun ini, kami siap berinvestasi. Nilainya, Rp 176 miliar. Investasi itu untuk membangun instalasi yang terintegrasi dengan sistem pertahanan peluru kendali Star Streak. Ini berkaitan dengan adanya kerjasama dengan industri pertahanan Prancis, Thales,” ujar Direktur Utama PT Len Industri, Abraham Mose, pada sela-sela Transformasi Bisnis PT Len Industri di HotelHarris Bandung, Jumat (28/2/2014).
 

Abraham mengutarakan, pembangunan instalasi itu berlokasi di Subang pada areal seluas 10 hektar. Menurutnya, kehadiran instalasi yang bertajuk LEN Techno Park tersebut juga memiliki manfaat lain, yaitu meningkatkan kapasitas produksi solar modul, yang merupakan sumber energi terbarukan. “Kapasitasnya naik menjadi 30 MWP. Sebelumnya, 10 MWP,” kata dia.

Thursday, October 31, 2013

KSAU : Tahun Ini TNI AU Akan Diperkuat Alutsista Baru


Yogyakarta  : TNI AU pada tahun ini akan menambah lagi alat utama sistem persenjataan (alutsista) pesawat tempur.  Baik untuk melengkapi yang sudah ada maupun yang baru. 

Khusus untuk alutsista yang baru yaitu Helikopter Couger. Selain Helikopter Couger, alutsista yang segera akan datang, yaitu  pesawat tempur T50 dan Supertucano.    

“Untuk pengadaan kami harapkan dalam waktu dekat ini,” ungkap KSAU Marsekal TNI IB Putu Dunia usai upacara prasetya perwira (Praspa) dan Wingday di lapangan Jupiter Lanud Adisutjipto, Yogyakarta, Selasa (29/10/2013).

Sedangkan untuk pengadaan peluru kendali (rudal) penangkis serangan udara Oerlikon pengadaannya baru dapat dilakukan tahun depan. Rudal Oerlikon rencananya akan ditempatkan di beberapa daerah, yaitu Jakarta, Pontianak, Makasar, dan Yogyakarta. Untuk Yogyakarta di Mako Paskhas Yogyakarta.   

Sunday, October 20, 2013

HQ-9 Buatan China Masuk Dalam Daftar Belanja TNI 2014


http://www.ausairpower.net/PLA/HQ-9-TEL-Stowed-1S.jpg
Jakarta : Untuk melindungi dari serangan udara, TNI AU akan membeli rudal dari negeri China. Pembelian rudal tersebut pun sudah tercantum dalam Rensra 2014-2019 dan 2019-2024.

"Untuk rudal sudah ada dalam rencana strategis, tentunya itu akan di realisasikan yang jelas penambahan alutsista itu sudah ada di rensra," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta, rudal yang dibeli adalah rudal dari darat ke udara.

Saturday, October 19, 2013

Rudal Pertahanan Udara Masuk Daftar Pembelian Rensra 2014-2019 Dan 2019-2024


HQ-9 China salah satu kandidat bagi Arhanud RI
Jakarta  : TNI Angkatan Udara siap mendatangkan 102 pesawat tempur baru. Langkah itu sudah sesuai dengan pesan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono guna tercapainya minimum essential force.

"Itu sudah ada di rencana strategi di 2014, 2019 sampai 2024. Seperti yang diketahui kita akan menambah kekuatan dengan berbasis minimum essential force, ada penambahan kurang lebih sekitar 102 pesawat dengan berbagai macam," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta Timur, Jumat (18/10/2013). 
Hadi menuturkan beberapa jenis yang ditambah, salah satunya Sukhoi. Ada pula F16, Hercules, dan Super Volcano. 

Wednesday, October 16, 2013

News Of S-300 Sale To Iran Should Surprise No One

Teheran : It is beginning to look like Russia will go ahead with the sale of advanced S-300 surface-to-air missile batteries to Iran. The transfer will make it even more difficult to strike Iran’s uranium enrichment sites. Yesterday, Russian media quoted the press-secretary of Iran’s Ministry of Foreign Affairs as saying that the negotiations between Russian and Iranian officials and experts are proceeding “in a way that will ensure” that Tehran gets the missile system.

Former President Dmitri Medvedev annulled the original $800 million sale of five S-300 missiles after the UN Security Council imposed sanctions on Iran in 2010.  Recent reports have indicated that Russia may supply Iran with the more modern Antey-2500 systems, which are said to be more advanced than the originals, with a target range almost doubled from 150 kilometers [93 miles] to 250 kilometers [155 miles].

Friday, October 11, 2013

Type 80 Giant Bow 23mm: Kanon Perisai Bandara Soekarno Hatta



Bila terjadi agresi militer, bandar udara (bandara) menjadi salah satu obyek utama yang wajib dilumpuhkan oleh musuh, atau akan lebih bagus jika bisa diduduki, maklum keberadaan bandara dapat dimanfaatkan sebagai basis tumpuan untuk operasi tempur lanjutan. Karena keberadaan bandara yang amat penting, tak heran bila bandara masuk dalam ketegori obvit (obyek vital) yang mendapat porsi perlindungan ekstra, selain instalasi militer dan istana negara.
Bicara soal bandara yang mendapat perlindungan ekstra, di Indonesia tentu akan merujuk pada bandara Soekarno Hatta (Soetta) yang berlokasi di Tangerang – Banten. Mengemban peran sebagai gerbang keluar masuk ke jantung Ibu Kota, bandara Soetta mendapat perlindungan penuh dari beragam alutsista, seperti rudal Grom dengan platform Poprad, kanon  23mm/ZUR komposit rudal Grom, rudal Starstreak, dan kanon Type 80 Giant Bow kaliber 23mm. Sementara dari jumlah satuan, guna melindungi Ibu kota  keseluruhan, melibatkan kekuatan Detasemen Rudal 003, Yon Arhanudri 1 Kostrad, Yon Arhanudse 6, dan Yon Arhanudse 10. Dalam pertahanan udara titik, tentu tidak hanya menyandarkan pada jenis kanon dan rudal, tapi melibatkan meriam PSU (penangkis serangan udara), seperti meriam lawas tipe S-60.
Untuk rudal Grom telah dibahas di artikel terhadulu, dan kini kami coba ulas sosok kanon Type 80 Giant Bow kaliber 23mm. Kanon penangkis serangan udara dengan dua laras ini diproduksi oleh Norinco, Cina. Seperti sudah jadi kebiasaan, kanon ini pun merupakan jiplakan dari produk serupa asal negara lain. Type 80 merupakan copy-an dari kanon ZU-23-2 produksi Rusia. Giant Bow atau disebut juga Shengong dapat dikendalikan secara manual atau otomatis dengan integrasi sistem.

Arhanud TNI AD Lirik Rudal MANPADS QW-3




Install QW-3 pada platform peluncur di truk SX 2110
Install QW-3 pada platform peluncur di truk SX 2110
Menuju MEF (minimum essential force) tahun 2014, elemen Arhanud TNI AD mendapat jatah modernisasi beragam alutsista. Yang cukup mendapat sorotan adalah penambahan jenis rudal darat ke udara (SAM/surface to air missile). Rudal yang digadang menuju MEF 2014 diantaranya rudal Mistral Atlas dan rudal Starstreak, kedua rudal ini memang punya teknologi canggih dengan sensor penjejak yang sensitif. Tapi harus diakui, kedua rudal baru Arhanud TNI AD yang disebut barusan masih bersandar pada platform MANPADS (Man Portable Air Defense System) yang masuk kelompok SHORAD (short range air defence), alias pertahan udara jarak dekat.
Lalu, apakah Arhanud TNI AD bakal ada rencana memboyong jenis SAM jarak jauh, seperti halnya rudal S-300 buatan Rusia? Jawaban pastinya mungkin hanya pihak Kemhan (Kementrian Pertahanan) RI yang tahu. Tapi berdasarkan analisa, nampaknya dalam waktu dekat RI belum berencana mengadopsi jenis SAM yang bisa bikin keder pesawat mata-mata asing dan black flight ini. Justru diluar kedatangan Mistral dan Starstreak, Arhanud TNI AD kini sedang melirik untuk mengadopsi jenis rudal di kelas SHORAD, yang dimaksud bukan rudal besutan AS, Eropa Barat, atau Eropa Timur, tapi rudal QW-3 buatan Cina.
Bagi pemerhati alutsista, nama QW-3 tentu sudah tidak asing. Pasalnya sejak tahun 2010, Paskhas TNI AU sudah menggunakan QW-3 untuk tugas pertahanan pangkalan. Seperti halnya rudal Grom, Mistral, dan Strela, QW-3 juga platform dasarnya adalah MANPADS. Dalam gelar operasional di lingkungan Paskhas, rudal ini memang diopersikan secara nanual, bisa dipanggul oleh seorang prajurit, tapi dapat juga dipasang pada dudukan tripod di kendaraan jip, sehingga mobilitasnya dapat bertambah.

Thursday, October 10, 2013

Arhanud TNI AD Latihan Pertahanan Udara



Kebumen  : Pada Tanggal 24 s.d 27 September 2013 Pussenarhanud Kodiklat TNI AD menyelenggarakan kegiatan latihan menembak senjata berat terintegrasi TA. 2013 di Lapangan Tembak Laboratorium  Dislitbang Bulus Pesantren,Kebumen Jawa Tengah. Pelaksanaan latbakjatrat terintegrasi diikuti seluruh Batalyon Arhanud se jawa.
 
Batalyon Arhanudri 1/1 Kostrad menunjukan cakarnya di depan Pangkostrad dan Danpussenarhanud, Dengan menghancurkan 4 (empat ) pesawat LTD (Large Target Drone ) yang disiapkan oleh Pussenarhanud Kodiklat TNI AD dalam latbakjatrat terintegrasi TA. 2013.  Pangkostrad mengatakan ” yang hebat bukan alatnya tetapi prajurit yang terlatih yang mengawaki senjata tersebut.” setelah pesawat LTD ( Large Target Drone ) jatuh.

Tuesday, October 01, 2013

Angkatan Udara Indonesia yang Disegani


 
Pesawat Tempur SU-35BM (photo: SUkhoi)
Pesawat Tempur SU-35BM (photo: SUkhoi)

Target TNI di Minimum Essential Force (MEF) I untuk mengantisipasi konflik/sengketa wilayah dengan negara tetangga di utara, seperti Kasus Ambalat, bisa dikatakan berhasil. Berhasil dalam artian mengumpulkan senjata yang mematikan dan memiliki daya gentar yang tinggi. Untuk pertempuran di garis perbatasan maupun pertempuran anti-gerilya, keberadaan Apache AH-64E Guardian, Mi-35, MBT Leopard, serta pesawat tempur Super Tucano, akan menjadi mimpi buruk bagi lawan.

Akan tetapi Apache AH-64E Guardian, Mi-35, MBT Leopard 2A4 serta Super Tucano menjadi tidak berarti, ketika ada negara lain yang melakukan serangan dengan pesawat tempur dan bomber. Keempat Alutsista itu tidak berdaya, ketika ada skadron pesawat musuh melakukan serangan kilat dan membom obyek vital di Indonesia.

Australia sempat berpikir untuk membom Jakarta dengan F-111 Aadvark, ketika pasukan Untaet yang hendak mendarat di Timor Timur pasca jejak pendapat 1999, hendak dihalangi militer Indonesia. Jika serangan itu terjadi, bombardir yang mereka lakukan terhadap obyek vital, besar kemungkinan akan mendapatkan hasil, meski beberapa fighter atau bomber mereka berhasil dirontokkan fughter Indonesia.

Wednesday, September 25, 2013

Analisis : Membangun Sistem Pertahanan Udara Indonesia

Sistem Pertahanan Udara S-300 MPU
Sistem Pertahanan Udara S-300 MPU
 JKGR  : Beberapa hari sebelum Tim Kementerian Pertahanan, TNI AL dan TNI AU berangkat ke Rusia untuk melihat rencana hibah 10 kapal selam Rusia, Tim Kemenhan dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, menemui Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. 
Pertemuan Kementerian Pertahanan dengan Pemerintah Provinsi Jakarta, untuk membahas strategi pertahanan ibu Kota Negara. Wakil Menteri Pertahanan meminta rencana pembangunan ruang bawah tanah di kawasan Monas, diintegrasikan dengan strategi pertahanan ibukota.
Apakah urusan pembangunan sistem pertahanan Jakarta, akan menjadi bagian pembicaraan di Rusia ?.
Usulan membangun sistem pertahanan Indonesia yang lebih baik dan terintegrasi sebenarnya telah disampaikan Rusia pada tahun 2012. Pada event Indo Defence 7 November 2012, Rusia menawarkan kerjasama pembangunan sistem pertahanan udara advance, karena sistem pertahanan udara Indonesia saat ini masih sistem rudal dan senjata jarak pendek.

Saturday, September 21, 2013

Sistem THAAD 4 Miliar Dolar untuk AS dan UEA


Peluncur sistem THAAD

Pentagon mengatakan pada Jumat kemarin bahwa telah menyelesaikan kontrak senilai AS$ 4 miliar dengan Lockheed Martin untuk memasok sistem pertahanan rudal ke Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab (UEA), Reuters melaporkan.

Kesepakatan kontrak tersebut adalah untuk penyediaan Terminal High Altitude Area Defence (THAAD), sistem pertahanan rudal buatan Lockheed Martin yang dirancang untuk mencegat rudal balistik di udara.

"Kontrak ini mencerminkan tumbuhnya kepercayaan dan permintaan (dunia) untuk sistem pertahanan rudal (THAAD/buatan Amerika Serikat)," kata Riki Ellison, pendiri Aliansi Advokasi Pertahanan Rudal nir-laba.

Tuesday, September 10, 2013

Sistem Pertahanan Anti-Udara Suriah Buk-M2

Capture Video Buk-2ME TELAR di Pangkalan Udara Al-Mezzah, dekat Damaskus yang direkam oposisi 3/09/2013 (photo:Darya Revolution)
Capture Video Buk-2ME TELAR di Pangkalan Udara Al-Mezzah, dekat Damaskus yang direkam oposisi 3/09/2013 (photo:Darya Revolution)
Di tengah polemik jadi tidaknya serangan militer ke Suriah, Amerika Serikat terus mengumpulkan data terkait kekuatan militer Presiden Bashar al Assad. Data terbaru yang ditemukan antara lain, Suriah telah memiliki senjata anti serangan udara Buk-M2E varian 9K37, Nato menyebutnya SA-17 ‘Grizzly. Gambar di atas merupakan hasil capture dari video yang dirilis kelompok oposisi Suriah pada tanggal 3 September 2013, yang menunjukkan Buk-M2E tipe 9K37 (transporter erector launcher and radar) TELAR, sedang bergerak di Pangkalan Udara Al-Mezzah, dekat Kota Damaskus.

Rusia telah mengirimkan sejumlah sistem rudal anti serangan udara jangka pendek kepada Suriah sepanjang tahun 2010 hingga 2012, namun tidak diketahui jumlahnya secara persis. Salah satunya sempat terlihat dalam video latihan militer Suriah yang ditayangkan stasiun televisi Suriah pada tahun 2012.

Sunday, September 08, 2013

Thomson TRS-2215/TRS-2230: Radar Andalan Pertahanan Udara RI Era 80-an


F-5E tiger dan Radar Thomson TRS-2215
F-5E tiger dan Radar Thomson TRS-2215
Pasca pecah kongsi antara Indonesia dan Uni Soviet di tahun 1966, membawa implikasi pelik bagi konfigurasi alutsista di Tanah Air. Khususnya di lingkungan TNI AU, hampir semua alutsista asal Uni Soviet dan Eropa Timur harus di grounded lantaran ketiadaan pasokan suku cadang. Kalaupun ada yang masih bertahan hingga tahun 70-an, seperti jet tempur MiG-21 dan pembom Tu-16, tak lain hanya mengandalkan pola kanibalisasi suku cadang.
Di periode transisi haluan alutsista tersebut, tantangan dalam aspek militer nyatanya juga tak surut, bahkan di sekitar tahun 1975 dan 1976, TNI punya kesibukan yang sangat besar dalam operasi Seroja. Sebagai aktualisasi dari strategi perubahan, mulai berdatanganlah pesawat tempur dari AS dan sekutunya, sebut saja seperti pengadaan A-4E Skyhawk, F-5E/F Tiger, hibah F-86 Sabre dari Australia, pembelian jet latih Hawk MK-53, dan pesawat tempur anti gerilya OV-10F Bronco yang dibeli dari AS pada tahun 1976. Boleh dibilang dalam waktu singkat, TNI berusaha memenuhi MEF (minimum essential force) dalam waktu singkat. Maklum, sejak pergantian haluan sistem senjata, kekuatan sista TNI AU sempat tertinggal dari Malaysia dan Singapura.
Yang disebutkan diatas baru sebatas urusan pesawat tempur, dalam konsep Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional), elemen yang terlibat bukan hanya jet tempur, untuk mengamankan kedaulatan Nasional di udara juga diperlukan hadirnya kekuatan sistem radar pertahanan udara dan Arhanud. Tapi sistem radar-lah yang justru memegang peran utama, karena dapat melakukan deteksi dini yang selanjutnya menyalurkan informasi penting tersebut pada komando atas.
Berangkat dari kondisi wilayah udara nasional yang begitu luas, TNI pun sejak awal sudah mempersiapkan elemen radar sebagai bagian dari hanudnas. Meski dari kuantitas sangat terbatas, secara kualitas dan jenis radar TNI AU sudah memiliki roadmap yang bisa diperhitungkan.
Pada dasawarsa 60-an dan 70-an, wilayah udara RI dipantau menggunakan radar-radar generasi pertama yang menggunakan teknologi tabung, antara lain radar Nysa (Polandia), Decca, dan Plessey (AWS II-Inggris). Meskipun teknologi yang dimiliki masih sangat sederhana dan hanya menyuguhkan bearing dan range pada console, namun dengan kemampuan deteksi rata-rata 120 NM sampai dengan 180 NM, keberadaan radar-radar tersebut cukup mampu memberikan informasi seluruh pesawat yang memasuki wilayah udara Indonesia, khususnya pulau Jawa.

Wednesday, July 17, 2013

Sistem Pertahanan Udara HQ-9 China Sebagai Alternatif


Sistem Pertahanan Udara HQ-9 China (photo: china-defense-mashup.com)
Sistem Pertahanan Udara HQ-9 China.

Berbicara tentang memilih pertahanan udara jarak menengah, beberapa negara umumnya membandingkan antara S-300 Rusia dengan HQ-9 China. 

Hal ini terjadi juga dengan Turki. Amerika Serikat dan negara Eropa yang selama ini menjadi pemenang dalam kontrak pengadaan persenjataan ke Anggota NATO Turki, kini mendapatkan lawan yang baru, yakni Rusia dan China. 

Pertarungannya adalah Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3), Aster 30 dari Eurosam Italia-Perancis, S300 dari Rosoboronexport Rusia serta HQ-9 China Precision Machinery Export-Import Corp. Turki pun mulai menghitung untuk membeli S-300 atau HQ-9.

Sunday, May 26, 2013

Senjata Oerlikon Skyshield TNI AU

Oerlikon Skyshield
Oerlikon Skyshield
TNI Angkatan Udara segera memasang sistem pertahanan penangkis serangan udara modern, di Pangkalan Udara: Adisucipto – Yogyakarta, Supadio – Pontianak, Hasanuddin – Makassar dan Jakarta/Greater. Pengiriman enam baterai Oerlikon Skyshield dari Rheinmetall Air Defence Swiss dilakukan tahun 2013 / 2014, setelah dipesan tahun 2009.
Oerlikon Skyshield TNI AU mengkombinasikan auto twin canon 35 mm dengan rudal anti seragan udara jarak pendek (kemungkinan 2 x 4 peluncur), untuk merontokkan pesawat maupun rudal yang datang. Meriam otomatis ini siap menembakkan 1000 peluru / menit, jika dipasang peluru standar.
Sistem penangkis serangan udara Skyshield bisa dihubungkan dengan sistem pertahanan udara lainnya, membuat jangkauan radar lebih luas dan efektif, sekaligus mengembangkannya pertahanan titik menjadi pertahanan wilayah /area.

Wednesday, May 22, 2013

Antisipasi Serangan Udara, TNI Sebarkan 12 Meriam 37mm

Meriam Arhanud 37 mm
 
Pengamanan suatu wilayah pangkalan dari serangan musuh adalah kunci utama terbentuknya pertahanan militer yang kuat, pertahanan militer ini dilakukan di darat, laut maupun di udara. Pertahanan ini sangat diperlukan karena suatu ancaman serangan musuh dapat terjadi setiap saat.
 
Kaitannya dalam mendukung Latihan Gabungan TNI 2013, Koarmatim hari ini, Rabu, 22 Mei 2013, menyiagakan latihan pertahanan pangkalan dengan melaksanakan Pertahanan Pangkalan Udara (Hanlanud) dan Pertahanan Darat Pangkalan (Hanratlan). Latihan ini dilaksanakan oleh Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) Lantamal V dengan mengadakan simulasi terjadinya serangan udara musuh.

Monday, May 20, 2013

Pantsyr S-1 Dan S-300, Kombinasi Maut Arhanud TNI


Melihat perkembangan persenjataan yang terjadi disekitar RI dan aspek lain yang mengikuti seperti kebutuhan akan penting kekuatan pertahanan demi menjaga keamanan domestik dan menjaga keutuhan kedaulatan dari ancaman yang muncul karena perkembangan situasi yang dinamis. 
Menyusul kampanye modernisasi kekuatan militer RI sesuai pedoman Minimum Essential Forces (MEF), ketiga matra TNI pelan namun terarah sudah mulai menunjukan adanya perubahan dalam alutsista masing2 matra. 

Friday, May 17, 2013

Kembali 2 Flanker Pesanan TNI AU tiba Di Makassar




 Hari Kamis (16/05), sekitar pukul 18:00 WITA pesawat raksasa AN-124 mendarat di Lanud Hasanuddin Makassar. Pesawat ini membawa tambahan 2 buah Su-30MK2 tambahan pesanan Indonesia, dari 6 yang dipesan. 2 buah sebelumnya sudah tiba pada februari lalu, dan kini TNI-AU tinggal menunggu 2 buah lagi yang diperkirakan datang pada bulan Juni. Berikut adalah foto kedatangan pesawat AN-124 di Makassar. Pesawat Su-30Mk2 sendiri kini dalam proses diturunkan. Tunggu foto-foto penampakan berikutnya di www.arc.web.id

Tuesday, May 14, 2013

A-10 THUNDERBOLT PESAWAT TEMPUR PEMANGSA KAVALERI LAPIS BAJA

A-10 THUNDERBOLT
A-10 Thunderbolt dikenal sebagai Warthog (babi bercula dua), merupakan pesawat Angkatan Udara AS pertama yang dirancang untuk memberi dukungan udara untuk pasukan darat. A-10 Thunderbolt adalah pesawat bermesin ganda yang sangat efektif membabat habis semua sasaran termasuk tank dan kendaraan lapis baja lainnya dan pesawat ini masih di pergunakan untuk mendukung operasi di afganistan dan irak. Militer Amerika menargetkan pesawat ini akan digunakan oleh Angkatan Udara Amerika sampai tahun 2028.

Tuesday, May 07, 2013

Mistral Atlas TNI AD: Rudal Hanud Dengan Mobilitas Tinggi

Mistral Atlas dengan kendaraan pengusung Komodo
Mistral Atlas dengan kendaraan pengusung Komodo
Sampai tulisan ini dibuat, satuan Arhanud TNI AD masih mengandalkan rudal Grom sebagai elemen SAM (surface to air missile) utama, menggantikan peran rudal Rapier yang ‘harus’ dikandangkan sejak tahun 2002 akibat pasokan suku cadang yang tak lagi diproduksi. Grom memang memperkuat dua detasemen Arhanud TNI AD, tapi sayangnya rudal buatan Polandia ini punya performa yang dibawah standar. Meski unggul dalam kecepatan gelar tempur, tapi dalam beberapa uji coba penembakkan hasilnya kurang memuaskan dalam beberapa kali latihan.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...