Saturday, June 30, 2012

Komisi I Kunker ke Spanyol dan Brasil

Senayan - Terkait pembahasan RUU Industri Pertahanan, sejumlah anggota Komisi I DPR akan melakukan kunjungan kerja ke Spanyol dan Brasil pada 1-7 Juli 2012. Apa tujuan dan alasanKomisi I kunker ke kedua negara tersebut?

"Jadi, tujuan kami kunker ke dua negara tersebut di antaranya untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai konsep dan sistem dalam industri pertahanan yang diselenggarakan pada negara tujuan kunker. Termasuk mempelajari berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai industri pertahanan di negara tersebut," ujar Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin dalam penjelasannya di Press Room DPR RI, Selasa (26/6).

Politisi PDIP ini mengatakan, sasaran yang diharapkan dapat tercapai dari kegiatan kunker ini ialah mendapatkan informasi mengenai sistem dan konsep yang berkaitan dengan industri pertahanan, dari segi kelembagaan atau pelaku industri pertahanan, penyertaan modal negara untuk pendirian industri pertahanan, lembaga regulasi industri pertahanan. Juga standardisasi alat peralatan pertahanan dan keamanan, penelitian, pengembangan dan rekayasa dalam industri pertahanan (research and development) serta sistem pengadaan pertahanan terintergrasi.

"Termasuk soal sanksi terhadap kejahatan di bidang industri pertahanan, sistem pengawasan industri pertahanan, tanggung jawab anggaran industri pertahanan, serta bagaimana soal insentif tarif bea dan fiskal dalam industri pertahanan," ujarnya.

Lantas, kenapa negara yang jadi tujuan kunker adalah Spanyol dan Brasil? Kata Hasanuddin, kedua negara tersebut dinilai memiliki produk alutsista berkualitas tinggi dan memenuhi persyaratan atau tuntutan yang tinggi.

"Di negara tersebut industri pertahanannya secara aktif berpartisipasi dalam restrukturisasi berbagai sektor dan memperluas pasar serta menyesuaikan kapasistas produksinya dengan kebutuhan pasar. Termasuk Kemhan Spayol memberikan dukungan penuh atas kebijakan industri pertahanannya melaluiarmament and equipment policy terutama dalam inovasi teknologi yang mengadaptasikan dengan situasi dunia terkini," ujarnya.

Sementara, Brasil dipilih atas pertimbangan bahwa negara itu merupakan sebuah negara dengan wilayah yang paling luas dengan jumlah penduduknya yang besar (192 juta jiwa tahun 2010) di Amerika Selatan. Dengan kemajuan ekonominya kini mampu membangun beberapa industri pertahanan dengan kualitas yang sangat baik. Brasil kini menjadi salah satu negara penting pengekspor di bidang persenjataan, terutama bagi negara-negara berkembang.

"Produk industri Brasil selama ini dikenal berkualitas tinggi, mudah dalam pemeliharaan, kinerjanya baik dalam kondisi ekstrem sekalipun, dan harganya murah. Produknya meliputi amunisi, granat, ranjau, kendaraan pengangkut pasukan (APV), kapal patrol, pesawat patroli laut, turboprop trainers, tank, dan pesawat tempur supersonik," ujarnya.

Hasanuddin menambahkan, pada 15 Maret 2012, Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan Dubes Brasil untuk Indonesia Paulo Alberto da Silveira Soares di Jakarta. Dalam pertemuan itu, Dubes Brasil menawarkan produk alutsista terbaru kedirgantaraan atau kapal perang serta peningkatan kerja sama industri pertahanan melalui pembangunan pesawat terbang dan kapal perang antara industri pertahanan laut dan udara kedua negara. "Seperti diketahui, Indonesia pun saat ini telah memesan 16 unit pesawat tempur Super Tucano A29 buatan Industri Embraer Defense System, Brasil," pungkasnya.

sumber: JurnalParlemen

Tim Aerobatik TNI AU Pertama Kali Tampil di Luar Negeri





Tim Aerobatik Jupiter dengan pesawat KT-1 Wong Bee telah tiba di Bangkok (all photos : TAF)

BANGKOK, KOMPAS.com -- Tim Aerobatik Jupiter dari TNI AU untuk pertama kalinya akan tampil di arena kedirgantaraan di luar negeri. Mereka akan beraksi dalam perayaan 100 tahun penerbangan Thailand, di Bangkok, 2 Juli 2012.

Tim telah tiba di Bandara Dong Muang, Bangkok, Selasa (26/6/2012). Rombongan yang berjumlah 65 orang tersebut berada di bawah Mission Commander Komandan Wingdik Terbang Kolonel Pnb M Khairil Lubis.

Tim Jupiter terdiri dari 12 instruktur penerbang TNI AU dari Pangkalan Udara Adisutjipto di bawah pimpinan Flight Leader Letkol Pnb Dedy Susanto. Tim didampingi Team Supervisor Kolonel Pnb Anang Nurhadi.

Personel pendukung Tim Jupiter adalah para teknisi pesawat KT-1B dari Skadik 102 dan Skatek 043 Lanud Adisutjipto.

Dalam perayaan 100 tahun penerbangan Thailand di Bangkok, Angkatan Udara Thailand (Royal Thai Air Force/RTAF) mengadakan kegiatan kedirgantaraan berupa Aerospace Exhibition, dengan pameran kedirgantaraan berupa static show dan air show.

Tim Aerobatik Jupiter adalah tim aerobatik luar negeri pertama yang diundang hadir dalam perayaan tersebut. Di sisi lain, kesempatan itu menjadi penampilan pertama kali Jupiter di luar negeri.

Purwa rupa KFX C100 DAN C200

Tuesday, June 26, 2012

KERJASAMA PRODUKSI RUDAL CHINA - INDONESIA SANGAT TEPAT




26 Juni 2012, Jakarta: Pengamat intelijen Wawan Purwanto dari Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN) mengatakan kemitraan Indonesia dan Tiongkok dalam memproduksi peluru kendali, alias rudal, dinilai cukup strategis karena memperkuat kapal-kapal perang TNI Angkatan Laut dalam melindungi wilayah perbatasan Indonesia.

Menurut Wawan, di samping modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Laut, kerjasama produksi rudal tersebut oleh pihak pemerintah Indonesia dilakukan dengan menekankan mekanisme alih teknologi antar pakar kedua negara.

“Itu sangat konkrit, tampak ada kemajuan-kemajuan. Berbagai kepentingan terkait persenjataan, baik di darat, laut, udara dan Kepolisian didorong untuk 60 persen dipenuhi dari dalam negeri, tentu saja dengan persetujuan rakyat melalui DPR RI,” ujar Wawan di Jakarta pada Jumat (22/6).

Wawan menambahkan kemitraan Indonesia dan Tiongkok secara menyeluruh memiliki nilai strategis dalam mewujudkan stabilitas dan kerjasama pertahanan di kawasan Asia dan Pasifik.

“Di antara negara-negara tetangga, perlu ada suatu transparansi bahwa semua hubungan ini, yang terkait dengan kerjasama pesenjataan (alutsista), yang menyangkut alih teknologi maupun penggunaan sejata itu sendiri, tidak terkait dengan masalah-masalah ekspansi tetapi terkait dengan masalah ketahanan nasional Indonesia,” katanya.

Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan, kerjasama produksi rudal Indonesia dan Tiongkok merupakan salah satu butir kesepakatan kemitraan yang lebih menyeluruh dalam pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI.

”Ini penting, agar Indonesia bisa menjaga hubungan dengan banyak negara, dan Tiongkok merupakan mitra strategis di kawasan ini. Kementrian Pertahanan saat ini tengah menyusun mekanisme kemitraan kedua negara terkait kerja sama produksi rudal tersebut,” ujarnya.

Kementerian Luar Negeri melalui Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI di Beijing baru-baru ini menyatakan, kerjasama Indonesia dengan Tiongkok berlandaskan mekanisme alih teknologi teknologi untuk produksi bersama peluru kendali (rudal) jenis C-705 yang akan digunakan TNI Angkatan Laut.

Dari kerjasama tersebut, diharapkan di masa depan Indonesia juga lebih mampu mengembangkan jenis rudal canggih untuk keperluan militer. Menurut kesepakatan kerja sama industri pertahanan antara kedua negara, pembelian senjata tertentu harus dilakukan antarpemerintah dan disertai alih teknologi peralatan militer yang antara lain mencakup cara perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, dan pelatihan.

Indonesia menetapkan anggaran sebesar 72 triliun rupiah untuk kebutuhan pertahanannya melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2012.

Sumber: VOA Indonesia

Thursday, June 21, 2012

FASHARKAN TNI AL

     ( Jombang) : FASHARKAN TNI AL adalah salah satuan dari TNI AL yang mempunyai fungsi sebagai fasilitas pemeliharan dan perbaikan kapal perang  TNI AL. Dan saat ini telah mampu memproduksi  kapal yang merupakan karya ANAK- ANAK INDONESIA yang tergabung dalam fasharkan.. Satuan miliK TNI AL ini diisi oleh  SDM yang profesional dan berkualitas.




Fungsi fasharkan meliputi :

1.Pemeliharaan KRI/KAL :
 - tingkai menengah

 - tingkat hardepo

 - repowering

2. Perbaiakn meliputi perbaikan KRI :
 - class condor

 -class attack

 -class parchim

 -class frosh


3. Pembuatan :
 - FPB 36/40

 -SEA HUNTER

 - KAL 12

CIWS UNTUK KCR TRIMARAN

Type 730 SD Menunggu CIWS KCR Trimaran
CIWS Type 730 Anti-Rudal

JKGR : Kapal perang Indonesia segera naik kelas dengan dipasangnya senjata Close-in Weapon System (CIWS) Type 730, 7 barel 30 mm, buatan China. 
Setelah meng-up grade sistem rudal, kini kapal- kapal perang itu mulai meningkatkan kemampuan pertahanan anti-rudal. Yang membuat penasaran adalah, kapal mana yang beruntung mendapatkan CIWS Type 730 ini ?.
Tiga unit CIWS Type 730 telah dipesan ke China melalui budget Mabes TNI dan disetujui DPR. Senjata gatling canon 30mm 7 laras ini, merupakan senjata yang didisain untuk pertahanan kapal dari serangan rudal, di saat rudal musuh berhasil menerobos pertahanan utama kapal. Close-in Weapon System (CIWS) juga bisa digunakan untuk menembak pesawat, target di pantai, kapal boat dan ranjau laut. Harganya sekitar 5,4 juta USD per unit.

CIWS Type 730 merupakan senapan otomatis dilengkapi fire-control system yang bisa menembak dengan posisi full cover 360 derajat. Amunisinya terdiri dari dua box 500 rounds. Satu box diisi peluru jenis sabot dan satu lainnya jenis high explosives (HE).

CIWS 730 dengan panjang laras 110 inch ini, mampu menembakkan peluru 4,600 hingga 5,800 rounds/menit dengan jarak tembak laksimum 3 Km. Target biasanya terkena dalam jarak 1 hingga 1,5 Km. Meski bisa menembakkan peluru sebanyak itu, CIWS tidak direkomendasikan untuk menembak lebih dari satu menit dalam satu aksi counter defense. Hal itu karena laras CIWS ini bisa meleleh.

type730 02large Menunggu CIWS KCR Trimaran
CIWS Type 730

CIWS ini dipandu oleh radar TR47C fire-control, serta electro-optic director yang dipasang di atas turret. Electro-optic director terdiri dari: TV tracking camera, infrared tracking camera dan laser rangefinder. Alat ini mampu menjejak target sejauh 5 hingga 6 km. Sementara Radar TR47C mampu mendeteksi target di udara berdiameter 10 cm hingga jarak 8 Km. 
Senjata Gattling China ini mirip dengan General Electric GAU-8/A Avenger. Ada juga yang menyebutkan CIWS China lebih mirip dengan Gryazev-Shipunov GSh-6-30 Rusia. Kini China dengan mengembangkan CIWS Type 730, yang sistemnya meliputi pemasangan rudal di sistem yang sama. Varian daratnya disebut China LD-2000.

Spesifikasi CIWS Type 730:
 
Calibre: 30mm X 7
Rate of fire: 4,600 – 5,800 rounds/min
Range: 3,000m
Elevation: N/A
Traverse: 360 degree
Ammunitions: 1,000 rds (armour piercing discarding sabot and HE)
Fire-control: Electro-optical + rada

KRI Pengusung CIWS:
 
China menggunakan CIWS Type 730 untuk kapal: Destroyer Luyang-I dan Luyang-II class, Destroyer Luzhou class dan Frigate Jiangkai-II class. Sementara untuk kapal induk Shi Lang (ex-Soviet Varyag), China menggnakan CIWS AK 1030 / 10 barrel.

Jika merujuk ke China, kemungkinan CIWS type 730 yang dipesan Indonesia, akan dipasang di Korvet KRI Diponegoro Class. Korvet Sigma 9113 Indonesia masih menggunakan 2 unit Canon 20mm DENEL VEKTOR G12 yang digerakkan secara manual oleh prajurit.

ciws luyang Menunggu CIWS KCR Trimaran
CIws 730 di Destroyer Luyang II China

Pertahanan lain dari KRI Sigma Indonesia adalah meriam Oto Melara 76 mm. 
Dengan kaliber yang besar (76mm), jumlah amunisi yang ditembakkan tidak cukup banyak untunk menghadang rudal yang hendak menerjang kapal. 
Meriam OTO Melara maksimum hanya dapat memuntahkan 120 proyektil per menit. Bandingkan dengan CIWS Type 730 yang bisa menembakkan amunisi 5800/ menit. Meriam OTO Melara mungkin handal untuk menghadang pesawat tempur, tapi belum memadai untuk menahan serangan rudal.
Korvet Sigma Indonesia cukup rentan terhadap serangan rudal, sehingga seharusnya dipasang CIWS. Rusia saja memasang rata-rata 4 sampai 8 CIWS di kapal perang mereka, untuk memastikan rudal yang datang, rontok sebelum menyentuh kapal.

Pengamat militer internasional menilai sistem CIWS Type 730 China mengadopsi Goalkeeper CIWS Belanda. Dengan demikian seharusnya tidak ada kendala jika CIWS Type 730 China diinstal ke Korvet KRI Diponegoro Class.

Satu light frigate Sigma10514 yang akan diterima Indonesia dari Belanda akhir tahun 2016, akan dilengkapi CIWS Goalkeeper.

Trimaran
 
Kemungkinan lain, KRI Trimaran yang rampung akhir tahun 2012 bisa jadi dipasang CIWS 730. Menurut konseptor Trimaran, John Lundin, kapal buatannya akan mengusung 4 rudal C-802. Bahkan dalam sebuah wawancara dengan harian Swedia, John Lundin mengatakan sudah menguji coba rudal tersebut. Jika Trimaran dipasang rudal, berarti kapal itu ditargetkan untuk mampu ofensif. Dengan demikian harus memiliki pertahan diri yang juga memadai.

trimaran type Menunggu CIWS KCR Trimaran
Rancang bangun Trimaran TNI AL
Negara-negara pemilik Trimaran untuk keperluan militer, umumnya memasang CIWS di kapal cepat mereka. 
Sebut saja Trimaran USS Independence yang dibangun galangan kapal AUSTAL(Australia)- USA, mengusung 1 CIWS Raytheon SeaRAM, untuk melindungi kapal dengan panjang 127 meter tersebut. Sementara Trimaran Indonesia dibangun oleh PT Lundin Industry Invest, di Banyuwangi- Jawa Timur berbasis Trimaran Earthrace Selandia Baru.
Demikian juga dengan China. Kapal trimaran mereka mengusung CIWS.

china stealth boat Menunggu CIWS KCR Trimaran
Trimaran China dengan CIWS

Bagaimana dengan KCR 40 dan KCR 60 ? Kedepannya TNI AL akan memasang CIWS AK 630 di kapal ini. Namun untuk sementara waktu (saat ini), KCR tersebut mengusung Canon 20mm DENEL VEKTOR G12 manual.
Indonesia baru memiliki CIWS jenis AK 230 yang sudah melekat pada 16 korvet kelas Parchim, saat beli bekas dari armada Jerman Timur. CIWS A 230 hanya bisa memuntahkan sekitar 1000 peluru/ menit, sehingga tidak cukup ideal untuk pertahanan.

Pertimbangan paling utama untuk menentukan kapal mana yang akan diinstal CIWS 730, adalah sejauh mana database komputer CIWS Type 730 bisa diintegrasikan dengan sistem elektronik yang ada di kapal. Juga termasuk ruang untuk instalasi, karena berat CIWS 730 ini sekitar 8 ton. Pemasangan tentunya lebih mudah di kapal yang baru, karena bisa diperhitungkan dari awal dibandingkan merombak sistem kapal tua yang sudah ada.


Sumber : JKGR

Tuesday, June 19, 2012

Lapangan Terbang Grati Mulai Dioperasikan



Sidoarjo, Jawa Barat (ANTARA News) - Khasanah kedirgantaraan nasional akan bertambah kaya dan lengkap. Sebentar lagi Lapangan Terbang Grati di Pasuruan, Jawa Timur, yang didedikasikan bagi pesawat latih kecil, siap dioperasikan TNI AL. Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno, di sela-sela peringatan HUT ke-56 Pusat Penerbangan TNI AL, di Juanda, Sidoarjo, Senin, mengatakan, saat ini pembangunan lapangan terbang di Grati tersebut sudah memasuki tahap dua. "Pada tahap empat pembangunan sudah bisa digunakan sebagai lapangan terbang latih TNI AL, lalu target kami pada 2014 sudah bisa digunakan meningkatkan kinerja para pasukan dalam menjalankan tugas menjaga keutuhan NKRI," katanya. Pusat Penerbangan TNI AL semula bernama Dinas Penerbangan TNI AL, terdiri dari enam skuadron udara pesawat terbang bersayap tetap dan bersayap putar. Mereka juga punya sekolah penerbangan sendiri. Angkatan Laut Amerika Serikat, sebagai ilustrasi, memiliki instansi sejenis, yaitu Naval Aviation. Selain membangun lapangan terbang di Grati, Pasuruan, pihaknya juga berencana membangun beberapa lapangan terbang lain di perbatasan negara untuk melakukan pemantauan di daerah terluar Indonesia. "Untuk lapangan udara di wilayah terluar tersebut, kami akan melakukan koordinasi dengan bandara yang sudah ada. Karena bagaimanapun pembangunan bandara tersebut sangat diperlukan untuk melindungi NKRI," kata Soeparno. Salah satu bandara operasional terjadual yang lokasinya paling dekat dengan garis perbatasan negara adalah Bandara Haliwen, di Kota Atambua, Kabupaten Belu, NTT. Jaraknya hanya sekitar 35 kilometer dari garis perbatasan dengan negara Timor Timur. (KR-MSW)

Monday, June 18, 2012

PERANCIS OBRAL ALUTSISTA DAN TOT KE INDONESIA


Perancis datang ke Indonesia di saat yang tepat, akan tetapi sekaligus memberikan pilihan yang sulit. Negara pembuat Frigate La Fayette ini tiba tiba saja menawarkan transfer teknologi, untuk berbagai jenis mesin perang. Perancis seolah-olah tahu, Indonesia sedang “mumet” dengan urusan Transfer of Technology (ToT) yang beberapa kali “dikerjai” oleh negara yang diajak bekerjasama.

Dua tawaran yang disorong oleh Perancis adalah transfer teknologi untuk meriam kelas berat Caesar 155mm, jika Indonesia membeli dalam jumlah besar. Tawaran berikutnya yang menggiurkan adalah penjualan mesin pesawat tempur untuk Indonesian fighter jets experiment (IFX), jika Indonesia bersedia membeli pesawat Rafale.

IFX tampaknya harga mati yang dipatok oleh pemerintah untuk membuat lompatan teknologi di tanah air yang sudah lama terhenti. Pemerintah sangat percaya diri dengan pembangunan IFX, karena Indonesia cukup maju di teknologi dirgantara. 

Jika proyek IFX ingin berjalan mulus, TNI AU tampaknya harus berpaling dari rencana ke depan yang ingin membeli Sukhoi SU-35, ditukar dengan Rafale Perancis.

rafale1 Last Tango in Paris
Jet Tempur Rafale Perancis
Hingga kini belum ada negara asing yang membeli jet tempur Rafale, sehingga Perancis harus menambahkan opsi ToT, agar jet tempurnya dibeli orang. Pola pembelian alutsista plus ToT sudah dilakukan Indonesia untuk Panser Anoa dan Ranpur Sherpa. 
 
Persoalan lain bagi Indonesia sekaligus peluang bagi Perancis, adalah pembangunan 3 kapal selam Changbogo Indonesia, oleh Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan meminta uang 300 juta USD, jika Indonesia menginginkan transfer teknologi dari kapal selam tersebut.

Kalau klausal itu tidak dipenuhi, maka pengorbanan membeli tiga kapal selam kelas “anjing kampung” yang bergerak sangat lamban akan menjadi sia-sia. Untuk apa membeli kapal selam seperti itu, jika tidak disertai Transfer of Technologi.

Tapi apakah Indonesia yang uangnya pas-pasan mau merogoh kocek tambahan 300 juta USD, demi mendapatkan ToT kapal selam Changbogo ?. Godaannya adalah, dari pada menambah uang 300 juta USD, lebih baik dibelikan kapal selam Kilo Class Rusia.

Kemampuan tempur kapal selam Kilo Class, tidak perlu diperdebatkan lagi. Negara Barat saja menyebutnya sebagai lubang hitam (Black-Hole), bagi sistem pertahanan mereka.

Namun untuk mendapatkan Kilo Class, bukan perkara gampang, karena pengadaan alutsista harus disertai ToT, seperti yang diamanatkan Presiden SBY. Sementara kita semua tahu untuk urusan ToT, Rusia sangat “pelit”, terutama bagi negara non-sekutu lama mereka.

Di sinilah posisi Perancis menjadi penting. Perancis menawarkan penjualan kapal Selam sekaligus dengan ToT-nya kepada Indonesia.

“Kalau ingin membeli kapal selam yang bagus, jangan ke Korea yang “KW2″, beli langsung ke pembuatnya, seperti kami”, ujar salah seorang pejabat Perancis.

MalaysiaSub Last Tango in Paris
Scorpene Class Perancis, Milik Malaysia
Di tengah krisis Eropa saat ini, Perancis tidak terlalu perduli untuk membatasi transfer teknologi militer konvensional. 
 
Bahkan Perancis pun menawarkan penjualan rudal konvensional tercanggihnya Exocet MM40 Block III. Padahal sebelum krisis Eropa, untuk mendapatkan Exocet MM-40, Indonesia sangat kesulitan dan dihadapkan pada jalan yang berliku.
 
“Tuan….barang dagangan sudah digelar. Now…..make your Choice !”, mungkin begitulah yang disampaikan pejabat militer Perancis yang sudah tahu masalah yang dihadapi para Petinggi TNI dan Kemenhan.

Selain munculnya masalah dalam pembelian kapal selam Changbogo, pengadaan Light Frigate Sigma 10514 juga masih menyimpan persoalan.

Anggota Komisi 1 DPR, berniat menyoal pembelian Sigma 10514, karena tidak disertai dengan ToT yang diharapkan. Wakil Ketua Komisi 1 DPR, TB Hasanuddin, mempertanyakan mengapa Orrizonte Fincantieri Mosiaic Italia tidak jadi dibeli, padahal Italia bersedia melakukan ToT 25 %.

Di tengah persoalan itu, Perancis bisa menyambung ucapannya lagi. “Bagaimana tuan-tuan…?. Mau mencoba frigate La Fayette yang telah dilengkapi teknologi Stealth ?”, ujarnya sambil bersenandung lagu last tango in paris.

Tampaknya kecil kemungkinan bagi Indonesia membatalkan pembelian Sigma 10514 Belanda karena telah menandatangani kontrak. Kecuali mau membatalkan pembelian 3 korvet Nakhoda Ragam Class ex Brunei Darussalam, ditukar dengan Frigate La Fayette, berikut ToT-nya.

la fayette f 710 02 Last Tango in Paris
Frigate La Fayette Perancis
Pilihan yang sulit karena TNI AL harus mengejar kuantitas MEF (minimum essensial Force) 2014.
 
Tampaknya langkah Malaysia berpartner dengan Perancis untuk urusan kapal laut sudah tepat. Mereka memesan kapal Selam Scorpene Class ke Perancis. 

Dan kini Malaysia juga memesan 6 Light Frigat Gowind Class ke Perancis dengan imbalan ToT. Bahkan Gowind Class kedepannya akan dibangun di Malaysia.

Langkah yang diambil oleh Angkatan Laut Malaysia, terukur dan tepat sasaran.

Berbicara tentang ToT, kini Angkatan Darat terus melaju dengan pembangunan Rudal Nasional yang diharapkan memiliki jangkauan tembak di atas 100 km pada tahun 2014. Targetnya adalah peluru kendali dengan jarak tembak 300 – 500 Km. 

Begitu pula dengan TNI AU melaju dengan proyek IFX dan diharapkan 6 prototype IFX rampung pada tahun 2013.


Sumber : JKGR

DPR : HELIKOPTER CHINOOK LAYAK DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI ALUTSISTA TNI


JAKARTA :Kementerian Pertahanan diharapkan mempertimbangkan bahkan mengkaji pengadaan alat angkut bagi TNI mengingat pesawat yang ada saat ini seperti Hercules sudah tua sehingga perlu peremajaan bahkan bila perlu pembelian baru.

"Komisi I tertarik dan mengusulkan pesawat angkut jenis Chinook," ujar anggota Komisi I DPR Muhammad Najib pada Jurnalparlemen.com di Jakarta, Minggu (17/6).

Menurut dia, helikopter jenis Chinook memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya, punya kapasitas angkut yang besar, baik untuk personil maupun logistik selain sewaktu-waktu bisa digunakan sebagai pesawat penyerang. "Kami melihat kebutuhan utama untuk TNI saat ini memang pesawat angkut. Sebab, yang dimiliki TNI sekarang ini jumlahnya terbatas dan sudah tua," ujarnya.

Mengingat Indonesia rawan bencana alam, terutama gempa bumi, lanjut M Najib, helikopter canggih semacam yang mampu mengangkut peralatan berat ke daerah terisolir sangat dibutuhkan.

Sebelumnya, dalam kunjungan kerja ke AS, rombongan Komisi I dipimpin ketuanya Mahfudz Siddiq sempat bertemu produsen Helikopter Chinook. "Mereka memberi lampu hijau bagi Indonesia. Tapi, dalam pengadaan peralatan militer dari AS memang tidak mudah," tutur M Najib

Sumber : Jurnamen

Thursday, June 14, 2012


Indonesia - Korsel Kerjasama Membuat Helikopter Serang Ringan

Perusahaan Pesawat Indonesia, PT Dirgantara Indonesia akan mengembangkan sebuah helikopter serang ringan dan kerjasama militer dengan Korea Selatan, kata presiden direktur PT.DI pada hari Kamis.

"Kami bekerja sama dengan Angkatan Darat Indonesia untuk mengembangkan helikopter serang ringan yang dapat digunakan untuk menghadapi separatis dan penyelundup," kata Budi Santoso, presiden direktur PT Dirgantara Indonesia dalam sidang parlemen.

Dia mengatakan bahwa karakteristik dari helikopter MI35 berbeda dari yang dirancang untuk pertempuran terbuka di mana mempunyai kebisingan yang rendah. "Unsur yang paling penting dari helikopter serang ringan adalah kebisingan rendah saat terbang.

Kita tidak perlu seperti helikopter MI35 bahwa kebisingan bisa didengar dari jarak 10 kilometer," kata Santoso.

Dia juga mengatakan bahwa Departemen Pertahanan dan mitra Korea Selatan yang sedang mengembangkan sebuah program bernama Fighter Korea Program (KFP). "Ini adalah kesempatan kami untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian baru yang terus ditingkatkan, terutama di bidang teknik,"katanya.

Menurut Santoso, seumur hidup umum pesawat adalah sekitar 20 - 30 tahun.

"Namun, selama masih bisa digunakan, kita mampu mengupgrade dua kali atau tiga kali untuk upgrade pada persenjataan dan sistem avionik.

Jika kita memiliki keahlian,kita bisa upgrade sesuai dengan kebutuhan kita,"katanya.



sumber : kaskus

Rencana Pembelian UAV Akan Disetujui Komisi I


 

JAKARTA -- Indonesia bakal memiliki empat pesawat pengintai tanpa awak yang memanfaatkan teknologi buatan Israel.Rencana pemerintah melalui Kementerian Pertahanan untuk mendatangkan empat pesawata tanpa awak tampaknya akan diamini Komisi I DPR RI.

Meski belum mendapat tanggapan secara resmi dari DPR, namun Anggota Komisi I Salim Mengga mengatakan bahwa rencana pembelian ini bakal disetujui."Pesawat tanpa awak ini adalah hasil teknologi Israel. Rencana itu tampaknya akan disetujui," sebut Salim, akhir pekan kemarin di Jakarta.

Rencana kontrak untuk pembelian empat pesawat tanpa awak tersebut, senilai US$16 juta. pesawat akan datang 18 bulan setelah kontrak diteken.Dijelaskan bahwa pesawat itu mampu terbang sampai 200 kilometer. Dengan sedikit modifikasi maka daya jelajahnya diprediksi dapat mencapai 400 kilometer.

Selain itu, pesawat yang diproduksi oleh Kital Philippine Corporation (KPC) ini bisa dioperasikan secara manual dengan daya jelajah terbang selama 20 jam.Melengkapi persenjataan nasional, lanjut anggota DPR Dapil Sulbar itu, Komisi I juga akan melakukan kunjungan kerja ke beberapa negara di eropa.

Tujuan kunjungan, salah satunya terkait dengan permintaan persetujuan Menteri Pertahanan dalam membeli tank Leopard yang diajukan ke komisi I.Sejumlah anggota komisi akan melihat langsung pabrik persenjataan di Jerman. "Sebelum reses, saya diutus ke Jerman melihat pabrik persenjataan secara langsung, juga pabrik leopard," terangnya. 

sumber: http://www.fajar.co.id/read-20120416...awat-pengintai

KSAU: TNI AU Berminat Pada Su-35 BM Dan Hibah F-16 AS Menjadi 30 Unit




SUNGAI RAYA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, empat pesawat tanpa awak akan memperkuat pertahanan Kalimantan dan segera ditempatkan di Pangkalan TNI AU Lanud Supadio pada akhir 2011.

"Pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio Pontianak diarahkan untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat, bahkan juga dioperasikan untuk pengawasan di pulau Kalimantan," katanya saat berkunjung ke Lanud Supadio Pontianak, Jumat (19/8/2011) sore.

Saat ini proses pembangunan hanggar untuk empat pesawat tersebut sudah delapan puluh persen dikerjakan dan ditargetkan dalam waktu dekat pengerjaannya sudah selesai.

"Karena pengadaan pesawat tanpa awak ini dilakukan oleh Kementerian Pertahanan, kita belum tahu pasti kapan pesawat itu bisa ditempatkan di Lanud Supadio. Namun, kita harapkan akhir 2011 pesawat tersebut sudah ada di sini (Supadio)," tuturnya.

Imam mengatakan, pesawat tanpa awak mempunyai fungsi yang sangat strategis untuk mempertahankan kedaulatan NKRI karena dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Selain itu, pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai serta dilengkapi dengan peralatan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari. Dia menyatakan, keberadaan pesawat tanpa awak selain digunakan untuk memperkuat pertahanan NKRI di gatra udara juga bisa berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi berbagai kegiatan ilegal dalam patroli perbatasan, baik laut mupun udara.

Selain itu juga bisa berfungsi untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kebakaran hutan yang marak terjadi di wilayah Kalimantan dan pulau lainnya.

"Berdasarkan hasil pertemuan terahir dengan pihak Amerika beberapa waktu lalu, telah disepakati Indonesia akan menerima 24 pesawat tempur F16 bekas dari Amerika Serikat plus enam pesawat cadangan, sehingga totalnya menjadi 30 unit," tuturnya.

Nantinya ke 30 pesawat tempur hibah itu akan di upgrade ke blok 52 lengkap dengan persenjataan mutakhirnya melengkapi jumlah yang ada saat ini 10 unit sehingga menjadi 2 skuadron ( 40 unit) F16.

Dia menambahkan, pada Desember 2010 juga telah dilakukan penandatanganan kontrak pembelian 16 Super Tucano buatan Brazil, lalu April 2011 sudah ada kepastian pengadaan pesawat latih/tempur jenis T-50 buatan Korea Selatan. Kedua Skuadron itu secara bertahap akan mengisi arsenal TNI AU mulai awal tahun depan.

"Pada 2011 juga sudah dipersiapkan tambahan 6 unit Sukhoi lengkap dengan persenjataannya untuk melengkapi jumlah yang ada sekarang sebanyak 10 unit," tuturnya.

Opsi tentang perkuatan pesawat tempur jenis Sukhoi tetap mengental. Setelah lengkap berjumlah satu skuadron (16 unit), akan terus ditambah minmal sampai berjumlah 32 unit dari jenis Su27/30.

"Bahkan petinggi TNI AU sangat berminat dengan Sukhoi SU35 BM minimal 1 skuadron. Untuk memenuhi kriteria minimum essential force (MEF) sampai dengan 2014 TNI AU membutuhkan minimal 10 skuadron tempur," kata Imam.

sumber: http://regional.kompas.com/read/2011...uat.Kalimantan

TNI AL Tambah Tiga Heli Bell 412EP



Helikopter Bell 412 TNI AL (photo : Kaskus Militer)

Tiga Heli Bell Perkuat Puspenerbal

SIDOARJO, KOMPAS.com - Tiga helikopter jenis Bell-412 EP memperkuat jajaran Pusat Penerbangan Angkatan Laut, Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (13/6/2012). Helikopter ini akan difungsikan sebagai angkutan taktis dan dukungan logistik cepat.

"Helikopter ini akan memperkuat Skuadron 400 Wing Udara 1 dan Wing Udara 2," kata Komandan Puspenerbal, Laksamana Utama TNI Sugianto. Tiga helikopter tersebut diproduksi oleh Textron Kanada dan disempurnakan oleh PT Dirgantara.

Ketiga helikopter ini, kata Sugianto, memiliki kelebihan, yaitu antara lain sistem pilot otomatis. "Fitur ini penting karena terbang di atas laut lebih sulit," kata Sugianto.


PT DI Mendapatkan Kontrak Pembuatan Target Data Receiver Sistem Senjata Grom TNI AD





 
Sistem senjata Grom milik TNI AD (photo : Kaskus Militer)

Penanda tanganan kontrak rancang bangun TDR (Target Data Receiver) bersama PT DI bertempat di Sdirbinlitbang Pussenarhanud pada tanggal 13 Juni 2012 di tanda tangani oleh Dirbinlitbang Pussenarhanud Kol Arh Dedi Sholihin sebagai wakil dari Pussenarhanud dengan Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI, Dita Ardonni Jafri, target akhir TA 2012 sudah tergelar TDR (Target Data Receiver) yang akan digabungkan dengan Mer 23 mm Zur composit Rudal Grom. TDR ini akan membantu dalam pendeteksi pesawat musuh dan data tersebut akan dikirimkan ke Satuan Tembak (Satbak).

Pengendalian tempur oleh Battery Command and Control Vehicle (BCCV) terhadap pucuk-pucuk Meriam 23 mm/Zur hybrid Rudal Grom menggunakan kabel sepanjang 200 m, sehingga hal ini mempengaruhi daerah gelar dalam rangka melaksanakan pertahanan udara terhadap obyek yang dilindungi. Apabila pengendalian tempur dalam bentuk koneksi data dan komunikasi tersebut tidak menggunakan kabel (wireless), maka selain diperoleh penggelaran meriam yang lebih luas, juga dapat berperannya setiap pucuk Meriam  23 mm/Zur hybrid Rudal Grom sebagai Satbak. Dengan demikian, konfigurasi Detasemen dapat dikembangkan menjadi 1 Radar, 2 BCCV, 4 Satbak Meriam 23 mm/Zur hybrid Rudal Grom dan 4 Satbak Rudal Poprad. Konfigurasi seperti ini diharapkan akan memperluas daerah pertahanan udara (coverage area) dan secara taktis, diperoleh kepadatan penyerangan sasaran sehingga efektivitas pertahanan udara semakin optimal.

 Berawal dari pemikiran tersebut diatas, maka pada TA 2010, Pussenarhanud Kodiklat TNI AD telah melaksanakan program Litbang yaitu Rancang Bangun Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom. Pada pelaksanaan program Litbang TA 2010, telah diperoleh tujuan dan sasaran yang diinginkan yaitu terwujudnya suatu peralatan TDR untuk pengendalian tempur meriam 23 mm/Zur, yang bertindak sebagai satuan tembak. Dari hasil evaluasi program, diperoleh beberapa hal perlu pengembangan program lebih lanjut demi kesinambungannya program Litbanghan. Hal-hal yang perlu dikembangkan dari pencapaian program Litbanghan TA 2010 antara lain perubahan bentuk dan ukuran serta kemampuan laptop sehingga lebih mudah dalam penggunaannya di lapangan. Selain itu karakteristik dan kemampuan radio perlu ditingkatkan untuk menjangkau jarak penyaluran data sasaran. Pengembangan komponen laptop dan radio pada proposal kegiatan program ini selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan unit TDR, juga mempertimbangkan kesesuaian operasional unit TDR ini di lapangan.


Untuk menjamin berkelanjutannya program Litbanghan Pussenarhanud, maka perlu diajukan program Litbang untuk mengembangkan program Rancang Bangun Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom sebagai program pengembangan untuk program kerja dan anggaran TA 2012. Melalui pengembangan sistem dan metode, diharapkan kesinambungan program Litbang ini dapat menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan kemampuan Alut Sista Rudal Grom.

Laptop yang ada pada TDR Sista Rudal Grom hasil program Litbang TA 2010 walaupun memiliki kriteria semi rugged laptop, namun masih kurang portable, sehingga akan menyulitkan awak meriam untuk mengoperasikannya di lapangan. Pengembangan ukuran dan jenis laptop yang lebih bersifat portable dan memiliki GPS built-in, selain akan memudahkan operasional awak meriam, juga akan meningkatkan efisiensi penggelarannya.

Radio yang ada pada TDR Sista Rudal Grom hasil program Litbang TA 2010 merupakan radio komersial sehingga tidak memiliki kemampuan anti jamming terhadap gangguan transmisi data pada saat operasional. Pengembangan kriteria radio menjadi milspec radio dan berjenis manpack selain akan memudahkan opdrasional awak meriam dan meningkatkan kemampuan jarak jangkau transmisi data sasaran, juga akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggelarannya.

Melalui pengembangan sistem dan peralatan pada model TDR, akan diperoleh model Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom yang memiliki kemampuan dan kesesuaian operasional yang tinggi. Dengan diperolehnya TDR yang handal, pucuk meriam 23 mm/Zur pada Sista Rudal Grom dapat berperan sebagai satuan tembak sehingga dapat digelar secara lebih fleksibel dengan jarak lebih jauh, dapat memperluas coverage area, serta secara taktis akan diperoleh kemungkinan menembak seawal mungkin demi terwujudnya efektivitas pertahanan udara.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...