Tuesday, February 26, 2013

TNI AL akan Diperkuat 11 Helikopter Anti-Kapal Selam

Super Frelon SA 321G
Super Frelon SA 321G, helikopter anti-kapal selam Prancis
TNI AL bakal diperkuat dengan 11 helikopter anti-kapal selam. Saat ini pengadaan 11 helikopter anti-kapal selam itu sudah memasuki proses lelang. Target realisasinya adalah pada Oktober 2014.

"Kami harapkan 11 helikopter anti-kapal selam tersebut sudah bisa menjadi kebanggaan pada saat peringatan hari jadi TNI tahun 2014," seperti yang diungkapkan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Marsetio di Sidoarjo, Jumat, 22 Februari 2013.

Proses lelang sedang berjalan di Kementerian Pertahanan, ada tiga perusahaan yang ambil bagian yaitu perusahaan dari Amerika Serikat, Perancis dan Inggris. Jika salah satu perusahaan berhasil lolos spesifikasi  yang ditentukan TNI AL, maka perusahaan itulah yang akan menang karena lelang bersifat lelang terbuka.

Tentara Rusia Segera Gunakan Senapan Serbu AK-12

AK-12

Senapan serbu AK-12 akan segera memasuki layanannya dengan tentara Rusia, pengujian terakhir untuk AK-12 akan dilakukan pada musim semi (21 Maret - 21 Juni) tahun ini. Departemen Pertahanan Rusia memiliki banyak stok amunisi dari AK-74 dan lebih memilih untuk tidak mengubah kaliber senapan AK-12 tersebut. 
Sementara itu, pengamat senjata memprediksi AK-12 akan menghadapi persaingan ketat dengan model-model AK sebelumnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Desainer AK-12 di Rusia yaitu Izhmash, yang telah mengembangkan berbagai senjata otomatis paling populer di dunia, berharap agar segera bisa mengirimkan model baru AK-12 untuk pengujian pada musim semi tahun ini.
Uji coba negara di Rusia merupakan tahap yang harus dilewati sebelum semua jenis senjata masuk ke layanan aktif. AK-12 saat ini sedang diuji di Central Research Institute of Precision Engineering, di pinggiran kota Klimovsk, dekat Moskow, yang merupakan salah satu pusat tertua untuk pengembangan dan pengujian senjata api Rusia.

Jepang Harus Mengakui Kejahatan Perangnya di Asia Pasifik


Sejarah Kelam Praktek Perbudakan Seksual Tentara Jepang di Indonesia

Penulis : Hendrajit
Direktur Eksekutif Global Future Institute

Berdasarkan berbagai studi sejarawan mengenai praktek perbudakan seksual atau Ianfu di beberapa negara eks jajahan Jepang di Asia, ada sekitar 200 ribu perempuan muda yang dipaksa menjadi pekerja seks atau yang kemudian dikenal sebagai Jugun Ianfu. Para perempuan muda ini berasal dari Indonesia, Cina, Taiwan, Filipina dan Korea.

Merujuk pada sebuah berita dari AFP, pada 1993, sebenarnya pemerintah Jepang, melalui jurubicaranya waktu itu, Yohei Kono, telah meminta maaf kepada para korban (Survivors) Jugun Ianfu dan mengakui keterlibatan Jepang sehingga menyebabkan penderitaan lahir dan batin terhadap para korban Ianfu tersebut (In a landmark 1993 statement, then chief Japanese government spokesman Yohei Kono apologized to former comfort women and acknowledged Japan’s involvement in causing their suffering).

Namun anehnya pada 2007, Perdana Menteri Shinzo Abe justru menyangkal keterlibatan Jepang dalam mendukung dan mendorong praktek perbudakan seksual tentara Jepang tersebut, dan bahkan mengatakan tak ada satu bukti pun yang menunjukkan bahwa Jepang secara langsung mendukung adanya perbukan seksual tentara Jepang.

Perdana Menteri Shinzo Abe boleh saja membantah keterlibatan pemerintah Jepang dalam mendukung praktek perbudakan seksual Jepang pada masa sebelum dan saat berlangsungnya Perang Dunia II. Namun dari berbagai sumber pustaka terkait penelitian seputar Jugun Ianfu, setidaknya diperkirakan 100 ribu sampai 400 ribu perempuan muda dipaksa untuk melayani “hasrat seksual” tentara Jepang sebelum dan saat berlangsungnya Perang Dunia II. Khususnya di negara-negara jajahan Jepang di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Panhard EBR: Ranpur Berkemudi Ganda Kavaleri TNI AD


Perancis memang bukan pemasok utama alutsista untuk TNI, tapi kiprah Negeri asal Napoleon Bonaparte ini sudah lumayan tersohor dalam menyuplai kebutuhan alutsista TNI, dalam ragam yang berbeda alat tempur maupun perangkat penunjang tempur buatan Perancis telah sejak lama digunakan oleh TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Bisa disebut sejak lama, pasalnya kehadiran alutsista besutan Perancis sudah diadopsi RI sejak era operasi Trikora di tahun 60-an. Salah satu bukti sejarahnya ada di lini kavaleri dan artileri, seperti tank AMX-13, AMX-13 VCI (APC), dan AMX MK61 Howitzer Self Propelled.

Bahkan di era yang lebih maju, kavaleri TNI amat lekat pada sesuatu yang berbau Perancis, sebut saja ada panser VAB, ranpur intai Panhard VBL 4×4, bahkan Korps Marinir TNI AL punya arsenal tank amfibi AMX-10 dalam unit yang cukup besar. Nah, kembali ke era jaman Bung Karno, atau tepatnya di masa perjuangan pembebasan Irian Barat, TNI AD juga kedatangan ranpur beroda ban kelas berat nan unik, yakni Panhard EBR (Engin Blindé de Reconnaissance) FL-11. Sebuah panser dengan penggerak hybrid, dimana bisa di setting dalam moda 4×4 dan 8×8, dimana 4 roda di posisi tengah dapat dinaikan dan diturunkan sesuai kebutuhan dan situasi medan. Pihak AD Perancis sendiri dahulu banyak mengandalkan ranpur ini pada medan Afrika Utara yang berupa padang pasir.

Panhard EBR menembus medan gurun Sahara
Panhard EBR menembus medan gurun Sahara

Keunikan Panhard EBR FL-11 masih ada lagi, yaitu sistem kemudi ganda, dimana terdapat dua kompartemen pengemudi, di sisi depan dan belakang. Inilah yang menjadikan Panhard EBR begitu unik, dan belum ada saingannya hingga kini. Letak area mesin berada di tengah. Sebagai informasi ranpur dengan 4 awak ini tak punya kemampuan amfibi. 4 Awak pada ranpur ini mencakup seorang komandan, 1 juru tembak, pengemudi depan, dan pengemudi belakang).

Bagaimana dengan sistem senjatanya? Panhard EBR FL-11 mengandalkan kanon kaliber 90 mm, tapi ada juga versi FL-10 dengan kaliber 75 mm. Sebagai sesama buatan Perancis, jenis kubah dan sistem penembakkan pada Panhard EBR, terutama versi FL-10 begitu identik dengan kanon pada AMX-13, dimana sudut elevasi laras sangat terbatas. Dalam kondisi siap tempur, Panhard EBR FL-11 dapat membawa maksimum 43 amunisi, sedangkan Panhard EBR FL-10 bisa membawa sampai 56 amunisi. Dari sudut fire power kanon FL-11 dapat melontarkan proyektil dengan kecepatan 750 meter/detik, sedangkan FL-10 dengan kecepatan proyektil 600 meter/detik.

Bom Perdana Super Tucano


Sejak kedatangan empat pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano di Skadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abd Saleh tanggal  17 September 2012 lalu, hari ini Selasa (26/2) dilakukan uji coba pengeboman perdana dengan menggunakan bom jenis mk-82 Innert/praktis yang bertempat di Air Weapon Ring (AWR) Pandan Wangi Lumajang Jawa Timur.


Uji coba tersebut dilakukan dalam rangka Latihan Air to Ground Skadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abd Saleh dan bertujuan untuk melatih kemampuan seorang pilot pesawat tempur dalam menghancurkan sasaran yang dituju.

Pasukan Garda Revolusi Islam Iran Gunakan Senjata Bahu Anti-Udara Baru



Pasukan Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) telah mengujicoba senjata bahu peluncur roket anti-udara, yang dapat digunakan untuk menembak jatuh setiap helikopter musuh yang menyusup ke wilayah udara Iran.

Juru bicara Manuver Nabi Besar Kedelapan, Brigjen Hamid Sarkheili, mengatakan Sabtu (23/2) bahwa senjata baru produksi dalam negeri itu yang dirancang dan dikembangkan oleh teknisi pertahanan IRGC.

Ditambahkannya bahwa senjata tersebut berkaliber 20-mm dan dapat membidik target pada jarak 1.400 meter (4.593 kaki).

Akhirnya TNI AD Jatuhkan Pilihan Ke Black Hawk


Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Pramono Edhie Wibowo lebih memilih membeli helikopter Black Hawk daripada Apache.

Sebab harga Apache lebih mahal dua kali lipat daripada Black Hawk. "Kami masih mengkaji terus. Black Hawk menjadi pilihan bagus," kata Pramono di Mabes TNI AD, Senin (25/2).

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...