
Meski armada jet tempur TNI AU kian bertaring, tapi bukan berarti
momen hadirnya black flight bisa dihilangkan begitu saja. Penerbangan
gelap tanpa identitas bisa bisa muncul kapan saja dan di masa saja.
Black flight
pun tak melulu terkait misi intai dan spionase, bisa juga terkait kasus
penerbangan sipil tak beridentitas jelas yang secara sengaja atau tidak
melintasi wilayah udara Indonesia.
Salah satu yang menarik dicermati pada kasus raib-nya
Boeing 777-200ER Malaysia Airlines, semenjak pesawat itu berbalik arah dan mematikan transponder, maka jadilah ia sebuah
black flight, yang pada rute pelariannya diduga keras berusaha menghindari pantauan radar militer Indonesia yang tergabung dalam
Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas).
Nah, bicara seputar radar menjadi bahasan yang menarik, di artikel
sebelumnya kami pernah mengulas radar-radar yang digunakan TNI. Dalam
lingkup radar Kohanudnas pernah diulas
Nysa P-30 B/C dan
Thomson TRS-2215/2230.
Dan, kini rasanya lebih menarik lagi jika yang diulas adalah radar
Kohanudnas paling baru, dan tentunya punya fitur paling canggih.
Bicara radar Kohanudnas paling baru maka merujuk pada jenis Master-T
buatan Thales Raytheon System Perancis. Dirunut dari berbagai informasi,
radar ini mulai digunakan Satuan Radar (Satrad) TNI AU/Kohanudnas
antara tahun 2005 – 2007, dan hingga kini beberapa Master-T akan
didatangkan guna melengkapi kebutuhan radar khusus militer.
Lalu, seperti apa kemampuan radar Master-T ini? Radar ini menganut
sistem tiga dimensi (ketinggian, jarak dan azimuth) dengan desain yang
lebih kompak (
solid state) dan beroperasi pada bandwidth 400 Mhz. Sebelumnya, radar ini berfungsi sebagai
Early Warning (EW). Dikutip dari situs
Kohanudnas.mil.id,
disebutkan berdasar surat Pangkosekhanudnas I Nomor B/338-10/01/01/
Kosekhanudnas I, 30 September 2008 tentang Perubahan Fungsi Radar dari
EW menjadi
Radar Ground Control Interception (GCI). Dari segi jangkauan, radar dapat memindai area sejauh 444 km, sementara jangkauan minimum 8 km dengan
coverage 360 derajat. Sedangkan untuk ketinggian deteksi bisa mencapai 100.000 kaki (30,48 km).