Monday, June 23, 2014

KRI Sampari 628: Generasi Pertama KCR 60 TNI AL


e0f2a-kcr-60-bumn-18122013-1819
Mengingat luasnya wilayah lautan Indonesia dengan ribuan pulaunya, adalah wajar bila TNI AL menjadi jawara pemilik armada kapal cepat terbesar di Asia Tenggara. Melengkapi jumlah dan kualitas yang ada, Satuan Kapal Cepat (Satkat) TNI AL kembali kedatangan ‘warga’ baru, yakni dari jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) 60. Yang dimaksud adalah KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629, dan bakal menyusul kemudian KRI Halasan 630, ketiganya dibuat oleh industri Dalam Negeri, PT. PAL di Surabaya.
Sesuai dengan rencana strategis yang telah dicanangkan dalam MEF (Minimium Essential Force), belakangan ini frekuensi kemunculan nama-nama KRI baru di kelas kapal cepat dan kapal patroli begitu sering terdengar. Belum lama berselang, TNI AL menerima KCR 40, yaitu KRI Clurit 641, KRI Kujang 642, KRI Beladau 643, dan KRI Alamang 644. Keempatnya dibuat oleh galangan PT. Palindo Marine di Batam. Dan, melengkapi stugas Satuan Kapal Cepat, dikembangkan pula KCR 60 yang punya spesifikasi lebih tinggi dari KCR 40. Meski bila diperhatikan, baik KCR 40 dan KCR 60, punya rancangan desain yang tak jauh beda, yakni mengunggulkan lambung berdesain stealth, bahkan kapal generasi anyar ini punya tampilan anjungan model streamline, mirip dengan korvet SIGMA Class.
Menilik spesifikasi yang telah dikupas di berbagai pemberitaan KCR 60 yang kemunculan perdananya diwakili KRI Sampari 628, punyai panjang keseluruhan 60 meter dan berbot total 460 ton. Sebagai kapal cepat, KRI Sampari disokong 2 mesin diesel yang masing-masing punya kekuatan 2880 KW. Dari mesin tersebut, dapat dicapai kecepatan maksimum 28 knot, kecepatan jelajah 20 knot, dan kecepatan ekonomis 15 knot. Dengan jumlah awak 55 personel, KRI Sampari dirancang untuk mampu berlayar terus menerus selama 9 hari. Jarak jelajahnya bisa mencapai 2.400 nautical mile pada kecepatan 20 knot.

Master –T: Radar Hanud Tercanggih Perisai Ruang Udara Indonesia


radar11
Meski armada jet tempur TNI AU kian bertaring, tapi bukan berarti momen hadirnya black flight bisa dihilangkan begitu saja. Penerbangan gelap tanpa identitas bisa bisa muncul kapan saja dan di masa saja. Black flight pun tak melulu terkait misi intai dan spionase, bisa juga terkait kasus penerbangan sipil tak beridentitas jelas yang secara sengaja atau tidak melintasi wilayah udara Indonesia.

Salah satu yang menarik dicermati pada kasus raib-nya Boeing 777-200ER Malaysia Airlines, semenjak pesawat itu berbalik arah dan mematikan transponder, maka jadilah ia sebuah black flight, yang pada rute pelariannya diduga keras berusaha menghindari pantauan radar militer Indonesia yang tergabung dalam Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). Nah, bicara seputar radar menjadi bahasan yang menarik, di artikel sebelumnya kami pernah mengulas radar-radar yang digunakan TNI. Dalam lingkup radar Kohanudnas pernah diulas Nysa P-30 B/C dan Thomson TRS-2215/2230. Dan, kini rasanya lebih menarik lagi jika yang diulas adalah radar Kohanudnas paling baru, dan tentunya punya fitur paling canggih.
Bicara radar Kohanudnas paling baru maka merujuk pada jenis Master-T buatan Thales Raytheon System Perancis. Dirunut dari berbagai informasi, radar ini mulai digunakan Satuan Radar (Satrad) TNI AU/Kohanudnas antara tahun 2005 – 2007, dan hingga kini beberapa Master-T akan didatangkan guna melengkapi kebutuhan radar khusus militer.
Lalu, seperti apa kemampuan radar Master-T ini? Radar ini menganut sistem tiga dimensi (ketinggian, jarak dan azimuth) dengan desain yang lebih kompak (solid state) dan beroperasi pada bandwidth 400 Mhz. Sebelumnya, radar ini berfungsi sebagai Early Warning (EW). Dikutip dari situs Kohanudnas.mil.id, disebutkan berdasar surat Pangkosekhanudnas I Nomor B/338-10/01/01/ Kosekhanudnas I, 30 September 2008 tentang Perubahan Fungsi Radar dari EW menjadi Radar Ground Control Interception (GCI). Dari segi jangkauan, radar dapat memindai area sejauh 444 km, sementara jangkauan minimum 8 km dengan coverage 360 derajat. Sedangkan untuk ketinggian deteksi bisa mencapai 100.000 kaki (30,48 km).

Hingga Akhir 2014, AL Rusia Akan Terima 50 Lebih Kapal Baru


Novorossiysk, kapal selam dari Project 636
Sebelum akhir tahun ini, Angkatan Laut Rusia akan menerima lebih dari 50 kapal baru, Komandan Angkatan Laut Rusia Laksamana Viktor Chirkov mengatakan pada hari Sabtu.

Salah satunya adalah dari Project 636, yaitu proyek kapal selam diesel listrik yang akan diluncurkan minggu depan. "Pada tanggal 26 juni, kapal selam diesel listrik Rostov-on-Don akan diluncurkan di Dermaga Admiralty untuk Armada Laut Hitam," kata Chirkov. Chirkov menambahkan bahwa semua armada Angkatan Laut Rusia total akan menerima enam kapal selam dari Project 636. Angkatan Laut Rusia juga akan menerima paket pelatihan awak kapal selam di masa mendatang.

Pada tanggal 27 Juni, pasukan penyapu ranjau juga akan menerima kapal penyapu ranjau baru dari Project 12700, kapal yang dikembangkan oleh biro desain Almaz.

Jepang Pelajari Sistem Pertahanan Rudal Baru


Peluncuran THAAD
Kementerian Pertahanan Jepang akan melakukan penelitian skala penuh pada sistem pertahanan rudal baru yang nantinya akan melengkapi Jepang untuk mencegat rudal balistik Korea Utara, kata para pejabat Jepang dilansir Japan Times.

Kementerian Pertahanan Jepang sudah mulai berkonsultasi dengan Amerika Serikat untuk perkenalannya dengan sistem pertahanan rudal THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) dan versi darat dari interseptor Standard Missile-3 (SM-3) yang dipasang pada kapal perang dengan sistem tempur Aegis, menurut para pejabat.

Saat ini, Pasukan Bela Diri Jepang menggunakan sistem perisai udara dua tahap dalam mencegat rudal balistik. Pada tahap pertama, kapal perang Aegis Jepang (Kelas Atago dan Kelas Kongō) meluncurkan rudal SM-3 untuk menghancurkan rudal atau puing-puing di luar angkasa yang diyakini ditujukan kepada Jepang. Jika itu gagal, sistem rudal Patriot Advance Capability-3 yang berada di darat akan meluncurkan rudal untuk mengintersepnya.

Pra pengiriman: 'Sea Demonstrations' Frigat KRI BUNG TOMO-357


“……Blarrrrr…. suara dahsyat menyalak dari tabung peluncur torpedo KRI Bung Tomo-357 di perairan utara Inggris…. kobaran api dihadapi oleh fire fighting team dengan sigap….”.
KRI Bung Tomo-357, KRI John Lie-358 dan KRI Usman Harun-359

Perairan Glasgow, Senin 9 Juni 2014. Suhu udara di perairan Glasgow, utara Inggris, terasa menggigil walaupun matahari bersinar terang, hal ini dikarenakan hembusan angin dari balik bukit yang bertiup cukup kencang. Sesosok kapal perang dengan siluet yang garang bergerak senyap dari pelabuhan Fairly Quaey menuju laut lepas. Ternyata sosok kapal perang itu adalah KRI Bung Tomo-357, sebuah frigat multi-peran yang dalam waktu dekat akan menjadi bagian kekuatan alutsista TNI AL yang sedang berada di perairan tersebut untuk melaksanakan pentahapan "Sea Demonstrations", Senin, 9 Juni 2014, untuk pengujian platform system dan kesenjataan serta calon pengawak kapal dalam mengoperasikan seluruh peralatan yang melengkapi kapal tersebut. Dua kapal sejenis lagi yang akan memperkuat jajaran alutsista TNI AL, yaitu KRI John Lie-358 dan KRI Usman Harun-359.

Kapal perang tersebut dilengkapi dengan kesenjataan yang sangat kompleks dan lengkap yang didukung oleh platform system yang baik. Radar navigasi, radar surveillance untuk mendukung pengamatan udara serta radar tracker senjata untuk mengendalikan arah dan elevasi secara akurat terhadap sasaran meriam 76mm Otomelara Super Rapid Gun (OSRG) dan 30mm di lambung kanan dan kiri kapal yang dapat berperan sebagai Close in Weapon System (CIWS ) jika ada bahaya udara mengancam kapal tersebut.

Wamenhan: "Industri Pertahanan Kita Sudah Bangkit"


http://www.artileri.org/2014/06/wamenhan-industri-pertahanan-kita-sudah-bangkit.html
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin menilai industri pertahanan Indonesia sudah bangkit dari keterpurukan. Hal tersebut diungkapkannya setelah ia berkeliling melihat langsung proses kerja tiga perusahaan yang membuat alutsista TNI AD, AL, dan AU.

Sjafrie menerangkan, kunjungannya ke PT. Pindad, Bandung, menunjukkan bahwa produksi Panser Anoa dan Komodo sudah melebihi 300 unit.

Padahal, kapasitas produksi Pindad hanya 80 unit per tahun. Belum lagi, pihaknya juga sudah memberi order Pindad untuk melakukan retrofit bodi dan mesin AMX-13 sebanyak 400 unit. Dengan diperbaruinya persenjataan, teknologi dan mesin kelas ringan tersebut maka tidak ada keraguan lagi bahwa Pindad sudah bisa bersaing di tingkat regional untuk memasarkan produknya. "Kita masih butuh 200 panser lagi, dan semoga perusahaan bisa menjawabnya dengan meningkatkan produksi plus teknologi kendaraan tempur ini," kata Sjafrie, Rabu, 18 Juni 2014.

Panther AS-565 MB Skadron 400

 Helikopter anti kapal selam AS-565 Panther (photo:eurocopter)

  Rasa gembira menaungi Skadron Udara 400 (Anti Kapal Selam) TNI AL. Pasalnya sebagian rekan mereka tengah berada di Prancis untuk menguji coba dan memilih spesifikasi Helikopter Anti Kapal Selam (AKS) Panther AS-565 MB yang sedang dibeli Kementerian Pertahanan. Gembira karena ada alutsista baru yang segera menemani helikopter AS332 Super Puma, Bell 412EP dan BO-105c, milik Skadron 400. Gembira karena kapal perang mereka akan semakin gahar dan diperhitungkan lawan.

Helikopter AS 565 MB merupakan multi purpose: naval version, serach and rescue, berbasiskan AS 365 N3 (maritime patrol and surveillance platform).

AS 565 MB, bisa digunakan untuk misi: fire support, Anti-Submarine (ASW) dan Anti-Surface Warfare (ASuW), yang bisa dipersenjatai dengan: AS15TT anti-ship missiles, searchlight, Magnetic Anomaly Detector (MAD), dipping sonar, search radar, anti-tank missiles, gun pods, rockets, torpedo dan lain sebagainya. Panther juga dijual oleh Eurocopter ke Amerika Serikat untuk United States Coast Guard (USCG) sebagai HH-65 Dolphin.

Dari 11 helikopter yang dibeli TNI AL, tidak semuanya untuk AKS, namun ada juga versi AKPA dan versi Intai Taktis. Helikopter Panther AS-565 MBe yang dibeli seharga 23 USD/unit ini, sedang disiapkan oleh Skadron 400 TNI AU dan pihak Prancis, untuk mendapatkan spesifikasi yang terbaik, bagi Indonesia.
Untuk misi operasi Naval, AS565MB bisa dikatakan nyaris sempurna: senyap, biaya perawatan murah, multi purpose untuk: surveillance kapal permukaan, Anti-Surface unit Warfare (ASuW) dan Anti-Submarine Warfare (ASW).

Dukung Minimum Essential Force, PT PAL Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas Produksi


Minimum Essential Force (MEF) atau kekuatan pokok minimum TNI menjadi salah satu poin penting dalam hal pertahanan negara menuju era global. Persoalan yang tidak kalah penting adalah peningkatan kemampuan industri militer dalam negeri, seperti LAPAN, Pindad, PT PAL, PT DI, BPPT, PT Dahana, dan sebagainya.

“Kapasitas alutsista yang modern dan memadai tentu akan meningkatkan pamor dan menambah rasa percaya diri bangsa kita di tengah-tengah dinamika hubungan antarnegara yang terjadi,” ujar Direktur Utama PT PAL, Muhammad Firmansyah Arifin, kepada JMOL di Surabaya, Rabu (18/6).

Menurut Firmansyah, peningkatan kualitas dan kuantitas alutsista yang dimiliki Indonesia menjadi sangat penting, mengingat Indonesia memiliki lautan yang sangat potensial dan strategis. Alutsista memadai akan sangat berguna apabila suatu ketika terjadi ancaman di wilayah perairan Indonesia, seperti yang terjadi di wilayah Ambalat.

52 Tank Leopard Siap Dikirimkan ke Indonesia dari Jerman


Sebanyak 52 tank Leopard siap dikirimkan dari Jerman ke Indonesia di pengiriman pertama ini. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari total pemesanan TNI AD 2013 sebanyak 164 unit.

Upacara pengiriman pertama (roll out) 52 tank dilakukan di Unterluss, Jerman. Rombongan High Level Commitee (HLC) dipimpin Wakil Menteri Pertahanan Letjen (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin dan turut dalam rombongan tersebut mantan KSAD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo. Rombongan dijadwalkan bertolak dari Jakarta Minggu (22/6/2014) pagi ini menuju Hamburg.

Pembelian tank Leopard merupakan inisiasi KSAD saat itu, Jenderal Pramono Edhie Wibowo. Adapun alasan perlunya pembelian alat utama sistem senjata (Alutsista) tersebut sebagai bagian dari modernisasi alutsista.

Tatra T815 : Kendaraan Peluncur Roket 6x6 MLRS Astros II Mk-6



MLRS Astros II Mk-6 menggunakan basis kendaraan truk 6x6 Tatra T815-790R39 sebagai kendaraan peluncur roketnya, sedangkan kendaraan pendukung menggunakan basis truk 4x4 Tatra T815-7A0R59. Sebelumnya digunakan truk 6x6 Mercedes Benz tipe 2028A (photo : Kompas)
 
  Awal Agustus mendatang, 13 dari 38 kendaraan sistem peluncur roket multilaras (MLRS) Astros II MK-6 buatan perusahaan Avibras, Brasil, tiba di Jakarta. Kendaraan MLRS yang berpenggerak enam roda (6 x 6) itu memiliki kemampuan meluncurkan 24 roket dengan daya jangkau dari belasan kilometer hingga 300 kilometer.
Namun, kali ini yang akan dibahas bukanlah mengenai kemampuan roket yang diluncurkan, melainkan tentang kendaraan 6 x 6 yang memanggul kontainer peluncur roket itu. Di masa lalu, Avibras mendatangkan kendaraan 6 x 6-nya dari Mercedes Benz, Jerman. Akan tetapi, kali ini, Avibras memesannya dari Ceko, tepatnya dari perusahaan Tatra.

Analisis : Memahami Wibawa Pertahanan

Analisa :  Sebenarnya tanpa kita sadari kekuatan pertahanan kita selama setahun terakhir ini meningkat dengan tajam seiring dengan kedatangan berbagai alutsista untuk mengisi satuan tempur di segala matra. Belum lagi ledakan amunisi terbesar dan tergagah sepanjang sejarah dalam Latgab TNI awal Juni kemarin yang ditembakkan dari berbagai sumber daya alutsista darat, laut dan udara. Bisa dibayangkan betapa lumatnya KRI Karang Banteng yang menjadi korban 4 peluru kendali anti kapal Exocet dan C802 yang ditembakkan dari 4 KRI sekaligus.  Memang Latgab kemarin adalah latgab terdahsyat yang pernah dilakukan TNI dan pertama kali mengintegrasikan sistem pertempuran 3 matra dengan konsep pre emptive strike.



Latgab itu adalah salah satu aplikasi memahami wibawa pertahanan. Memahami wibawa pertahanan esensinya sama dengan memperhatikan kesehatan dan kebugaran sekujur tubuh.  Tubuh yang sehat dan bugar adalah gambaran kesehatan organ tubuh di dalamnya. Tubuh yang atletis menggambarkan kegagahan bagi si pemilik tubuh. Demikian juga dengan gambaran sebuah negara. Negara yang “atletis” tentu menggambarkan kekuatan militernya yang tangguh dan gahar. Wibawa pertahanan adalah bagian dari cara pandang untuk mengukur sejauh mana harga diri bangsa berdiri di tengah pergaulan antar bangsa. Maknanya adalah tidak ada pelecehan teritori dan sekaligus kemampuan merawat pagar teritori.  Bukan ketika ada yang mencoba melecehkan teritori lalu bersikap reaktif dan retorika.


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...