Wednesday, August 29, 2012

Dandim 0902: Helikopter Super Cobra dan Bell 412 Akan Ditempatkan Di Berau



Tanjung Redeb, Komandan Kodim 0902/Tanjung Redeb Letkol Arm Rabimin SIP mengatakan rencana membuat Skuadron Helikopter memiliki nilai strategis dalam mengamankan seluruh wilayah Berau terutama wilayah perbatasan dan kawasan yang sulit dijangkau melalui akses darat.

"Skuadron Heli rencananya akan dibuat di Bandara Kalimarau, Kabupaten Berau. Skuadron helikopter ini akan diisi helikopter jenis Super Cobra buatan PT Dirgantara Indonesia dan jenis Bell 412 hasil produksi kerja sama Indonesia-Amerika. Untuk satu skuadron rencananya terdiri atas 16 unit helikopter," kata Letkol Arm Rabimin.

Menurut dia, seperti sempat disampaikan Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayjen TNI Subekti, rencana tersebut diharapkan dapat segera terealisasi.

"Rencana itu sudah lama tercetus, dan dukungan pemerintah daerah dalam pemahaman yang sama ditunjukan dengan penyiapan lahan seluas 40 hektare namun masih dalam proses. Apresiasi kami kepada Pemkab Berau dalam mendukung tugas TNI sangat besar seperti ditunjukan Bupati Berau Drs Makmur HAPK," ungkap Rabimin.

Ia menambahkan, menurut rencana, satu skuadron helikopter serang Super Cobra sebanyak 16 unit akan ditempatkan di Kabupaten Berau. Tidak hanya Berau, kabupaten lain yang merupakan daerah yang berbatasan juga akan dilengkapi dengan alat utama sistem persenjataan (alutsista), Seperti Kabupaten Bulungan dan Nunukan.

Sementara untuk penempatan personel, Letkol Rabimin menyebutkan kebijakan tersebut merupakan kewenangan satuan atas untuk menempatkan personel yang mengawaki unit tempur itu kelak.

"Tinggal kita menunggu realisasinya, dan berharap tidak ada kendala, perhatian pemerintah Berau dalam hal ini, khususnya upaya menyiapkan lahan meskipun belum terlaksana sudah merupakan sebuah dukungan yang sangat berarti bagi TNI untuk mengamankan dan menjaga keutuhan NKRI, kami berterima kasih kepada Bupati dan wakil Bupati untuk upaya ini," ujar Dandim Letkol Arm Rabimin.

sumber: http://kemhan.go.id/kemhan/?pg=31&id=24
8

SBY Harus Jadi Marketing CN-235 dan Senjata "Apalagi VIP di Korea Selatan dan Malaysia juga pakai CN-235."


VIVAnews - Wakil Ketua Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin menilai, banyaknya negara memesan senjata dan pesawat dari Indonesia adalah momentum kebangkitan industri pertahanan dalam negeri.

Sejak dulu,  produk Pindad sebenarnya sudah banyak diminati, namun marketingnya kurang bagus. "Senjata SS-2 itu ketika diadakan pertandingan internasional memang bagus, jadi relevan sekali mereka membeli produk itu," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Rabu, 29 Agustus 2012.

TB mengatakan, khusus senapan, pasukan TNI dan Polri sudah memakai senjata buatan dalam negeri. Senjata buatan Indonesia juga banyak diminati di Timur Tengah, Afrika, kemudian Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

Untuk itu, TB meminta agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menggunakan pesawat dalam negeri CN-235. Sebagai bentuk dukungan pada produk dalam negeri.

"Kalau perlu Presiden pakai CN-235 karena VIP di Korea Selatan dan Malaysia juga pakai CN-235," kata dia.

Ke depan, industri pertahanan di Indonesia akan diperkuat dengan RUU Industri Pertahanan. "Kita akan meningkatkan dari CN-235 menjadi CN-295, dan TNI sudah pesan 10 pesawat."

Untuk keuntungan dari penjualan senjata ke luar negeri, kata dia, bisa dicek langsung ke Kementerian BUMN. "Kalau itu bukan tugas Komisi I, kalau sudah jual beli itu sudah masuk ke BUMN uangnya," tambah dia.

Rusia launched a new Kilo-class Project 636 diesel-electric submarine for Vietnam




Russia's Admiralteiskie Verfi shipyard has launched a new Kilo-class Project 636 diesel-electric submarine for Vietnam, a military-industrial complex sources said on Tuesday.

The boat is the first of six ordered by Hanoi.

Vietnam's Prime Minister Nguyen Tan Zung announced the signing of a contract worth almost $2 billion for the six boats in December 2009.

"The first boat will be launched on Tuesday and will begin tests soon after," a shipyard source said earlier today. The boat is due to be delivered to the customer by the end of the year, he added. All six boats are due to be delivered by 2016.

The Project 636 class boats displace 3,100 tons, have a top speed of 20 knots, can dive to 300 meters and have a crew of 52. The boats are armed with 533-mm torpedo tubes and are armed with torpedos, mines, and Kaliber 3M54 (NATO SS-N-27) cruise missiles.

sumber: http://en.rian.ru/mlitary_news/20120...175478902.htm
l

Panglima TNI: Indonesia Butuh 12 Kapal Selam


ilustrasi (aviationweek.com)
Jakarta Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan 10 sampai 12 kapal selam untuk mencegah potensi gangguan keamanan laut. Diharapkan target pemenuhan kapal selam dapat rampung sebelum tahun 2024.

"Diharapkan sebelum 2024 target itu dapat terpenuhi," kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dalam jumpa pers di Gedung Kemenhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu (29/8/2012).

Alasan Indonesia membutuhkan kapal selam, lanjut Agus, karena Indonesia berkewajiban menjaga keamanan dan perdamaian di wilayah maritim. Salah satunya, Indonesia harus berperan aktif dalam menjaga keamanan di Laut Cina Selatan.

"Konflik laut Cina Selatan memang bukan masalah kita. Tapi, kalau ada sesuatu di sana maka akan berdampak ke kita. Untuk itulah kita perlukan," jelas Agus.

"Selain itu, kapal selam juga diperlukan untuk menjaga daerah perbatasan laut Indonesia," sambungnya.

Panglima menambahkan, saat ini Indonesia hanya memiliki 2 kapal selam dan akan hadir 3 kapal selam tambahan dari Korea Selatan. Kapal selam asal negeri ginseng tersebut dilakukan dengan joint production(produksi gabungan).

"Kapal selam itu teknologi yang muktahir, dengan adanya joint production ini diharapkan akan ada transfer teknologi supaya Indonesia dapat menguasai ilmu pembuatan kapal selam," tutup Agus.

Spirit Beralutsista Dalam Pita Kebangsaaan




Belanja militer Indonesia untuk tahun anggaran 2013 diprediksi menyentuh angka 77,7 trilyun rupiah naik dari 72,9 trilyun rupiah tahun ini. Dari angka 77,7 trilyun rupiah itu sebanyak 28,2 T adalah untuk belanja dan rawat alutsista. Nah kalau disandingkan dengan program belanja alutsista selama 5 tahun (Tahun 2010 sd 2014) sebesar 150 trilyun rupiah maka angka 28,2 trilyun itu proprosional karena rata-rata 30 trilyun per tahun anggaran.

Jujur saja, ada yang berbunga dan mekar di hati kita manakala melihat keseriusan pemerintah untuk mendandani hulubalangnya yang selama ini kurang gizi alutsista alias dibiarkan tak terurus. Gelontoran dana yang dukucurkan mulai tahun 2010 sampai saat ini mulai menunjukkan kegairahan dan spirit serta kebanggaan bagi sebuah definisi sejati tentang perkuatan alutsista TNI. Bahwa alutsista itu adalah nafas dan libido TNI yang harus terus diperbaharui kuantitas dan kualitasnya agar tetap terjaga kepercayaan diri dan adrenalin tempur berkemampuan teknologi di setiap nadi prajurit kita.

Yang membanggakan adalah bersepakatnya semua elemen bangsa apakah dia bernama Pemerintah, DPR, DPD dan mayoritas rakyat Indonesia untuk mendukung penuh perkuatan alutsista TNI. Dalam sebuah negara demokrasi dukungan seluruh elemen kebangsaan ini merupakan sebuah ketakjuban yang luar biasa dan jarang ada. AS saja sebagai negara demokrasi nomor satu di dunia tidak selalu seiring kata dan langkah pemerintah dengan parlemennya atau bahkan sebagian rakyatnya jika menyangkut hal ikhwal pengembangan alutsista mereka termasuk ekspor senjatanya.

Inilah nilai plus yang membikin “angek” alias iri negara lain utamanya negara tetangga yang selama ini selalu meremehkan kekuatan militer Indonesia. Spirit beralutsista di negeri ini tumbuh seirama dengan terusiknya harga diri kebangsaan karena bertahun-tahun menjadi pusat pelecehan teritori. Spirit itu semakin berharga nilainya manakala pengambil keputusan di negeri ini tidak lagi berorientasi beli murni dalam setiap pengadaan alutsista. Langkah cerdas Pemerintah adalah berupaya mengembangkan industri Hankam di dalam negeri sembari mengambil nafas transfer teknologi dari negara sahabat yang bermurah hati, misalnya Cina dan Korea Selatan. Maka lihat saja geliat Pindad, PT DI dan PAL serta perusahaan swasta nasional seperti Lundin, Palindo, Koja Bahari dan lain-lain yang mendapat order trilyunan sekaligus memberikan lowongan dan ruang pekerjaan baru bagi ribuan sumber daya manusia di negeri ini.

Khusus untuk teritori udara jika nanti dan tak lama lagi kekuatan skuadron tempur kita sudah kedatangan berbagai jenis pesawat tempur dan menjadi kekuatan dengan 1 skuadron Sukhoi, 3 skuadron F16, 2 Skuadron F5E, 2 skuadron Hawk, 1 skuadron T-50, 1 skuadron Super Tucano, maka sebaran skuadron dan flight perlu dicermati sesuai kebutuhan dan gengsi teritori. Pekanbaru misalnya setelah diperkuat dengan 2 skuadron jet tempur Hawk dan F16, sangat diharapkan memunculkan 1 flight Hawk atau F16 secara bergantian di bumi Aceh. Ini yang disebut gengsi teritori disamping mengawal perbatasan karena di sebelah barat laut Sabang ada kekuatan besar yang mengintip, India. Gengsi teritori udara itu bisa menimbulkan kewibawaan negara di mata rakyat Aceh karena deru jet tempur sehari-hari di wilayah ujung NKRI itu akan mampu memberikan kesan dan pesan kebangsaan yang kuat, bahwa kita berada dalam lindungan payung kekuatan udara.

Sebagai contoh historis era akhir tahun 70an, ketika 1 flight jet tempur A4 Skyhawk di tempatkan di Lanud Polonia Medan, warga Medan dan Sumut merasa “tersanjung” dan bangga dengan kehadirannya yang setiap hari meraung dan melintas cepat disertai manuver lincah. Ini menjadi tontonan sekaligus memberi ruang kebanggaan akan apa yang disebut perlindungan udara dan gengsi teritori. Kehadiran jet tempur A4 Skyhawk di Medan selama beberapa tahun mampu memberikan nafas kelegaan karena sejatinya selama bertahun-tahun di seberang selat Malaka ada pangkalan Butterworth tempat berkumpulnya jet tempur FPDA pada waktu itu.

Maka tak salah jua jika di Biak yang sudah siap infrastruktur Lanud, Radar dan Paskhasnya ditempatkan 1 skuadron jet tempur, tak usah muluk-muluk dulu, jet tempur F5E sajalah. Dari jumlah 1 skuadron itu 1 flight jet tempur F5E bisa ditugasterbangkan di Merauke untuk kawal teritori udara yang berbatasan dengan Australia dan Papua Nugini. Raungan mesin jet tempur di wilayah Papua diyakini akan memberikan spirit berbangsa dan kebanggaan sebagai bagian dari kampanye militer untuk selalu dan setiap saat memberikan perlindungan udara di ujung timur wilayah NKRI. Kehadiran jet tempur dan raungannya di ruang udara mampu memberikan kebanggaan dan kesan yang bergetar lebih luas pada ruang dada dan kalbu setiap warga melebihi dari ketika melihat parade Tank, Panser atau Kapal Perang. Betul tak ?

Demikian juga dengan Kupang sebagai pintu terdepan yang berhadapan dengan Dili dan Darwin sangat perlu ditempatkan 1 flight F16 sebagai bagian dari skuadron F16 Madiun. Kehadiran F16 di Kupang diniscayakan mampu memberikan nilai kewibawaan pada halaman belakang rumah kita sekaligus mengingatkan tetangga akan pengawalan teritori NKRI di sudut itu. Seperti diketahui Darwin akan semakin ramai lalulintas militer laut dan udaranya sehubungan dengan penempatan Marinir AS disana, dan sejauh ini sangat layak kita menempatkan 1 flight F16 di NTT untuk kawal teritori udara.

Karena diprediksi kita akan mendapatkan 3 skuadron F16 maka selain Madiun dan Pekanbaru, wilayah lain yang pantas mendapatkan 1 skuadron F16 adalah Balikpapan yang dengan radius dan jarak tempuh F16 mampu mengawal perbatasan udara Kalimantan dan Sulawesi. Jika 1 flight di tempatkan di Tarakan maka perlindungan udara terhadap Ambalat akan semakin cepat respons dan kuat setara. Bagi warga masyarakat yang berada di lokasi pulau Tarakan, Bunyu, Nunukan dan Sebatik kehadiran jet tempur F16 di wilayah mereka mampu memberikan rasa bangga dan percaya diri sekaligus memupuk semangat kebangsaan.

Dengan sebaran jet tempur di lokasi yang tersebar itu termasuk di Natuna dengan 1 flight jet tempur Hawk dari Skuadron Supadio Pontianak maka secara defacto kita sudah mampu menghadirkan dan mengawal teritori udara secara penuh. Sehingga Sukhoi di Makassar tak usah ikut-ikutan patroli udara karena jet tempur kelas berat ini bukan untuk patroli udara melainkan gelut udara kelas berat dengan ongkos terbang yang lebih mahal. Tidak ada lagi ruang udara NKRI yang blank spot apalagi mata dan telinga yang bernama radar di Indonesia Timur sudah mampu mengcover wilayah pandang. Dan jika itu dilengkapi dengan kemampuan intersep maka lengkaplah sudah persyaratan sebuah perlindungan simkamling, ada mata untuk melihat, ada telinga untuk mendengar dan ada tangan untuk menindak.

Spirit beralutsista dalam pita kebangsaan memang harus terus digemakan di setiap wilayah NKRI utamanya wilayah perbatasan negara. Kita sedang berada dalam perjalanan itu. Perkuatan alutsista TNI bukanlah untuk mengancam tetangga melainkan untuk memberikan kekuatan rasa aman dan kewibawaan teritori. Selama ini alutsista TNI sangat jadul banget sehingga wajar jua kalau barang jadul itu diganti agar sesuai dengan perkembangan teknologi. Negara kita ini sangat luas, negara kepulauan terbesar di dunia sekaligus pemilik teritori pantai terpanjang kedua di dunia dan pemilik ruang udara sebesar benua Eropa. Sangat wajar dong jika RI memiliki militer dengan alutsista yang gahar karena rumah kami rumah yang besar, rumah gadang dengan sejuta pesonanya, dengan sumber alamnya yang melimpah. Belum lagi posisi ini jika dikaitkan dengan dinamika Laut Cina Selatan. Rumah yang besar itu sangat pantas dijaga herder karana tetangga kiri kanan pun sudah menyiapkan herder jauh-jauh hari sebelumnya dan kita tak protes tuh. Iya kan ?
******
Jagvane / 29 Agustus 20
1

ANGGARAN MILITER NAIK SIGNIFIKAN, DIHARAP PRIORITAS BELANJA ALUTSISTA LAUT DAN UDARA


Kementerian Pertahanan (Kemhan) diminta memprioritaskan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk wilayah laut dan udara mengingat sangat luasnya cakupan keduanya. Indonesia adalah negara maritim dan memiliki luas kekuasaan udara yang besar. Selayaknya pertahanan di dua wilayah itu diperkuat.

"Pada 2013, Kemhan harus merencanakan sungguh-sungguh anggaran untuk alutsista. Itu diperlukan agar dana yang besar tersebut dapat digunakan sebaik-baiknya guna meningkatkan pertahanan Indonesia," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, kepada Koran Jakarta, Selasa (28/8).

Pernyataan itu menanggapi kenaikan anggaran pertahanan pada 2013 menjadi 77 triliun rupiah atau naik sekitar 5 triliun rupiah dibandingkan tahun lalu. Pernyataan itu kembali dipertegas karena Imparsial melihat, pada 2012, Kemhan justru memprioritaskan pengadaan alutsista untuk kekuatan darat.

Salah satu pengadaan alutsista yang menonjol pada 2012 ini adalah pengadaan 100 unit main battle tank Leopard dari Jerman. Dari segi alokasi anggaran saja, lanjut dia, TNI AD mendapatkan jatah anggaran hingga 30 triliun rupiah pada 2012. Bandingkan dengan TNI AL yang hanya 9 triliun rupiah dan TNI AU yang hanya 8 triliun rupiah.

Berdasarkan alokasi anggaran itu, Poengky melihat pemerintah masih mengandalkan kekuatan darat dibandingkan laut dan udara. Poengky juga berharap Kemhan meninfkatkan keterampilan prajurit, terutama prajurit yang mengawaki alutsista laut dan udara. Apalagi semakin hari teknologi alutsista semakin canggih dan modern.

Menanggapi hal ini, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan bahwa kebijakan mengerem pertumbuhan prajurit tak akan berlaku untuk para prajurit ahli seperti pengawak. "Artinya, kalau ada 10 prajurit yang pensiun, kita harus merekrut 10 prajurit lain," kata Purnomo.

Tetap Seimbang 

Menurut dia, penting diberlakukan manajemen sirkulasi yang baik agar jumlah kekuatan personel tetap seimbang. "Bukan berarti bahwa zero growth itu nol, dan tidak berarti persis sama dengan yang keluar. Kita menyadari ke depan butuh personel banyak karena akan ada tambahan banyak skuadron tempur dan skuadron angkut," jelas dia.

Purnomo bahkan menjanjikan akan mengadakan program pendek untuk para penerbang TNI. Di samping itu, lanjut dia, akan ada dua program lagi untuk menempatkan personel dalam jumlah yang pas di bagian tertentu. Kemhan juga akan membuat standar prajurit yang lebih baik. Sebagai contoh, ketika ada restrukturisasi Kodam dan terdapat sejumlah unit baru, tak harus ada penambahan personel.

Bisa saja dengan melakukan perpindahan personel. Sebelumnya, DPR banyak menyoroti keterampilan prajurit yang kurang seiring semakin masifnya pemerintah melakukan belanja alutsista. Anggota Komisi I DPR, Susaningtyas Kertopati, menyatakan alutsista secanggih apa pun, tanpa diimbangi dengan dukungan pengawak yang profesional, hanya akan menjadi onggokan barang yang tak bernilai.

Selain itu, tambah dia, Kem han harus disiplin dalam menggunakan dana, baik untuk kegiatan strategis maupun operasional. Untuk itu, Kemhan harus transparan dalam penggunaan dananya agar publik dapat ikut mengawasi. "Kemhan harus transparan mengalokasikan dana. Yang penting, belanja alat utama sistem senjata (alutsista) harus sebanding dengan dana operasional bagi pengembangan sumber daya manusia, khususnya pengawak dan prajurit," kata dia.

Disiplin terhadap rencana strategis, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang, itu penting. Sudah transparan atau belumnya penggunaan anggaran tak akan terlaksana dengan baik jika tak didukung DPR. Kesejahteraan prajurit harus menjadi bagian yang utama. "Alutsista memang penting, tapi alutsista modern dan canggih harus sejalan dengan meningkatnya kemampuan prajurit," kata dia. 


Sumber : KoranJakarta

BELUM BISA BUAT TIDAK MASALAH EXPORT, KEDEPAN INDONESIA PASTI BISA BISA LEOPARD SENDIRI


Senjata buatan RI ternyata laris di luar negeri. Diminati sejumlah negara Timur Tengah, salah satunya Irak, juga Uganda, negeri nun jauh di Benua Afrika.

Ini adalah pertanda baik. Anggota Komisi I DPR, Max Sopacua menilai laris manisnya senjata buatan Indonesia di Irak sebagai sebuah kemajuan di bidang teknologi persenjataan.

"Kalau Pindad maupun perusahaan Dirgantara Indonesia bisa memproduksi itu kenapa tidak. Artinya ketika kualitas yang kita ciptakan dihargai oleh bangsa lain itu sebuah kemajuan," kata Max di Gedung DPR, Jakarta, Rabu, 29 Agustus 2012.

Max berharap dengan rencana Irak dan Uganda yang akan memesan senjata dan pesawat dari Indonesia, akan ada peningkatan kerja, sehingga ke depan sumber daya manusia di Indonesia bisa memproduksi senjata dan pesawat yang lebih banyak lagi.

"Kita kan belum bisa memproduksi Leopard dan Sukhoi. Yang kita produksi di sini baru sebatas senjata-senjata ringan, ada tank tapi baru beberapa, tapi tidak menutup kemungkinan kita meningkatkan itu," kata dia, optimistis.

Max mengatakan, kemajuan teknologi di Indonesia pernah dialami ketika kepemimpinan BJ Habibie. Saat itu Spanyol memesan pesawat CN-235.

"CN-235 itu Spanyol pesan, berarti kita sudah dihargai di negara-negara Eropa. Ketika zaman Pak Habibie memimpin, itu saya kira sudah sebuah jalan yang bagus ke internasional, tinggal bagaimana kita menindaklanjuti dengan sumber daya manusia yang ada sekarang ini," ungkapnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi Pertahanan, Tubagus Hasanuddin mengisahkan sebuah ironi. Senjata buatan dalam negeri banyak dilirik negara asing, tapi justru jarang dipakai oleh pemerintah.

Misalnya, senjata tipe SS-2 buatan PT Pindad yang bahkan pernah menjadi juara dalam pertandingan menembak di Asia Pasifik. Karena akurasinya.


Sumber : Vivanews

KRI Clurit-641 Latihan Bersama Dengan AL Asia Tenggara



 

Jakarta,PelitaOnline – Salah satu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) diberangkatkan ke Singapura dalam rangka mengikuti latihan bersama (latma) dengan Angkatan Laut (AL) dari negara-negara Asia Tenggara dan US Navy.

Kepala Dispen Koarmabar Letkol Laut (KH) Agus Cahyono menerangkan, latihan bersama dengan nama South East Asia Coorporation And Training (SEACAT) adalah kegiatan latihan multilateral Angkatan Laut kawasan Asia Tenggara dan US Navy di Naval Base Changi Singapura.

TNI Angkatan Laut pada latihan bersama tersebut mengikutsertakan KRI Clurit-641, kapal perang di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) yang sehari-harinya berada dibawah pembinaan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmabar dengan pangkalan di Tanjung Uban.

“Keikutsertaan KRI Clurit-641 yang dikomandani Mayor Laut (P) Lewis N. Nainggolan dalam latihan multilateral Angkatan Laut kawasan Asia Tenggara di Singapura tersebut untuk meningkatkan profesionalisme prajurit dalam kerjasama pada pelaksanaan operasi laut bersama yang dilaksanakan di wilayah perairan masing-masing negara,” ujar Kadispen di Jakarta, Selasa (38/08/2012).

Pelaksanaan kegiatan SEACAT di Changi Naval Base Singapura tersebut, tambahnya, direncanakan akan berlangsung selama lima hari dan diikuti dari beberapa peserta perwakilan Angkatan Laut Asia Tenggara diantaranya Malaysia, Thailand, Brunei, Filipina serta Singapura dan USN.

Adapun materi-materi yang terdapat dalam latihan bersama tersebut antara lain Pertukaran Informasi Antar Pusat Komando Pengendali pada saat digelar kegiatan latihan.
 

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...