Monday, April 23, 2012

Iran berhasil kuasai teknologi dan kode rahasia pesawat UAV RQ-170 Sentinel


RQ-170 Sentinel
Iran Mulai Tiru Pesawat Tak Berawak AS

Jenderal Amir Ali Hajizadeh, kepala divisi kedirgantaraan Pengawal Revolusi Iran mengatakan kepada kantor-kantor berita Iran bahwa para ahli juga memperoleh data dari pesawat tak berawak RQ-170 Sentinel itu, hari Minggu (22/4). Pesawat itu dikuasai oleh Iran bulan Desember lalu di Iran timur.

Para pejabat Amerika telah mengakui kehilangan pesawat pengintai itu. Mereka mengatakan Iran akan kesulitan memanfaatkan data dan teknologi dalam pesawat itu karena Amerika telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi nilai intelijen dalam pesawat-pesawat tak berawak yang beroperasi di atas wilayah musuh.

Hajizadeh mengatakan pesawat mata-mata itu sekarang tidak memiliki rahasia lagi, karena semua kode rahasia dalam pesawat tersebut telah terpecahkan. Termasuk diantaranya informasi mengenai sejarah 'perjalanan' pesawat tak berawak itu.

Menurut Hajizadeh, informasi dalam pesawat tersebut mengindikasikan pesawat itu telah terbang di atas tempat persembunyian pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden dua minggu sebelum dia dibunuh. 

www.voaindonesia.com

PM David Cameron datang ke Indonesia tawarkan produk pertahanan buatan Inggris


MBT Challenger 2 buatan Inggris
MBT Challenger 2 buatan Inggris
Inilah Wawancara Kompas dengan David Cameron

Pemerintah Inggris mengindikasikan ingin menjual berbagai persenjataan dan peralatan pertahanan buatannya kepada Indonesia. Tema tersebut diduga akan menjadi salah satu hal yang akan dibicarakan dalam kunjungan Perdana Menteri Inggris David Cameron di Indonesia selama dua hari mulai Rabu besok. Hal tersebut terungkap dari jawaban PM Cameron dalam wawancara tertulis dengan Kompas, Selasa (10/4/2012) ini. Menurut Cameron, Indonesia mempunyai hak untuk mempertahankan diri. "Kami percaya bahwa negara-negara demokratis dan bertanggung jawab, seperti Indonesia, mempunyai hak untuk mempertahankan diri dan membeli peralatan yang diperlukan untuk melakukannya," tutur Cameron.

Cameron melanjutkan, berbagai peralatan pertahanan terbaik buatan Inggris tersedia bagi Indonesia, dan pembicaraan soal itu akan menjadi bagian dari kunjungannya kali ini. "Inggris membuat beberapa peralatan pertahanan terbaik di dunia, dan wajarlah kalau peralatan tersebut tersedia bagi Indonesia, dengan kriteria yang sama seperti yang kami terapkan bagi semua mitra kami di dunia. Itulah sebabnya mengapa beberapa dari perusahaan pertahanan terkemuka kami ada bersama saya dalam kunjungan ini," papar Cameron.

Saat diingatkan bahwa hubungan kerja sama pertahanan Indonesia-Inggris memiliki catatan sejarah buruk dengan diembargonya penjualan pesawat tempur Hawk buatan Inggris ke Indonesia beberapa tahun lalu, Cameron mengatakan itu adalah bagian dari masa lalu. "Kami harus jujur dan terus terang mengenai masalah-masalah yang terjadi di masa lalu, tetapi baik Inggris maupun Indonesia telah melakukan perubahan berarti sejak saat itu," tandas Cameron.

Ia mengatakan, Indonesia telah bertransformasi dalam satu dasawarsa terakhir dan menjadi salah satu negara demokrasi penting di dunia, dengan kemerdekaan pers dan pemilihan umum yang bebas dan adil. "Militer tidak lagi memainkan peran dalam politik, tetapi memainkan peran yang benar dalam hal mempertahankan negara ini dari ancaman serangan dari luar," ujar PM Inggris pertama yang berkunjung ke Indonesia sejak 2006 itu.

Cameron mengakui, Inggris memang menerapkan berbagai syarat ketat terkait ekspor produk persenjataannya, untuk mencegah senjata-senjata itu jatuh ke tangan yang salah. "Di Inggris saat ini kami memiliki salah satu sistem lisensi persenjataan yang paling teliti dan hati-hati di dunia, untuk memastikan bahwa persenjataan tidak jatuh ke tangan mereka yang bisa menyalahgunakannya," tandasnya.

Dalam kode tata berperilaku (code of conduct/COC) ekspor persenjataan Uni Eropa disebutkan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi negara calon pembeli produk senjata dari negara-negara Uni Eropa. Salah satu syarat adalah negara calon pembeli harus menghormati hak asasi manusia. Pihak negara-negara UE berhak menolak lisensi ekspor persenjataan apabila ada risiko negara calon pembeli akan menggunakan persenjataan itu untuk represi internal. Yang termasuk dalam kategori represi internal, menurut COC tersebut, antara lain, penyiksaan atau perlakukan tak manusiawi lain terhadap seseorang, eksekusi sewenang-wenang, penghilangan orang, dan penahanan seseorang secara serampangan. 

internasional.kompas.com

Indonesia-Pakistan jajaki kerjasama industri pertahanan


MBT Al-Khalid produksi Pakistan
MBT Al-Khalid produksi Pakistan
Menhan Menyambut Baik Tawaran Pakistan Untuk Kembangkan Kerjasama Industri Pertahanan

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Jumat (20/4), menerima kunjungan kehormatan Chairman of Pakistan Ordnance Factories Board Muhammad Ahsan Mahmood di Kantor Kemhan, Jakarta. Kedatangannya kali ini adalah untuk menjajaki kerjasama di bidang industri pertahanan dan pengadaan Alutsista. 

Chairman of POF mengundang Menhan untuk mengunjungi Pakistan untuk melihat sendiri industri pertahanan di Pakistan untuk melihat kemungkinan kerjasama yang dapat dikembangkan dari kedua negara. Menhan Purnomo Yusgiantoro menyambut baik tawaran kerjasama tersebut dan menunjuk Sekjen Kemhan untuk mengevaluasi kemungkinan pengembangan kerjasama antara kedua negara.

Saat menerima Mr Muhammad Ahsan Mahmood yang didampingi Duta Besar Pakistan untuk Indonesia Mr Sanaullah, Menhan Purnomo Yusgiantoro didampingi Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, Ses Baranahan Laksma TNI Ir Antonius Djoni Gallaran MM, dan Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin

Momen Potensial Munculnya Black Flight di Indonesia



Setiap tanggal 9 April dan 5 Oktober, warga Ibukota Jakarta dibuat terkesima dengan defile dan flypass dari pesawat-pesawat tempur TNI AU. Sebagian besar warga Jakarta dibuat kagum atas deru mesin jet tempur yang membelah langit. Yang jadi bintang, tak lain dan tak bukan adalah alutsista nomer wahid milik Republik Indonesia, seperti Sukhoi Su-27/30, F-16 Fighting Falcon, Hawk 109/209, dan F-5E/F Tiger.

Melihat dari kecenderungannya, beberapa hari jelang perhelatan akbar, selalu dilakukan latihan flypass, terbang formasi, bahkan atraksi aerobatik. Saya yang kebetulan tinggal di area Jakarta Selatan, biasanya mulai melihat flypass jet tempur secara intens pada H-7.

Lepas dari flypass dan atraksi aerobatik jet tempur diatas, sebenarnya ada suatu hal yang harus diwaspadai secara seksama, terutama oleh elemen Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). Seperti sudah menjadi rahasia umum, dari segi kuantitas, Indonesia sangat kekurangan jet tempur. Jumlah jet tempur yang ada setiap hari dioperasikan secara terbatas untuk misi patroli, sebagian lagi ada di pangkalan untuk misi perbaikan.

Meski tentunya sudah disiasati, intinya saat hajatan 9 April sebagai hari jadi TNI AU, dan 5 Oktober sebagai HUT TNI, tingkat kesiapan jet tempur (terutama di wilayah perbatasan) menjadi berkurang, pasalnya sebagian ‘ditarik’ ke Jakarta untuk keperluan flypass. Sampai saat ini Kohanudnas memiliki 17 unit radar yang terbagi dalam Kosek (komando sektor). Kosek I yang bermarkas di Halim membawahi 6 radar, Kosek II di Makassar membawahi 5 radar, Kosek III di Medan membawahi 4 radar, dan Kosek IV di Biak membawahi 2 radar. Dalam pelaksanaan operasinya, unsur Kohandunas berintegrasi dan berkoordinasi dengan radar sipil, terutama untuk wilayah-wilayah di Indonesia Timur yang masih minim dari pantauan radar militer.

Momen Emas Terjadinya Black Flight

Dengan berkurangnya jumlah jet tempur di pangkalannya masing-masing, menjadi peluang emas bagi pihak asing untuk lebih leluasa melakukan misi black flight (penerbangan gelap). Mereka tahu, bila pada tanggal-tanggal tertentu kekuatan ‘interceptor’ TNI AU berkurang. Adanya elemen Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) pastinya dapat mengelimir misi black flight yang akan masuk ke wilayah-wilayah obyek vital. Tapi tetap saja, elemen Kohanudnas yang utama adalah jet buru sergap untuk mengadakan tindakan sebelum black flight bertindak lebih jauh.

Black Flight

Sepanjang sejarah eksistensi hanud di Tanah Air, patut disyukuri ancaman yang dihadapi masih sebatas munculnya beberapa kali penerbangan gelap (black flight). Memang banyak diantara black flight berhasil dihadang oleh jet buru sergap TNI AU, tapi beberapa momen black flight lainnya hanya berhasil ditangkap oleh satuan radar TNI AU tanpa bisa direspon lebih lanjut. Umumnya black flight terjadi di wilayah sengketa atau konflik. Dalam beberapa laporan, black flight atau penerbangan tanpa izin kerap terdeteksi di Timor Timur (sekarang Timor Leste), pasa masa pra dan paska referendum tahun 1999. Black flight juga terlihat saat konflik horizontal di Ambon, Maluku.

Black flight tak melulu berwujud pesawat jet tempur yang berkecepatan supersonic, tapi bisa juga pesawat sipil, atau bahkan diindikasi juga oleh jenis helikopter. Umumnya pola hadirnya helikopter bisa terendus dari pantauan kecepatan dan manuver yang terlihat dari layar radar. Sumber dari Majalah Angkasa edisi Februari 2009 menyebutkan, sejak tahun 2006 kehadiran black flight cenderung terus meningkat, di tahun 2006 tercatat Lasa (laporan sasaran) tidak dikenal berjumlah 18 kali, tahun 2007 meningkat menjadi 23 kali, dan di tahu 2008 meningkat lagi menjadi 26 kali, dengan perincian 10 kali pelanggaran wilayah kedaulatan dan 16 kali pelanggaran yang bersifat mengancam wilayah kedaulatan.

Jenis-jenis pelanggaran terhadap kedaulatan wilayah udara nasional diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu pelanggaran wilayah udara nasional, pelanggaran air defence identification zone, dan laporan sasaran tidak dikenal (Lasa X)/black flight. Semenjak tahun 2009 hingga Juni 2010, terjadi 23 kali pelanggaran kedaulatan pada wilayah udara nasional. Diantara jenis pelanggaran yang ada, pelanggaran black flight adalah yang paling sering terjadi (11 kali).

Dari laporan diatas bisa disimpulkan secara pihak asing kian berani melintasi ruang udara RI. Meski sering disambangi black flight, hingga kini tak ada satupun insiden yang dapat ditaklukan oleh sistem arhanud TNI. Tapi ada beberapa kejadian yang cukup menarik antara hadirnya sosok black flight dan keberadaan rudal darat ke udara di Tanah Air.

Seperti pada tahun 60-an, di masa perjuangan operasi Trikora, rudal SA-2 sebagai sistem pertahanan udara lapis kedua (areal defence) setelah pesawat tempur, pernah sekali waktu hampir digunakan untuk melibas target black flight yang diketahui sebagai pesawat intai U-2 Dragon Lady yang tengah melintas di Teluk Jakarta. Awak rudal SA-2 yang masuk skadron peluncur 102 berhasil mendeteksi U-2 dan kemudian melaporkan ke Panglima Kohanud. Oleh panglima diteruskan kepada presiden lewat jalur “telepon merah“ untuk menunggu perintah selanjutnya. Sementara operator radar sudah mengunci posisi U-2. Kalau Bung Karno ada di tempat ketika telepon berdering dari Panglima Kohanud, tidak seorang pun bisa membayangkan. Pilihannya memang bisa tembak atau tidak.

Terlepas dari pertimbangan politik, saat itu bisa hampir dipastikan rudal hanud SA-2 milik TNI mampu menjatuhkan U-2. Hal ini berkaca pada kejadian 1 Mei 1960, dimana SA-2 milik Uni Soviet berhasil menembak jatuh U-2 pada ketinggian 50.000 kaki. Berikutnya ada lagi informasi jatuhnya U-2 akibat sambaran SA-2 pada konflik Kuba vs Amerika Serikat di bulan Oktober 1962.

Gambaran diatas adalah situasi pada era 60-an, pertanyaannya bagaimana kesiapan sistem pertahanan udara kita saat ini? 

Sumber : www.indomiliter.com

Srikandi Indonesia (SI) Rancang Bangun Fighter RI




pesawat tempur
Para insinyur penerbangan Indonesia merasa, sudah waktunya untuk naik kelas. Selama ini mereka hanya memproduksi pesawat CN-235 serta membuat beberapa komponen pesawat tempur asing.

Para PT. DI (Dirgantara Indonesia) & PT. BAEC (Bandung Aerospace Engineering Centre), berkumpul dan sepakat untuk membuat pesawat tempur untuk TNI AU.
srikandi fighter 6 Srikandi Indonesia (SI) Rancang Bangun Fighter RI
Model dasar pesawat diambil dari bentuk F 16 C/D dengan pengembangan aerodinamika. Nama pesaawat ini adalah Srikandi Indonesia (SI).
Tahapannya adalah, Srikandi Indonesia akan dibuat dalam versi pesawat latih militer dengan mesin 13-300 R (Mesin Mig-21). Setelah dianggap sempurna akan dikembangkan kedalam versi militer dengan menggunakan mesin RD-133, mesin yang digunakan Mig 29.

Pesawat ini juga dilengkapi peralatan Fly By Optic system versi mutakhir. Seluruh jaringan kabel listrik diganti dengan serat optik, meningkatkan efisiensi dan menyederhanakan pemeliharaan serta lebih resistan akibat senjata elektromagnetik berbasis gelombang elektromagnetik.


srikandi fighter 2 Srikandi Indonesia (SI) Rancang Bangun Fighter RI

Bangun Rancang Pesawat jet latih Srikandi Indonesia terus diolah para insinyur Indonesia. Di saat bersamaan informasi ini didengar Korea Selatan yang juga ingin membangun pesawat tempur KFX Korean Fighter Xperiment.

Indonesia akhirnya setuju ikut dalam rancang bangun KFX atau IFX (Indonesia Fighter Xperiment). “Indonesia hanya akan menyumbang 15% untuk bagian airframe,” ujar Dita Ardonni Jafri, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia.

Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak di pidato sambutan kerjasama mengatakan, mereka membutuhkan pihak luar (Indonesia), untuk transfer teknologi.

Dalam proyek KFX ini, PT DI menjadi bagian terbesar dalam tim perancang yang dikirim Kementerian Pertahanan ke Korea Selatan pada 17 Juli lalu.

Proyek KFX menelan biaya US$8 miliar. Indonesia harus berkontribusi sebesar 20 persen dari total proyek atau sebesar US$1,6 miliar.
Keuntungannya, Indonesia mendapatkan sebanyak 50 pesawat KFX dari total 250 unit.

Kini sebagian besar tim perancang pesawat Indonesia, berada di Korea Selatan mengerjakan Proyek KFX/ IFX. Sepulangnya ke tanah air, mereka diharapkan telah berbagi kemampuan teknologi dan kembali fokus mengerjakan Pesawat Jet Tempur Srikandi Indonesia.


sumber : kaskus.com

Sikorsky Umumkan Penjualan Dua Helikopter S-300C Ke Indonesia




STRATFORD, Connecticut - Sikorsky Aircraft has announced the sale of two S-300C™ helicopters with an option for four more, to IPTN North America, a subsidiary of PT Dirgantara Indonesia (PTDI)/Indonesian Aerospace (IAe). These S-300C helicopters will support the Indonesian Army’s requirements to train more than 100 new pilots in the next few years. In March 2012, the Indonesian Minister of Defence, Purnomo Yusgiantoro, announced Indonesia’s commitment to double Indonesia’s military helicopters, increasing the need for helicopter training.


“The Asia-Pacific region is one of the areas in the world that has continued to sustain healthy economic growth in recent years. Specifically, Indonesia’s economic success allows the country to fund a defence modernization plan that maintains a minimally essential force in the country. Sikorsky is honored to be able to support Indonesia’s modernization efforts with our S-300C training helicopters,” said Linda Scott, General Manager for Southeast Asia.

“The reliability of the S-300C helicopter is just one attribute that the customer is getting from these aircraft,” Scott added. “They are also easy to maintain, easy to fly, and economically priced. It is a good, solid aircraft for the training mission they are destined for in Indonesia.”

The aircraft are expected to be delivered in late 2012.

The sale to IPTN North America follows recent activities by Sikorsky Aircraft in the Asia-Pacific region. In February, Sikorsky announced the opening of its office in Malaysia, taking the first step toward expanding its industry presence in Southeast Asia. Previously, in December 2011, Sikorsky Aircraft signed a contract with the Brunei Ministry of Defence to provide 12 S-70i™ BLACK HAWK helicopters, as well as associated spare parts, training and ground support equipment. The helicopters will serve the Royal Brunei Armed forces, and join the growing fleet of Sikorsky aircraft in the region.


sumber : kaskus.com

Dua KRI Patroli Bersama Dengan HMAS Pirie di Sekitar Laut Timor




23 April 2012, Surabaya: Dua Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang berada di jajaran Satuan Kapal Patroli (Satrol) Koarmatim yaitu KRI Kakap-811 dan KRI Tongkol-813, melaksanakan patroli laut bersama dengan kapal perang Australia, Her Majesty Australia Ship (HMAS) Pirie-P87 di sekitar laut Timor, Jum’at (20/04). Patroli bersama oleh unsur angkatan laut kedua negara berkaitan dengan kegiatan Patroli Koordinasi Australia Indonesia (Patkor Ausindo) tahun 2012.

Pihak KRI mengadakan patroli di wilayah zona teritorial Indonesia, demikian juga kapal perang Australia melakukan aktifitas yang sama di zona perairan mereka. Komunikasi antara unsur KRI dan HMAS Pirie terus dilaksanakan selama kegiatan patroli bersama berlangsung. Hal ini bertujuan untuk menjalin komunikasi dan kordinasi yang baik dalam mengambil setiap tindakan yang dilakukan oleh kapal perang kedua negara.

Secara umum patroli bersama ini bertujuan untuk saling melaksanakan kordinasi antar angkatan laut kedua negara dalam melaksanakan penindakan terhadap aksi pelanggaran di laut seperti pencurian ikan (illegal fishing), pencurian kayu (illegal Logging), illegal minning, penyelundupan manusia (illegal entry) dan penanggulangan aksi terorisme di laut (maritime terorism). Selain itu patroli bersama ini juga untuk saling melakukan kordinasi dalam mengambil tindakan kemanusian berupa pencarian dan pertolongan korban Search And Rescue (SAR) terhadap kapal-kapal yang mengalami musibah di wilayah teritorial masing-masing.


Sebelum melaksanakan patroli bersama, unsur kapal perang yang terlibat dalam Satgas Ausindo 12 melaksanakan serial latihan formasi kapal perang Passing Exercise (PASSEX) setelah bertolak dari Kupang. Latihan tersebut diantaranya komunikasi dengan isyarat bendera (flaghoist) dan isyarat lampu (flashex), manuvra taktis (mantak), pembekalan dilaut Replenishment At Sea Approach (RASAP), pertolongan terhadap orang jatuh di laut Man Over Board (MOB). SAR korban dilaut, penanggulangan kebakaran di kapal Damage Control Exercise (DCEX).

Unsur KRI yang terlibat Satuan Tugas (Satgas) Ausindo 12 merupakan kapal jenis Fast Patrol Boat (FPB) 57 buatan PT. PAL Indonesia yaitu KRI Kakap 811 yang dikomandani oleh Mayor Laut (P) Himawan, KRI Tongkol-813 dengan Komandan Mayor Laut (P) Bimo Aji serta sebuah pesawat patroli maritim jenis Cassa U-616 dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda Surabaya. Unsur-unsur laut tersebut dibawah kendali operasi Gugus Tempur Laut Wilayah Timur (Guspurlatim).

Dari pihak Angkatan Bersenjata Autralia, Australian Defence Force melibatkan dua angkatan yaitu angkatan laut Royal Australian Navy (RAN) berupa sebuah kapal patroli HMAS Pirie-P87 dan Angkatan Udara Australia, Royal Australian Air Force (RAAF) berupa sebuah pesawat intai maritim P3-C Orion. HMAS Pirie-P87 dikomandani oleh Lieutenant Commander Mitchell Livingstone sedangkan pesawat intai maritim P3-C Orion diawaki oleh Pilot P3-C Orion Wing Commander Mick Janson.

Sumber: Dispenarmatim

TNI AL akan Menambah Pesanan 2 CN-235 kepada PT DI


TNI-AL memesan tiga unit NBell 420EP kepada PTDI. Satu unit sudah diserahkan, sedangkan satu diantaranya yang diujicobakan Selasa ini, satu lainnya akan diselesaikan akhir 2012. Sedangkan pesanan CN-235 kepada PT DI sebanyak tiga unit akan segera disusul dengan tambahan dua unit lainnya (photo : Tempo)

Perkuat Alutsista, TNI AL Beli 6 Pesawat ke PT DI

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Pertama Sugianto, membenarkan bahwa jajarannya melakukan pemesanan 6 unit pesawat kepada PT Dirgantara Indonesia. Pesawat-pesawat itu terdiri atas 3 unit CN 235 dan 3 unit helikopter Bell 412 EP.

Sugianto menjelaskan, pemesanan keenam pesawat tersebut merupakan bagian rencana penambahan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Menurutnya, sampai 2014, TNI AL menyiapkan sejumlah rencana penambahan dan pemerkuatan alutsista. Namun, yang saat ini terealisasi yaitu baru pada helicopter BELL 412 EP.

Sementara itu, Humas PT Dirgantara Indonesia (DI), Rakhendi Triatna, mengungkapkan, saat ini, pihaknya menerima pemesanan pembuatan pesawat dari berbagai negara. Antara lain, sebutnya, Korea Selatan (Korsel), Thailand, Pakistan, Uni Emirat (UE), Burkina Paso, dan Senegal.

Selain negara-negara itu, lanjutnya, pihaknya pun menerima pemesanan pembuatan pesawat yang diajukan TNI AL. Disebutkan, secara total, jumlah pesawat yang dipesan TNI AL yaitu 6 unit.

"Itu terdiri atas 3 unit CN 235. Kontraknya, yang terjalin sejak 2009, yaitu 80 juta dolar AS.

Tiga unit lainnya, yaitu helikopter BELL 412 EP," beber Rakhendi pada sela-sela tes penerimaan BELL 412 EP, yang dilakukan Komandan Pusat Penerbangan TNI AL, Laksamana Pertama Sugianto, di PT DI Bandung, Selasa (17/4/2012).

Kabarnya, TNI AL pun siap memesan 2 unit CN 235. Jika itu terealisasi, tutur Rakhendi, secara total, TNI AL memesan 5 unit CN 235. Akan tetapi, tukasnya, sejauh ini, perjanjian kontrak mengenai pemesanan 2 unit CN 235 tambahan oleh TNI AL belum terjalin. Kendati begitu, Rakhendi menyatakan, kemungkinan besar, dalam waktu yang tidak lama, pemesanan itu dapat terealisasi.

(TribunNews)

TNI Bangun Bandara di Perbatasan Malaysia


Ketiga bandar udara di perbatasan Malaysia akan mampu didarati pesawat Hercules TNI AU (photo : Indoflyer)
REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Panglima Daerah Militer VI Mulawarman, Mayor Jenderal TNI Subekti, mengatakan pihaknya akan mengerahkan Detasemen Zeni Tempur Kodam VI. Mereka akan dikerahkan untuk membangun dan menambah panjang landasan tiga bandar udara di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur.
"Membangun dan menambah panjang landasan itu agar pesawat Hercules bisa mendarat di bandara-bandara tersebut," kata Subekti, di Balikpapan, Senin.
Ketiga bandara tersebut adalah Bandara Yuvai Semaring di Long Bawan, Krayan, Nunukan, dengan panjang landasan pacu 900 meter lebar 23 meter; Bandara Long Ampung di Kayan Selatan, Malinau dengan panjang landasan 850 meter lebar 23 meter; Bandara Datah Dawai di Long Lunuk, Long Pahangai, Kutai Barat dengan panjang landasan 750 meter lebar 23 meter.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga akan jadi pengelola ketiga bandara tersebut. Pesawat pengangkut pasukan bersenjata lengkap dan kargo udara Hercules C130 yang kapasitas penuhnya mencapai 70 ton memerlukan panjang landasan 1.093 meter untuk lepas landas maupun mendarat.
"Jadi, landasan yang ada sekarang kami akan perpanjang hingga dua kali lipatnya, hingga minimal 1.600 meter," papar Pangdam Subekti.
Bandara Long Bawan yang sedang dikerjakan saat ini panjang landasannya sudah 1.100 meter dengan lebar 30 meter. Pengembangan bandara di perbatasan ini, menurut Pangdam, sejatinya adalah program Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan dukungan anggaran dari APBD Kaltim. Adapun besarnya anggaran, yakni Bandara Long Bawan sebesar Rp 120 miliar, Bandara Long Apung Rp 130 miliar, dan Bandara Datah Dawai Rp 150 miliar.
Ia menjelaskan pelibatan TNI itu karena ketiga bandara juga memiliki posisi strategis pertahanan keamanan. "Bukan kebetulan kami TNI punya prajurit zeni yang selain jago bertempur juga piawai membangun," kata Pangdam.
Selain itu, kata dia, karena kondisi geografis yang sulit dicapai melalui transportasi darat dan harga-harga material yang berkali-kali lipat harga normalnya, pengembangan bandara tersebut kesulitan mendapat kontraktor pengerjaan.

PT. Kaltim Nitrate Indonesia Resmi Berproduksi



JAKARTA - PT. Kaltim Nitrate Indonesia sebagai salah satu perusahaan industri strategis serta merupakan perusahaan baru dan terbesar di Indonesia yang memproduksi bahan baku peledak ammonium nitrate telah selesai pembangunannya di Bontang, Kalimantan Timur. Pabrik yang baru dibangun ini diproyeksikan untuk melayani kebutuhan ammonium nitrate di dalam negeri dan telah mulai berproduksi pada 19 April 2012 yang lalu.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PT. Kaltim Nitrate Indonesia Ir. Antung Pandoyo, saat melaporkan perkembangan PT. Kaltim Nitrate Indonesia kepada Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Senin (23/4) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut Direktur Utama PT. Kaltim Nitrate Indonesia sekaligus juga mengundang Menhan untuk meresmikan PT. Kaltim Nitrate Indonesia pada bulan Juni 2012 mendatang.

Lebih lanjut Direktur Utama PT. Kaltim Nitrate Indonesia menjelaskan, status dari proyek pembangunan PT. Kaltim Nitrate Indonesia sudah 100 % selesai. Proses dari pelaksanaan proyek pembangunan pabrik ini mencapai prestasi yang luar biasa dengan tingkat kecelakaan kerja yang sangat kecil.

Untuk selanjutnya, PT. Kaltim Nitrate Indonesia saat ini sedang berusaha memantapkan kualitas dan volume dari produksi. Dalam enam bulan, PT. Kaltim Nitrate Indonesia yakin dengan dukungan teknologi, mesin serta tenaga kerja terampil dari dalam negeri sebanyak 200 orang akan mampu memproduksi produk ammonium nitrate yang berstandar dunia.

Sumber : DMC

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...