Wednesday, June 06, 2012

Indonesia Akan Orbitkan Satelit Bikinan Sendiri





Satelit Lapan A2, 100% buatan Indonesia (photo : Lapan)
Indonesia Akan Terbitkan Satelit Baru 
TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Soewarto Hardhienta mengatakan LAPAN akan mengorbitkan satu satelit bikinan Indonesia pada Agustus mendatang.
“Itu satelit seluruhnya bikinan Indonesia,” kata Soewanto di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin siang, 4 Juni 2012.
Satelit yang akan diorbitkan itu diberi nama LAPAN-A2. Ia mengatakan LAPAN menyertakan tiga perangkat utama dalam satelit tersebut. Perangkat pertama adalah pemotret Bumi. Nantinya Indonesia bisa memotret Bumi dari angkasa dengan satelit tersebut.
Perangkat kedua adalah pembaca sinyal kapal. Dengan perangkat tersebut, pemerintah bisa mengetahui setiap kapal besar yang memasuki wilayah perairan Indonesia. “Kapal secara otomatis mengirim sinyal yang akan ditangkap satelit,” kata Soewarto.
Kapal-kapal yang mampu dilacak oleh satelit itu umumnya adalah kapal besar. Satelit belum bisa menangkap keberadaan kapal nelayan kecil yang umumnya terbuat dari kayu. “Selama ada pengirim sinyal, bisa dilacak,” katanya.
Perangkat ketiga adalah penunjang komunikasi radio amatir. Perangkat tersebut akan sangat berguna bagi proses penanggulangan bencana. Ini untuk menjamin alat komunikasi radio amatir tetap menyala dalam situasi genting. “Kalau saat bencana, umumnya alat komunikasi konvensional mati,” ujarnya.
Satelit tersebut akan diorbitkan menggunakan sebuah roket peluncur satelit dari India. Soewarto mengatakan Indonesia belum menguasai teknologi roket peluncur satelit, sehingga pengorbitan satelit dilakukan di India.

China Tawarkan Radar Maritim ke Indonesia




Sistem monitor radar IMSS (photo : Antara)


LONDON, KOMPAS.com- China dikabarkan menawarkan pemasangan sistem pengawas maritim senilai 1 miliar yuan (sekitar Rp 1,5 triliun) di kawasan Indonesia. Nantinya, sistem tersebut akan melengkapi sistem serupa buatan AS yang lebih dulu dipasang di Indonesia.


Demikian diungkapkan majalah pertahanan terkemuka IHS Jane's Defence Weekly (JDW) edisi 16 Mei 2012 yang mengutip berbagai sumber. Menurut JDW, tawaran tersebut disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke Beijing, akhir Maret.

Detail sistem pengawas maritim yang ditawarkan China itu belum diketahui. Namun, JDW menduga sistem tersebut akan terdiri atas jaringan radar yang ditempatkan di Pulau Lombok, Selat Sunda, Kalimantan Barat, dan pantai barat daya Sulawesi. Nantinya, data pengamatan yang diperoleh dari sistem ini akan dibagi dengan China.

Dengan sistem ini, Beijing akan mendapat keuntungan berupa data kondisi perairan di Selat Sunda, Selat Karimata, dan Selat Makassar, yang menjadi titik-titik penyempitan penting di jalur komunikasi laut (SLOC).

Tawaran China itu diberikan hanya beberapa bulan setelah pemerintah AS menyumbangkan Sistem Pengawasan Maritim Terpadu (IMSS) senilai 57 juta dollar AS (Rp543,9 miliar) kepada TNI Angkatan Laut. Menurut pernyataan Departemen Luar Negeri AS, IMSS terdiri atas jaringan sensor terpadu yang dipasang di darat maupun di kapal-kapal perang Indonesia, berbagai peralatan komunikasi dan perangkat komputasi untuk mengumpulkan, mengirim, dan menganalisa berbagai data maritim.

Secara konkret, IMSS terdiri atas 18 stasiun pengawas pantai (CSS), 11 radar berbasis kapal, dua pusat komando regional, dan dua pusat komando armada di Jakarta dan Surabaya. Pemerintah AS juga telah mengalokasikan dana tambahan sebesar 4,6 juta dollar untuk merawat sistem tersebut sampai tahun 2014.

Meski demikian, sumber-sumber JDW mengatakan, bahkan dengan tambahan alokasi dana dari AS ini, IMSS masih terlalu mahal untuk dioperasikan oleh TNI AL dan belum terintegrasi secara menyeluruh.

Dengan adanya tawaran dari China ini, China akan memiliki sistem tandingan strategis terhadap IMSS, dan memungkinkan negara itu memantau pergerakan kapal-kapal AS dan lalu lintas laut lainnya di perairan Indone

Kemhan Bangun Kapal Perusak

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan perusahaan pembuatan kapal Belanda, Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) menandatangani kontrak kerja sama pembuatan kapal perang berteknologi tinggi Perusak Kawal Rudal (PKR)-10514.

Penandatanganan alat utama sistem senjata (alutsista) laut senilai 220 juta dolar AS per unit itu dilakukan Kepala Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kemhan Mayjen TNI R Ediwan Prabowo, Dirut PT PAL Indonesia (Persero) Harsusanto Soenarwan, dan Director Naval Sale of DSNS, Evert Van den Broek, di Kantor Kemhan, Jakarta, Selasa (5/6).
Ediwan mengatakan, pengadaan kapal PKR untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI AL dalam mengawal wilayah perairan NKRI. "Di samping digunakan untuk tugas-tugas tempur, Kapal PKR-10514 ini juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect (efek gentar) terhadap pihak manapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI," katanya.
Rencana pembuatan kapal perang modern dan berteknologi tinggi tersebut, akan dikerjakan di galangan kapal dalam negeri PT PAL, Indonesia dan Belanda.
Masa waktu pembuatan kapal diperkirakan 45 bulan. "Diharapkan, Kapal PKR-10514 ini sudah selesai dan diserahterimakan pada awal tahun 2017," ujarnya.
Dalam pembangunan Kapal PKR 10514 ini, Ediwan menambahkan, DSNS juga sepakat melakukan kerja sama produksi (joint production) dengan PT PAL Indonesia. DSNS memutuskan untuk memberikan transfer of technology (ToT) dalam konstruksi desain dan pembangunan Kapal PKR-10514 kepada PT PAL Indonesia.
Harsusanto mengakui, pendanaan pengadaan kapal PKR menggunakan kredit ekspor dan sejumlah bank pelat merah juga akan turut mendanai, yakni Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI.
Sementara, pihak DSNS Belanda telah melakukan pembahasan teknikal dengan PT PAL, di mana BUMN yang berbasis di Surabaya itu berperan sebagai subkontraktor. Dengan demikian, pengalaman PAL yang selama ini telah mampu membuat sejumlah kapal perang akan dipadukan dalam proyek tersebut.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...