Monday, October 28, 2013

Desain Baru KFX-E dari KAI



(photo: Korea Aerospace Industries)

 ARC  : Pabrik pesawat asal Korea Selatan, Korea Aerospace Industry, kembali mempublikasikan desain baru dari KFX. Desain baru ini mirip dengan yang pernah dipublikasikan pada pertengahan tahun lalu, namun kali ini memiliki 2 sirip tegak. Alhasil, tampilan KFX-E (demikian sebutannya), sangat mirip dengan F-35. Hal ini pun menampik dugaan KFX-E merupakan pengembangan dari FA-50.

Selain itu, dari segi dimensi, KFX-E terlihat lebih besar dibanding T-50 dengan bobot kosong sekitar 9,3 ton. Bahkan, desain ini lebih besar dibanding F-16 sekalipun. Namun demikian, desain ini tetap lebih kecil dibanding desain KFX sebelumnya yaitu C-103 dan C-203, yang merupakan desain dari Badan Litbang Korsel (Agency for Defence Developement).
Meski begitu, desain KFX-E memang mirip dengan desain C-103, namun dengan mesin tunggal. Berbeda dengan C-103, pada KFX-E tidak menyertakan penyimpanan senjata internal. Pada desain KFX-E juga pylon senjata hanya terdapat 9 buah, sementara pada desain C-103 ada 10. Hal ini pun membuat KFX-E kurang stealth dibanding desain C-103, meski konfigurasi 2 fin dipercaya mampu mereduksi radar cross section.

Starstreak HVM: Rudal Tercepat Arhanud TNI AD



1-high-velocity-missile
Pasca pensiunnya rudal Rapier, boleh jadi belum ada rudal arhanud yang benar-benar mumpuni dan mampu bikin pede pertahanan udara di wilayah Ibu Kota Jakarta. Pengganti Rapier memang ada, seperti rudal Grom buatan Polandia, soal kinerja dan performa rudal ini memang menjadi kontroversi. Nyatanya, sekalipun telah ada Grom dalam peluncur Poprad dan kanon 23 mm ZUR komposit Grom, Arhanud TNI AD masih memesan rudal lain dalam segmen MANPADS (Man Portable Air Defence Systems), yakni rudal Mistral dalam platform Atlas, dan kini juga tengah melirik rudal QW-3 buatan Cina.
Tapi lepas dari itu semua, sesungguhnya perhatian utama dalam modernisasi di segmen rudal arhanud merujuk ke Starstreak. Bagi yang mengindamkan RI punya rudal hanud jarak menengah/jauh sekelas S-300 buatan Rusia, maka Starstreak sama sekali tidak mirip, bahkan berbeda kelas. Starstreak tidak lain adalah rudal di kelas MANPADS SHORAD (Short Range Air Defence), sosok dan desainnya sebangun dengan rudal Mistral dan QW-3.
Mengutip sumber dari TheJakartaPost.com (17/1/2013), pengadaan alutsista ini sudah mulai dibicarakan sejak kedatangan PM Inggris, Tony Blair saat berkunjung ke Jakarta pada tahun 2006 silam. Alhasil kemudian berlangsunglah kontrak pembelian rudal Starstreak pada tahun 2012. “Indonesia membeli 1 baterai rudal Starstreak, yang terdiri dari sembilan peluncur,” ujar Kolonel. Jonni Mahroza, Atase Militer RI di Inggris. Tidak ada informasi lebih lanjut, dalam platform apakah Starstreak ini dibeli oleh Indonesia. Tapi besar kemungkinan, mengacu pada unit peluncur ground based dengan 3 peluncur pada dudukan tripod.

Gripen NG dan Transfer Teknologi: Multirole Fighter Yang Layak Jadi Pengganti F-5E Tiger II TNI AU



gripen-ng
Diterimanya batch kedua JAS-39 Gripen oleh RTAF (AU Thailand) merupakan berita menarik di bulan Oktober ini. Namun yang hendak saya tekankan disini bukan pesawatnya, namun paket yang diikutsertakan dalam pembelian tersebut.
Thailand mengeluarkan dana USD 1,1 miliar dollar untuk membeli 12 unit JAS-39 Gripen beserta system AEW (Airborne Early Warning) Erieye. Namun imbal beli yang diperoleh Thailand sangat menarik. SAAB membuat joint venturedengan Thai Avia Satcom yang akan bergerak di bidang pengembangan alat canggih dan bahakn tidak menutup kemungkinan jika ke depannya Thailand menjadi sub kontraktor SAAB dalam produksi JAS-39 Gripen E/F seperti yang sudah dialami oleh Afrika Selatan yang menjadi sub kontraktor untuk komponen fuselage (badan pesawat) dan system senjata Gripen E/F (Next Generation). Afrika Selatan adalah pembeli pertama Gripen C/D di awal tahun 2000-an dengan jumlah 26 pesawat.
Ini merupakan kemenangan bagi SAAB setelah memenangkan tender pengadaan di Swiss untuk menggantikan armada F-5E Tiger II mereka. Bedanya Swiss memperoleh kompensasi 100% offset yang diberikan kepada industri dirgantara Swiss , yaitu Pilatus dan RUAG (Rüstungs Unternehmen Aktiengesellschaft; Joint Stock Defense Company) . Tujuan Offset 100% ini adalah untuk kemandirian perawatan 22 unit Gripen yang akan dimiliki Swiss secara jangka panjang , plus Swiss juga bisa menjual komponen suku cadang Gripen NG  ke berbagai negara yang akan memakainya.
Penawaran Gripen ke Brazil untuk menggantikan armada F-5E mereka juga tak kalah menariknya. SAAB menawarkan varian Sea Gripen untuk Kapal indk Brazil yang saat ini menjadi sarang A-4 Skyhawk. Penawaran Transfer technology yang ditawarkan ke Brazil adalah seperti pada gambar di bawah ini.

NLAW: Rudal Anti Tank Infanteri TNI AD, Siap Melibas MBT!


Bila dibandingkan dengan negara tetangga, khususnya Singapura dan Malaysia, maka update alutsista TNI, khususnya di lini kavaleri memang tertinggal. Bicara soal MBT (main battle tank), baru setelah lewat pembahasan yang berliku, gelombang tank Leopard 2A4 mulai berdatangan tahun ini di Tanah Air. Meski demikian, bukan berarti TNI tak antisipatif pada perkembangan ranpur lapis baja di negara tetangga.
Wujud konkritnya, beberapa unit tempur TNI AD dan Korps Marinir TNI AL telah dilengkapi senjata anti tank. Jenis senjata yang diusung bukan dari sista kelas berat, melainkan dari kelas man portable yang lethal, atau senjata yang bisa dioperasikan secara mandiri oleh seorang personel infanteri. Yang dimaksud disini adalah roket anti tank, ragamnya seperti Carl Gustav,ArmbrustC90-CR, dan RPG di Marinir TNI AL. Senjata-senjata tersebut memang mematikan untuk melibas basis perkubuan musuh dan ranpur lapis baja. Tapi yang disebut terakhir, tepatnya adalah ranpur lapis baja ringan. Sementara itu, TNI belum punya senjata yang afdol bin mujarab untuk membungkam ranpur berlapis baja tebal sekelas MBT.
Untunglah dibawah payung MEF (Minimum Essential Force) I, TNI juga menyertakan belanja alutsista di segmen senjata anti tank. Yang diboyong dari kelas rudal anti tank atau populer disebut ATGM (Anti Tank Guided Missile) yang dirancang sanggup membungkam MBT. Dari segi jenis yang dibeli ada dua, yakni FGM-146 Javelin dan NLAW (Next Generation Light Anti Tank Weapon). Javelin buatan Raytheon dan Lockheed Martin, AS, dioperasikan oleh dua orang, rudal ini punya jarak tembak maksimum 4.500 meter dan jarak tembak efektif 2.500 meter. Sementara NLAW buatan SAAB Bofors – Swedia, tampil sebagai sosok rudal yang lebih ringan. NLAW dengan bobot 12,5 kg ideal untuk ditangani oleh seorang personel saja. Dan, dalam tulisan ini kami fokuskan pada bahasan sosok NLAW yang kemarin diperlihatkan dalam pameran alutsista TNI AD 2013 di lapangan Monas, Jakarta.

KSAD Jenderal Budiman dan Netralitas Pemilu

KSAD Jenderal Budiman (photo: Antara)
KSAD Jenderal Budiman (photo: Antara)
SALAH satu perubahan fundamental dari era reformasi ialah keluarnya TNI dari arena politik praktis di Indonesia. Namun, kerisauan akan netralitas TNI dalam pe­milu masih menghantui perhelatan pesta demokrsi itu di Tanah Air. Untuk mengetahui lebih jauh tentang komitmen TNI-AD dalam pemilu, wartawan Media Indonesia Siska Nurifah mewawancarai Kepala Staf Ang­katan Darat (KSAD) Jenderal Budiman, saat berjunjung ke kantor redaksi Media Indone­sia, Jakarta. Berikut petikannya:
Pemilu 2014 sudah didepan mata. Apa­kah Anda bisa menjamin TNI, khususnya Angkatan Darat akan bersikap netral da­lam pemilu mendatang?
Sejak tahun 1998, sistem demokrasi mulai ditegakkan, dan sejak saat itu TNI berkomit­men untuk bersikap netral.Kami sudah membuktikan itu di tahun 2004 dan 2009, kami full netral.Para anggota pun sudah de­wasa dan mengerti demokrasi.Kita tak bisa lagi memihak salah satu calon.Konyol jika berani berpihak.Jelas kita harus netral.
Terus bagaimana dengan anggota keluarga TNI?
Kita (tentara) memang tidak punya hak pilih.Tapi keluarga memiliki kebebasan tanpa pengaruh siapa pun.Keluarga bebas untuk memilih.

Rudal DF-15C PLA Mampu Hancurkan Bunker Komando Militer Taiwan


Rudal DF-15C

Rudal balistik jarak pendek China DF-15C, dilengkapi dengan hulu ledak deep-penetration, yang dapat merusak atau menghancurkan fasilitas komando bawah tanah milik Taiwan dan sekutu-sekutu Amerika Serikat lainnya di kawasan Asia Pasifik, menurut The Weapon, majalah militer keluaran China North Industries Group Corporation, sebuah perusahaan milik China yang memproduksi kendaraan militer.

Foto dari rudal DF-15C pertama kali beredar di internet pada tahun 2006. The Weapon melaporkan bahwa DF-15C memiliki hulu ledak antara 2 hingga 2,5 meter, menjadikannya sebagai rudal dengan hulu ledak terbesar dibandingkan dengan rudal lainnya di stok senjata PLA (Tentara Pembebasan Rakyat China).

Seperti Vietnam dan Irak, militer Taiwan, Jepang dan Korea Selatan sangat mengandalkan fasilitas bawah tanah sebagai markas komando utama mereka, kata laporan itu. Rudal DF-15C saat ini menjadi bagian dari Korps Artileri Kedua, Detasemen Rudal Strategis PLA, yang bertugas melumpuhkan pusat komando musuh dalam situasi konflik.

Rudal China ini memiliki jangkauan 700 kilometer, dan dapat digunakan untuk mencapai sebagian target di Asia Timur, termasuk hanggar bawah tanah yang terletak di Pangkalan Angkatan Udara Chiashan di Hualian, di Taiwan Timur. Untuk menyerang target yang lebih jauh, seperti pangkalan Amerika Serikat di Guam, hulu ledak rudal DF-15C dapat dipasang pada rudal DF-21 dan DF-25.

Iran Produksi Massal Kapal Selam Ringan dan Semi Berat


Iran memproduksi massal kapal selam ringan, kata seorang komandan senior Angkatan Laut pada hari Selasa, 24/09/13, di Bandar Anzali dan menyebut, negara ini saat ini juga sedang membangun kapal selam semi-berat.

"Iran memproduksi massal kapal selam ringan," kata Panglima Angkatan Darat Iran untuk Army's 4th Naval Zone Admiral Khordad Hakimi di kota pelabuhan Utara Anzali, sebagaimana dilansir oleh Fars News Ageny.

Komandan itu lebih lanjut menunjuk kemajuan Angkatan Laut dan mengatakan, "kapal selam semi-berat sekarang ini juga sedang dibangun di selatan Iran".

Dijelaskan Angkatan Laut Iran sebagai kekuatan strategis dan kemampuan Angkatan Laut Republik Islam memainkan peran yang sangat berpengaruh dalam melindungi kepentingan negara, baik di dalam dan di luar negeri.

Laksamana Hakimi adalah komandan senior Angkatan Laut Kaspia di provinsi Iran, Gilan, mengatakan, pusat pelatihan Angkatan Laut negara itu sudah dilengkapi dengan berbagai teknologi state-of-the-art yang diperbarui secara teratur dan dinamis.

Rudal Anti Pesawat 'STARStreak' AD Inggris


London  : Inggris sedang memesan 200 rudal anti-pesawat "STARStreak" tambahan. Setidaknya rudal STARStreak ini akan terus digunakan Angkatan Darat Inggris hingga 2025. 

 
 
STARStreak
 
 
 
Pada tahun 2009 lalu, Inggris meng-upgrade elektronik dan sistem panduan rudal ini, yang akhirnya melahirkan rudal STARStreak II. Kedua versi STARStreak memiliki bobot yang sama yaitu 16,8 kg, ditembakkan dari kontainer tertutup yang biasanya dilengkapkan pada kendaraan darat, kapal atau helikopter. 

Ada juga versi STARStreak yang diluncurkan secara perorangan (bahu). 

 
 
STARStreak memiliki kecepatan supersonik yang rata-rata kecepatannya hampir satu kilometer per detik dan melepaskan 3 hulu ledak. Masing-masing hulu ledak beratnya 2 pon (0,9 kilogram) dan berisi sekitar 1 pon (0,45 kilogram) bahan peledak dan sistem bimbingan (guidance). 

Jangkauan maksimum STARStreak adalah 7 kilometer, sehingga target hanya memiliki waktu beberapa detik saja untuk bereaksi (sekitar 7 detik menghantam target dalam rentang 7 kilometer). Hulu ledak dimaksudkan untuk melakukan direct hit. Pada kecepatan tinggi, dan dengan paduan tungsten pada ujung depannya, ledakannya menjadi dahsyat, bahkan terhadap sebagian besar kendaraan lapis baja, namun tidak pada MBT. 

Yang membuat rudal STARStreak menjadi unik diantara rudal-rudal ringan anti-pesawat lainnya adalah sistem bimbingannya. Sementara sistem rudal lain banyak menggunakan sistem bimbingan infrared, STARStreak dipandu oleh laser, namun meski dinilai lebih unggul tetap saja membutuhkan operator/penembak yang terlatih untuk menjaga rudal mengenai target hingga hit.
 

Berita Foto : AU Jepang Latihan Mobilisasi Serangan Mendadak


Armada Hercules Yokota

 
YOKOTA  : Pada 22 Oktober kemarin, Pangkalan Udara Yokota di Jepang, meluncurkan semua armada pesawatnya sebagai bagian dari misi formasi besar. C-130 Hercules, UH-1 Hueys, dan C-12 Hurons diterbangkan untuk unjuk kemampuan guna memberikan dukungan sebagai armada airlift utama Barat untuk wilayah pasifik.
Armada Hercules Yokota

Sepuluh C-130H Hercules dari Skuadron Airlift ke-36 berpartisipasi dalam latihan serangan mendadak yang menguji kesiapan Pangkalan Udara Yokota dalam mengakomodasi misi dan taktik besar.

Sistem Pertahanan Udara MEADS 'Final' Akan Diuji Coba


Berlin  : Lockheed Martin dan mitra industrinya tengah mempersiapkan uji coba selanjutnya dari pengembangan tahap akhir sistem pertahanan udara MEADS (Medium Extended Air Defense System), yang akan memiliki fungsi perlindungan 360 derajat dalam mengatasi ancaman dari udara dan rudal balistik. 

Uji penembakan yang akan dilakukan pada awal November nanti akan menembak dua target, yaitu drone QF-4 dan rudal balistik taktis Lancer. Target akan menyerang secara bersamaan dari posisi yang berlawanan (berseberangan) dan dari ketinggian yang berbeda untuk menguji fungsi perlindungan 360 derajat dan radar X-band. Uji coba akan berlangsung di Practica, pangkalan udara Mare, Roma, Italia.
 

Setelah target terdeteksi radar kontrol tembak akan mendeteksi dan menembak/mencegat target dengan rudal PAC-3 MSE. Apakah pencegatan pertama akan segera melumpuhkan rudal balistik? Sistem MEADS secara otomatis akan memerintahkan dirinya sendiri bila perlu melakukan pencegatan kedua. Namun biasanya rudal interseptor (PAC-3) yang ditembakkan akan lebih banyak jumlahnya dari ancaman yang masuk. Menurut pihak Lockheed, uji coba semacam ini adalah yang pertama kali.
 

Panglima TNI : 2014 Pengadaan Alutsista Baru TNI AD Capai 15 Persen


Jakarta  : Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman, mengatakan, hingga akhir 2014, pemenuhan alat utama sistem senjata baru TNI AD mencapai 15 persen dari peralatan yang dimiliki.

Menurut dia, penggantian alusista tidak hanya bertumpu pada alutsista tempur melainkan juga alat komunikasi dan intelijen. Saat ini, TNI AD sedang berupaya untuk menghadirkan satelit yang tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi namun juga difungsikan sebagai satelit pengintai. 

Ia menjelaskan khusus satuan Infantri AD, hampir semua peralatan maupun persenjataan sudah menggunakan produk dalam negeri. 

Budiman berharap, di kemudian hari TNI AD juga mampu mengembangkan peralatan maupun persenjataan dari kesatuan lain untuk dibuat di dalam negeri. 

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...