Tuesday, July 09, 2013

KRI Malahayati-362 Tembakan Roket Chaff




8 Juli 2013, Laut Jawa: Pelayaran menuju daerah operasi di perairan Karang Unarang ternyata harus dilalui KRI Malahayati-362 dengan cuaca yang tidak bersahabat. Namun berkat kegigihan, pengalaman dan naluri tempur yang selalu terasah, cuaca ekstrem Laut Jawa dan Laut Sulawesi dapat dilalui dengan mudah. Sesampainya di daerah operasi Karang Unarang, prajurit KRI Malahayati-362 melaksanakan latihan penembakan rocket chaff, Sabtu (6/7). Latihan ini untuk melatih profesionalisme prajurit serta kesiapan material untuk menghadapi berbagai kemungkinan ancaman di medan tugas.

Disimulasikan KRI Malahayati-362 melaksanakan peran tempur bahaya udara setelah radar udara KRI Malahayati-362 mendeteksi adanya kontak udara yang mencurigakan. Teridentifikasi berdasarkan squawking IFF bahwa kontak udara merupakan pesawat tempur musuh yang menyelinap, berdasarkan aturan pelibatan Operasi Tameng Hiu-13 KRI Malahayati diwajibkan memperingatkan musuh untuk meninggalkan wilayah kedaulatan NKRI.

Wawancara Khusus Dengan Dirut Pindad


 PT Pindad (Persero) sejak awal berdiri selalu dipimpin oleh militer. Karyawannya berstatus PNS. Baru pada tahun 1983, atas inisiatif B.J. Habibie, Pindad dipimpin oleh kalangan sipil. Adik Avianto Soedarsono menjabat sebagai Dirut Pindad pada 2007, sebelumnya ia menjabat Direktur Operasional. 
Tantangan yang dihadapi Adik adalah kultur kerja Pindad yang tidak kondusif untuk pengembangan bisnis. Ia menyebut kultur Pindad seperti kelurahan, bukan kultur institusi pemerintah atau institusi bisnis. Kewenangan dirut juga terbatas, karena terkendala oleh AD/ART Pindad, yang tidak memungkinan seorang dirut bertindak sebagai CEO.
Toh, di tengah kendala yang dihadapi, Adik mampu membawa Pindad sebagai produser alutista yang disegani di ASEAN. Angka penjualannya melonjak dari Rp 540 miliar ketika mulai duduk sebagai dirut, hingga menjadi Rp 2 triliun saat ini. Berikut petikan wawancaranya dengan Herning Banirestu.
Adik Avianto Soedarsono, Dirut Pindad

TNI AD Beli Helikopter Tempur Eropa


Eurocopter AS 550 Fennec Multirole buatan Perancis (Jetphoto.net/Javier González)
Eurocopter AS 550 Fennec Multirole buatan Perancis.

   Untuk memperkuat keamanan Negara, TNI berencana mendatangkan 12 helikopter tempur dari negara Eropa, sekaligus memperbarui alat utama sistem senjata (Alutsista) Indonesia. TNI juga membeli helikopter Apache dari Amerika Serikat. “Kita juga akan membeli helicopter tempur jenis Apache yang harganya Rp700 miliar per buah,” ujar Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Moeldoko, usai membuka Karya Bakti dan Bakti Sosial TNI di Kantor Bupati Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pembenahan alutsista TNI AD terus dilakukan dengan dengan mendatangkan:Tank Leopard asal Jerman dan meriam penangkis udara. Beberapa peralatan tempur yang ditungu kedatangannya antara lain: Tank Leopard dan IFV Marder asal Jerman serta meriam 105/155 untuk Armed dari Korea dan Perancis.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...