Friday, December 07, 2012

Pindad Kembangkan Medium Tank Original Rekayasa Sendiri


PT Pindad mengembangkan tank tempur medium (Medium Battle Tank) untuk kali pertama. Tapi dipastikan tidak akan meniru model tank tempur Medium Marder dari Jerman yang akan dipesan Indonesia.

"Kami tidak akan meniru dari mana. Pengembangan tank tempur Medium ini tentunya dibuat sesuai kebutuhan dan permintaan TNI. Sehingga ketika beroperasi nanti dapat digunakan secara maksimal. Kami akan desain dengan menyesuaikan requirement dari kavaleri TNI," ujar Hery Mochtady, kepala divisi Kendaraan Khusus Pindad di PT. Pindad, Bandung, Jawa Barat, baru-baru ini.


Sejauh ini, lanjut Hery, tahapan yang telah dilalui sampai pada pembuatan desain. Dalam pembuatan desain inilah kavaleri TNI dilibatkan meski tidak sampai ke tahap lebih jauh. "Target kami pada 2014 sudah jadi prototype. Setelah prototype jadi, kami mulai produksi," jelasnya.


Sementara itu, PT Pindad tidak keberatan mengikuti perintah Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk melepas anak dan cucu usaha yang produksinya tidak sejalan dengan bisnis inti induk perusahaan. Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Sudarsono mengatakan, melepas anak usaha dan cucu Pindad tidak akan membuat keuntungan perusahaan berubah secara drastis.

"Kalau pemerintah mengatakan begitu (menjual anak usaha dan cucu Pindad, Red), ya kami ikut ketentuan pemerintah saja. Saya yakin, kinerja Pindad akan tetap berjalan baik. Dengan melepas anak usaha maupun cucu usaha tidak serta merta membuat Pindad jomplang," ungkap Adik di Jakarta akhir pekan kemarin.

Perintah yang ditetapkan pemerintah tersebut, lanjut Adik, akan segera dilaksanakan Pindad dengan lebih fokus pada bisnis di bidang kemiliteran. Apalagi bisnis di luar militer, hanya sedikit nilai sahamnya. Menurutnya, penciptaan usaha di luar bisnis militer sebenarnya hanya sebagai upaya memeroleh pemasukan yang lebih besar.


"Rumah sakit, itu paling nilainya hanya 30 miliar atau 1,5 persen dari total penjualan Pindad. Begitu pun bahan peledak yang hanya bernilai 60 miliar atau 3 persen dari total penjualan Pindad. Waktu itu, kami melihat ada peluang usaha dan menghasilkan uang, tapi kalau ternyata diatur untuk lepas, ya kami akan lepas saja," ujarnya.
Sumber : JPNN

Indonesia Jajaki Kerja Sama Jangka Panjang Dengan Airbus Military


 Pemerintah Indonesia menjajaki kerja sama jangka panjang dengan Airbus Military, khususnya dengan PT Dirgantara Indonesia setelah keduanya menjalin kerja sama kembali dengan penandatanganan Team Agreement Contract pada April tahun ini.

Hal itu terungkap dalam kunjungan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Salsiah Alisjahbana ke pabrik pesawat udara Airbus Military di Sevilla, Spanyol, demikian disampaikan Counsellor KBRI Madrid Theodorus Satrio Nugroho kepada ANTARA London, Rabu.

Dikatakannya, MenteriPPN/Kepala Bappenas berkunjung ke Spanyol pada 3 Desember dan mengunjungi pabrik pesawat udara Airbus Military di Sevilla, Spanyol untuk menjajaki kerja sama jangka panjang antara Airbus Military dengan Pemerintah Indonesia, khususnya dengan PT Dirgantara Indonesia.

Hal itu dilakukan setelah keduanya menjalin kerja sama kembali dengan penandatangan Team Agreement Contract pada April tahun ini, ujar Theodorus Satrio Nugroho

Kerja sama jangka panjang ini diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai "production hub" untuk memasok pesawat ke seluruh dunia. Untuk menjadikan PT Dirgantara Indonesia sebagai perusahaan global, diperlukan investasi besar serta dukungan dari Pemerintah Indonesia.

Pihak Airbus Military menilai bahwa PT Dirgantara Indonesia memiliki kemampuan untuk menjadi perusahaan penerbangan kelas dunia. Diharapkan kerja sama tersebut akan meningkatkan kemampuan PT DI.

Dubes Indonesia untuk Spanyol Adiyatwidi Adiwoso Asmady berharap kunjungan Menteri PPN/Kepala Bappenas tersebut dapat meningkatkan akses Indonesia di bidang teknologi dan kapasitas produksi pesawat terbang. Disamping itu kerja sama tersebut diharapkan dapat meningkatkan penetrasi Indonesia atas pasar global pesawat udara.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana melanjutkan kunjungan kerjanya ke Inggris untuk memimpin pertemuan Steering Committee Global Partnership for Efective Development Cooperation dan menghadiri High Level Meeting of Development Assistance Committee OECD yang berlangsung selama dua hari tanggal 4--5 Desember 2012.

Armida Alisjahbana adalah salah satu Co-Chairs Global Partnership yang memimpin pertemuan Steering Comittee bersama Menteri Keuangan Nigeria Ngozi Iweala dan UK Secretary of State for International Development Juntin Greening. 





Sumber : Antara

Connie : Armada Pati Unus & Hari Armada 2012


Pertahanan negara seringkali diartikan sebagai segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,keutuhan wilayah,dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Dalam bahasa resmi negara dan undang-undang,dicantumkan bahwa pertahanan negara dijalankan dalam sebuah sistem yang bersifat semesta: melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional, dipersiapkan secara dini, diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah. Jelas pula, seharusnya termasuk menjaga seluruh kekayaan negara demi kepentingan warga negaranya.

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar. Jika Jerman menetapkan diri sebagai “Jantung Tanah Eropa”, Indonesia dapat mengklaim sebagai “Jantung Maritim Asia Tenggara”. Dengan lebar dari sisi Timur ke Barat yang mencakup 13 persen dunia, memiliki 12 lautan: laut Natuna,Jawa,Sulawesi,Flores, Banda,Aru,Arafuru, Maluku, Seram, Halmahera,Timor dan Sawu berikut lengkap dengan sea lanes of communications (SLOC) yang demikian strategis, telah menempatkan negeri ini dalam posisi geopolitik yang sangat menawan dan suprastrategis.

Dalam perspektif geopolitik dan geostrategi, media laut menjadi sangat vital untuk gelar kekuatan, pembangunan pangkalan militer, jalur kapal selam, dan kapal perang serta arena perebutan pengaruh kepentingan politik, pertahanan maupun ekonomi. Utamanya pada 8 tahun dan 30 tahun ke depan (tahun 2020 dan 2050) dampak menawannya posisi geopolitik ini akan menempatkan kita pada posisi ancaman geostrategi yang lebih krusial dibanding saat para pengelana kolonial memasuki perairan wilayah kita demi rempah-rempah dulu kala—dengan berpacunya negara super power (AS) dan negara negara kawasan menyikapi Two Ocean Policy dari China.

Nun jauh sebelum NKRI berdiri, para pemimpin Kerajaan Sriwijaya di abad ke-7 hingga ke-13 serta Kerajaan Majapahit di ujung abad ke-12 hingga ke-15 telah membuktikan kemampuannya dalam menggunakan wilayah strategis perairan Indonesia dari sisi geopolitik dan geostrategi. ”Kesultanan” kecil seperti Kudus dapat begitu tegasnya memerintahkan ”juru bayarnya” (Kementerian Keuangan dalam konteks Indonesia hari ini) untuk membangun armada laut sangat besar dengan 375 kapal kapal perang raksasa kelas “Jung Jawa”dalam kurun waktu 1 tahun saja, mempersenjatai dan mengerahkan armada kesultanannya (1.000 personel setiap kapalnya).

Seorang Tom Pires bahkan menuliskan dalam Summa Oriental, 1515, bahwa Anunciada (kapal Portugis terbesar di Malaka tahun 1511) sama sekali tidak menyerupai kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa! Kesemua ini dilakukan hanya karena mendengar masukan intelijen bahwa bangsa Portugis memasuki Selat Malaka.

*** Ini merupakan bukti bahwa kita pernah memiliki pemimpin- pemimpin yang mampu melihat ”kepentingan warganya” dengan mampu menghitung secara cermat akan untung rugi biaya bagi pembangunan kekuatan pertahanan untuk melakukan fungsi kemaritiman dari armada laut yang harus dibangunnya ver-sus biaya yang akan berdampak pada kesultanan dan masyarakatnya jika ia tidak membangun armada laut yang mumpuni untuk melakukan fungsi kemaritiman dan ekonomi yang harus dijaga nun jauh hingga ke Selat Malaka.

Ratu Kalinyamat pada 1550 mengirim 4.000 tentara Jepara dalam 40 buah kapal, memenuhi permintaan Sultan Johor untuk membebaskan Malaka dari bangsa Eropa.Armada Jepara ini kemudian bergabung dengan armada pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang.Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Malaka.

Cerita tentang Ratu Kalinyamat memang tidak berakhir dengan digelari duchesse atau lord dari Kerajaan Inggris Raya, tetapi namanya ditulis dalam sejarah Portugis dengan julukan yang menggetarkan hati: Rainha de Jepara,Senora Pade Rosa se Rica” (Ratu Jepara yang penuh kekuatan dan kekuasaan). Hari ini kemampuan armada laut kita sangat jauh dari apa yang seharusnya kita miliki.

Jika kita lihat Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan dan dibandingk a n apple to apple dengan Kudus atau Jepara masa itu.Mungkin dengan memiliki pemimpin sekaliber Pati Unus atau Ratu Kalinyamat yang memiliki visi geopolitik dan geostrategi yang mumpuni,di hari armada 2012 ini kita seharusnya sudah mampu mengadakan kekuatan armada laut hingga mencapai kekuatan ideal ala Pati Unus, yaitu sebanyak 149.260 kapal (375 kapal x 398 kabupaten/ kota sesuai otonomi daerah) dengan kekuatan AL sebesar 149.260.000 personel.

Artinya, dengan jumlah personel AL sebesar itu tanpa UU Kamnas sekalipun terbukti hampir setengah dari bangsa Indonesia akan otomatis berwawasan dan berkelakuan peduli bahari. Atau setidaknya, jika kita memiliki pemimpin yang berpandangan akan terbentuknya kerja sama pertahanan laut dengan negara kawasan dan cukup mampu berfikir seperti seorang Ratu Kalinyamat (minimum essential forces era abad ke-15), maka kita hanya memerlukan 15.000 kapal berikut 15.000.000 personel AL-nya.

Samuel Huntington dengan jelas menyatakan bahwa negara yang dapat menyeimbangkan kekuatan China di kawasan hanyalah Indonesia dan Vietnam.Menurutnya, identitas kultural Indonesia yang pernah berdiri sebagai sebuah independent maritime empire dan kultur budaya Vietnam yang telah terbukti selama 5000 tahun unggul dari China, menjadikan kedua negara ini bersama India da Jepang dapat memainkan peran penting dalam keseimbangan regional.

Di Hari Armada 5 Desember 2012 ini,selayaknya kita semua merenungkan apakah kita sudah sepakat untuk menetapkan kekuatan armada AL kita sesuai komitmen yang diperintahkan negara kepada para Laksamana,perwira dan personelnya, di mana sebagai professional navy mereka harus memiliki kemampuan dari sea denial of local waterske kemampuan sea control of a distant seas. Tugas utama dari pro-fes-sional navysesungguhnya adalah tugas pertahanan di samping tugas bantuannya dalam menanggulangi non traditional threats bangsanya.

Untuk membangunnya sebagai professional navy,maka negara harus memenuhi ketersediaan dan kesiapan alutsista dan teknologi peperangan, pendidikan dan rekrutmen prajurit, peningkatan jumlah dan modernisasi peralatan alutsista, kesiapan operasional,peningkatan fasilitas pangkalan militer, perawatan dan perbaikan, serta terwujudnya susunan kekuatan yang mampu melaksanakan proyeksi kekuatan bersifat tempur yang bukan saja mencakup ke mana dan untuk apa kekuatan armada maritim tersebut digelar, tetapi juga mencakup berapa lama gelar tersebut dapat dilaksanakan.

Hari ini kemampuan armada kita di laut hanya 5–10 hari dalam setiap 30 hari/bulan.Artinya ada sekitar 20 sampai 25 hari armada kekuatan maritim kita hanya sandar di pelabuhhan dikarenakan masalah pengadaan bahan bakar yang tidak mencukupi (dipenuhi hanya sekitar 35 hingga 40% dari yang diajukan) untuk mereka dapat melakukan tugasnya baik di gugus tugas Armada Barat maupun di Armada Timur.

*** Maka pertanyaannya,di era high-tech komunikasi dan banyaknya para pemimpin bergelar beragam doktor saat ini,lalu apa yang berjalan salah dari cara kita mengelola critical mass (wilayah,sumber daya dan penduduk) negeri ini? Sehingga posisi geopolitik dan kekayaan sumber daya yang kita miliki tidak mampu membangkitkan kita menjadi negara yang berkemampuan untuk menggelar armada armada laut yang diperlukannya,

untuk kemudian menjadikan negeri ini negeri berkekuatan supra-raksasa seperti era Sriwijaya dan Majapahit atau berkemampuan maritim seperti Kesultanan Kudus dan Jepara sekalipun? Apakah itu terletak pada kesalahan kita sebagai warga negara yang begitu permisif pada kelalaian para pemimpin tingkat pusat dan lokal dalam konsep pandangan dunia dan perspektif geostrategi yang merupakan cara pandang dan memahami dunia dan perubahannya?

Pada pemahaman tentang ancaman dan bagaimana kita mengonseptualisasikan isu pertahanan & keamanan itu sendiri? Atau pada strategi keamanan nasional (kamnas) dengan kemampuan mengidentifikasi perubahan untuk merumuskan struktur kekinian akan armada laut dan dirgantara yang seharusnya terbentuk untuk menjaga 3,2 juta km2 wilayah maritim dan 5.7 jta km2 dirgantara kita?

Dianugerahi letak suprastrategis seperti ini, pepatah latin mengatakan Animis Opibusque Parati – persiapkan segenap pikiran,upaya dan sumber daya untuk menghadapi kemungkinan apa pun.Semoga jawaban pertanyaan di atas tidak terletak pada kedua belas lautan yang kita miliki dan hanya kita banggakan,tanpa kesadaran dan berkemampuan untuk melindungi, menjaga dan memanfaatkannya, sebagaimana nenek moyang kita di abadabad silam melakukannya.
Sumber : Sindo

Keamanan Selat Malaka Dapat Perhatian Serius TNI AL


Pentingnya Selat Malaka sebagai lalu lintas perdagangan dunia, menjadi perhatian serius TNI Angkatan Laut. Sebab, di kawasan Selat Malaka rentan terjadi kejahatan, baik perampokan, teroris dan aksh kejahatan lainnya.

Saat gelar upacara peringatan HUT ke 67 Armada RI di Pangkalan Komando Armada Timur, Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan, sampai saat ini, pihaknya fokus menjaga Selat Malaka dari berbagai gangguan yang mengancam kedaulatan RI.

"Selat Malaka itu atensi pengamanan bagi para prajurit, khususnya TNI AL. Hal ini karena Selat Malaka adalah kawasan penting sebagai jalur lalu lintas dunia," kata Agus dalam pidatonya di depan 2400 prajurit, Rabu (5/11).

Menurut dia, tiap tahunnya, ada sekitar 64 ribu lebih kapal pengangkut komoditi yang melintasi Selat Malaka. Selain itu, ada sepertiga perdagangan dunia juga melewati perairan yang menghubungkan beberapa negara, di antaranya Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.

"Untuk itu, di tahun 2013 mendatang, TNI akan menyiapkan pengembangan dan peremajaan alutsista (alat utama sistem senjata), guna membangun kapasitas dan kapabilitas secara nasional dan menjaga konsistensi kekuatan pertahanan bangsa."

Selanjutnya, usai menegaskan pentingnya pengamanan di Selat Malaka, pada acara yang dihadiri Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, Pangarmabar Laksamana TNI Sadiman, para Pangkotama TNI AL, sejumlah mantan Panglima Armada RI, mantan KSAL, Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Murdjito, serta Sekdaprov Jawa Timur Rasiyo itu, juga menghadirkan pertunjukan kolosal Pendaratan Pasukan-M guna mendukung perjuangan I Gusti Ngurah Rai di Bali dalam melaksanakan Puputan Margarana.

Selain itu, sekitar 2.400 personel mengikuti upacara dan melakukan defile, disertai pameran alat perang TNI. Dan sebelum puncak upacara digelar, juga dilakukan berbagai kegiatan sosial, seperti pembersihan Sungai Kalimas dengan melibatkan semua unsur dari Prajurit TNI.

Ada juga kegiatan bedah beberapa rumah kumuh, pameran Alutsista, parade kesenian, pemecahan Rekor MURI Indonesia berupa memasak nasi goreng melibatkan 1.762 juru masak awak KRI dan Prajurit TNI AL.
Sumber : Merdeka

Dubes AS : Darwin Bukan Pangkalan Militer Amerika Serikat


 Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, menegaskan, Darwin (Australia) bukan pangkalan militer karena Indonesia merupakan negara sahabat dan Amerika Serikat ingin membangun hubungan yang lebih bersifat kemitraan dengan Indonesia.

"Kami tidak ada niat atau keinginan mendirikan pangkalan militer di dekat Indonesia, karena bukan hubungan itu (militeristik) yang kami inginkan, melainkan kemitraan," katanya, dalam diskusi dengan kalangan pers di Kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, di Surabaya, Rabu.

Didampingi Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Joaquin F Monserrate, diplomat senior itu menjelaskan, pihaknya hanya melakukan rotasi prajurit Marinir Amerika Serikat yang selama ini ada di Okinawa dengan jumlah sekitar 2.500-an orang.

"Itu bagian dari rencana pemindahan (rotasi) Marinir dari Okinawa, tapi di sana (Darwin) sudah ada 250 prajurit dan sekarang nol (tidak ada rotasi). Tujuan rotasi itu juga untuk memperlancar latihan gabungan dan perbantuan bencana alam di sekitarnya," katanya.

Tujuan itu, katanya, membuktikan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki kekhawatiran apapun terhadap Indonesia. Karena itu pihaknya tidak berkeinginan membangun pangkalan militer, kecuali membangun kemitraan yang lebih komprehensif.
Sumber : Antara

TNI Angkatan Udara Modernisasi Alutsista

 Program modernisasi Alutsista TNI Angkatan Udara yang tengah dilaksanakan saat ini, tanpa kemauan kuat yang dilandasi dengan profesionalisme dan pembinaan logistik yang tepat, maka The First Class Air Force yang kita cita-citakan tidak akan dapat dicapai.
Dikatakan, Rakernislog 2012 yang mengambil tema “Melalui Rakernislog TNI AU TA 2012 kita tingkatkan profesionalisme pembinaan dan dukungan logistik menuju The First Class Air Force”ini, sangat tepat sebab peran logistik dalam organisasi perang sangat strategis dan keputusan strategis di bidang logistik sangat menentukan keberhasilan misi dan operasi yang akan dilaksanakan.

Menurutnya terkait dengan Renstra Pembangunan TNI AU Tahun 2010-2014 dan selanjutnya,  TNI AU akan menambah alat utama sistem senjata yang cukup signifikan yaitu, sekitar 102  pesawat  yang terdiri atas F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 maupun Radar akan segera memperkuat TNI AU. “Hal ini akan menumbuhkan  rasa kebanggaan sekaligus sebagai tantangan dalam upaya menyusun kekuatan TNI Angkatan Udara”, jelas Kasau.


Untuk itu Kasau menekankan kepada seluruh personel jajaran logistik, agar mengedepankan kejujuran dalam melaksanakan tugasnya sehingga tidak menyalahi aturan maupun ketentuan yang telah ditetapkan dan personel logistik harus mampu mengoperasikan dan merawat semua alutsista dengan manajemen yang lebih baik serta memperhatikan norma dan aturan yang berlaku dalam penyelenggaraan logistik terutama dalam pengadaan barang dan pemeliharaan.
Sumber : Okezone

Peringatan Hari Armada RI Digelar Di Koarmatim


 Peringatan Hari Jadi ke-67 Armada RI Tahun 2012 digelar dalam suatu upacara militer Parade dan Defile yang berlangsung di Dermaga Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Ujung Surabaya, Rabu (5/12), dengan inspektur upacara  Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E.
Upacara Parade dan Defile Hari Armada RI Tahun 2012 ini melibatkan 2.400 pasukan upacara yang terdiri dari  prajurit TNI AL dan PNS TNI AL wilayah Surabaya. Bertindak selaku komandan upacara  Komandan Gugus Keamanan Laut Koarmatim Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji. Peringatan Hari Armada RI Tahun 2012 ini mengangkat tema: “Kobarkan Semangat Kepahlawanan Guna Memantapkan Profesionalisme dalam Rangka Mewujudkan TNI AL yang Handal dan Disegani”.
Pada peringatan Hari Armada RI kali ini dihadiri Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal), Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum, Pangarmabar Laksamana Muda TNI Sadiman, S.E., para Pangkotama TNI AL, para pejabat teras TNI AL, Muspida Provinsi Jawa Timur, tokoh masyarakat Jawa Timur, serta sejumlah mantan Panglima Armada RI yang juga mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal).
Peringatan Hari Armada RI yang dilaksanakan setiap tahun, merupakan momentum bagi Prajurit Matra Laut untuk mengenang dan menghargai jasa para pendahulu dalam mempertahankan nilai-nilai heroik dengan semangat pengabdiannya yang tanpa pamrih. 
Peringatan ini diharapkan dapat menggugah ingatan bangsa Indonesia ke dalam sejarah pasang surutnya kebesaran bahari bangsa Indonesia. 
Seperti telah diketahui bersama, pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit bangsa Indonesia pernah memiliki kekuatan armada laut yang tangguh dan disegani, yang menguasai jalur-jalur pelayaran penting dunia, serta telah mampu menjalin hubungan baik dengan bangsa-bangsa lain di belahan dunia. 
Sebagai generasi penerus, kita selayaknya bangga dan bersyukur, bahwa nenek moyang kita, para pendahulu kita dengan tulus ikhlas telah bekerja keras dari generasi ke generasi dengan mewariskan nilai-nilai sebagai bangsa bahari dengan citra yang baik di dunia internasional.
Pewarisan nilai-nilai luhur kekuatan bahari yang tangguh tersebut kini telah menjelma dengan sebutan Armada RI, sebagai tulang punggung di dalam mendinamisasikan tugas, fungsi, dan peran TNI Angkatan Laut, utamanya sebagai inti kekuatan pertahanan negara di laut. Komando Armada RI, baik Kawasan Barat maupun Kawasan Timur adalah Komando Utama Pembinaan dan Operasional Angkatan Laut yang bertugas membina kemampuan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang terdiri dari Kapal Perang, Pesawat Udara, Pasukan Marinir, dan Pangkalan, khususnya dalam membina kemampuan peperangan laut, membina kesiapan operasi untuk melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dalam rangka pengendalian laut, penegakkan kedaulatan dan hukum di laut, serta pembinaan potensi maritim menjadi kekuatan pertahanan dan keamanan negara  di laut.
Pada Peringatan Hari Armada RI Tahun 2012 ini dimeriahkan dengan pertunjukan kolosal Pendaratan Pasukan-M guna mendukung perjuangan I Gusti Ngurah Rai di Bali dalam melaksanakan Puputan Margarana. Pasukan-M pimpinan Markadi merupakan tulang punggung gerilyawan pendukung kemerdekaan Republik Indonesia yang diutus Markas Besar Umum Tentara Keamanan Rakyat guna membantu perlawanan rakyat Bali atas pendudukan tentara Belanda.&nbrp;
Tugas mereka kala itu adalah membentuk pangkalan TKR Laut di Bali, sekaligus mengorganisir basis-basis perjuangan rakyat di berbagai tempat. Meski tugas yang diembannya terbilang sukses dalam menumpas perlawanan terhadap tentara Belanda, akan tetapi perjuangan Pasukan-M pimpinan Kapten Markadi seolah tidak mau dikenang, seperti telah dituangkan dalam simbolnya yang bertuliskan “menang tak dibilang, gugur tak dikenang”.

Dalam amanat Panglima TNI mengatakan, Presiden Soekarno menyatakan dalam pidatonya pada peringatan Hari Armada Tahun 1961 “…Bahwa negara kita hanya bisa menjadi besar dan kuat jikalau ada persatuan, perhubungan dan penguasaan yang mutlak atas lautan.”  Dengan demikian, peringatan ini dapat dijadikan sebagai refleksi historis perjalanan pengabdian TNI Angkatan Laut, dalam wujud evaluasi dan introspeksi guna menyempurnakan pelaksanaan tugas dan pengabdian di masa yang akan dating.

“Bila kita memperhatikan secara cermat perkembangan kepentingan aspek maritim internasional, maka akan kita dapati suatu benang merah yang menghubungkan antara kepentingan internasional tersebut dengan kepentingan maritim Indonesia, disertai segala dampak yang terkandung di dalamnya,”kata Panglima TNI.

Sebelumnya, berbagai kegiatan digelar mewarnai peringatan Hari Armada RI, diantaranya bersih-bersih Sungai Kalimas dengan melibatkan Prajurit TNI AL, TNI AD, TNI AU, Kepolisian, instansi pemerintah dan swasta, serta segenap warga Surabaya. Kegiatan bedah beberapa rumah kumuh, olahraga jalan sehat bersama, lomba antar satker Koarmatim meliputi: lomba dayung perahu karet, multiathon, dan menembak, pemecahan Rekor Muri Indonesia berupa memasak nasi goreng yang melibatkan 1.726 juru masak awak KRI dan Prajurit TNI AL wilayah Surabaya.

Kegiatan lain yang akan dilaksanakan yaitu menggelar Naval Base Open Day (NBOD) pada hari Minggu 9 Desember mendatang, dengan kegiatan   funbike yang melibatkan ribuan peserta baik prajurit TNI/Polri dan warga masyarakat, pameran Alutsista dan parade kesenian antar Satker Koarmatim.
Sumber : Koarmatim

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...