Saturday, October 27, 2012

Revitalisasi, Belanja Modal PT PAL Rp 549 Miliar

SURABAYA – Mengawali tahun 2013, PT PAL Indonesia (Persero) berniat memperbanyak belanja modal peralatan. Sedikitnya, Rp 75 miliar anggaran diperuntukkan khusus untuk merevitalisasi fasilitas produksi hingga 2014.

“Revitalisasi ini akan terus berjalan, dan belanja modal kami khususkan untuk modernisasi peralatan,” kata Direktur Utama PT PAL Firmansyah Arifin, Kamis (25/10).

Sebelumnya, PT PAL juga telah menginvestasikan biaya revitalisasi fasilitas produksi pada tahun ini senilai Rp 150 miliar. Bahkan, produsen kapal ‘berbendera’ BUMN tersebut mendapat tambahan dana revitalisasi untuk belanja modal seperdua bagian dari penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 648 miliar. “Separuhnya lagi untuk operasional perusahaan,” aku mantan Dirut PT DOK dan Perkapalan Surabaya (DPS) ini.

Dengan demikian, PT PAL yang sempat terseok karena merugi sekitar Rp 1,32 triliun pada tahun lalu itu mengalokasikan biaya revitalisasi untuk belanja modal sebesar Rp 549 miliar. Angka tersebut diperoleh dari rincian investasi senilai Rp 150 miliar pada tahun 2012 yang ditambahkan Rp 75 miliar biaya revitalisasi dalam setahun serta tambahan separuh bagian dari Rp 648 miliar dana PMN.

“Ini langkah awal dan kami optimis. Dukungan pemerintah melalui kucuran dana yang juga berasal dari stakeholder, semakin membangkitkan kami untuk merevitalisasi peralatan produksi,” ujarnya di sela peresmian program revitalisasi fasilitas produksi dan pendukung PT PAL, Rabu (24/10) siang.

Ia juga berkeyakinan, PT PAL bisa kembali menjadi lebih baik dalam hal produksi dan pembangunan kapal baru, produksi rekayasa umum, desain kapal maupun pelayanan perawatan serta perbaikan kapal, off shore maupun on shore. “Kami bertekad untuk memberikan yang terbaik dengan orientasi untuk kepuasan pelanggan,” jaminnya.

Disebutkan, untuk divisi perawatan dan perbaikan, pihaknya akan berusaha memangkas durasi doking kapal separuh dari waktu sebelumnya yang mencapai 3-4 minggu. Pasalnya, masa doking sangat berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan dan konsumen yang menggunakan jasa PT PAL. “Bukan hanya cepat, tapi kualitas doking, juga kami perhatikan,” ingatnya.

Dengan pelaksanaan revitalisasi fasilitas produksi dan pendukung ini, PT PAL siap memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggan yang selama ini telah memberikan kepercayaan. Selain itu, revitalisasi ditubuh PT PAL akan semakin menguatkan sistem kinerja perseroan yang lebih baik.

Seperti diketahui, fasilitas yang ada PT PAL secara keseluruhan akan direvitalisasi dengan modernisasi peralatan canggih. Revitalisasi tersebut dilakukan dari seluruh divisi yang bergerak dalam ruang produksi pabrik pembuat kapal di lingkungan TNI AL tersebut.

Mengutip catatan publikasi PT PAL, sejumlah sarana yang direvitalisasi adalah Divisi Produksi termasuk fasilitas yang ada di Divisi Teknologi. Masing-masing diantaranya Divisi Kapal perang, Divisi Kapal Niaga, Divisi Rekayasa Umum, Divisi Perawatan dan Perbaikan serta Divisi Teknologi.

Militer Indonesia berencana untuk membelanjakan 16,7 milyar dolar AS sampai tahun 2015

Para kadet Akademi Militer Indonesia berbaris dalam suatu upacara kenegaraan. Diharapkan bahwa mereka akan menikmati manfaat dari peningkatan anggaran belanja militer negara ini. [Reuters]

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, yang didukung oleh kepemimpinan militer dan memperoleh dana anggaran sebesar 16,7 milyar dolar AS, akan terus maju dengan rencana tiga tahunnya untuk memperkuat dan melakukan modernisasi persenjataan militer Indonesia.
Indonesia berada dalam perjalanan untuk mempengaruhi percaturan dunia, demikian menurut seorang analis - suatu ambisi yang dapat ditelusuri sejak proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 dari penjajahan Belanda. Dengan laju pertumbuhan saat ini, Indonesia dapat menjadi salah satu dari lima negara dengan ekonomi terkuat sebelum tahun 2040, demikian ramalan para pejabat.
Sebagai inti dari komunitas Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara [ASEAN] dan negara terbesar di komunitas Asia Tenggara, modernisasi pertahanan Indonesia berkemungkinan untuk menempatkan negara ini sebagai pembelanja militer utama di wilayah tersebut. Dan karena jalur reformasi Indonesia ke arah konsolidasi demokratis, para pengamat mengatakan bahwa kemunculan kekuatan militer negara ini tidak perlu dikhawatirkan akan mengalami destabilisasi.
Pergeseran dramatis kebijakan pertahanan Indonesia muncul setelah kekosongan 10 tahun pembelanjaan militer akibat kekurangan dana, setelah negara tersebut berfokus pada pertumbuhan ekonomi dan usaha perkembangan. Peningkatan pada tahun 2012 menghadirkan 30 persen dari anggaran nasional negara ini. Angkatan Udara dan Laut Indonesia diharapkan menjadi penerima terbesar dari hasil peningkatan anggaran pertahanan ini.
Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa pertumbuhan dalam anggaran pertahanan tersebut dimaksudkan sebagai usaha untuk "memperkuat posisi militer, demi menjamin keberhasilan misi untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia.”
Rencana pengembangan militer tersebut mencakup pembelian kapal penghancur berpeluru kendali, tank, sistem peluncuran roket majemuk, jet tempur, kapal selam dan persenjataan militer lainnya.
Senjata yang dikembangkan secara domestik dan dibeli di luar negeri ini akan didukung teknologi terbaru. Strategi modernisasi ini memiliki harga yang sangat mahal: 2,5 milyar dolar AS untuk 10 frigat ringan yang dikembangkan oleh produsen kapal negara PAL; 2 milyar dolar AS untuk empat kapal selam; dan 6 milyar dolar AS untuk tambahan pesawat jet tempur Sukhoi dan F16.
Anggaran ini juga dimaksudkan untuk meliputi kebutuhan non-senjata yang berhubungan dengan pertahanan nasional, termasuk aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit dan pegawai negeri dalam angkatan bersenjata Indonesia.
Anggaran ini akan berfokus pada pembelian produk domestik, demikian kata Yugiantoro. Jika tidak terdapat ketersediaan materi yang diproduksi secara domestik, akan digunakan para produsen asing dengan syarat penggunaan metode produksi gabungan. Dan impor produk asing juga akan dipantau demi memastikan manfaatnya bagi Indonesia.
Komite Tingkat Tinggi [HLC] negara ini akan menyediakan pengawasan guna mengendalikan pemantauan dan laju perluasan sektor pertahanan sampai tahun 2014, demikian ungkap menteri pertahanan.
HLC yang diketuai oleh wakil menteri pertahanan, akan mencakupkan perwakilan dari beberapa divisi pemerintah, termasuk keuangan, perencanaan, audit, dan badan pemerintah khusus yang bertanggung jawab untuk melakukan pembelian barang serta jasa.
“Tujuan utama dari tim pengendali ini adalah mulai dari awal tahap perencanaan seperti halnya juga selama tahap penerapan, untuk memantau keuangan dan pembelian bagi sektor pertahanan ini,” demikian yang dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.
Angkatan Udara menambahkan 17 skuadron
Pembangunan militer ini mencakup inventaris yang mengesankan. Untuk Angkatan Udara Indonesia: 64 jet tempur Sukhoi; 32 jet tempur F16; 36 pesawat tempur Hawk 100/200; 12 jet tempur F5E; 16 pesawat tempur Super Tucano; 16 pesawat tempur Yak 130; 36 pesawat tanpa awak; dan 64 pesawat transportasi Hercules.
Angkatan Laut menambahkan 3 armada
Tiga armada akan ditambahkan ke Angkatan Laut Indonesia, yang memiliki armada Barat dengan markas besar di Tanjung Pinang, Natuna, dan Belawan. Armada Pusat akan memiliki markas besar di Surabaya, Makassar, dan Tarakan. Armada Timur akan bermarkas besar di Ambon, Merauke, dan Kupang. Kemudian, jumlah prajurit Angkatan Laut yang aktif akan ditingkatkan hingga 60.000, ditugaskan di berbagai markas. Para prajurit ini akan didukung oleh 350 tank BMP 4F; 17 tank amfibi; 320 kendaraan amfibi lapis baja; 800 misil QW3; 40 Grad RM; dan 75 Howitzer. Inventaris tambahan mencakup 32 frigat; 56 corvette; 82 kapal patroli cepat yang dipersenjatai misil; enam kapal selam; dan 48 kapal logistik serta transportasi.
Tambahan angkatan darat termasuk tank dan misil
Angkatan Darat, yang merupakan komponen darat angkatan bersenjata Indonesia, memiliki perkiraan jumlah pasukan sebanyak 180.000, Brigadir Kavaleri, cadangan strategis, dan unit-unit lain yang telah terlibat dalam operasi sejak perjuangan negara ini untuk meraih kemerdekaan.
Peningkatan anggaran ini memberikan inventaris yang berikut: tiga divisi komando strategies; 150 batalyon pasukan serbu; 200 tank perang utama yang akan disebar di Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat; 540 kendaraan lapis baja yang dibuat oleh Pindad untuk batalyon infanteri mekanik; 320 kendaraan dengan meriam; 890 meriam dan artileri howitzer; 720 misil NDL; 20 helikopter tempur MI35; 26 helikopter transportasi MI17; 1.300 misil anti-tank; 60 misil anti-pesawat baru; dan 700 misil strategis jenis Pindad-Lapan.

Leopards, Submarines and Sukhois

LATELY, there has been much news about procurement of military weapons and equipment, including Leopard tanks, submarines and Sukhoi fighter aircraft. Happily, Indonesia now has the resources to meet the needs of war and defense equipment.

Lamentably, the procurements have been negatively received by observers, politicians and the man in the street. Criticism against the Leopard tanks procurement questioned the decision not to buy from the Netherlands, but from Germany instead. Others have questioned the usefulness of Leopard tanks in Indonesia.

The planned purchase of submarines from South Korea would, it seems, not benefit Indonesian maritime defense as the submarines have insufficient deterrence effects on neighboring countries.

The acquisition of Russian-made Sukhois and used American F-16 aircraft is criticized due to technical specifications.

The problem is that people are not given correct explanations, and whether the procurements are truly necessary or appropriate is never clarified. There is no clear explanation as to why the country requires advanced war equipment to ensure our sovereignty and defend the country.

At present, we face a variety of challenges as a nation and do not have an overview of our military strategy as a whole.

Armed conflict often occurs as a result of border disputes. The Great Wall of China was built to secure the national border territory. Such a wall is obviously impractical in our case and the effort would make no sense since our borders are mostly at sea anyway.

Sea border areas, therefore, should be our priority, due to their importance in safeguarding the country against intrusion, and thus safeguarding national sovereignty as well as defending our national honor. The archipelagic nature of our country without doubt makes formidable naval power of the utmost importance in the critical sea border areas.

Sea power without the support of air defense (indeed air superiority) is a futile defense system. The areas surrounding the Malacca Strait and those bordering Timor Leste and Australia are considered critical areas.

To talk of national sovereignty and honor in terms of arms procurement, is: We are sovereign if any Indonesian citizen can freely fish within the country’s own waters without fear of obstruction from neighboring countries’ navies, whereas illegal forays into Indonesian waters by foreign fishing vessels have long been a problem.

Regarding our land borders, our country’s land sovereignty is ensured simply if the land border remains static.

On the other hand, Indonesian sovereignty over its own airspace over the Malacca Strait, in the form of Flight Information Region (FIR) management, should be returned to us, and at the very least be put under the tight control of our national aviation authority.

As an archipelagic nation, we need our Army, Navy and Air Force to be strong to protect the honor of the motherland.

It will be easier to explain the necessity to procure tanks, combatant ships and fighter aircraft; to protect the citizens and the country’s territory; to defend land, sea and air space sovereignty, when we accept the necessity of integrated effort from the Army, Navy and Air Force.

Menjaga Asa Militer Indonesia Untuk Menjadi ' Macan Asia "


Jakarta - Lembaga globalfirepower pada 2012 menyatakan Indonesia sebagai negara ke- 18 dalam hal kekuatan militer. Namun,itu lebih karena kekuatan manusianya.

Adapun untuk kondisi alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga berperingkat Globalfirepower di bawah Indonesia. Dalam sejumlah kesempatan, seperti pada awal Agustus 2012 di Mabes TNI dan diulangi pada saat HUT Ke-67 TNI pada 5 Oktober 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan betapa pentingnya penguatan pertahanan.

“Cita-cita dan semangat untuk tampil sebagai ‘macan asia’, itu masih. Lima tahun mendatang kita akan berubah, memiliki persenjataan, kita punya postur, punya alutsista. Saya minta dukungan rakyat, tidak boleh negara itu lemah dalam pertahanan. Nanti kalau lemah, mohon maaf, juga disepelekan negara-negara lain,” kata Presiden. Karena itu, pemerintah berkomitmen membangun pertahanan.

Alutsista TNI diperkuat melalui program percepatan pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF). Pembangunan itu semata-mata untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara serta integritas wilayah. Komitmen pemerintah tersebut ditandai dengan terus ditingkatkannya anggaran untuk sektor pertahanan. Pada 2004, anggaran pertahanan hanya Rp 21,7 triliun.

Kemudian meningkat pada 2006 menjadi Rp 28 triliun. Selanjutnya Rp 32,6 triliun pada 2007, Rp 32,8 triliun pada 2008, dan meningkat lagi menjadi Rp 33,67 triliun pada 2009. Sejak itu, anggaran terus bertambah hingga menjadi Rp 42,8 triliun pada 2010, lalu naik menjadi Rp 47,5 triliun pada 2011, dan Rp 64,4 triliun pada tahun ini. Tahun depan, direncanakan naik lagi menjadi Rp 77,7 triliun. Di luar anggaran APBN itu, ada dana khusus untuk percepatan pengadaan alutsista sesuai MEF senilai Rp 156 triliun untuk kurun 2010-2014.

Target 40% MEF
 

MBT Leopard 2 Revolution
Rencana strategis pengadaan alutsista sudah disusun dan mulai dijalankan. Selama 2010-2012 pengadaan berbagai jenis alutsista dilakukan. Butuh proses panjang sebelum pengadaan alutsista benar-benar terealisasi. Pro dan kontra selalu terjadi. Peristiwa yang masih hangat adalah saat pengadaan Leopard, hibah F-16 dari AS, maupun pembelian Sukhoi dari Rusia. Pada 2011 lalu tercatat sejumlah alutsista diterima TNI.

Di antaranya helikopter M1-17 asal Rusia untuk TNI AD dan kapal angkut landing platform dock (LPD) untuk TNI AL. Tahun ini TNI AU menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano dari Brasil dan dua unit pesawat angkut ringan CN-295 asal Spanyol (bekerja sama dengan PT DI). TNI AL juga kembali menerima beberapa kapal cepat rudal (KCR).

Tak ketinggalan, TNI AD menerima tank tempur utama (MBT) Leopard, dan tank tempur medium Marder. Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, hingga semester pertama 2014 akan ada sekitar 45 kegiatan pengadaan alutsista bergerak meliputi TNI AD,AL,AU. “Khusus untuk AU, alutsista bergerak 30%. Ada 14 jenis alutsista yang akan menambah kekuatan TNIAU, yakni pesawat tempur (5 jenis), pesawat angkut (3 jenis), helikopter (2 jenis), pesawat latih (2 jenis), UAV dan lainnya (2 jenis). Ini di luar radar,” sebutnya.

Untuk TNI AD, selain tambahan Leopard dan Marder, akan datang multi launcher rocket system (MLRS) dan meriam 155 mm/caesar. TNI AL di antaranya akan menerima kapal fregat, KCR, dan kapal selam. Dengan kondisi ini, pencapaian dari target MEF 2024 sudah bisa dirasakan cukup signifikan. “Pada akhir kabinet ini, saya yakin tidak hanya 30% untuk mencapai kemampuan pokok minimum, tapi saya yakin bisa mencapai 40%,” Purnomo meyakinkan.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menuturkan, pemerintah tidak memprioritaskan matra tertentu saja untuk diperkuat dengan menomor duakan matra lain. “Masing-masing sudah punya prioritas, Angkatan Darat punya, Angkatan Laut punya, Angkatan Udara punya. Itu yang kita laksanakan,” katanya. Dia juga yakin pemenuhan MEF bisa lebih cepat dari yang direncanakan.

Artinya, program itu sudah bisa dicapai sebelum 2024. Pengamat militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, menilai pengadaan alutsista yang berlangsung sekarang ini secara umum sudah sesuai rencana strategis (renstra). Andi menilai sekarang ini pemerintah sedang berusaha agar masing-masing angkatan memiliki senjata utama. “Platformnya apa yang perlu ditingkatkan sudah tepat,” katanya.

Sementara itu, gelontoran anggaran sektor pertahanan yang sangat besar dan terus meningkat tiap tahun diharapkan juga berdampak positif bagi kesejahteraan prajurit TNI. Pada akhirnya tidak saja alutsista TNI yang kuat, kesejahteraan prajurit juga meningkat.

Pemerintah meyakinkan bahwa kesejahteraan prajurit akan terus ditingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan. “Sekarang sudah ada tujuh macam tunjangan bagi prajurit, di luar gaji pokok,” kata Purnomo.[fefy dwi haryanto]
  Seputar Indonesia

TNI AL Sebagai Pionir Kebangkitan Spirit Maritim

Sebagai pengawal terdepan penjaga kedaulatan NKRI, TNI AL harus mampu menunjukkan bahwa kekuatannya mampu menanggulangi seluruh gangguan terhadap wilayah Indonesia. Kekuatan dan keunggulan utama TNI AL akan dinilai dari kiprah-kiprah satuan operasional Armada dalam menjamin kepentingan nasional di laut. Jika hal ini secara tuntas dapat dilaksanakan maka impian menjadikan TNI AL sebagai aset pertahanan nasional yang mumpuni telah menemukan jalurnya.

Pembekalan logistik (TNI AL)
Pada abad XIV dunia barat diramaikan dengan teori Copernicus, heliocentric system, yang menyatakan bahwa bumi bulat. Banyak kalangan memperdebatkan teori ini, termasuk para otoritas gereja yang meyakini bumi datar. Christopher Columbus yang juga meyakini bahwa bumi berbentuk bola kecil beranggap sebuah kapal dapat sampai ke timur melalui jalur barat. Dia kemudian menjelajah Samudra Atlantik dan tiba di benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492. Meskipun sebelumnya orang-orang Viking telah lebih dahulu tiba di Amerika Utara pada abad ke 11, namun sampai 6 abad kemudian klaim Columbus sebagai penemu benua Amerika tak tergoyahkan.

Bumi bulat juga diyakini Ferdinand Magellan yang kemudian membuktikannya dengan berlayar dari Eropa ke barat menuju Asia dengan maksud mengelilingi bola dunia dan menjadi orang Eropa pertama yang melayari Samudra Pasifik. Meskipun dia tewas terbunuh di Filipina, tim ekspedisinya berhasil menyelesaikan misi mengelilingi bola dunia dan kembali ke Spanyol tahun 1522. Tahun 1498 Vasco da Gama mengarungi samudera Atlantik untuk meneruskan misi Bartolomeus Dias yang hanya sampai Tanjung Harapan dan berhasil mendarat di India.

Temuan jalur ini membuka rute antara Eropa dan India serta Timur Jauh yang kemudian membawa peningkatan ekonomi luar biasa bagi masyarakat Eropa, sekaligus berakibat kemunduran luar biasa bagi pedagang-pedagang Muslim yang semula menguasai jalur tersebut. India yang sebelumya wilayah terpencil dan hanya menjalin hubungan ke Asia Tenggara, segera menjadi wilayah penting dalam perdagangan Timur - Barat.

Cara Barentz berbeda lagi, dia ingin mencapai Asia dengan keliling bumi melalui Utara. Sayangnya ekspedisi Barentz terhenti karena sesampai di Kutub Utara air laut membeku. James Cook melakukan langkah serupa tetapi kearah selatan dan pada tahun 1770 dia berhasil mendarat di Australia sehingga dia dianggap sebagai penemu Benua Australia.


Dari rentetan berbagai penjelajahan laut ini menjadi gambaran bahwa para pelaut mempunyai kontribusi besar terhadap perkembangan peradaban dunia. Hal-hal yang sebelumnya sebatas ilusi dan teori-teori di lembaran buku, di tangan para pelaut menjadi empiris. Tanpa pelaut mungkin agama Hindu - Budha hanya akan menjadi agama eksklusif orang-orang India, agama Kristen hanya milik orang Jerusalem, agama Islam hanya milik orang Mekah-Madinah. Namun oleh para pelautlah kitab-kitab suci “berbunyi” dan menjadi penggerak dinamika kehidupan di muka bumi. Kaum pelaut tidak hanya menjadi penggubah dan pengubah sejarah, tetapi sekaligus penyebar seruan.

Penjelajahan para pelaut juga tidak sebatas pengembaraan saja tetapi juga meninggalkan berbagai catatan sejarah penting. Jika Marcopolo tidak menceritakan dan membuat catatan penjelajahan ke Asia, mungkin orang Eropa akan lebih lama terkungkung dalam kegelapan. Jika I-tsing tidak membuat catatan dalam kunjungan ke Sriwijaya, mungkin sejarah nusantara pertama itu hanya akan terdengar sayup-sayup. Jika Mattiussi tidak meninggalkan catatan dalam perjalanannya ke Jawa, mungkin sedikit yang diketahui tentang sejarah perang Singasari - Mongol. Juga dengan pentingnya catatan penjelajahan Laksamana Cheng Ho ke wilayah Nusantara yang sempat berkunjung ke Majapahit pada masa Wikramawardhana, hal itu memperkaya literatur sejarah kejayaan para pendahulu kita. Tanpa wawasan maritim Gajahmada, mungkin saat ini tidak ada Wawasan Nusatara. Tanpa pembangunan kekuatan maritim dan para pelaut tangguh seperti Laksamana Nala, mungkin wilayah nusantara akan menjadi jarahan bangsa Mongol yang masih bersikeras membalas dendam atas perlakuan Kertanegara dan kekalahan dari Raden Wijaya. Oleh otot dan pena para pelaut, sejarah itu diuntai sehingga tersambung menjadi rentetan benang merah perjalanan dunia. Bayangkan, tanpa kegigihan para pelaut mungkin peradaban bumi akan bergerak sangat lamban.

Melihat bagaimana pelaut menorehkan sejarah panjang di muka bumi, maka selayaknyalah para pelaut Indonesia bangga telah menjadi bagian masyarakat penggerak peradaban dunia. Bahkan tidak hanya dimuka bumi, peran pelaut dalam mendorong peradaban menjamah hingga luar angkasa. Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa Neil Armstrong, astronot pertama yang mendarat di bulan adalah perwira US Navy. Amstrong yang meninggal pada 25 Agustus lalu telah menerima 20 medali pertempuran. Peran pioner pelaut dalam mendorong peradaban tidak lepas etos-etos pelaut yang melekat kuat dan menjadi nyawa bagi terbentuknya budaya kelautan, seperti inklusif, berani, tangguh, kuat, disiplin, pantang menyerah, solidaritas tinggi, dan respek. Budaya-budaya seperti inilah yang saat ini langka di Indonesia. Budaya penjelajah samudra sebagaimana nenek moyang Nusantara yang mampu menyeberangi Samudra Hindia hingga mencapai Afrika pada abad ke 5 SM, telah lama rapuh.



Saat ini, meskipun mayoritas masih sebatas wacana, keinginan untuk membangkitkan dunia maritim Indonesia kembali bergairah. Lahirnya Wawasan Nusantara di tahun 1957 tidak lepas dari kesadaran maritim para pemimpin bangsa kala itu. Kegagalan Indonesia menjadi negara agraris menggiring sektor laut kembali mengemuka, terlebih dengan lahirnya lapisan masyarakat yang aktif berkampanye pentingnya kembali ke semangat maritim dan budaya maritim. Belajar dari berbagai negara maju seperti China, Jepang, Korea Selatan yang mampu unggul dengan berpijak pada budaya adi luhung mereka, maka
bangsa inipun sebenarnya bisa melakukan hal serupa dengan budaya unggul kita yang sudah terbukti pernah membawa kejayaan, yaitu budaya maritim.


Beberapa contoh budaya maritim yang apabila diaplikasikan dalam etos hidup keseharian dapat menjadi budaya unggul kita misalnya ketaatan mutlak pelaut terhadap peraturan diatas kapal yang tidak terbantahkan, ini tentu akan mendorong kedisiplinan warga terhadap peraturan yang berlaku sehingga tidak perlu ada suap menyuap dan korupsi. Sikap respek terhadap atasan dan sesama awak kapal, jika diaplikasikan dalam keseharian akan menjadi perekat bagi keselarasan hidup berbangsa dan bernegara. Sifat berani, pantang menyerah, siap bekerja keras dan keinginan kuat mencapai hasil terbaik yang merupakan sikap yang telah terpatri bagi tiap pelaut, apabila diaplikasikan akan menciptakan budaya sukses bagi tiap warga bangsa. Pentingnya kehormatan bagi pelaut juga dapat menjadi contoh bagi setiap warga negara untuk menciptakan budaya malu dan hidup lebih beretika. Sendainya spirit maritim ini menjadi nafas bagi bangsa ini, Indonesia akan menjadi bangsa unggul dan tidak lagi menjadi budak bangsa asing.

Untuk mentransformasikan ini kita membutuhkan pelopor, terutama dari kaum pelaut sendiri terutama TNI AL. Keluarga besar TNI AL harus mampu menjadi role model bagi bangkitnya budaya maritim dengan cara menunjukkan etos dan perilaku maritim sehingga mampu menjadi insipirasi bagi setiap warga bangsa. Untuk dapat menjadi role model TNI AL harus kuat dan tangguh dan ini merupakan keniscayaan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Sebuah benua maritim tentu membutuhkan kekuatan maritim yang besar berikut berbagai atributnya. Tentu agak sulit untuk kembali membangun kekuatan TNI AL seperti pada era 1960-an, karena selain membutuhkan anggaran yang besar juga perlu waktu yang lama. Tugas yang diemban TNI AL sangat berat sehingga harus dibekali infrastruktur yang memadai.

Untuk menjaga lebih dari 17 ribu pulau yang terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudera Hindia dan Pacific dengan panjang pantai 95.181 kilometer dan luas lautan 5.866.165 Km2 tentu membutuhkan sumber daya yang luar biasa. Geostrategis Indonesia yang merupakan silang dua samudra besar dan merupakan alur laut tersibuk di dunia menjadikan tantangan tersendiri bagi pembangunan kekuatan laut Indonesia. Belum lagi dengan dinamika pertahanan kawasan yang setiap saat dapat mengancam kedaulatan negara, seperti kebijakan pertahanan Australia AMIS 2005 (Australia’s Maritime Identification System) sejauh 1000 mil (1850 Km) yang berarti memasukkan wilayah ZEE Indonesia sebagai zona penangkal dalam satu waktu dapat saja menyulut sengketa. Juga dengan kebijakan USA tentang seapower protects (the American way of life) dengan strateginya A Cooperative Strategy for 21st Century Seapower yang implementasinya telah mengepung wilayah Indonesia dengan penempatan armada di Darwin, Singapura dan Philipina.


Berbagai kalangan berpendapat bahwa ancaman perang konvensional sudah berkurang, namun menilik dari belanja pertahanan laut negara-negara Asia Pasifik selama sepuluh tahun terakhir yang mencapai US $ 108 milyar bukanlah sebuah khabar baik. Pada masa ini ada sekitar 841 kapal baru yang siap beroperasi, 83 diantaranya adalah kapal selam, yang akan bertebaran di wilayah Asia Pasifik. Tebaran kekuatan laut negara-negara tetangga dapat segera menjadi ancaman apabila masalah perbatasan maritim Indonesia dengan negara tetangga tidak segera dituntaskan. Konfigurasi kekuatan laut kawasan inilah yang akan menjadi batu ujian yang sangat berat bagi TNI AL sehingga keberadaan armada tangguh mutlak harus. Tidak tuntasnya penanganan berbagai gangguan terhadap kedaulatan maritim Indonesia seperti pembajakan, pencurian ikan, pembuangan limbah oleh kapal asing, trafficking, penyelundupan narkoba, nelayan pelintas batas hingga persengketaan perbatasan dengan negara tetangga sedikit banyak akan mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap TNI AL. Sebagai pengawal terdepan penjaga kedaulatan NKRI, TNI AL harus mampu menunjukkan bahwa kekuatannya mampu menanggulangi seluruh gangguan terhadap wilayah Indonesia. Kekuatan dan keunggulan utama TNI AL akan dinilai dari kiprah-kiprah satuan operasional Armada dalam menjamin kepentingan nasional di laut. Jika hal ini secara tuntas dapat dilaksanakan maka impian menjadikan TNI AL sebagai aset pertahanan nasional yang mumpuni telah menemukan jalurnya.

Namun demikian tentunya hal tersebut tidak dapat dipikul oleh TNI AL sendiri, TNI AL dapat menjadi sumber inspirasi jika berada dalam lingkungan keunggulan dan lingkungan ini memerlukan dukungan politik. Pembangunan karakter memang penting, namun tanpa dukungan infrastruktur yang kuat akan sulit bagi TNI AL menghadapi ancaman global.

Matra laut tidaklah sama dengan matra lain yang dalam keadaan kepepet cukup modal nekad dan modal bambu runcing. Pertahanan laut membutuhkan piranti teknologi yang handal. Kita tentu berharap berbagai keterbatasan ini tidak akan sedikitpun menyurutkan TNI AL dalam menghadapi badai gelombang. Dan kita juga berharap kegigihan ini akan menular dan menjadi inspirasi bangkitnya budaya maritim. Tidak hanya mendorong terciptanya budaya unggul tetapi juga menjadi penerus tradisi-tradisi besar para pelaut masa lampau sebagai pendorong dinamika peradaban dunia.(mz/jalasena)

Jalasveva Jayamahe !!!.

Singapura Apresiasi Peran Indonesia dalam Isu Laut China Selatan


http://www.jurnas.com/fototmp/detail/58417-74831-3612786-0-d03c2be953da616e3dc7f070ffc745ed.jpg?1351129612
HUBUNGAN bilateral Indonesia - Singapura semakin kuat. Faktor kerja sama ekonomi yang saling menunjang menjadi faktor pendorongnya. Singapura mengapresiasi peran Indonesia dalam isu Laut China Selatan

Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegewa ketika bertemu dengan Menteri Luar Negeri Singapura K Shanmugam di Yogyakarta, Rabu (24/10) di sela-sela pertemuan ke-5 Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction.

Dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri dinyatakan, kedua menteri sependapat bahwa hubungan kedua negara secara keseluruhan berlangsung baik dan semakin kuat.

Ini tercermin dengan semakin meningkatnya angka perdagangan antara kedua negara. "Singapura merupakan investor terbesar di Indonesia," kata Marty.

Sementara Shanmugam menggambarkan kerja sama ekonomi dengan Indonesia sangat menguntungkan.

Selain isu bilateral, pertemuan ini juga membahas isu seputar kawasan Laut China Selatan. Shanmugam menyambut baik prakarsa Marty tentang Zero Draft COC (code of cunduct) dan mengapresiasi peran Indonesia dalam mengelola isu Laut China Selatan.

Pertemuan bilateral ini merupakan forum 6 bulanan yang membahas kerja sama dua negara dan isu-isu strategis tentang kawasan.

Pertemuan dua menteri ini akan ditindaklanjuti dengan pertemuan dua kepala negara bulan depan.

Menurut Marty, pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Singapura Tony Tan Keng Yam itu juga akan membahas perkembangan kerja sama antara kedua negara.

Hibah F-16 dan Sistem Pertahanan Negara


F-16 melakukan patroli rutin
(Foto TNI AU)
BERITA paling hangat dibidang pertahanan Indonesia kini adalah tentang kabar hibah pesawat terbang tempur F-16 dari pemerintah Amerika Serikat kepada Indonesia. F-16, sebagai “multirole jet fighter aircraft” adalah satu dari sedikit jenis pesawat tempur yang paling laris di dunia, karena telah membuktikan dirinya sebagai “Jet fighter aircraft yang telah “war-proven”. Pesawat tempur yang telah memperlihatkan unjuk kerjanya yang spektakuler pada laga pertempuran udara dalam banyak panggung perang terbuka dimuka bumi ini.

Pada prinsipnya, proses pengadaan pesawat tempur yang ideal sebagai sub sistem dari alat utama sistem persenjataan haruslah mengalir dari satu perencanaan jangka panjang yang matang dan terpadu serta konsisten. Itu sebabnya antara lain, proses pengadaan ditengah jalan yang muncul dari format hibah atau apapun namanya pasti dan selalu mengundang kontroversi. Tidak selalu buruk dan inefisiensi yang akan terjadi, tetapi peluang untuk berhadapan dengan banyak kesulitan telah berulang kita alami.

Satu diantaranya adalah “hibah” atau “beli murah” sebanyak 39 buah kapal perang ex Jerman Timur. Yang sangat menonjol, disamping problema lain-lain yang terjadi adalah timbulnya berbagai masalah dalam peng-operasi-an kapal saat digunakan oleh para personil Angkatan Laut kita. Dengan singkat dapat disebutkan bahwa muncul masalah prinsip dan bersifat teknis pada aspek operasional di Angkatan Laut sebagai pengguna kapal perang.

Indonesia sebagai satu Negara yang serba terbatas, terutama dalam sektor finansial pendukung pembangunan Angkatan Perang, maka model “hibah” menjadi layak juga untuk dipertimbangkan. Hanya saja kajian yang dilakukan sebelum diambil keputusan, harus benar-benar memperhatikan berbagai aspek terkait dan terutama sekali aspek penggunaan operasionalisasinya. Faktor efisiensi dan otorisasi penggunaan anggaran pasti menjadi penting dalam hal ini, karena “hibah” juga akan menyangkut soal dukungan dana yang akan berpengaruh kepada aspek kepentingan politik baik dalam maupun luar negeri Indonesia. Namun diluar semua itu yang paling dan akan sangat dominan untuk dipertimbangkan adalah “aspek operasional” nya, karena akan berkait langsung dengan figur dan performa dari satu sistem pertahanan Negara secara keseluruhan. 

Pengoperasian satuan atau gugus atau unit tempur, yang antara lain dipagari oleh ”operation requirement” dari satu Angkatan Perang mengandung banyak hal yang harus dipertimbangkan masak-masak dan detil sifatnya. Dalam hal pengadaan, lebih-lebih yang bermodel “hibah” peralatan militer, maka kajian bidang operasi menjadi sangat penting, dengan risiko kekeliruan sedikit saja dalam perhitungan akan berakibat fatal. Fatal dalam konteks taktik dan teknik penggunaan sistem senjata sebagai peralatan perang. Harus dipahami sungguh-sungguh bahwa ”operation requirement” dan semua yang berkait langsung dengan penggunaan sistem senjata dalam peperangan, bukan sesuatu yang mudah untuk dipelajari. Hal ini tidak dapat dipahami dalam 1 atau 2 hari atau bahkan 1 atau dua bulan saja. Pemahaman tentang hal ini memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang puluhan tahun lamanya.

Sekedar contoh saja hubungannya dengan pesawat F-16, buatan ”General Dynamic” dan sekarang ”Lockheed Martin”. Sebagai pesawat yang cukup banyak dipakai oleh Angkatan Udara dari berbagai negara, maka pesawat F-16 mengalami banyak penyempurnaan dalam tahapan produksinya. Penyempurnaan sebagai konsekuensi logis dari penggunaan pesawat terbang yang sukses berperan dalam berbagai misi pertempuran udara. Agar lebih banyak lagi pemakainya, maka pihak pabrikpun tidak ragu-ragu memperbaiki dan meningkatkan kualitas produknya dari waktu ke waktu sesuai dengan masukan yang diterima dari berbagai pengguna pesawat dilapangan.

Demikianlah kemudian dikenal pesawat-pesawat F-16 dengan berbagai variant dan juga peningkatan kemampuan mesin dan avionik serta kerangkanya yang antara lain menggunakan kode ”Block”. Ada F-16 A/B atau D dan juga F-16 block 10; 20; 30 dan yang terakhir block 60 yang merupakan pesanan Uni Emirat Arab. Seri A, B serta Block disamping menggambarkan jenis pesawat serta peningkatan kemampuan dan penyempurnaan sistem mesin, kerangka dan radar serta peralatan elektroniknya, juga mencerminkan misi apa yang akan disandang oleh pesawat yang bersangkutan. Disamping sukses sebagai pesawat dengan peran perang udara, F- 16 juga sukses digunakan sebagai pesawat untuk ground attack, penyerang sasaran didarat yang sangat presisi.

Disini hendak digambarkan bahwa tidak selalu harus mengartikan pesawat block 50 itu lebih baik dari pada block 40 misalnya. Semua masih akan tergantung pada banyak faktor kepentingan operasi lainnya seperti akan digunakan apa F-16 tersebut ditata di skadron udara dalam jajaran susunan tempur Angkatan Udara. Bisa untuk perang udara dan juga bisa untuk keperluan penyerangan udara ke darat, dan masih banyak lagi faktor lainnya dalam merumuskan kualifikasi unsur satuan tempur yang akan terdiri dari pesawat-pesawat fighter sejenis F-16. Pemahaman ini, sekali lagi membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat menguasainya.

Sangat tidak mungkin diperoleh hanya dari ceramah salesman nya pabrik atau lebih-lebih dari agen penjualnya. Untuk diketahui dalam konteks pengoperasian sistem senjata (taktik dan teknik), Angkatan Udara lebih banyak dan lebih intens mendiskusikannya dengan Angkatan Udara pengguna utama peralatan tersebut dalam hal ini USAF dan Angkatan Udara Negara lain pengguna F-16, misalnya dalam kerangka forum kerjasama operasi dan latihan antar Angkatan Udara (airman to airman talk). Pihak pabrik hanya terbatas memberikan informasi yang berkait dengan aircraft development, yang berkait dengan masalah rancang bangun dari pesawat dan peralatan persenjataan, elektronik dan navigasi saja.

Oleh sebab itu, dengan berbagai pertimbangan yang masuk akal, maka proses hibah F-16 layak dan patut dipertimbangkan dengan catatan pelaksanaannya harus atau hanya melalui G to G dalam hal ini mungkin melalui FMS (Foreign Military Sales). Spesifikasi teknis harus datang dari Angkatan Udara sebagai pengguna yang tahu betul aspek pengoperasian, pemeliharaan dari pesawat tempur serta pengelolaan sdm nya. Keterlibatan pihak ketiga seyogyanya dihindari, karena dipastikan mereka secara teknis tidak menguasai ”technical know-how”, terutama dalam penggunaan operasional sebuah pesawat tempur. Pada umumnya pihak ketiga hanya dibekali sedikit pengetahuan teknis yang lebih menjurus pada aspek ”marketing” suatu produk yang berasal dari pabrik pembuat atau agen penjualnya belaka. Hal ini akan sangat berpeluang membuka pintu terjadinya inefisiensi penggunaan dana yang sudah terbatas itu.

Untuk mekanisme dalam pertimbangan prosedur dan penggunaan dana tentu saja tetap menjadi hak nya institusi terkait sesuai undang-undang, tetapi sekali lagi untuk aspek operasional penggunaan sebuah peralatan sistem senjata serahkanlah kepada calon pemakainya dalam hal ini Angkatan Udara.

Dengan demikian dapat diharapkan, model hibah yang merupakan pengadaan yang muncul ditengah jalan, tidak lah akan menjadi faktor yang memporak-porandakan rencana jangka panjang pembangunan sistem pertahanan nasional Indonesia.

Alutsista TNI AU Terus Ditingkatkan

MENTERI Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro memberikan pembekalan tentang perkembangan kebijaksanaan pertahanan negara terkini kepada 130 Perwira Siswa (Pasis) Seskoau Angkatan ke-49 di Bangsal Srutasala Seskoau, Lembang, Rabu (24/10).

Pembekalan ini merupakan program Pendidikan Seskoau untuk memberikan wawasan kepada para perwira siswa, sebelum mereka mengakhiri pendidikan akhir Oktober 2012 mendatang.

Dalam pembekalan itu, Menhan Purnomo Yusgiantoro menyoroti soal “Produk Strategis, Alokasi Anggaran dan Perkembangan MEF (Minimum Essential Force atau Kekuatan Pokok Minimum).

Menhan secara khusus menyoroti berbagai alat utama sistem senjata (alutsista) yang digunakan TNI Angkatan Udara saat ini dan rencana jangka pendek serta jangkauan ke depan.

“Saat ini TNI telah melaksanakan modernisasi berbagai alutsistanya, yang sejak 15 tahun sebelumnya tidak mengalami perkembangan berarti,” kata Menhan seperti dilansir dalam siaran pers Komandan Seskoau Marsekal Muda TNI Sudipo Handoyo yang diterima Jurnal Nasional.

Menurut Menhan, alutsista TNI AU seperti pesawat tempur, pesawat angkut, pesawat terbang tanpa awak dan Radar akan terus dikembangkan melalui industri strategis dalam negeri. Target yang ingin dicapai hingga tahun 2024 adalah dapat menguasai produksi alutsista yang dibutuhkan TNI. Bahkan industri strategis dalam negeri diupayakan dapat melakukan pengembangan baru.

Usai ceramah, diadakan tanya-jawab antara Menhan dengan perwira siswa. Beberapa pertanyaan perwira siswa umumnya menanyakan isu-isu aktual pertahanan yang berkembang pada saat ini.

Sebagai acara pamungkas adalah Penyerahan Produk Kemhan dari Menhan yang diterima langsung oleh Danseskoau Marsekal Muda TNI Sudipo Handoyo. Selanjutnya Danseskoau dan perwira siswa juga menyerahkan cinderamata kepada Menhan.

sumber :jurnas

Lima Perusahaan Eropa Ikuti Tender Kapal Latih


Sea Cloud II milik Hansa Treuhand GmbH produksi Astilleros Gondán S.A. (Foto: Astilleros Gondán S.A.)

24 Oktober 2012, Jakarta: Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menyiapkan pengganti kapal perang Dewaruci yang akan pensiun pada 2013.

"Untuk pengganti KRI Dewaruci ini masih dalam tahap negosiasi. Sekarang masih dalam proses di Kementerian Pertahanan," kata Wakil Kepala Staf TNI A, Laksamana Madya TNI Marsetio, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, ada lima perusahaan dari tiga negara yang siap memproduksi kapal pengganti KRI Dewaruci. Lima perusahaan itu, dua perusahaan dari Spanyol, dua perusahaan dari Belanda dan satu perusahaan dari Polandia.

Kepala Dinas Penerangan AL, Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, menyebutkan, saat ini TNI AL telah menyerahkan rekomendasi tiga perusahaan yang akan memproduksi kapal Dewaruci tersebut.

"Saat ini prosesnya sudah mengerucut menjadi tiga perusahaan. Kami sudah menyerahkan kepada Kementerian Pertahanan sebagai domain yang memutuskan pembuat kapal Dewaruci," katanya.

Menurut dia, kapal latih pengganti ini harus memiliki standar yang sama dengan kapal Dewaruci yang selama ini dikenal tangguh dan telah mengikuti berbagai gelaran maritim internasional.

"Paling tidak memiliki standar yang sama bahkan lebih, baik dari segi fisik, lebar, daya tampung, maupun manuver karena ini merupakan kapal latih," ujar Suropati.

Staf Ahli Menteri Pertahanan bidang Keamanan, Mayjen TNI Hartind Asrin, mengatakan, pihaknya akan mengkaji terlebih dulu melalui Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) di bawah Kabaranahan setelah menerima rekomendasi perusahaan pembuat kapal, yakni TNI AL.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Kolonel Kav Bambang Hartawan, menyebutkan saat ini Kemhan baru menerima proses penawaran dan akan mengkajinya terlebih dahulu.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, TNI AL sebelumnya telah mengerucutkan lima nama perusahaan calon pembuat pengganti KRI Dewaruci. Penyerahan rekomendasi sebelumnya telah dilakukan oleh TNI AL ke Kementerian Pertahanan namun dikembalikan karena dinilai kurang layak.

Namun penyerahan rekomendasi kedua TNI AL ke Kementerian Pertahanan masih terdiri atas tiga dari lima perusahaan sama yang ditolak.

Lima perusahaan yang sebelumnya bersaing untuk direkomendasikan menjadi calon pembuat kapal latih baru itu adalah Astilleros Gondán S.A dari Spanyol, Bumar SP ZOO asal Polandia, Icon Yachts dari Belanda, Freire Shipyard dari Spanyol, dan DSNS Belanda.

Dari nama tersebut, Astilleros Gondán S.A memiliki penawaran harga terendah, 53,18 juta dollar Amerika namun hanya memiliki panjang kapal 78 meter, sementara Freire Shipyard mengajukan kapal dengan panjang 110 meter namun dengan harga 74,7 juta dolar AS.

Bumar mengajukan penawaran sebesar 64,7 juta dolar dengan panjang kapal dibuat 78 meter. DSNS Belanda mengajukan penawaran dengan nilai 75,9 juta dolar untuk kapal sepanjang 96 meter.

Sedangkan Icon Yachts mengajukan penawaran sebesar 68,9 juta dolar dengan rincian kapal sepanjang 107 meter dan lama pembuatan 18 bulan serta memastikan kesanggupan pembuatan dengan melibatkan banyak bahan baku dan sumber daya manusia dari dalam negeri.

Sumber: ANTARA News

TNI AU Akan Tempatkan Pesawat Intai di Medan


Pesawat intai Boeing 737 milik TNI AU. (Foto: RAAF)

24 Oktober 2012, Medan: Dan Lanud Soewondo Medan Kolonel (Pnb) SM Handoko mengungkapkan, jika seluruh penerbangan sipil nantinya suda pindah ke Bandara Medan yang baru di Kuala Namu, maka TNI Angkatan Udara akan menempatkan armada pesawat tempur intai di Bandara Polonia.

“Pada tahun 2013, Bandara Polonia nantinya akan dijadikan sebagai bagian dari Lanud. Di situ akan ditempatkan pesawat tempur intai,” kata Dan Lanud saat silaturahmi dengan wartawan media cetak dan elektronik di VIP Room Lanud Soewondo Medan, Senin (22/10).

Penegasan Dan Lanud itu menanggapi spekulasi kalangan pengusaha pengembang hunian mewah yang seolah-olah kawasan Bandara Polonia akan dijadikan sebagai pusat bisnis setelah pindah ke Kualanamu di Deli Serdang.

Menurut Handoko yang saat itu didampingi beberapa pejabat Lanud Medan di antaranya Kadis Pers Letkol Rusly Purba dan Dansat POM AU Mayor Andi Sultan, soal alih fungsi operasional Bandara Polonia itu dari PT Angkasa Pura II sesuai Keppres No 62/2000 Tentang Tata Ruang Nasional termasuk di dalamnya wilayah Kota Medan termasuk pernyataan Kepala Staf TNI AU (KSAU) beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut dijelaskannya, pemerintah RI dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan Keamanan dan Mabes TNI AU akan meningkatkan alutsista termasuk pengadaan pesawat-pesawat militer yang juga ditempatkan di Lanud Soewondo Medan yang dijadikan sebagai basis pengamanan wilayah udara di bagian Barat Indonesia.

“Awalnya nanti jadi base skadron pesawat intai, kemudian mungkin akan ditambah lagi pesawat tempur lainnya di Medan. Saya tidak bisa memberikan jenis pesawat intai itu karena takut salah,” katanya.

Ditanya tentang fungsi gedung-gedung terminal Bandara Polonia yang akan ditinggalkan PT Angkasa Pura II nantinya, menurut Handoko, sampai saat ini belum ada kebijakan untuk pengelolaannya. Tapi seperti beberapa Bandara di Indonesia seperti halnya Halim Perdana Kusuma, Bandara Polonia bisa saja dikelola TNI AU untuk kegiatan pesawat kecil atau charter.

“Tapi itu nanti akan dibicarakan apabila seluruh penerbangan sipil jadi pindah ke Kuala Namu. Yang jelas Bandara Polonia akan dijadikan sebagai bagian dari Lanud Soewondo untuk pangkalan pesawat-pesawat tempur militer beserta pendukungnya untuk kegiatan operasi pertahanan keamanan di wilayah Barat,” ujarnya.

Pada kesempatan itu Dan Lanud juga menyampaikan rasa keprihatinannya atas insiden yang terjadi antara wartawan dan perwira TNI AU di Provinsi Riau. Pihaknya juga ikut meminta maaf atas insiden itu kepada para wartawan di Medan sekaligus berharap wartawan dan Lanud Soewondo bisa menjalin kerjasama saling mendukung.

Sumber: Harian Andalas

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...