Thursday, October 18, 2012

yang on di HUT TNI ke 67

Daftar Alutsista yang di tampilkan pada HUT TNI ke 67PDFCetakE-mail
 Helicopter MI-17
 Mi-17 Mi-17
Mi-17

2. Helicopter Mi-35

Mi-35 Mi-35
Mi-35 

3. Helicopter NBell-412

 NBell 412 NBell 412

4. Pesawat Super Tocano

Tocano
Tocano 

5. Helicopter EC 120

 EC-120

6. Pesawat Angkut Sedang C-295

C-295
C-295 

7. Meriam Howitzer Caecar 155 buatan prancis

 Caecar 155
caecar 155 

8. Kendaraan angkut amfibi LVT Marinir

 LVT
 LVT Marinir 

9. Peluncur roket Multi laras RM-70 Grad

 RM-70
 RM

10. panser anoa buatan Indonesia

 Anoa
 Anoa dg Meriam
 Anoa PBB

11. tank Scorpion

Scorpion
 Scorpion

12. Tank Amfibi BMP-3F buatan Rusia

 BMP-3F
 BMP-3F
 BMP-3F

13. MLRS ASTROS buatan Brasil

MLRS ASTROS
MLRS ASTROS 

Angkatan Laut Iran Bertekad Perluas Kehadiran di Perairan Internasional

Angkatan Laut Iran Senin bertekad memperluas kehadirannya di perairan internasional, termasuk Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, sebelah selatan Samudera Hindia dan Kutub Selatan.

Seperti dikutip TV Press, Laksamana Habibollah Sayyari mengatakan, Angkatan Laut Iran memiliki kemampuan untuk memperluas kehadirannya ke perairan-perairan internasional di berbagai wilayah di dunia.

"Perairan internasional milik semua negara dan kami akan hadir di perairan internasional dalam rangka melindungi kepentingan kita," tegas Sayyari.

"Kami telah mencapai kemampuan merancang dan membangun kapal perusak canggih, seperti Sahand, yang kita lengkapi dengan peralatan modern sehari-hari." tegasnya.

Berdasarkan catatan The Global Review, Republik Islam Iran akhir-akhir ini giat mengembangkan alat pertahanan nasionalnya menyusul berbagai ancaman musuh khususnya Rezim Zionis Israel. Di sisi lain, Iran memberi jaminan kepada negara tetangga bahwa seluruh persenjataan militernya digunakan untuk kepentingan pertahanan dan tidak akan dimanfaatkan untuk mengancam stabilitas regional atau negara tetangga.

Atas instruksi Panglima Besar Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, dipertengahan September lalu telah mengapungkan kapal selam berat Tareq 901. Kapal selam Tareq 901 mengalami pembongkaran mesin yang ditangani langsung oleh para pakar dalam negeri.

Selain Kapal Selam Tareq, kapal perusak Sahand juga menambah perbendaharaan pertahanan Republik Islam Iran, khususnya di angkatan laut negara ini. Kapal perusak Sahand diproduksi setelah Iran sukses membuat dua kapal perusak lainnya, Jamaran dan Velayat.

Menyaksikan keberhasilan Iran ini banyak komentar dan kekaguman dari pihak luar, apalagi mengingat keberhasilan ini dicapai Tehran di tengah-tengah sanksi sepihak yang diterapkan musuh besarnya, Amerika Serikat. Namun bagaimana reaksi media dalam negeri Iran terkait kesuksesan ini.  Iran. (TGR/ANT/RIA Novosti-0ANA)

Cermati Tiga Kekuatan Militer Baru di Asia Pasifik: Cina, Jepang dan India

Ketegangan antara Filipinan dan Cina di wilayah Laut Cina Selatan seperti yang terjadi di Scarborough Shoal, memang lampu kuning menuju Perang Perpanjangan tangan(Proxy War) antara Amerika Serikat dan Cina di kawasan Asia Tenggara, atau pada skala yang lebih luas, di kawasan Asia Pasifik. 

Amerika kiranya cukup beralasan untuk berbagi kecemasan bersama Jepang dan Vietnam menyusul semakin agresifnya postur militer Cina di Asia Pasifik. Berdasar studi SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute, 2010), China merupakan negara Asia dengan anggaran militer terbesar.
Pada 2000, militer Cina sudah menghabiskan anggaran militer sebesar US$90 miliar dan pada 2010, malah semakin meningkat mencapai US$120 miliar.  Berdasarkan data dari sumber yang sama, saat ini Cina memiliki 2,3 juta tentara. Angkatan Daratnya saat ini merupakan kekuatan paling besar di dunia. Pada 2012 tahun ini.  anggaran militer Beijing mencapai US$160 miliar.
Sudah barang tentu data-data terbaru dari SIPRI yang kita tahu sangat valid ini, telah memicu kecemasan di kalangan para perancang keamanan nasional Jepang. Maklum, karena baik Cina maupun Jepang kebetulan sama sama masuk deretan negara-negara adidaya baru di kawasan Asia Timur. Maka tak heran bila sebuah laporan dari Kementerian Pertahanan Jepang menegaskan bahwa kenaikan anggaran militer Jepang yang sedemikian cepat tersebut pada gilirannya bisa mempengaruhi tata tertib regional di kawasan Asia Timur, sehingga memiliki dampak yang cukup membahayakan bagi keamanan nasional Jepang. 
Kecemasan Jepang semakin menjadi-jadi ketika beberapa waktu lalu pihak Jepang sempat melaporkan bahwa Cina telah meningkatkan intensitas kegiatan militernya di Perairan Jepang. 
Lucunya lagi, para pemegang otoritas keamanan nasional sempat mencemaskan tidak adanya keterbukaan atau transparansi mengenai aktivitas militer Cina di Asia Timur maupun strategi nasional Cina itu sendiri. Tentu saja ini satu sikap yang cukup aneh mengingat pihak Jepang pun pasti tahu bahwa yang namanya fakta-fakta seputar perkembangan dan peningkatan postor militer suatu negara, jelas jelas masuk kategori rahasia negara. 
Dalam hal konflik perbatasan antara Cina dan Jepang yang belakangan ini kian menajam, tentunya juga tidak kalah krusialnya dengan ketegangan konflik perbatasan antara Filipina dan Cina di Laut Cina Selatan.
Pada September 2010, misalnya, sempat terjadi ketegangan antara Cina dan Jepang atas Kepulauan Senkaku/Diaoyu yang mengungkap adanya potensi konflik kedua negara bertetangga ini di dalam beberapa bulan atau tahun mendatang.  Pada September 2010 itu Tokyo sempat menahan seorang kapten kapal RRC di ibukota Okinawa, Naha, dengan tuduhan kapten kapal Bejing itu melanggar kedaulatan hukum Jepang.
Masalah semakin memanas ketika pihak Beijing kemudian menuntut pembebasannya, dengan melancarkan serangan balik dengan menangkap empat karyawan Fujita Corporation di Provinsi Hebei, China, dan malah dalam lawatan Perdana Menteri Wen Jibao ke New York, ia menegaskan Cina akan mengambil langkah lebih lanjut terhadap Jepang jika Tokyo tidak membebaskan kapten kapal tersebut (BBC News,2010). Menghadapi ofensif Diplomatik Cina, Jepang akhirnya keder juga, dan kemudian membebaskan kapten kapal Cina itu.
Mungkinkah kasus kasus serupa bakal menjadi kasus Beli perang antara Cina dan Jepang sehingga memicu Perang terbuka antara Amerika dan Cina di tahun-tahun mendatang? 
Memang belum bisa dipastikan, meski dalam bukunya the Clash of Civilization Dr Samuel Huntington memprediksi akan pecah konflik militer terbuka antara Amerika dan Cina di kawasan Asia Pasifik pada sekitar 2014-2017. 
Namun yang jelas, beberapa prakondisi untuk memantik perang terbuka Cina dan Jepang sepertinya sudah tersedia. 
Pertama, pada Desember 2010 lalu, Tokyo telah mengumumkan haluan Pertahanan Baru sebagai respons atas meningkatnya anggaran militer Cina dan sepak-terjangnya di kawasan Asia Pasifik. Berarti, ada satu tren terjadinya militerisasi baik di pihak Jepang yang notabene masih terikat pada perjanjian persekutuan keamanan bersama antara Jepang dan Amerika Serikat. 
Kedua, sebagai konsekwensi dari haluan baru pertahanan Jepang untuk mengimbangi kekuatan militer Cina, Jepang memutuskan untuk menjalin kerjasama strategis dengan Amerika Serikat untuk menjamin keamanan nasional Jepang. Dan konsekwensinya, Jepang akan mempersilahkan kehadiran militer Amerika di Jepang(Mainichi Daily News, 2011).
Bukan itu saja. Di bagian lain kawasan Asia Timur, tepatnya di Selat Taiwan, ternyata Cina juga telah mengembangkan armada laut yang diperkuat dengan kapal selam yang memiliki jarak tembak 2100 km sehingga mampu memberlakukan Strategy anti access aerial denial, suatu strategi penolakan dan penangkalan terhadap kehadiran militer AS , sehingga mampu memaksa pasukan marinir AS berada di luar kawasan Selat Taiwan dan Pasifik Barat, jika sewaktu-waktu terjadi aksi militer Cina ke Taiwan. 
Dari konstalasi kekuatan militer Cina yang seperti itu, angkatan bersenjata AS akan bisa dicegah untuk memberi dukungan angkatan laut kepada Jepang jika terjadi konflik militer terbuka antara Cina dan Jepang. 
Sepertinya kedigdayaan militer Cina belakangan ini dimungkinkan karena kemajuan pesat perekonomian Cina dalam beberapa tahun belakangan ini. 
Inilah yang kemudian mendorong berbagai pakar dan think thank di Amerika untuk merekomendasikan adanya persekutuan-persekutuan baru di kawasan Asia Pasifik, dalam rangka menghadang ancaman militer Cina di kawasan ini. Seperti yang dilakukan terhadap Filipina, Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, dan bahkan Vietnam, yang pada era 1970-an, merupakan musuh utama Amerika di kawasan Asia Tenggara. 
Bahkan seorang pakar strategi dan keamanan nasional Amerika jelas jelas mengumandangkan kecemasannya terhadap perkembangan militer Cina. ’Bagaimanapun AS cemas dan khawatir dengan kebangkitan militer China, selain isu nuklir Iran dan Korea Utara,’’ kata Prof Robert Gallucci di Universitas California Berkeley, pekan kemarin. 
Asia: Importir Senjata Terbesar di Dunia
Studi Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan wilayah Asia-Pasifik menyumbang 44 persen impor senjata hasil produksi Eropa. Angka ini merupakan angka teratas dalam lima tahun terakhir. 
SIPRI melaporkan bahwa secara global volume perdagangan senjata pada periode 2007—2011 lebih tinggi 24% dibandingkan pada periode 2002—2006. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, perdagangan senjata di Asia dan Oceania mencapai 44% dari perdagangan impor senjata di seluruh dunia. Angka itu tentu lebih tinggi dibandingkan dengan hanya 19% untuk wilayah Eropa, 17 untuk Timur Tengah, 11% untuk Amerika Selatan dan Utara, serta 9% untuk Afrika.
Tidak hanya Cina yang menaikkan anggaran militernya dengan US$100 miliar. Tapi juga Taiwan, Korsel, Filipina, Indonesia sampai Vietnam dan Singapura. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, naik pula anggaran militer mereka dengan ratusan juta dolar per tahun. Para pengamat sampai menyebut ada semacam lomba senjata di Asia.
Sepak-terjang India, sebagai salah satu negara yang berpotensi menjadi negara adidaya baru di Asia Pasifik kiranya penting untuk kita cermati secara seksama dan penuh kewaspadaan. 
Menurut data SIPRI, India merupakan importir senjata terbesar pada periode 2007—2011 dengan persentase impor mencapai 10% dari volume perdagangan internasional. 
Hal ini diikuti oleh Korea Selatan (Korsel) dengan 6%, Cina dan Pakistan (masing-masing 5%), serta Singapura (4%). Impor senjata India, Korsel, China, Pakistan, dan Singapura mencapai 30% dari volume perdagangan internasional.
“Impor senjata India meningkat menjadi 38% pada periode 2002—2006 dibandingkan dengan 2007–2011,” demikian laporan SIPRI. Dan itu termasuk pengiriman pesawat udara pada periode 2007—2011 meliputi 120 Su-30MK dan 16 MiG-29K dari Rusia serta 20 Jaguar Ss dari Inggris.
Perkembangan pesat postur pertahanan India tentu saja memancing Pakistan sebagai pesaing India di kawasan Asia Selatan, untuk meningkatkan juga postur pertahanannnya. 
Karena India menjadi importir senjata terbesar, tetangga yang juga musuh bebuyutannya, Pakistan dengan tak ayal menjadi pengimpor senjata terbesar ketiga. Pakistan membeli pesawat tempur pada periode 2007—2011 yakni 50 JF-17 dari China dan 30 F-16. India dan Pakistan juga mengimpor tank dalam jumlah besar.
“Sebagian besar negara pengimpor senjata kini terus mengembangkan industri senjata mereka. Dengan demikian, itu mempengaruhi penurunan pasokan senjata dari luar,” kata Pieter Wezeman, peneliti senior Program Impor Senjata SIPRI.
Pada 2006—2007 Cina merupakan pengimpor senjata terbesar dunia. Tapi tahun 2011 Beijing hanya menempati urutan keempat. Penurunan impor China dipengaruhi peningkatan industri senjata China yang masif.
Dengan penurunan peringkat China dalam impor, India merebut posisi itu pada 2011. SIPRI menyimpulkan, peningkatan posisi India itu karena faktor Pakistan. Sementara setelah tidak lagi menjadi pengimpor senjata terbesar, China kini terus membuat terobosan.
Di Asia, Bejing kini justru menjadi pengekspor senjata terbesar keenam setelah Amerika Serikat (AS), Rusia, Jerman, Prancis,dan Inggris.
Negara-negara Asia Tenggara dan Cina kini lebih memilih kendaraan dan peralatan militer terbaru serba canggih. Yang mencolok adalah pembelian kapal selam. Malaysia baru saja membeli tiga kapal selam, Indonesia pesan tiga, Vietnam enam dan Thailand berniat membeli empat dari Jerman.
Negara-negara Asia tenggara membeli senjata karena faktor perasaan kurang aman. Vietnam dan Filipina misalnya cemas akan kebijakan maritim yang akan ditempuh Beijing. Di laut China Selatan ada enam pulau Vietnam.
Pesatnya perlombaan senjata di kawasan Asia, bisa dipastikan akan meningkatkan ketegangan militer dan bahkan militerisasi di kawasan Asia Pasifik.
Bagi Indonesia, tiada lain harus mencermati secara sungguh sungguh dan penuh perhatian kebijakan militer Cina dan Jepang yang kian agresif di kawasan Asia Pasifik. 

Mewaspadai Meningkatnya Kekuatan Militer Cina

Di tengah kemungkinan berkecamuknya perang di Semananjung Korea antara Korea Selatan dan Utara, peran Republik Rakyat Cina tidak bisa dianggap enteng. Memang dari segi teknologi militer, belum secanggih Amerika Serikat. Namun mengingat anggaran militernya yang hampir mencapai 700 triliun lebih, maka kekuatan militer Cina sangat layak untuk diwaspadai.

Bahkan Australiapun yang notabene merupakan negara anggota Persemakmuran (Common Wealth) yang berada dalam pengaruh Kerajaan Inggris, ternyata juga meningkatkan anggaran militernya sekitar 72 miliar dolar Amerika Serikat karena melihat adanya ancaman dari Cina. 
Berikut adalah data kekuatan militer Cina yang berhasil di himpun oleh tim riset Global Future Institute(GFI).

Tentara Aktif berjumlah 2.255.000(dua juta duaratus limapuluh lima ribu) orang. Tentara cadangan, 800.000(delapan ratus ribu) orang. Paramiliter aktif 3.969.000(tiga juta sembilanratus enampuluh sembilan ribu) orang.

Angkatan Darat, Cina memiliki senjata bebasis darat sejumlah 31.300, tank sejumlah 8200, kendaraan pengangkut pasukan sebesar 5000, meriam sejumlah 14.000, senjata pendorong 1.700, sistem peluncur roket 2.400, mortir sejumlah 16.000, senjata kendali anti tank 6500, dan senjata anti-pesawat 7.700.

Di matra laut, Cina pun cukup berjaya. Kapal perang, berjumlah 760 unit, kapal pengangkut 1822 unit, pelabuhan utama 8, pengangkut pesawat 1 unit, kapal penghancur 21 unit, kapal selam 68 unit, fregat 42, kapal patroli pantai 368 unit 6, kapal penyapu ranjau sekitar 39 unit, dan kapal amphibi sekitar 121 unit.

Angkatan Udara, Cina punya jumlah pesawat 1900 unit. Cukup menakjubkan. Helikopter 491 unit, lapangan udara 67 unit.

Tim Riset Global Future Institute (GFI)

Perbandingan Kekuatan Militer Korea Selatan Versus Korea Utara

Situasi di Semanjung Korea nampaknya semakin mencemaskan Amerika Serikat dan sekutunya Korea Selatan. Akankah Amerika dan Cina terlibat kembali dalam konflik bersenjata sebagaimana terjadi pada era 1950-1953? Ketika itu, Korea Utara dengan bantuan sepenuhnya dari Cina, mencoba menggempur pertahanan Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat.

Namun ketika itu, dengan dukungan militer Amerika, Korea Selatan berhasil memukul mundur Korea Utara ke Sungai Jalu, sehingga Cina tidak bisa lain menerima kondisi statusquo yang terjadi.Padahal waktu itu, Panglima Perang Amerika di Asia Pasifik Jenderal McArthur sebenarnya bernafsu untuk menghabisi Cina sampai ke negaranya sendiri. Hanya saja, Presiden Harry Truman menolak gagasan gila-gilaan McArthur karena bisa memicu perang dunia ketiga.

Meski demikian, gencatan senjata Korea Selatan dan Korea Utara tersebut bukan berarti tercapainya perdamaian kedua korea. Sewaktu-waktu, dengan dipicu oleh isu yang cukup sensitif,kedua korea tersebut setiap saat bisa kembali ke medan perang untuk saling menghancurkan.

Inilah yang terjadi ketika Korea Utara secara sepihak melakukan uji coba senjumlah senjata rudalnya. Bahkan bukan itu saja, Korea Utara juga menguji coba bom nuklirnya, sehingga memicu kecaman Dewan Keamanan Nasional.

Korea Utara sepertinya cukup kesal dengan bergabungnya militer Korea Selatan dalam prakarsa keamanan proliferasi atau Proliferation Security Initiative (PSI) yang disponsori Amerika Serikat. Melalui payung PSI ini, Korea Selatan berhak mencegat kapal-kapal Korea Utara yang diduga membawa bahan-bahan persenjataan nuklir dan rudal.

Menurut dalih Korea Selatan, kebijakan PSI ini terpaksa ditempuh karena militer Korea Utara menolak untuk menghentikan pengembangan teknologi nuklir dan rudalnya.

Eskalasi konflik bersenjata di Semenanjung Korea ini tentu saja mencemaskan Amerika, khususnya Menteri Pertahanan Robert Gates. Karena ketika kedua Korea saling baku tembak di medan perang, berarti Amerika dan Cina akan kembali ikut campur dalam perang kedua Korea tersebut.

Dalam skenario terselubung Amerika untuk mengadu-domba Cina dan Rusia sebagai musuh besar Negara Paman Sam tersebut, ketidakstabilan di Semanjang Korea jelas bisa merusak agenda besar Amerika untuk menata-ulang hegemoninya di seluruh dunia di era pasca Presiden George W. Bush.
Karena itu berarti, Amerika akan terkuras energinya dalam pertarungan terbuka Korea Selatan dan Korea Utara, sehingga gagal menjalankan agenda strategisnya yang lebih besar.

Padahal, dalan skenario Obama yang dirancang oleh Zbigniew Brzezinski, Amerika secara bertahapa harus menggalang kembali kerjasama dengan Cina untuk membendung pengaruh Rusia. Dengan terjadinya konflik di Semenanjung Korea, yang terjadi justru kembali menguatnya kemungkinan konflik bersenjata Amerika versus Cina.

Berikut kami paparkan kekuatan riil militer kedua Korea berdasarkan data dari The Military Balance 2009.

Seberapa Kuat Angkatan Bersenjata Korea Utara?
Lumayan hebat juga untuk ukuran negara sedang berkembang. Korea Utara memiliki tentara aktif sebesar 1.106.000(satu juta seratus enam ribu) orang. Tentara cadangan sekitar 4700.000(empat juta tujuhratus ribu) orang.

Lalu bagaimana dengan kekuatan riil angkatan daratnya? Menurut informasi yang bisa dipercaya, Korea Utara memiliki 3500(tiga ribu limaratus) tank. Senjata lain sekitar 3060(tiga ribu enampuluh ribu), artileri sejumlah 17.900(tujuhbelas ribu sembilan ratus), dan Helikopter sampai sejauh ini tidak ada catatan yang cukup akurat berapa persisnya. Namun diperkirakan berkisar antara 500 sampai 800.

Angkatan Laut, Korea Utara memiliki kapal selam 63, frigat 3, dan kapal Amphibi sejumlah 261.

Angkatan Udara Korea Utara pun ternyata cukup luarbiasa, dan wajar jika Amerika cukup cemas dibuatnya. Korea Utara memiliki pesawat pembom sekitar 80 buah. Jet tempur 440, pesawat transportasi 215.Dan Helikopter sebanyak 302.

Seberapa Kuat Angkatan Bersenjata Korea Selatan?
Untuk tentara aktif, Korea Selatan punya tentara aktif sebesar 687.000(enamratus delapanpuluh ribu) orang, jadi ebih sedikit dibanding Korea Utara. Tentara cadangan Korea Selatan sebesar 4500.000(empat juta limaratus ribu) orang. 

Angkatan Daratnya, Korea Selatan punya 2330 tank, senjata lain sejumlah 4520, artileri sebesar 10.774, dan helikopter 418.

Kekuatan Angkatan lautnya, Korea Selatan punya kapal selam 12. Jauh lebih kecil dibanding Korea Utara. Frigat 9, lebih besar dari Korea Utara. Dan kapal Amphibi 48. Ini sebenarnya cukup mengejutkan, karena Korea Selatan jauh ketinggalan dibanding Korea Utara yang berhaluan komunis itu.

Bagaimana dengan angkatan udara? Korea Selatan jumlah jet tempurnya cukup berimbang dengan korea Utara yaitu 468. Pesawat transportasi sejumlah 33. Yang ini Korea sangat ketinggalan jauh dibanding Korea Utara. Begitu juga helikopter, Korea Selatan hanya punya 159. 

Penduduk Korea Selatan berjumlah 46,5 juta, Korea Utara berjumlah 22,7 juta.

Iran Berhasil Produksi Helikopter Tanpa Awak

Para peneliti Iran berhasil memproduksi helikopter pengangkut tanpa awak. Seluruh perangkat helikopter ini dirancang dan diproduksi oleh para pakar dalam negeri.

Dalam wawancaranya dengan IRNA awal bulan Oktober lalu, Hamid Sarvari salah seorang peneliti mengatakan, helikopter ini memiliki spesialisasi khusus selain tanpa awak, ia juga smart, anti-hujan dan memiliki kecepatan operasi yang tinggi.

Salah satu kelemahan yang dimiliki helikopter dibandingkan dengan pesawat adalah kecepatanya yang rendah. Karenanya, para perancang helikopter harus berpikir untuk menambah kecepatannya, sambungnya.
Helikopter produksi Iran ini selain memiliki kecepatan tinggi, helikopter ini juga anti-hujan karena memiliki karbon yang terbungkus di seluruh badannya, artinya sekalipun dalam kondisi hujan ia masih bisa terbang.

Sarvari menambahkan, helikopter ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan militer, dengan kecepatannya yang tinggi ia bisa mengangkut peralatan militer. Lebih dari itu, helikopter ini juga memiliki sistem pengolahan gambar pada saat ia mengambil gambar atau film. Ia juga bisa digunakan untuk melakukan pengawasan di perbatasan, kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti kebakaran dan gempa bumi, serta aplikasi lainnya.

Seluruh perangkat mekanis helikopter ini seperti sistem transmisi, MPG, poros-poros dan perangkat lainnya adalah hasil rancangan dan produksi dalam negeri. (TGR/IRIB Indonesia)

TNI AU Grounded Hawk 200



Hawk 200. (Foto: Merdeka)

16 Oktober 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, pesawat jenis Hawk 200 langsung grounded sementara waktu menyusul jatuhnya pesawat jenis tersebut pada Selasa (16/10/2012) di Riau.

"Jangan-jangan nanti kalau kita pakai ada sesuatu lagi, makanya kita harus tahu dulu," kata dia di Istana Negara Jakarta, Selasa (16/10/2012).

Ia mengatakan, penyebab jatuhnya pesawat kemungkinan bukan human error, mungkin masalah mesin.

Menurut dia, dari pengalaman kalau ada eject, atau ada sesuatu yang terjadi dengan pesawat maka pilotnya akan meninggalkan pesawat.

"Ada emergency (keadaan darurat)," ujar Sufaat.

Pesawat tempur milik TNI AU jenis Hawk 200, yang jatuh di Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10/2012) sekitar pukul 09.30 WIB.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Hartind Asrin mengatakan, pilot pesawat telah melaporkan kondisi di dalam pesawat sesaat sebelum dia keluar dengan menggunakan kursi lontar.

"Dugaan sementara mesinnya mengalami gangguan sehingga dia melaporkan bahwa ada kerusakan dan minta izin untuk keluar dari pesawat," kata Hartind di Jakarta, Selasa siang.

Penyebab pasti mengenai kecelakaan pesawat tempur buatan 1980 itu akan diselidiki lebih lanjut secara internal oleh TNI AU.

"Penyebab kecelakaan atau pesawat jatuh itu ada tiga faktor kemungkinan, yaitu gangguan mesin, manusia, atau cuaca. Dugaan sementara karena gangguan mesin," katanya.

Selasa pagi, sekira pukul 09.30 WIB, sebuah pesawat Hawk 200 jatuh di Jalan Amal, Pasir Putih, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar.

Salah seorang saksi mata, yang merupakan warga sekitar, mengaku melihat sejumlah pesawat sedang melakukan latihan terbang yang salah satu di antaranya tampak mengeluarkan asap.

"Satu pesawat terlihat berasap dan tiba-tiba menukik, suaranya keras seperti petir," kata warga setempat.

Warga yang enggan disebut namanya itu mengatakan melihat sang pilot, Letda Reza Yori Prasetio, keluar dari pesawat dengan kursi pelontar dan jatuh ke sebuah kolam yang letaknya tidak jauh dari lokasi kejadian.

Sang pilot selamat dan kemudian ditolong oleh warga setempat lalu dibawa ke rumah kepala desa. Sementara itu, ratusan anggota TNI AU langsung menuju ke lokasi kejadian melarang warga dan wartawan untuk mendekat. Beberapa warga dan wartawan yang coba mendekati lokasi untuk mengambil gambar bahkan sempat dipukul oknum tentara.

Hawk 200 yang Jatuh Dibeli dalam Keadaan Baru

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat menyatakan pesawat jenis Hawk 200 dibeli dalam keadaan baru. "Pesawatnya kami beli baru (waktu itu)," kata Imam di Istana Negara, Jakarta, Selasa, 16 Oktober 2012.

Imam menjelaskan selama ini belum pernah ada pesawat jenis Hawk 200 yang jatuh. Salah satu pesawat jenis Hawk 200 jatuh sekitar pukul 11.45 tadi di Perumahan Pandau, Kecamatan Pasir Putih, Kabupaten Kampar, Riau. Pesawat yang dipiloti oleh Letnan Dua Reza Yori Prasetyo ini jatuh sekitar tiga kilometer dari Landasan Udara TNI di Pekanbaru, Riau. Tidak ada korban jiwa karena penerbang sempat menyelamatkan diri dengan kursi pelontar.

Hawk 200, kata Imam, datang ke Indonesia sekitar 1994. Indonesia memiliki 32 unit pesawat yang dibagi di dua skuadron, yakni di Pontianak, Kalimantan Barat, dan Pekanbaru, Riau.

Hawk 200 jenis pesawat tempur yang hanya memiliki satu kursi untuk pilot. Merupakan jenis pesawat tempur yang mampu terbang rendang serta diperuntukkan peperangan ringan di udara. Selain itu, Hawk 200 juga untuk penyerangan air to ground, dan anti rudal kapal laut.

Beberapa negara yang menggunakan seri pesawat tempur Hawk 200 adalah Royal Air Force Oman dengan seri Hawk 203, Hawk 205 untuk Angkatan Udara Kerajaan Saudi, Hawk 208 untuk Royal Air Force Malaysia, dan Hawk 209 untuk TNI AU.

Sumber: KOMPAS /TEMPO

IRAN MENUNGGU KETEGASAN PEMERINTAH RI SOAL TAWARAN KERJA SAMA




:Pemerintah Iran mengajukan tawaran kerja sama kepada Indonesia. Kerja sama itu antara lain di bidang pendidikan dan penelitian. Tetapi, Pemerintah Indonesia tak kunjung menyikapi tawaran tersebut. Ketidakjelasan sikap ini memicu pertanyaan dari kalangan DPR.

"Pemerintah itu maunya apa terhadap Iran. Jadi teman atau sebagai apa? Pemerintah tidak tegas!" kata anggota Komisi I DPR RI Meutya Hafid saat rapat kerja dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (10/10).

Bukan tanpa sebab jika ia bertanya demikian. Beberapa waktu lalu, anggota Fraksi Partai Golkar ini berkunjung ke Iran dalam rangka menjajaki kerja sama ekonomi. Di sana ia pun ditanya oleh pejabat Pemerintah Iran soal tawaran kerja sama yang selama ini disodorkan ke Pemerintah Indonesia.

Menurut mantan wartawati ini, Pemerintah Iran sudah beberapa kali menawarkan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia. Namun, hingga kini belum ada tanggapan. Menteri Pertahanan Iran juga sudah lima kali berkunjung ke Indonesia. Tapi, tak ada pula tindak lanjutnya.

"Mereka juga memberi kesempatan untuk peneliti Indonesia untuk melakukan riset nuklir. Mereka gratiskan untuk Indonesia. Tapi itu juga tidak ditindaklanjuti. Padahal riset nuklir itu kan penting bagi Indonesia," kata Meutya.

Intinya, kata Meutya, mereka mengeluhkan Pemerintah Indonesia yang tidak tegas mendukung teknologi nuklir Iran. 

"Praktis Iran merasa sendirian. Mereka bilang kalau tidak mau berhubungan ya sudahlah. Padahal ini momentum untuk berkawan dengan Iran, mereka itu berpeluang jadi negara besar," katanya.





Sumber : Jurnamen

CHINESE WARSHIPS SAIL NEAR JAPAN ISLAND




A Chinese naval flotilla including destroyers sailed through waters near Japanese islands on Tuesday, in what one commentator said was a sign of things to come as China flexes its military muscles.

The seven warships — at least one of which was capable of firing missiles — passed close to territory internationally recognized as Japanese. The two nations are already embroiled in a bitter wrangle over a separate island chain.

A defence ministry spokesman said it was the first time the Chinese navy had used the passage, but Ryo Sahashi, a specialist in international politics at Kanagawa University said it would not be the last.

“Generally speaking, China acts in accordance with its government’s claims,” he said.

“It is likely that we will see similar acts repeated in the future,” he said, while cautioning it was too early to assess the full meaning of the move.

China’s increasingly well-funded navy is somewhat hemmed in by the long chain of Japan’s Okinawan islands and must pass relatively near them to get into the Pacific from the East China Sea.

However, there are gaps between the islands that allow vessels to stay well away from Japan’s contiguous zones, an area that extends a further 12 nautical miles beyond the 12 nautical miles of territorial waters.

A defence ministry spokesman said the seven Chinese naval ships had been involved in exercises in the Pacific Ocean, and “they passed through a wider space between Okinawa island and Miyako island on their way out” on October 4.

“They passed through the narrow strait on the way back, and this is the first time we have confirmed that they passed through this gap,” the spokesman said.

He said a Japanese spotter aircraft had logged the vessels 49 kilometres (30 miles) south-southeast of Yonaguni island at 7:00 am (2200 GMT Monday).

The flotilla comprised two destroyers, at least one of which had missile capacity, two frigates, two submarine rescue ships and one supply ship.

“They were moving north, from the Pacific Ocean to the East China Sea,” the spokesman said.
At one point the vessels entered contiguous waters, a ministry spokeswoman said.

Under the United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), to which both Japan and China are signatories, foreign vessels including military ships have the right to use the contiguous zone.
But a state is allowed to exercise control to “prevent infringement of its customs, fiscal, immigration or sanitary laws and regulations within its territory or territorial sea”, UNCLOS says.

“At this time, we are not seeing such acts as helicopters flying from these naval ships and approaching toward our nation or (the ships) sailing within our territorial waters,” Defence Minister Satoshi Morimoto told a press briefing.

“We are continuing to be on alert and maintaining surveillance of the area waters with aircraft and ships. We will continue to carefully collect information about the movement of the Chinese naval vessels.”

He said these Chinese exercises had been going on since 2008.

“They have gradually expanded the area of activity but we cannot tell what intentions lie behind that,” Morimoto told reporters.

Jiji press reported on Tuesday evening that the flotilla was moving northwest towards the Chinese coast.

The move comes after days of relative calm in a long-running dispute over the sovereignty of a small group of islands in the East China Sea.

Tokyo and Beijing are at loggerheads over the Senkaku islands, which are administered by Japan but claimed by China, which calls them the Diaoyu islands.

Over the last few weeks Chinese government ships — maritime surveillance ships and fisheries patrol vessels — have repeatedly sailed close to the archipelago, but the country’s armed forces have apparently stayed away.

The dispute flared in August after landings by nationalists from both sides and the subsequent nationalization of the islands by Tokyo.

Large public protests rocked Chinese cities, forcing Japanese firms to shutter or scale back their operations.

Two-way trade, worth well in excess of $300 billion last year, is starting to show signs of impact from the dispute. Automaker Toyota was reported Tuesday to be planning to temporarily close a factory in China because of falling demand for Japanese goods.




Source : DefenceTalk

DPR : JATUHNYA HAWK TNI AU, SINYAL MENDESAK MODERNISASI ALUTSISTA




Jatuhnya pesawat Hawk 200 milik TNI Angkatan Udara merupakan pukulan berat bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang beberapa tahun belakangan alutsistanya kerap mengalami kecelakaan. 

"Pesawat Hawk memang sudah usia lanjut. Kejadian ini lagi-lagi memberi sinyal mendesaknya modernisasi alutsista TNI," kata Wakil Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq di Jakarta, Rabu (17/10).

Menurut Mahfudz, kini terdapat sekitar Rp 30 triliun dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk memodernisasi alutsista TNI. Pemerintah harus segera merealisasikan alokasi anggaran tersebut.

"Sejak reformasi 1998 nyaris tak ada pengadaan alutsista baru hingga akhir tahun 2010. Ketiga matra TNI sudah sangat memprihatinkan kondisi alutsistanya," ujarnya.

Seperti diketahui, pesawat Hawk 200 TNI Angkatan Udara jatuh di Pekanbaru, Selasa (16/10). Pilot pesawat itu, Letda Yori Prasetyo, selamat. Tidak ada korban dari pihak sipil. 

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengaku belum mengetahui penyebab kecelakaan tersebut. Ia mengingatkan kepada para penerbang TNI AU agar tetap bersikap profesional. "Risiko kecelakaan selalu ada, tapi perwira penerbang harus tetap latihan," katanya.





Sumber : Jurnamen

TAHAP AWAL SUKU CADANG LEOPARD DISUPPORT PABRIKAN JERMAN




Tank Leopard yang dibeli TNI dari Jerman dijadwalkan akan tiba di Indonesia pada bulan November. Terkait hal tersebut, pihak PT Pindad selaku produsen alat militer dalam negeri mengatakan tidak ada rencana memenuhi kebutuhan sparepart tank tersebut.

"Untuk tahap pertama (sparepart) dari negara yang bersangkutan dulu," jelas Iwan Kusdiana, Kepala Sekretariat Perusahaan PT Pindad di kantornya, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Jawa Barat.

Iwan mengatakan dalam pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) kepada negara asing biasanya nanti akan ada proses Transfer Of Technology (TOT). Untuk tank leopard nantinya akan didatangkan teknisi dari Jerman untuk menjelaskan tentang seluk beluk mengenai tank ini.

Hal ini bertujuan jika nantinya ditemukan masalah dalam pengoperasian atau ada kerusakan di bagian tertentu maka dapat ditanggulangi oleh pihak dalam negeri.

"Nanti juga ada TOT (Transfer Of Technology) jadi kalau ada kerusakan atau semacamnya bisa diatasi sendiri," lanjutnya.

Pada tahap pertama pengiriman bulan depan, tank buatan Jerman ini akan didatangkan sebanyak 15 unit. Nantinya tank canggih ini akan berjumlah sebanyak 100 unit. Pengiriman akan dilakukan dalam beberapa tahap.




Sumber : Detik

CRUISING MISSILE DEFENCE INDIA FOR REGION




India's Defence Minister AK Antony confirmed the existence of BrahMos cruise missiles with supersonic capability, will not threaten its neighbors. Missile defense is only used for India.

During his visit to the Ministry of Defence of Indonesia, Antony got a question about the potential threat to Pakistan and China, through the existence of the BrahMos cruise missile is equipped with the Russian satellite navigation system. Antony also said, the missile will not threaten its neighbors.

"No, we built BrahMos to defend our territory. We also build good relations with Pakistan and China," said Antony, in the Ministry of Defence of Indonesia, Jakarta, Tuesday (16/10 / 2012).

far, the integration of satellite navigation systems KH-555 cruise missile BrahMos will turn into "super rocket" capable of hitting targets as far as 300 to 500 kilometers from the sea, land and air. The most important thing is, the missile can carry a nuclear warhead.

As a neighboring country, Pakistan does not have as sophisticated missile BrahMos. And India's BrahMos ownership clearly shows an increase in India's defense capabilities.

combination of BrahMos and Sukhoi Su-30 will enhance India's air defenses, and equated India with Russia, which had bombers Tu-95MS and Tu-160. It was stated by one observer flight Vladimir Sherbakov.


India Offer Large Caliber Weapons And Ranpur

Defense Minister Purnomo Yusgiantoro, Tuesday (16/10) after receiving a courtesy call from India's Defence Minister, Shri AK Antony and his entourage in the building Kemenhan Jakarta, submit a press release to reporters, about the mission and purpose of holding the arrival of Minister of Defense visits India to Jakarta, the framework of Bilateral Meeting Indonesia - India with Minister of Defense, along with overall Yusgiantoro Kemenhankam military officials of both countries.

Minister explained, the results of the meeting, "we just execute a bilateral meeting with Indian Defence Minister, Shri AK Antony. we exchange ideas on the issue of International around us, will be described again by the Secretary General, Marshal Earis Harianto. early stages of the meeting between the Secretary General Kemenhan, pack Earis Maisteri Harianto and Secretary of India earlier. been much discussed, including: cooperation Maritime, Security and other security, "Purnomo said.

Secretary Kemenhan, Harianto Earis Marshal said, "In the bilateral meeting, we discussed the cooperation Sharing Information, Schering Intelligence Officer Iterpres, bids from Indian side on Large Caliber Ammunition and truck engines, as well as machines for combat vehicles, as well as we've discussed, "he said.

Meanwhile, Head of Public Communication Center at the Ministry of Defence, Brigadier General Hartind Asrin said, "Indonesia is also not left behind in offering domestic defense industry products to India, of which we offer are: CN 235 aircraft, ships Landing Platform Dock 125m, armored Anoa, and other weapons. In this case, they also responded positively, they also know that Indonesia's defense industry is also good, "said Hartind Asrin.




Sources: Okezone

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...