Thursday, November 15, 2012

Evolusi Tank Pindad


Sebagai salah satu Fan boys kedirgantaraan dan militer, ARC kerap melakukan kunjungan ke berbagai instansi militer. Salah satu tujuan favorit kami adalah PT. Pindad. Selain relatif dekat dari Jakarta, banyak perkembangan atau update membanggakan yang dapat kami peroleh disini. Nah, kali ini kita akan membahas salah satu topik mengenai ranpur beroda rantai dalam pengamatan ARC. Untuk memudahkan penulisan, dan menyesuaikan dengan kebiasaan di negeri ini, kita sebut saja ranpur beroda rantai ini sebagai Tank.


Saat ARC pertama kali mengunjungi PT. Pindad pada medio 2006, kami memergoki Tank yang familiar namun tidak seperti biasa. Itu ternyata adalah modifikasi dari Tank APC amfibi BTR-50. Modifikasi ini merupakan proyek penelitian untuk upgrade tank BTR-50 milik marinir. Akan tetapi, setelah prototipe-nya keluar, tidak diketahui lagi nasib tank ini.

Selanjutnya perhatian Pindad tersita oleh Panser Anoa. Maklum saja, tiba-tiba Pindad mendapat pesanan besar Anoa dari Jusuf Kalla, Wapres RI saat itu. Akan tetapi keinginan untuk merancang dan membuat Tank rupanya masih ada dalam benak sebagian kru Pindad.
Pada Maret 2011, tim kecil ARC mengunjungi Pindad. Kali ini kami menemukan banyak hal menarik. Beberapa tank scorpion dan AMX-13 tampak sedang dibongkar, entah sedang dipelajari atau untuk diservis. Namun, yang menarik adalah kami menemukan adanya Tank buatan FNSS turki disana. Konon, Turki memberikan produknya untuk dipelajari Pindad. Bahkan Tank FNSS ini telah diuji coba di waduk Jati Luhur.


Di sudut lain, kami menemukan "proyek" tank yang baru saja dimulai. Inilah yang nantinya menjadi cikal bakal prototipe Tank APC Pindad. Dalam spesifikasinya, Tank ini berkemampuan mengangkut 10 personel serta bobot tempur penuh seberat 13 ton.

Akan tetapi, kami juga menemukan proyek Tank Amfibi. Namun, Tank ini bukan murni "kerjaan" Pindad, melainkan hasil kerja bareng dengan Dislitbang AL. Sosoknya sedikit lebih besar dibanding Tank APC Pindad. Namun, spesifikasinya masih belum kami ketahui.

Berlanjut ke bulan Oktober 2011, semua proyek tank itu mulai terwujud. Tank APC konon sudah diuji, namun masih banyak ganjalan. Tak apa... semuanya butuh proses.  Yang terpenting adalah Pindad tetap belajar dan bersemangat mengembangkan Ranpur Tank.

Dan kini, sejak awal hingga menjelang akhir 2012, santer terdengar kabar adanya Medium Tank Pindad. Namun hingga kini, kabarnya Medium Tank itu belum juga terwujud. Hanya ada sedikit desain yang secara kasat mata terlihat sangat bagus. Ayo.. Maju terus Pindad!!

Rudal Anti-Udara Jarak Menengah


Rudal S-300 Anti-Udara Jarak Menengah
Iran yang mati-matian mendapatkan rudal anti-udara jarak menengah S-300 Rusia, begitu sulit mendapatkannya. Mereka harus memutar otak dan menggunakan negara ketiga untuk memperoleh S-300 tersebut.  Sementara Indonesia justru sebaliknya.
Dalam Indo Defence 2012 di Jakarta, pihak Rusia menawarkan berbagai jenis rudal anti-udara jarak menengah termasuk S-300. “Apakah militer Indonesia membeli rudal S-300 ini ?, tanya saya ke petugas booth Rusia. “Saya harap begitu”, ujarnya sambil tersenyum.
Itu artinya dari sisi pemerintahan Rusia, tidak ada kendala atas penjualan S-300 untuk Indonesia. Di sisi lain, pihak Arhanud sudah teriak-teriak menginginkan rudal anti-udara jarak menengah untuk memodernisasi strategi pertahanan mereka, seiring berkembangnya kemampuan perang negara-negara kawasan, terutama China.
Rusia telah menawarkan S-300 dan Indonesia juga menyatakan butuh rudal tersebut. Akankah S-300 dibeli militer Indonesia ?.

Yunani gunakan S-300 sejak tahun 2000
Pihak TNI AD sudah berkali kali mengunjungi dan menjajaki kemampuan rudal jarak menengah, baik ke China dan Rusia.  Namun hingga kini belum ada kejelasan apakah rudal  itu akan dibeli atau tidak.
Secara finansial mungkin tidak ada kendala untuk membeli rudal jarak menengah itu. Bagaimana dengan aspek stabilitas kawasan ?.
Jika Indonesia membeli rudal anti-udara jarak menengah, pastinya akan mengubah geopolitik di kawasan Asia Tenggara.  Sudah pasti Malaysia akan bereaksi. Jika Malaysia bereaksi, pastinya Singapura juga tidak akan tinggal diam. Ujung-ujungnya yang tercipta adalah perlombaan senjata. Logika berpikir seperti ini yang tampaknya sedang tertanam di benak Indonesia.
Akan tetapi paradigma militer seperti itu bisa kita ubah. Selama ini Indonesia lebih menahan diri untuk persenjataan dan hal ini akibat terperosoknya ekonomi Indonesia di beberapa dekade yang lalu. Kini ekonomi Indonesia mulai membaik. Apakah Indonesia akan terus berjalan di belakang negara-negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia. Indonesia cenderung terus menahan diri untuk tidak menciptakan perlombaan senjata.
Umumnya negara negara besar  menjadi panglima militer di kawasan mereka dan negara yang lebih kecil mengikuti dari belakang. Misalnya: AS, Rusia, China, India, Jerman, Iran, Mesir.  Kecuali Israel yang kasusnya memang unik.

Rusia jaga perbatasan negara dengan S-400
Kasus Indonesia justru terbalik. Indonesia justru berada di belakang bayang bayang militer: Singapura, Malaysia dan Australia dan bahkan Vietnam. Negara negara itu merasa lebih kuat secara militer dan Indonesia terkesan menikmatinya.
Sudah waktunya psikologi militer itu dibalik dan dikembalikan seperti sedia kala di era tahun 1960-an. Militer Indonesialah yang menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara. Jika hal ini bisa tercapai, maka kewibawaan bangsa Indonesia bisa ditegakkan kembali agar roda kehidupan berputar lebih kencang.
Akankah hal itu terjadi ?. Mungkin indikatornya bisa kita ukur, apakah Indonesia akan membeli rudal anti-udara jarak menengah atau tidak.  Jika masih berkutat diurusan rudal anti-udara jarak pendek,  tentu anda sudah tahu jawabannya.
Ayo Indonesia, keluarlah dari Comfort Zone.(JKGR).

Rudal Starstreak Indonesia


Rudal Starstreak Monopod
Salah satu alutsista yang menarik perhatian di Indo Defence 2012, adalah peluru kendali anti pesawat Starstreak buatan Inggris. Rudal ini dipamerkan di satu booth bersama dengan rudal anti tank NLAW yang juga dibeli Indonesia.  Selama ini diperkirakan NLAW dibeli dari Swedia. Namun rudal Nlaw  merupakan joint production antara Swedia dan Inggris.
Menurut Officer Inggris yang menjaga stand itu, Indonesia membeli sekitar 100 rudal Starstreak lengkap dengan peralatan pendukungnya.  Itu artinya rudal starstreak yang dibeli Indonesia lumayan cukup untuk melindungi instansi-instansi penting atau obyek vital negara.
Di Inggris sendiri, rudal Starstreak dipasang  juga  di atas tank Stormer yang juga buatan Inggris.  Namun menurut officer itu Indonesia tidak membeli rudal starstreak yang dipasang di tank stormer,  meskipun Indonesia juga memiliki Stormer.  Menurutnya, rudal Starstreak Indonesia sebagian menggunakan modul  monopod  sebagian lagi dipasang di kendaraan taktis.
Saya menebak, kendaraan taktis pengangkut rudal starstreak adalah Sherpa lisensi Perancis atau Komodo.  Namun menurutnya, sebagian rudal Starstreak Indonesia dipasang di kendaraan taktis buatan Spanyol.
Apakah Indonesia memiliki rantis buatan Spanyol ?. Atau membeli  baru ?.  Saya tidak tahu.
Yang jelas Spanyol memang memiliki rantis yang cukup terkenal yakni: Uro Vamtac dan telah mengusung Rudal Starstreak  seperti gambar di bawah ini:

Rantis Uro Vamtac membawa rudal Starstreak
Selain mengangkut rudal starstreak, Spanyol juga memasang rudal Mistral, sistem senjata lainnya bahkan hingga radar di Rantis Uro Vamtac. Seharusnya penggunaan rantis Uro Vamtac yang dilakukan militer Spanyol bisa juga dilakukan oleh militer Indonesia dengan Rantis Sherpa atau Komodo-nya.

Rantis Uro Vamtac dengan Rudal Mistral

Uro Vamtac S3
Kembali ke rantis Uro Vamtac Spanyol. Indonesia memang memiliki kerjasama militer dengan Spanyol, antara lain pembuatan pesawat angkut C-295. Apakah Pembelian rantis Uro Vamtac ini bersamaan dengan kontrak pembelian 9 C-295 ?. Tidak tahu.
Yang jelas menurut officer Inggris itu, Indonesia membeli sekitar 100 rudal starstreak beserta peralatan pendukungnya dan sebagian bersifat mobile.
Dengan demikian, selain rudal Starstreak, Indonesia juga memiliki rudal Mistral yang dipasang di kendaraan Taktis Komodo.

Rantis Komodo dengan Rudal Mistral
Tampaknya rudal starstreak lebih diperuntukkan untuk pertahanan titik menggantikan rudal Rapier TNI-AD,  sementara rudal mistral akan embeded dengan pergerakan pasukan.
Rudal Starstreak antara lain telah ditempatkan di Yonarhanudse-10/1/F sebanyak satu baterai, Kodam Jaya. JKGR.

KSAL : Keamanan Maritim Diperketat


Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan keamanan maritim terus diperketat mengingat estimasi ancaman semakin meningkat, bahkan kawasan Asia Pasifik sedang menjadi fokus perhatian dunia, khususnya terkait perlindungan jalur komunikasi dan perdagangan laut.

"Sebagai antisipasinya, kami akan melakukan pengerahan kekuatan militer hingga jauh di luar teritorial untuk mengamankan jalur perekonomian dan armadanya," kata Soeparno saat membuka Seminar Maritime Security 2012 di Jakarta, Selasa.

Seminar bertemakan "Membangun Kesadaran Keamanan Maritim Berlandaskan Kepentingan Nasional Guna Menciptakan Keamanan Nasional yang Terintegrasi dalam rangka Menyukseskan Pembangunan Nasional".

Indonesian National Shipowners Association (INSA) mendata, perompakan kapak di kawasan Asia meningkat pada 2010 sebanyak 164 kasus, sementara 2009 sebanyak 102 kasus.

Peningkatan perompakan di Asia Tenggara menjadi yang tertinggi dengan jumlah 72 perompakan pada 2009, sementara pada 2010 meningkat menjadi 119 perompakan.

Sementara di Asia Selatan pada 2009 sebanyak 29 kasus, namun pada 2010 meningkat menjadi 44 kasus.

Sebagian besar wilayah maritim Asi` Tenggara merupakan wilayah kedaulatan Indonesia. "Ini merupakan modal dasar bagi Indonesia untuk memosisikan diri sebagai pengendali berbagai aktivitas kemaritiman di kawasan ini," katanya.

Indonesia juga akan meningkatkan kerja sama dengan negara-negara tetangga untuk menanggulangi persoalan keamanan maritim di masa mendatang.

"Kami akan merumuskan kerja sama strategis seluruh komponen maritim dalam menghadapi identifikasi tantangan keamanan maritim di masa depan," jelas Soeparno.

Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengatakan peristiwa pembajakan tidak hanya terjadi di kawasan Asia, melainkan di Teluk Eden, Samudera Hindia.

"Peristiwa pembajakan lebih banyak lagi. Total ada 406 kasus pembajakan yang terjadi pada 2009, sementara pada 2010, meningkat menjadi 445 kasus," ujarnya.

INSA juga mencatat Selat Malaka dan perairan Riau merupakan perairan paling rawan perompakan di Asia Tenggara. Di dua kawasan itu juga penyelundupan kerap terjadi. Tingkat kerawanannya bahkan hampir menyamai perompakan di Teluk Eden, Teluk Somalia, Nigeria, dan Tanzania di benua Afrika.
Sumber : Antara

PT. DKB Bangun Kapal BCM untuk TNI AL


Maket kapal BCM dipamerkan PT. DKB di Indo Defense 2012. (Foto: Berita HanKam)

15 November 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan (Kemhan) memesan satu kapal perang jenis Bantu Cair Minyak (BCM) ke PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (DKB) senilai Rp 205 miliar dari alokasi anggaran APBN-P tahun 2011. .

Upacara “First Steel Cutting” dilaksanakan 24 Februari 2012, disaksikan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan, Pejabat Mabes TNI AL, Direktur BRI, Direktur PT. Krakatau Steel dan Direksi PT. DKB disertai sejumlah pimpinan perusahaan. .

BRI membantu fasilitas modal kerja pembangunan kapal BCM. Proses pembangunan direncanakan selama 24 bulan dengan menggunakan material 100% kandungan lokal dan dikerjakan sepenuhnya oleh tenaga ahli dalam negeri. .

Kapal tidak dilengkapi hanggar helikopter, hanya heli deck di bagian buritan. (Foto: Berita HanKam)

Kapal BCM memiliki panjang 122,4 meter, lebar 16,5 meter, draft 6 meter dan diawaki 81 orang. Kapal ditenagai sepasang mesin berkekuatan 6100 HP yang menghasilkan kecepatan maksimal 18 knot. .

Kapal dapat mengangkut cair minyak sebanyak 5500 matrik dan siap disalurkan ke kapal perang di tengah laut. .

(Foto: Berita HanKam)

Kemhan memesan juga satu kapal BCM ke PT. Anugrah Buana Marine (ABM) Bojonegara, Cilegon, Banten senilai lebih Rp 160 miliar. Ukuran dan bobot kapal lebih kecil dibandingkan produksi PT. DKB dan hanya mampu mengangkut cair minyak 5000 matrik

TNI AL tercatat memiliki lima unit kapal BCM, KRI Arun-930, KRI Sungai Gerong-906, KRI Sorong-911, KRI Balikpapan-901, dan KRI Sambu-902.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...