Wednesday, December 19, 2012

Renungan Dua Tahun, Menggemuruhkan Semangat Beralutsista



(analisis)Desember ini genap sudah dua tahun hadirnya blog analisis alutsista di layar maya kita dengan jumlah kunjungan lebih dari sejuta pembaca.  Selama itu pula banyak tulisan yang sudah dihadirkan, disimak dan dibaca pembaca bahkan tidak sedikit diantaranya sudah dipublikasikan di media cetak surat kabar dan majalah militer.  Selama itu pula sudah banyak jenis kelamin komentar, tanggapan dan ungkapan yang dicetuskan.  Dan yang menggembirakan tentu saja semua celotehan tertulis yang dilontarkan pembaca via dialog on line atau email sebagian besar bernilai positif, bersemangat kuat untuk mendukung pembangunan kekuatan tentara sekaligus membangkitkan semangat patriotik nasionalis untuk bangga memiliki militer yang kuat.

 
Namanya juga analisis tentu perlu waktu untuk menyelesaikan sebuah tema bahkan karena kehabisan “tinta ide” tulisan yang sudah punya judul pun kadang hanya mampu terselesaikan tiga paragraf lalu buntu sehingga tak jadi layak tayang.  Namun tentu saja ilham dari semua tulisan ini adalah keinginan untuk menyampaikan pesan dalam bingkai semangat berbangsa bersama pita nasionalisme dengan pilar utama kecintaan terhadap insitusi garda republik yang selalu setia mengawal perjalanan negara kepulauan terbesar ini.

Eksistensi negara ini terkait dengan menjaga nilai kedaulatannya ada di garda republik.  Apakah dia bernama Angkatan Darat, Laut dan Udara.  Ketika kita sedang lelap di jam 2 dinihari banyak yang tak tahu (atau tak mau tahu) bahwa di sebuah perairan perbatasan kapal perang kita sedang beradu tegang dengan kapal perang negara lain yang coba memasuki perairan tanpa ijin.  Atau di sebuah titik perbatasan darat 1 pleton pasukan TNI AD sedang berjuang melawan ganasnya rimba perbatasan yang diguyur hujan deras demi menjaga patok batas NKRI.  Atau di layar kaca besar beberapa personil radar TNI AU sedang memelototi titik-titik yang bergerak di layar monitor, mungkin ada  penyusup tak dikenal. 

Semua itu dilakukan untuk menjaga kewibawaan dan kedaulatan rumah gadang yang bernama Indonesia ini dari gangguan dan ancaman negara lan.  Kita sebagai penghuni rumah besar itu bisa tidur nyenyak dan tenteram karena adanya garda tepublik yang menjaga teritori negara ini.  Sayangnya banyak anggapan yang bersemayam di benak kita, karena suasana aman tenteram saja, tidak terjadi apa-apa, bisa bangun tidur jam 4 pagi lalu sholat Subuh di Masjid dengan damai, maka rutinitas itu tidak menganggap kinerja pengawal republik sebagai nilai.  Padahal kehadiran militer yang mengawal 24 jam negeri ini adalah bagian dari penegakan eksistensi dan kedaulatan serta menjaga ketenangan masyarakat di semua pulau negeri.

Ketika menuangkan ide menjadi peduli dan melukiskannya dalam rangkaian kata yang membentuk kalimat dan paragraf, jalan yang dikumandangkan adalah menyisir sisi-sisi dimensi untuk merenda jalan komunikasi yang bersudut pandang positif thinking.  Mengedepankan semangat solusi dan membangun kebersamaan bersemangat memiliki garda republik yang kuat dan disegani.  Inilah sudut pandang itu dan kita meyakini dengan menyulam semangat itu keniscayaan yang didapatkan adalah mengajak kita untuk senantiasa membasuh wajah di air bening danau dan melemparkan pandangan mata teduh di sekeliling nuansa hijau, tentu dengan lantunan syukur atas semua karunia.  Ya kita patut mensyukuri semua itu, tanah air yang penuh pesona, keragaman etnis yang mengagumkan, jumlah penduduk yang besar, petumbuhan ekonomi yang stabil dan tinggi, menuju kekuatan ekonomi sepuluh besar dunia.  Mestinya kita bangga sebagai bangsa yang didirikan dengan semangat nasionalisme yang tinggi yang kemampuan ekonomi dan diplomasinya mulai dilirik dunia internasional.

Sejalan dengan itu perkuatan milter memberikan ruang kelegaan yang membeningkan sekaligus membanggakan.  Berpuluh tahun kita sesak nafas melihat garda republik punya senjata ala kadarnya, seperti tak mampu menegakkan kepala manakala melihat negara lain berupaya memodernisasi angkatan bersenjatanya.  Jujur diakui sebagai penulis kita merasa miris manakala kekuatan  alutsista kita yang mestinya berpredikat gentar, berubah menjadi kekuatan gemetar ketika negara lain show of force meremehkan kekuatan militer kita.  Bagaimana tidak gemetar negara tetangga punya F15, F16 CD, F18 Hornet, Sukhoi sementara kita hanya punya 10 F16 butut yang terseok-seok kena embargo dan harus saling kanibal.

Itulah sejarah kekurangan gizi militer kita.  Dua tahun ini sinar cerah sudah melintas jelas di cakrawala pandang, sembari menanti kedatangan berbagai jenis alutsista modern untuk menggagahkan garda republik.  Dua tahun ini pula blog ini hadir mengiringi semangat mengantar keperkasaan tentara kita untuk menjadi pengawal yang bergizi dengan beragam menu alutsista yang dihidangkan. Tentu dalam menulis analisis ini, sudut pandang subyektivitas selalu ada dan bahkan kadang terlalu hiperbola.  Tetapi sesungguhnya genggaman yang ingin dikepalkan adalah keinginan yang kuat agar perkuatan alutsista tentara kita mampu memberikan spirit dalam beralutsista tidak saja untuk kalangan militer tetapi juga rakyat yang memilik tentara itu. Kita akan terus menulis dengan semangat menggagahkan itu. Kita akan terus menuangkannya dengan semangat kebersamaan itu. Kita akan terus menghidangkannya dengan semangat keikhlasan itu. Semoga Allah SWT selalu memberikan ridhoNya untuk kita semua,amien.  Jayalah tentaraku.

********

Kekuatan TNI AU Antara Tahun 2005 Sampai 2014

Analisa mengenai perbedaan kekuatan militer Indonesia pada tahun 2005 dan pada tahun 2014 nanti. Dan pada artikel kali ini saya lebih menitik beratkan pada kekuatan Angkatan Udara Indonesia. Hal ini memang saya sengaja, karena saya memang memiliki minat yang lebih tinggi untuk angkatan udara disbanding dengan angkatan lainnya. Tapi tenang, dilain waktu saya juga akan membuat artikel sejenis untuk angkatan lainnya.


Mungkin anda bertanya-tanya kenapa perbandingan AU Indonesia harus di tahun 2005 dan 2014? Kenapa tidak tahun yang lain? Ya benar, bahwa saya memiliki alas an kenapa saya memilih tahun tersebut. Alasan pertama saya memilih tahun 2005 adalah karena pada tahun itulah Angkatan Udara Indonesia baru terlepas dari embargo militer Amerika dan Sekutunya dari tahun 1999 – 2005. Sehingga pada tahun itu, kita akan melihat bagaimana keadaan AU Indonesia dan pengaruh embargo terhadapnya. Kemudian untuk tahun 2014 saya pilih, karena pada tahun tersebut Rensatra I MEF (CMIIW ya), akan selesai dilaksanakan. Sehingga pada kedua tahun tesebut kita akan melihat perbedaan yang signifikan.
 
Angkatan Udara Indonesia 2005
 
Seperti tulisan saya sebelumnya yang berjudul Embargo Militer : Masa Suram Alutsista Militer Indonesia , saya sudah menjabarkan bagaimana lemahnya militer Indonesia akibat embargo ini. Nah pada saat itu kekuatan Udara Indonesia yang mayoritas alutsistanya adalah buatan Amerika dan Sekutunya, mengalami kesulitan suku cadang sehingga tidak semua pesawat bisa di terbangkan.
 
Pada tahun 2005, angkatan udara Indonesia hanya terdiri dari :
 
10 F-16 A/B block 15 OCU buatan Amerika
12 F-5 E/F buatan Amerika
4 SU-27/30 buatan Rusia
40 Hwak-109/209 buatan Inggris
Beberapa OV-10 Bronco buatan Amerika
Beberapa Hwak-53 buatan Inggris
20-30 C-130 Hercules buatan Amerika
Dan pesawat-pesawat lainnya.
 
Nah dari daftar diatas, dikarenakan embargo hampir sebagian besar tidak layak terbang karena terbatasnya suku cadang yang dimiliki TNI AU. Sebagai contoh dari 10 F-16 yang dimiliki Indonesia, tidak lebih dari 4 pesawat saja yang bisa diterbangkan. Itupun dengan cara melakukan kanibalisasi terhadapt pesawat F-16 lainnya, sehingga pesawat yang dikanibalisasi bisa diambil bagiannya untuk dijadikan spare part bagi pesawat F-16 lainnya. Demikian juga untuk pesawat Hwak-209/109 yang merupakan buatan Inggris, yang juga kena imbas dari embargo ini. Dari 40 pesawat seri Hwak ini, sebagian besar juga tidak dapat diterbangkan karena masalah yang sama yaitu kekurangan suku cadang.
 
Demikian halnya dengan pesawat fighter lainnya yaitu F-5 E/F yang juga terimbah dampak embargo. Senasib dengan F-16, dari sekian banyak jumlah F-5 yang dimiliki TNI AU tercatat hanya beberapa yang layak terbang karena alasan yang sama yaitu kelangkaan suku cadang. Untuk pesawat tua semacam OV-10 Bronco dan Hwak-53 juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Demikian juga untuk pesawat angkut C-130 Hercules yang juga buatan Amerika. Pesawat ini juga mengalami nasib yang sama, kebanyakan pesawat tersebut terpaksa di Grounded karena kurangnya suku cadang akibat embargo.
 
Nasib berbeda diperlihatkan oleh pesawat 2 Sukhoi-27 SK dan 2 Sukhoi-30 MK yang termasuk pesawat baru (dibeli tahun 2003) dan dibeli dari Rusia. Pesawat ini tidak mengalami dampak langsung dari embargo, akan tetapi pesawat ini tidak dilengkapi dengan senjata rudal, tetapi hanya senjata standard yaitu internal canon. Itu artinya 4 Sukhoi milik TNI AU ini, ketika itu ibarat macan ompong yang hanya bisa mengaum dan menakut-nakuti musuhnya tanpa bisa menggigit dan mencakar. Pesawat ini termasuk pesawat hebat, namun tanpa rudal, Sukhoi ini tidak membawa dampak berarti bagi kekuatan Angkatan Udara Indonesia.
 
Jadi bisa kita tarik kesimpulan bahwa kesiapan pesawat-pesawat TNI AU ketika itu sangat rendah dan sangat membahayakan bagi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 
Angkatan Udara Indonesia 2014
 
Belajar dari dampak embargo terhadap TNI AU, maka Angkatan Udara Indonesia melakukan beberapa perubahan mendasar dalam melakukan modernisasi keuatannya. Pihak terkait selalu mengedepankan syarat bebas embargo dalam membeli atau mendapatkan alutsista baru. Hal ini memang tidak berjalan mulus 100%, namun setidaknya itu sudah menunjukkan bahwa kita sudah memiliki strategi untuk menghindari dampak embargo di kemudian hari. Indonesia juga tidak lagi ‘hanya’ membeli peralatan dari pihak Barat tetapi juga dari Timur, walaupun belum 100% terhindar dari kemungkinan embargo.
 
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita yang menyatakan bahwa ada banyak sekali pembelian yang dilakukan untuk memperkuat Angkatan Udara Indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut :
 
Hibah 24 F-16 C/D Block 25 Upgrade setara block 52
6 Sukhoi-30 MK2 dari Rusia (penambahan dari 10 SU yang ada)
9 C-295 dari Spanyol
16 T-50 dari Korea Selatan
16 Super Tucano dari Brazil
Hibah 4 C-130 H dari Australia
Upgrade beberapa pesawat C-130 TNI AU
Upgrade 10 F-16 TNI AU sepaket dengan Hibah 24 F-16 dari Amerika.
Sejumlah Helicopter buatan PT DI lisensi dari luar negeri
 
Daftar diatas adalah daftar yang saya ketahui sudah ada kesepakatan dan kalau tidak ada masalah muncul, akan direalisasikan sebelum tahun 2014 ini berakhir. Salah satu lagi list yang tidak didaftarkan diatas adalah Hibah 16 F-5 dari Korea Selatan yang merupakan ‘hadiah’ atas kesedian Indonesia menjadi pembeli pertama pesawat latih T-50 buatan Korea Selatan. Namun untuk hibah ini saya belum berani mencantumkannya karena saya belum mendapat informasi valid tentang itu, walaupun saya pernah mendengar Menteri Pertahanan mengeluarkan statement seperti ini.
 
Pesawat Latih T-50 dari Korea Selatan
 
Dari data diatas maka di tahun 2014 kita akan melihat kekuatan udara Indonesia seperti di bawah ini :
 
34 F-16 ‘C/D’ setara block 52 buatan Amerika
12 F-5 E/F buatan Amerika (menjadi 28 F-5 jika hibah dari Korsel jadi)
16 SU-27/30 buatan Rusia
40 Hwak-109/209 buatan Inggris
16 Super Tucano buatan Brazil
16 T-50 (pesawat latih tempur) buatan Korea Selatan
20-30 C-130 Hercules buatan Amerika
9 C-295 buatan Spanyol ( 2 dibuat di Spanyol, sisanya dirakit PT DI)
Penambahan Helicopter TNI AU (jenis saya kurang tau)
 
Dan dengan berakhirnya embargo dan dukungan pemerintah untuk memodernisasi TNI AU, saat ini kesiapan pesawat TNI AU setiap harinya sudah berada di kesaran 70% dari semua inventory yang ada. Maka dari itu, pada tahun 2014 kita akan melihat kekuatan TNI AU yang cukup bisa mengimbangi Negara tetangga, walaupun belum menjadikan TNI AU sebagai First Class Air Force di Asia Tenggara. Namun ini merupakan permulaan dari MEF untuk modernisasi militer Indonesia. Modernisasi ini akan terus berlangsung dimasa yang akan datang.
 
Kesimpulan Akhir
 
Dari penjelasan diatas, bisa kita lihat bahwa ada perbedaan yang cukup significan yang akan terjadi di kekuatan Angkatan Udara kita. Kalau di tahun 2005, ada begitu banyak Negara yang memandang Indonesia dengan sebelah mata, maka di tahun 2014, Negara tetangga kita minimal harus menggunakan ‘3/4’ matanya untuk melihat Indonesia. Mudah-mudahan di waktu kedepan, semua Negara akan memandang Indonesia dengan semua matanya tanpa terkecuali, kalau perlu dan kalau memungkinkan, mudah-mudahan suatu saat nanti Negara tetangga akan melihat Indonesia dengan mata memelas seperti ketika jaman Presiden Soekarno dulu. Semuanya bukan untuk menindas Negara lain, melainkan untuk mempertahankan setiap jengkal kedaulatan NKRI.

Sumber :Info Dunia Militer

TNI AU Perlu AUD 50 juta untuk Renovasi 4 Hercules Hibah dari Australia


Indonesia mendapat hibah empat unit pesawat C-130 H Hercules dari Australia. Kondisi empat unit pesawat angkut berat buatan AS akhir 1978 ini dinilai masih sangat bagus, meski demikian tetap perlu dilakukan renovasi seperlunya.


"Sekarang cat-nya masih RAAF, nanti dicat jadi TNI AU. Biayanya untuk empat unit sekitar AUD 50 juta termasuk beli suku cadang," KSAU Imam Sufaat, di RAAF Base, Darwin, NT, Australia, Senin (2/7/2012).
 
Hal ini disampaikan setelah penandatanganan dokumen hibah pesawat. Dokumen ditandangani Sekjen Kemenhan Eris Harryanto bersama Air Vice Marshal David Hupfeld sekitar 30 menit setelah pesawat kepresidenan RI mendarat di RAAF Base, Darwin, Australia.
 
Jumlah pesawat Hercules yang dimiliki TNI AU saat ini 21 dari 30 unit kebutuhan minimalnya. Maka empat pesawat hibah dari RAAF ini sangat berarti terlebih kondisinya yang sangat terawat.
 
"Empat unit dari RAAF ini seri H buatan 1978 dengan airframe 15 ribu jam dan terawat sangat baik, jadi kondisinya bagus makanya kami terima hibahnya. Kalau beli baru, sekarang USD 100 juta per unit pesawatnya saja," papar Imam.
 
Di dalam sambutannya, Menhan Poernomo Yusgiantoro menyatakan empat unit pesawat hibah RAAF itu akan digunakan untuk operasi militer non perang. Prioritasnya adalah misi tanggap darurat pasca bencana alam.
 
"Pesawat angkut seperi ini kami perlukan operasi militer non perang seperti tanggap darurat bencana alam," ujarnya.
 
Di dalam kesempatan sama, Menhan Australia, Kevin Smith, berniat memberi bantuan pesawat angkut setelah Australia terlibat operasi tanggap darurat bencana alam di Indonesi. Pada saat itulah mereka melihat bahwa TNI masih kekurangan pesawat angkut berat untuk keperluan membawa bahan logistik bantuan ke daerah dilanda bencana.
 
"Saya harap dengan pesawat ini, kapabilitas TNI dalam tanggap darurat bencana alam semakin meningkat," ujar Kevin Smith.
 
Pada acara penandanganan nota hibah, ada satu unit Hercules C-130 H yang dihadirkan ke lokasi. Sedangkan tiga sisanya masih di RAAF Base, Sidney, Australia, dan diharapkan tiba di Indonesia dalam waktu dekat.

Sumber :news.detik.com

BAE SYSTEM SEGERA UPGRADE F-16 AB TNI AU




 Biarpun sudah akan memperoleh sejumlah F-16 Block 30 hasil refurbish, TNI-AU rupanya tidak melupakan 10 unit F-16A/B Block 15 OCU yang pelan-pelan dihidupkan dan dipercanggih kembali. Setelah terakhir melakukan perawatan struktur di Turki, memang belum terdengar lagi adanya rencana major upgrade terhadap armada pesawat tempur yang didatangkan melalui program Peace Bima Sena tersebut.
 
Namun pagi ini British Aerospace System mengumumkan kontrak senilai US$ 63 Juta untuk melakukan perawatan dan upgrade untuk Indonesia dan Irak. Untuk Indonesia jelas upgrade ditujukan kepada F-16A/B Block 15 TNI-AU, serta pengadaan sistem radar pengindera jarak jauh. Sebuah langkah yang unik, mengingat sejatinya F-16 yang akan kita terima dari AS proses refurbishmentnya dilakukan oleh Lockheed Martin. Apalagi Lockheed Martin dalam rilis persnya sudah menyatakan siap menggandeng PT Dirgantara Indonesia sebagai partner lokal untuk proses integrasi sistem dan upgrade F-16 tersebut. Apakah ini ada hubungannya dengan kunjungan Presiden SBY ke Inggris beberapa waktu yang lalu? Terlalu jauh untuk dapat menyimpulkan.

Yang jelas, British Aerospace adalah perusahaan profesional yang memang menyediakan komponen upgrade F-16 secara OEM (Original Equipment Manufacturer). Mereka memenangkan kontrak upgrade F-16 di berbagai Negara, termasuk baru-baru ini Korea Selatan dan Turki, dan F-16 milik ANG (Air National Guard). Komponen yang menjadi andalan salah satunya adalah CFCC (Commercial Fire Control Computer) menggantikan sistem bawaan MMC (Multi Mission Computer) buatan Raytheon. CFCC menawarkan kemampuan proses data yang lebih cepat berkat prosesor yang lebih kuat dan bandwith transfer data yang lebih lebar berkat dukungan Ethernet.

CFCC juga mampu mendukung penggunaan sistem radar AESA (Active Electronic Scanned Array) yang membutuhkan pasokan data dalam jumlah besar. Selain itu BAe juga menyediakan sistem IFF transponder, databus, dan Link 16 communication systems. Walaupun masih belum jelas seberapa komprehensif cakupan dari upgrade yang dilakukan oleh British Aerospace, kabar ini merupakan berita baik bagi armada F-16A/B TNI-AU yang membutuhkan penyegaran dalam hal avionik. Tunggu berita dan perkembangan selanjutnya




Sumber : ARC

KUALITAS PERALATAN TEMPUR KOPASSUS MUMPUNI




 Wakassad Letjen TNI Budiman yang turut serta menyaksikan puncak Gladi lapangan Kopassus Tribuana Cakti 18  dipelabuhan peti kemas Kariangau  mengatakan bahwa untuk latihan selamatiga bulan ini pihaknya menerjunkan sekitar 500 orang personil dengan beberapa situasi pertempuran dari mulai penyerbuan didalam hutan hingga penerjunan pada malam hari.
 
"Personil yang melaksanakan latihan berjumlah hampir 500 orang dimulai dari kegiatan sandi yudha kemudian pelaksanaan kegiatan perang hutan lalu penyerbuan cepat dan berbagai penerjunan pada malam hari kemudian dalam bentuk penerjun free call, dan penerjunan statis," katanya.

Dari hasil kegiatan ini sendiri akhirnya bisa ditarik kesimpulan bahwa sudah banyak kemajuan  yang diraih oleh pasukannya, terutama berkaitan dengan latihan pada suasana malam hari serta kualitas peralatan tempur yang tampaknya telah sangat mumpuni.

Sehingga kedepan ia juga mengharapkan profesionalisme prajurit Kopasuus semakin terbentuk dan mampu menjaga kedaulatan negara.




Sumber : Tribunnews

KEJUTAN APAKAH DARI PT. DI DI BULAN FEBRUARI 2013.




Asisten Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Bidang Sistem Jaminan Mutu Sonny Ibrahim Saleh, berjanji akan memberi kejutan kepada masyarakat di bulan Februari 2013, dengan mengembangkan kembali pesawat yang telah lama tidak terdengar namanya, namun Sonny masih merahasiakan nama pesawat tersebut, hal itu terungkap dalam acara Coffee Morning bersama wartawan, Selasa, (18/12/2012), bertempat di Gedung Pusat Manajemen PT DI jalan Pajajaran Bandung.
 
Selain akan memberi kejutan, Sonny pun menjelaskan secara panjang lebar berbagai perkembangan PTDI hingga akhir tahun 2012. “PTDI nyaris menjadi perakit pesawat, bila menjadi perakit, PTDI sudah tidak spesial lagi”, ungkap Asisten Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Bidang Sistem Jaminan Mutu Sonny Ibrahim Saleh.

“PTDI punya kemampuan memperbaiki radar”, ungkap Sonny terkait matinya radar Bandara Soekarno-Hatta, “Kejadian matinya radar sangat membahayakan pesawat”, ungkapnya, “Bandara Husein Sastranegara saja memiliki genset untuk mengantisipasi matinya radar”, tambahnya.

Terkait kerjasama PTDI dengan Sukhoi, Sonny menjelaskan bahwa PTDI melamar ke Sukhoi sebagai sub kontraktor, “Baru kali ini kita bekerja sama dengan Sukhoi”, kata Sonny, “Paling penting dalam kerjasama dengan Sukhoi adalah perhitungan harga per jam buruh”, tambahnya.

“PTDI fokus dalam Delivery Center C-295, C-212, dan Heli Cougar”, ungkap Sonny, “ Delivery Center difokuskan karena bisnis C-295, C-212, dan Heli Cougar berjalan, dan saat ini PTDI sedang tender di Filipina dan merintis di Thailand dan Malaysia, Delivery Center penting agar tidak terjadi saling bertabrakan kepentingan”, ungkapnya.

“Saat ini kontrak PTDI dengan Kemenhan sebesar 8,2 triliun, dari target kontrak senilai 9,5 triliun, dan kontrak telah berjalan 98 persen”, kata Sonny, “Untuk tahun 2013 PTDI menargetkan penerimaan 3 triliun di luar pemesanan pesawat C-235, C-295 dan C-212”, ungkapnya.

Di akhir tahun 2012, PTDI mendapatkan penerimaan untuk perusahaannya sebesar 2,65 triliun dari pesawat, 200 miliar dari komponen, 170 miliar dari perawatan pesawat, dan 80 miliar dari alutista, “Penerimaaan PTDI sebesar 3,1 triliun”, ungkap Sonny, seperti diketahui keuntungan PTDI di tahun 2009 mengalami kenaikan, sedangkan di tahun 2010 dan 2011 mengalami down.

Di akhir paparannya, Sonny menginginkan Gubernur Jawa Barat yang baru harus mendukung PT Dirgantara Indonesia dan membenahi Bandung.




Sumber : Arcom

LAPAN DAN BADAN ANTARIKSA BRAZIL SIAP BEKERJASAMA



Brazil dipilih karena negara itu merupakan negara tropis yang dia anggap cukup berhasil dalam bidang keantariksaan

Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Sutan Bhatoegana mengatakan bahwa lembaga penerbangan dan antariksa Brazil (Brazilian Space Agency) siap bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Itu merupakan salah satu hasil kunjungan kerja Komisi VII DPR ke Brazil beberapa waktu lalu dalam rangka merampungkan Rancangan Undang-Undang Keantariksaan.

"'Lapan sana' ingin bekerja sama dengan Lapan kita untuk memantau sumber daya alam kita, tentang pohon-pohon yang ditebang berapa. Dan kalau ada sarjana Indonesia ingin mempelajari, silakan datang, disambut oleh mereka," kata Sutan di Gedung Nusantara I, Senayan, Selasa (18/12) sore.

Sebanyak 12 anggota Komisi VII yang ikut ke Brazil, beber Sutan, sempat melakukan pertemuan antara lain dengan Parlemen Brazil, lembaga antariksa Brazil, serta Brazil National Institute for Special Research. Sutan juga mengatakan, Brazil dipilih karena negara itu merupakan negara tropis yang dia anggap cukup berhasil dalam bidang keantariksaan.

"Paling baik luncurkan roket itu di negara tropis. Palangka Raya itu katanya yang paling cocok (sebagai tempat) meluncurkan roket," ucap Sutan.

Sutan menegaskan bahwa satelit akan menjadi salah satu masalah yang diatur dalam RUU Keantariksaan, karena peran satelit dianggap penting untuk melindungi keamanan negara. Satelit juga bisa memantau dan mengawasi penebangan ilegal pohon-pohon di hutan tropis Indonesia sebagaimana sudah dilakukan di Brazil.

"Kalau kita tidak menguasai, bakal ketinggalan kita," tambah Sutan.

Diketahui, RUU tersebut merupakan inisiatif pemerintah dan Lapan merekomendasikan kepada parlemen beberapa negara yang maju dalam bidang keantariksaan, seperti Rusia, Amerika Serikat (AS), Prancis, India, dan Brazil.

Hasil kunjungan ke Brazil ini sendiri, kata Sutan lagi, akan menjadi masukan untuk RUU Keantariksaan yang sedang dirampungkan oleh komisi yang mengurusi bidang energi, lingkungan hidup, dan riset teknologi tersebut. Selain ke Brazil, rombongan Komisi VII lainnya pekan lalu juga bertolak ke AS, dalam rangka perampungan RUU Kedirgantaraan. 






Sumber : Beritasatu

PT. DI ALOKASIKAN USD 16 JUTA KEMBANGKAN N219




PT Dirgantara Indonesia akan menginvestasikan USD 16 juta selama 4 tahun mengembangkan pesawat N219. Pesawat berpenumpang 19 orang ini nantinya akan menambah produk unggulan dari PT DI.

"Andalan PT DI saat ini di antaranya CN 235, CN 295. Kami ingin menambah produk unggulan untuk memperluas pasar," ujar Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim dalam acara Press Coffe Morning di Kantor PT DI Jalan Pajajaran, Selasa (18/12/2012).

N-219 ini pertama kali digagas pada 2004 lalu namun kemudian terhenti. Berdasarkan analisa, pesawat N 219 yang tergolong pesawat kecil ini dinilai berpotensi digunakan untuk menjangkau berbagai daerah terpencil dengan kondisi geografis yang cukup sulit.

"Tahun 2013 kami akan investasi untuk pengembangan N 219 ini sendiri. Lama kalau ngandelin dari pemerintah," katanya.

Besarnya investasi yang ditanamkan yaitu USD 16 juta untuk 4 tahun. "Mulai kita jalankan pada 2013 lah. Masuk dari preliminary design (desain awal) sampai dengan pembuatan prototype," tutur Sonny. Namun untuk membuat sebuah prototype, PT DI menyatakan butuh dukungan dari pemerintah karena dibutuhkan dana sekitar USD 30-40 juta.

Dana investasi sebesar USD 16 juta yang disiapkan PT DI, disebut Sonny berasal dari keuntungan yang disisihkan serta tidak menutup kemungkinan akan menambah dari pinjaman ke bank.

Sonny mengatakan pasar untuk N 219 yaitu maskapai penerbangan yang akan membuka jalur-jalur baru ke daerah terpencil. "Pasarnya sudah ada. Bahkan kami sudah ada MoU dengan maskapai penerbangan," katanya.

Selesai pengembangan dan pembuatan prototype, produksi N 219 akan dilakukan paling cepat 2017. Produk unggulan ini akan dijual dengan kisaran USD 4 juta.

Penerimaan PT DI Selama 2012 Capai Rp 3,1 Triliun

Pada tahun 2012 ini, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mendapatkan penerimaan sebesar Rp 3,1 triliun. Sementara kontrak yang dicapai mencapai Rp 9,5 triliun. Penerimaan tersebut diperoleh dari kontrak-kontrak dari dalam dan luar negeri. Di mana dari dalam negeri termasuk kontrak dari Kementrian Pertahanan sebesar Rp 8,2 triliun.

"Tahun 2012 ini istimewa. Kami mendapatkan kontrak mencapai Rp 9,5 triliun. Dan penerimaan sebesar Rp 3,1 triliun. Ini pencapaian yang cukup besar apalagi setelah masa sulit yang pernah dialami PT DI beberapa tahun lalu. Biasanya paling maksimal kami dapat Rp 2 triliun, ini loncatan buat kami," ujar Kepala Komunikasi PT DI Sonny Ibrahim Saleh dalam Coffe Morning Break di Kantor PT DI Jalan Pajajaran, Selasa (18/12/2012).

Penerimaan sebesar Rp 3,1 triliun tersebut berasal dari pembayaran pesawat terbang terbang sebesar 2,65 triliun, pembuatan komponen pesawat Rp 200 miliar, perawatan pesawat sebesar Rp 170 miliar dan alutsista sebesar Rp 80 miiliar.

"Pesawat terbang yang kami kerjakan pada 2012 ini diantaranya CN 235, CN 295, CN 212 dan helikopter. Sementara alutsista yaitu torpedo dan roket," tuturnya.

Untuk tahun 2013 dan 2014 mendatang PT DI telah mencatat penerimaan minimal sebesar Rp 3 triliun yang diperoleh dari kontrak pada 2012.

"Jadi tahun depan kita minimal sudah punya Rp 3 triliun di Tahun depan kontrak 2012. Kami berharap kerjasama dengan Sukhoi juga bisa terlaksana pada 2013 nanti," tutur Sonny.





Sumber : Detik

RP. 81.8 TRILIUN ANGGARAN MILITER 2013 INDONESIA




 Pemerintah menyediakan anggaran bidang pertahanan sebesar Rp 81,8 triliun tahun depan. Apa alat persenjataan yang bakal dibeli pemerintah tahun depan lewat anggaran tersebut?

Berdasarkan data yang dikutip dari Kementerian Keuangan, Selasa (18/12/2012), anggaran bidang pertahanan Indonesia di 2013 naik 3 kali lipat dari Rp 30,7 triliun di 2007 menjadi Rp 81,8 triliun tahun depan.

Berikut daftar alat pertahanan yang bakal dibeli pemerintah:
  • Pengadaan kendaraan taktis (Rantis) 2,5 ton 4x4 dan kendaraan angkut munisi 5 ton;
  • Pengadaan 6 pesawat Sukhoi 30 MK2, pesawat pengganti MK-53 dan dukungannya, pesawat CN-295 (pengganti F27), helikopter full combat SAR mission, dan dukungannya;
  • Pengadaan helikopter angkut, helikopter serang beserta persenjataan & munisi, helikopter serbu beserta persenjataan dan munisi, ranpur Main Battle Tank (MBT), ME Armed 155 MM Howitzer, Rudal MLRS, Rudal Arhanud;
  • Pengadaan MLM KRI kelas korvet tahap I, kapal bantu hydro-oceanografi, kapal latih (pengganti KRI DWR), CN-235 MPA, helikopter AKS + Sucad, Panser Amphibi BTR 80 A, Tank Amphibi BMP 3F dan Sucad, Multi Launch Rocket System (MLRS) Kal 122 m.




Sumber : Detik

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...