Monday, December 17, 2012

RBS-70 : Rudal Pencegat Supersonik Jarak Dekat

rbs70-tni-ad.jpgKehadiran elemen artileri pertahanan udara (Arhanud) mutlak diperlukan untuk melindungi obyek-obyek penting negara. Salah satu arsenal Arhanud milik Indonesia adalah rudal RBS-70. Meski bukan produk baru, rudal ini masih jadi tulang punggung pertahanan udara, selain rudal Grom. Sampai saat ini RBS-70 dioperasikan oleh Batalyon Arhanud Kodam dan Kostrad. Sifatnya yang mobile, alias mudah dipindahkan dan dirakit membuat rudal buatan Saab Bofors Dynamics, Swedia ini banyak dipakai oleh militer di banyak negara. Untuk gelar operasinya, RBS-70 umumnya dipadukan dengan radar Giraffe sebagai pemandu target.

Dalam konsep rancangannya, RBS-70 dikembangkan sebagai senjata pertahanan udara yang mudah digunakan dan dapat dioperasikan dengan biaya perawatan rendah. Rudal ini mulai diproduksi pada tahun 1977. Meski masuk dalam kelas Manpads (man portable), tapi rudal ini dalam pengoperasiannya tidak bisa dipanggul, peluncur RBS-70 berikut alat bidik berupa teropong monoculer hanya bisa diletakkan pada dudukan peyangga berupa tripod yang memiliki berat 24 kg. Dengan desain model penyangga maka RBS-70 sangat ideal ditempatkan pada jip model Land Rover, seperti yang biasa digunakan oleh Arhanud TNI AD.

RBS-70 Arhanud TNI-AD
Ada 2 tipe RBS-70 yang dimiliki TNI AD, yakni RBS-70 MK-1 dan MK-2. Keduanya sama-sama berpengendali sinar laser, yang membedakan terletak pada kemampuan jarak tembaknya, MK-1 dapat menghajar target mulai dari 500 – 5.000 meter, sedangkan MK-2 bisa mengenai target mulai dari 200 – 7.000 meter. Ketinggian yang bisa dicapai pun berbeda, RBS-70 MK-1 bisa melesat hingga ketinggian 3 km, dan MK-2 hingga 4 km. Beratnya pun berbeda sedikit, bila MK-1 punya bobot 24 kg, maka MK-2 beratnya 26,5 kg.

Selain dari bentuk tabung peluncurnya, yang unik dari rudal ini adalah adanya alat bidik berupa teleskop monoculer yang memiliki pembesaran (zooming) hingga 7x. Dengan material yang sifatnya mudah dibongkar pasang, RBS-70 dapat disiapkan dalam waktu tempur sekitar 30 detik, dan waktu isi ulang 10 detik. Bahkan waktu reaksinya mencapai 8,5 detik. Dengan kecepatan luncur mencapai 1,6 Mach, RBS-70 MK-2 mempunyai kemungkikan perkenaan pada target antara 70 – 90 persen.

Dengan beragam kehandalannya, RBS-70 terbilang rudal SHORAD yang laris dipasaran, tercatat ada 18 negara yang menggunakan rudal ini, yakni Swedia, Australia, Argentina, Bahrain, Brazil, Czech, Finlandia, Jerman, Indonesia, Iran, Irlandia, Latvia, Noorwegia, Pakistan, Singapura, Thailand, Tunisia, dan Uni Emirate Arab. Dilihat dari populasinya, RBS-70 masuk kategori rudal ASEAN, sebab banyak digunakan oleh negara-negara tetangga, mirip dengan Rapier yang juga dimiliki oleh Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Brunei Darussalam.

Di lingkungan TNI AD, setidaknya ada dua satuan yang mengoperasikan RBS-70, yakni Yon Arhanudse 15/Dahana Bhaladika Yudha, merupakan satuan bantuan tempur yang berada di lingkungan Kodam IV/Diponegoro, berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah. Lalu ada lagi Yon Arhanudri 2 Divisi Infantri 2 Kostrad yang berkedudukan di Malang, Jawa Timur. 

Gelar Operasi RBS-70 

Unit peluncur RBS-70 dapat dioperasikan secara mandiri, atau bisa pula di setting dalam konfigurasi dengan beberapa unit peluncur, yakni membentuk beterai anti pesawat dengan dukungan radar Giraffe. Konsep gelar operasi ini juga umum digunakan oleh Arnanud TNI AD. Umumnya konfigurasi ini mencakup sembilan peluncur RBS-70 dengan rentang jarak antar peluncur sekitar 4 km yang dapat melindungi area selular 175 km2. Fungsi radar Giraffe disini untuk men-supplay data-data dan informasi target ke setiap unit peluncur.(Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Bofors RBS-70 :


Panjang rudal : 1,32 meter
Panjang tabung rudal : 1,735 meter
Diamter tabung : 0,152 meter
Diameter rudal : 0,106 meter
Berat
Rudal tipe MK-1 : 24 kg
Rudal tipe MK-2 : 26,5 kg
Pengendalian : berkas sinar laser
Hulu ledak : MK-1, pecahan impact dan proximity fuze
Kecepatan : supersonik
Jarak Capai
MK-1 : 200 – 5000 meter
MK-2 : 200 – 7000 meter
Ketinggian
MK-1 : 3000 meter
MK-2 : 4000 meter
Alat bidik
Teleskop : monoculer
Pembesaran : 7x
Bidang panjang : 90
Tanki pendingin : 0,7 liter
Berat : 36 kg
Penyangga
Berat : 24 kg
Pengaturan kerataan : max 40
Batasan kerja
Azimuth : 3600
Elevasi : 100 s/d 450
Jumlah awak : 7 orang
Pabrik pembuat : Bofors – Swedia

Indomiliter

Indonesia Dalam Flight Global World Air Forces 2013

(arc)Media penerbangan Internasional, Flight Global kembali mempublikasi hasil laporan khusus mereka, yaitu berupa Kekuatan Udara Militer seluruh dunia yang dirangkum dalam World Airforces 2013. Dalam publikasinya, Fligh International mencatat bahwa selama 2012 ini banyak konflik yang melibatkan peran kekuatan udara secara masif. Diantaranya konflik Libya, Afganistan, Israel hingga Suriah.


Menarik juga diperhatikan adalah data armada aktif di seluruh dunia. Tercatat kawasan asia pasifik merupakan wilayah paling banyak armada udara militer. Tak heran sesungguhnya. Di kawasan ini bercokol China dengan armada udara ribuan unit, serta banyaknya potensi konflik membuat banyak negara mempersenjatai diri.

Disisi lain, Amerika Serikat mengukuhkan diri sebagai penjual alutsista udara paling laris. Ini setidaknya ditunjukan dalam tabel pesawat paling aktif di seluruh dunia. F-16 masih menguasai udara dunia dengan lebih dari 2000 unit aktif, sementara di kelas pesawat angkut dan helikopter dirajai oleh Hercules serta Blackhawk.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia?. Sayangnya data dari Flight Global boleh dibilang kurang update dan akurat. Dalam inventori TNI-AU misalnya, masih dicantumkan OV-10 Bronco. Padahal pesawat jenis ini sudah pensiun sejak 2007 lalu. Demikian pula dengan Fokker-27 serta Twinpack. Namun demikian, beberapa data pesanan atau pun sekedar "tertarik" sudah tercantum. Diantaranya pesanan pesawat latih T-50, Grob G-120TP hingga heli Apache. Meski tidak tepat benar, tapi lumayanlah untuk menambah referensi. Publikasi ini juga bisa anda dapatkan secara gratis di situs Fligh Global. Dan untuk lengkapnya simak data berikut ini.






Indonesia Perlu Bimbing Malaysia Menjadi Jiran Yang Baik


  Direktur Kajian Politik Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS) Jakarta Guspiabri Sumowigeno mengatakan Malaysia perlu dibimbing untuk menjadi tetangga yang baik bagi Indonesia.

"Selama ini pada tingkat Pemerintahan atau Parlemen Indonesia tidak ada proses formal membicarakan adanya hal yang salah dalam sistem politik Malaysia," kata Guspi di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, Indonesia juga tak pernah mengeluarkan komentar terbuka yang mengkritik atau mengingatkan Malaysia agar memperbaiki sesuatu. Pak Habibie yang bersahabat dekat dengan Anwar Ibrahim juga tak pernah menjelaskan secara luas mengapa ia ingin mendorong perubahan politik di Malaysia.

Ia mengatakan kontroversi penghinaan atas mantan presiden BJ Habibie oleh Zainuddin, mantan pejabat Malaysia dan politisi UMNO terus berlanjut. Menyusul meluasnya protes dan desakan berbagai pihak di Indonesia agar ia meminta maaf, Zainuddin menolak untuk meminta maaf.

Bahkan ia menuduh Habibie telah melakukan intervensi politik yang dapat membahayakan stabilitas Malaysia. Ia juga menjelaskan bahwa tulisan berjudul "Persamaan BJ Habibie dengan Anwar Ibrahim" yang dimuat di Utusan Malaysia itu adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili UMNO.

Dikatakannya sistem politik komando yang dijalankan Malaysia, dan penempatan tulisan di rubrik Editorial koran Utusan Malaysia, sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa tulisan itu sesungguhnya adalah suara elit politik Malaysia.

Pendapat Zainuddin katanya adalah ekspresi jujur mengenai keresahan elit politik Malaysia atas intervensi asing terhadap sistem politik Malaysia yang masih terus didominasi oleh UMNO. Intervensi asing itu menambah energi para penentang UMNO untuk menumbangkannya dari kekuasaan.

Lebih lanjut ia mengatakan krisis kepercayaan pada koalisi Barisan Nasional berintikan UMNO yang telah berkuasa sejak kemerdekaan 1957, secara signifikan menghasilkan penambahan kursi oposisi dalam parlemen hasil Pemilu 2008 .

"Meluasnya praktik korupsi oleh elit politik dan kroninya telah menggerus apresiasi rakyat atas kesuksesan ekonomi rezim yang berupaya merepresentasikan kemajemukan ras dan etnis negara itu," ujarnya

Guspi mengatakan UMNO nampaknya mulai retak sejak krisis moneter Asia 1997. Kampanye penggusuran Anwar Ibrahim dari posisi orang nomor dua di tahun 1998 secara kasar (dituduh sebagai homoseksual dan pelaku sodomi), ditengah upaya PM Mahathir menyelamatkan ekonomi Malaysia kala itu adalah indikasinya. Pascalengsernya Mahathir di tahun 2003, rezim makin tak stabil.

"Penggantinya, Abdullah Badawi hanya bertahan lima tahun sebelum karena berbagai tekanan politik mundur tahun 2008 dan digantikan Najib," ujarnya.

Ia menjelaskan perpecahan masyarakat Malaysia amatlah nyata. Tatanan segregatif masyarakatnya terlembaga dalam partai politik, sekolah serta media massa yang terpisah untuk tiap komunitas ras dan bagi komunitas Melayu berlaku sistem hukum berbeda.

"Makin hari Pemerintah makin makin direpotkan oleh terus meningkatnya ketidakpuasan atas kebijakan diskriminasi rasial oleh negara pada komunitas ras minoritas," ujarnya.
Sumber : Antara

Menhan : Dana Optimalisasi Pengadaan Alutsista Rp 678 M Transparan


  Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan tidak ada yang ditutupi terkait anggaran pengadaaan alutsista Kemenhan senilai Rp 678 miliar. Purnomo membantah tudingan Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam terkait adanya kongkalikong anggaran tersebut.

"Jadi dari kami tidak ada yang ditutupi, dari kami semua sudah dijelaskan," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan di Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Minggu (16/12/2012).

Purnomo mengatakan, pada saat rapat dengan DPR 10 Desember 2012 lalu, dirinya menjelaskan bahwa ususlan anggaran tersebut berasal dari Mabes TNI. Ada 3 proses dalam pengajuannya.

Pertama, proses teknis di Kemenhan sendiri, kedua proses politik di DPR. Proses kedua ini menurut Purnomo merupakan penganggaran sendiri di Kementerian Keuangan. Ketiga, verifikasi dari Wakil Menhan selaku Ketua High Level Comittee.

"Setelah itu ada surat dari kami ke DPR, menyatakan ini sudah clear and clean dengan Kemenkeu juga. Jadi proses ini kami telah sampaikan ke DPR semua waktu itu," terang Purnomo.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Keuangan memberikan tanda bintang (memblokir) anggaran Kementerian Pertahanan senilai Rp 678 miliar, atas rekomendasi surat Seskab Dipo Alam. Menteri Keuangan Agus Martowardojo, mengatakan pemblokiran itu karena masih diperlukannya penelahaan dan koordinasi di antara internal pemerintah.

"Koordinasi itu antara lain dilakukan dengan Seskab. Kalau kami menyinggung ada dugaan mark up dan praktek yang tidak benar, memang bukan tugas dan fungsi kami untuk memahami karena ini tugas dan fungsi Kemenhan mengenai detail dan spesifikasi anggaran yang dibelanjakan," ungkapnya.

"Satu dan lain hal yang membuat kami mencabut bintang adalah masalah clearence di internal pemerintah. Kalau masih ada surat yang menanyakan tentu harus bisa clear-kan. Bintang harus dicabut, kalau dicabut nanti kami akan berkonsultasi di pimpinan," tegas Agus.

Menurutnya, meskipun anggaran dicabut dan bisa dicairkan, tetap harus melihat waktu apakah memungkinkan untuk digunakan, ini perlu ada koordinasi antara pemerintah.

"Kalau blokir dicabut, yang ditandai dengan pencabutan surat yang dikeluarkan Seskab, apakah waktu pengadaan memadai. Kami memahami dan Rp 678 miliar akan masuk Silpa (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, red)," ungkap Agus.
Sumber : Detik

UNIFIL Periksa Kesiapan Peralatan Operasional Konga


banon-sub

Tim COE (Contingent Owned Equipment) UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) menggelar pemeriksaan kesiapan peralatan operasional terhadap materiil, perlengkapan, persenjataan dan kendaraan Satgas Indo FPC (Force Protection Company) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXVI-E2/UNIFIL. di Sudirman Camp, Naqoura, Lebanon, Sabtu (15/12/2012).
Kedatangan 10 personel Tim COE UNIFIL yang dipimpin Mr. Sergiy Mazarov dari Rusia,  diterima oleh Dansatgas Indo FPC TNI Konga XXVI-E2/UNIFIL, Mayor Inf Yuri Elias Mamahi didampingi Perwira Seksi Logistik Lettu Inf Ramdani selaku koordinator dalam kegiatan pemeriksaan ini beserta seluruh Perwira Staf yang membidangi masing-masing materi.
Obyek pemeriksaan terdiri dari Major Equipment dan Self Sustainment. Untuk Major Equipment antara lain meliputi kendaraan tempur, kendaraan pendukung, senjata, dan peralatan kesehatan. Sedangkan Self Sustainment antara lain pelayanan catering (food), komunikasi, perlengkapan kantor, dan kebersihan compound.
Tim COE UNFIIL berasal dari kalangan sipil dan militer mempunyai latar belakang spesialisasi sesuai bidang masing-masing, pemeriksaan ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali, untuk memastikan pemberian reimbursment benar-benar sesuai dengan kemampuan operasional Major Equipment dan Self Sustainment satuan yang ada.
Hasil penilaian yang disampaikan oleh Mr. Sergiy Mazarov pada saat briefing akhir, usai pelaksanaan pengecekan Operational Readiness Inspection (ORI) langsung di lapangan bahwa Satgas Indo FPC TNI Konga XXVI-E2/UNIFIL secara umum dinyatakan lolos dalam pelaksanaan pemeriksaan tersebut.
UNIFIL sebagai perwakilan PBB di wilayah Lebanon menuntut seluruh satuan yang dikirimkan oleh Negara-negara pengirim atau Troops Contributing Country (TCC) memiliki kesiapan operasional sesuai standar yang telah ditetapkan, baik kesiapan personel, materiil maupun perlengkapannya.
Sementara itu, Dansatgas Konga XXVI-E2/UNIFIL Mayor Inf Yuri Elias Mamahi menekankan kepada seluruh personelnya untuk senantiasa menjaga dan merawat perlengkapan yang sudah diberikan oleh negara





Sumber : Poskota

KSAD : TNI AD Lanjutkan Modernisasi Alutsista


Marder 1A3
 Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan TNI Angkatan Darat akan terus melanjutkan modernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) guna mewujudkan TNI AD yang profesional. Karena itu, Satuan TNI Angkatan Darat akan dilengkapi dengan Alutsista yang modern dan tercanggih di kelasnya, seperti MBT Leopard, Marder, Meriam 155 Caesar, MLRS Astros II, Rudal Mistral, Helikopter Black Hawk serta persenjataan lainnya.

Demikian amanat tertulis KSAD yang dibacakan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad), Letjen TNI Budiman saat menjadi Inspektur Upacara Hari Juang Kartika Ke-67, Sabtu (15/12) di Lapangan Upacara Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jakarta. Hari Juang Kartika diperingati sejak 15 Desember 1945 hingga saat ini, 15 Desember 2012.

Menurut Pramono Edhie, sejalan dengan dinamika perubahan situasi pada lingkup nasional, regional, maupun global serta tantangan yang dihadapi bangsa saat ini, tugas Angkatan Darat ke depan akan semakin berat dan kompleks. Tantangan tugas ini menuntut kesiapan operasional satuan, profesionalitas dan soliditas satuan yang tinggi serta dukungan seluruh komponen bangsa.

Seluruh prajurit TNI Angkatan Darat harus menjadi prajurit yang terlatih, tangguh dan handal. Karenanya, KSAD meminta para komandan satuan untuk menyelenggarakan latihan di satuannya dengan profesional dan terukur sesuai dengan prinsip-prinsip latihan yang kita pedomani.

Dia mengingatkan untuk mewujudkan profesionalisme keprajuritan tidak cukup hanya dilakukan dengan modernisasi Alutsista, tetapi yang lebih penting adalah menyiapkan sumber daya prajuritnya. Karena secanggih dan semodern apapun Alutsista yang kita miliki, tanpa didukung profesionalitas dan semangat juang, maka tidak akan memberikan hasil yang optimal.

“Selain itu, profesionalisme keprajuritan yang kita bangun, bukan untuk menciptakan prajurit seperti robot, melainkan profesionalisme yang berbasis kepada jati dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional,” katanya melalui siaran pers Kasubdis Penum Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Dispenad), Kolonel Inf Zaenal M.

Usai upacara, Wakasad menyerahkan piala dan plakat kepada para pemenang lomba kebersihan antar satuan di lingkungan Mabesad. Juara I diraih oleh Staf Pengamanan, Juara II oleh Staf Personel dan Juara III diraih oleh Staf Perencanaan dan Anggaran. 
Sumber : Jurnas

Adu Kuat Iran vs Amerika Serikat di Timur Tengah


 Munculnya Iran sebagai kekuatan baru di Timur Tengah membuat AS yang selama ini dianggap sebagai penguasa tunggal di kawasan kaya minyak ini mulai tersaingi. Pasalnya, Iran yang dianggap sebagai negara Pariah (kasta rendah) pada dekade 70-80-an ternyata tak disangka menjadi negara para messiah (penyelamat) pada abad 21.
 
Iran kini menunjukkan kegemilangan. Padahal negara ini menghadapi derasnya tekanan sanksi ekonomi yang ketat oleh AS dan sekutunya sejak kemenangan Revolusi Islam pada tahun 1979. Tidak hanya itu, Iran juga dilanda perang Teluk I dengan Irak (yang didukung AS dan sekutunya) selama 8 tahun, maupun sabotase terselubung oleh AS dengan berbagai macam modus operandinya.
 
Tampaknya, Iran menerapkan strategi smart power pada kebijakan luar negerinya di Timur Tengah. AS yang selama ini bertarung dengan hanya mengandalkan otot (hard power) seperti keunggulan pada kapabilitas militer dan kapasitas ekonomi mulai keteteran dengan langkah smart power, (perpaduan antara hard power dan soft power) Iran.
 
Sedari awal, Iran yang menyadari AS sebagai negara yang sangat kuat, tidak melakukan konfrontasi adu kekuatan otot (baca: militer) dalam melawan pesaingnya tersebut. Namun Tehran melancarkan adu otak (baca: kecerdasan). AS yang menyangka bahwa kekuatan militer dan uangnya mampu mengalahkan semua pesaingnya ternyata tidak berlaku untuk Iran. Dalam beberapa peristiwa kita bisa mengamati bagaimana AS beberapa kali dipermalukan ketika pesawat pengintai nir-awak silumannya bisa dengan mudah dikuasai oleh Iran.
 
Begitu pula sanksi ekonomi terutama embargo terhadap minyak Iran yang ternyata tidak mampu menghambat laju pertumbuhan ekonomi Iran. Tehran tahu betul minyak adalah komoditas penting yang akan tetap dibeli walau langka sekalipun. Untuk itulah Iran dengan tenang menerima sanksi ekonomi karena demand tidak akan berkurang, bahkan dengan sengaja menghentikan supply minyaknya ke Uni Eropa. Dengan berkurangnya supply minyak Iran sedangkan demand tetap maka yang terjadi adalah meningkatnya harga minyak, maka dengan mudah ditebak bahwa pendapatan dari sektor minyak Iran bukannya berkurang malah bertambah dan sebaliknya negara-negara Uni Eropa semakin keteteran karena imbas kenaikan harga minyak akan berdampak pada perekonomian nasionalnya. Kita tahu bahwa sekarang negara-negara Uni-Eropa satu persatu mulai menunjukkan gejala krisis ekonomi yang parah.
 
Iran dalam perdagangan internasional menerapkan strategi yang jitu, yaitu diversifikasi pasar dan produk ekspor. Negara Islam yang diembargo oleh AS dan Uni Eropa  itu kemudian mengalihkan tujuan ekspornya ke negara alternatif lain seperti Cina, India, Jepang, Korea Selatan dan Turki. Selain itu produk ekspor Iran juga mulai beralih dari keunggulan komparatif seperti minyak kepada produk yang memiliki keunggulan kompetitif, yaitu bergeser dari produk berbasis buruh murah dan kaya SDA menjadi berbasis tenaga kerja terampil, padat teknologi, dan dinamis mengikuti perkembangan pasar.
 
Iran mulai mengembangkan produksi minyak jadi dan turunannya (tidak lagi minyak mentah), bahkan mulai mengekspor mobil dan peralatan kesehatan ke beberapa megara, strategi ini menempatkan Iran pada urutan 17 negara dengan GNP terbesar, dan tentu ini adalah prestasi luar biasa bagi negara yang sedang berada dalam embargo Barat.
 
Namun titik puncak kemenangan Iran dalam adu kuatnya dengan AS, adalah ketika Iran beberapa kali terlibat proxy war dengan AS, sebagaimana ungkapan pakar Hubungan Internasional Realis yaitu Kenneth Waltz yang menyatakan bahwa sesama negara kuat yang berimbang cenderung untuk tidak berkonfrontasi secara terbuka melainkan membawa pertarungan mereka melalui pihak lain. Dalam konteks ini AS yang diwakili oleh Israel dan Iran yang diwakili oleh Hezbollah dan HAMAS telah berhasil mempecundangi AS dan Israel dalam dua konflik yaitu di Lebanon pada tahun 2006 dan di Palestina pada tahun 2012. Padahal bisa dibilang teknologi militer yang diberikan oleh Iran kepada HAMAS dan Hezbollah masih kalah jauh dibanding yang digunakan oleh Israel. Namun sekali lagi kecerdasan, keberanian dan ketangkasan the man behind the gun lebih berperan penting dalam pertempuran, dan yang tidak jauh pentingnya bahwa keterlibatan Iran dalam proxy war  ini menunjukkan bahwa AS dan Israel secara tidak langsung sudah menganggap Iran sebagai kekuatan besar di Timur Tengah dan enggan untuk terlibat konflik langsung dengan Tehran.
 
Keberadaan Iran yang sudah menjadi kekuatan penyeimbang (balance of power) AS di Timur Tengah, pada tataran konsep Hubungan Internasional sudah menunjukkan gugurnya hegemoni tunggal AS di kawasan ini. Namun tekanan AS dan sekutunya di Timur Tengah tetap tidak mengendor malah semakin menguat. Tantangan terbesar Iran berikutnya adalah terkait isu Suriah, siapa pemenang dari drama politik global ini pun masih sulit untuk diprediksi. 
Sumber : Irib

KRI Sultan Hasanuddin-366 Sukses Jalankan Mandat UNSCR 1701 Dan 2604


 Setelah 6 (enam) bulan sukses mengemban United Nations Security Council Resolution (UNSCR) Nomor 1701, pada tanggal 12 Desember 2012, KRI Sultan Hasanuddin-366 bertolak dari pelabuhan Beirut, Lebanon  menuju Tanah Air. Kesuksesan dan kebanggaan dirasakan oleh seluruh prajurit KRI Sultan Hasanuddin-366 karena telah berhasil melaksanakan misi perdamaian dunia setelah bergabung dengan Maritime Task Force/United Nations Interim Force In Lebanon (MTF/UNIFIL) di bawah bendera PBB sejak bulan Juni silam.

Keberangkatan KRI Sultan Hasanuddin-366 dilepas oleh Duta Besar RI Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Lebanon Bapak Dimas Samodra Rum, MTF Commander Rear Admiral Wagner Lopes de Moraes ZAMITH, Atase Pertahanan RI di Kairo Kolonel (Mar) Ipung Purwadi, Komandan Kontingen Garuda Kolonel ADM Darmawan Bhakti, Pejabat MTF, perwakilan Kontingen Garuda dari Naqoura dan Indobatt serta Staf KBRI. Sebelum pemberangkatan, para prajurit KRI Sultan Hasanuddin-366 menerima pengarahan dan ucapan selamat atas keberhasilan dalam misi perdamaian ini dari Dubes RI LBBP, di geladak Hely.

Masa penugasan KRI Sultan Hasanuddin-366 dalam MTF/UNIFIL secara resmi berakhir (Out of Change Operations) pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 15.00 local time, hal ini ditandai dengan penurunan bendera PBB dan penghapusan tulisan UN pada lambung kapal. Banyak prestasi yang ditorehkan KRI Sultan Hasanuddin-366 selama 19 kali ontask, antara lain telah berhasil melaksanakan hailing  sebanyak  686 kontak kapal permukaan dan melaksanakan monitor military air activity sebanyak 135 kontak pesawat militer. Selain itu bertindak sebagai MIO Commander sebanyak 13 kali, sebagai Anti Air Warfare Coordinator sebanyak 21 kali dan sebagai Hello Element Control sebanyak 18 kali.

Pengakuan keberhasilan yang dicapai oleh KRI Sultan Hasanuddin-366 dalam menjalankan misi perdamaian di wilayah perairan Lebanon ini ditunjukkan dalam bentuk penghargaan yang diberikan oleh Pemerintah Lebanon melalui Lebanesse Armed Force Navy (LAF-Navy). Penghargaan itu berupa Valour Medale yang diserahkan langsung oleh Commander in Chief of LAF-Navy Colonel Joseph Gadban kepada Komandan KRI Sultan Hasanuddin-366 selaku Komandan Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-D/UNIFIL 2012 Letkol Laut (P) Dato Rusman SN, di Markas LAF-Navy yang dihadiri para Perwira Senior LAF-Navy.

Selain menerima penghargaan dari LAF-Navy, KRI Sultan Hasanuddin-366 juga menerima penghargaan berupa Certificate of Appreciation dari PBB yang diserahkan oleh Force Commander and Head of Mission of the UNIFIL  Major General Paolo Serra yang diterima oleh Komandan KRI Sultan Hasanuddin-366 di Markas UNIFIL, Naqoura tanggal 26 Nopember lalu dan Certificate of Appreciation dari MTF Commander. Selain itu KRI Sultan Hasanuddin-366 juga mendapatkan Outstanding Performance Evaluation dari MTF Commander atas dedikasi dan kontribusinya dalam turut mewujudkan Mandat PBB 1701 dan 2604.



 
Sumber : TNI

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...