Thursday, June 14, 2012


Indonesia - Korsel Kerjasama Membuat Helikopter Serang Ringan

Perusahaan Pesawat Indonesia, PT Dirgantara Indonesia akan mengembangkan sebuah helikopter serang ringan dan kerjasama militer dengan Korea Selatan, kata presiden direktur PT.DI pada hari Kamis.

"Kami bekerja sama dengan Angkatan Darat Indonesia untuk mengembangkan helikopter serang ringan yang dapat digunakan untuk menghadapi separatis dan penyelundup," kata Budi Santoso, presiden direktur PT Dirgantara Indonesia dalam sidang parlemen.

Dia mengatakan bahwa karakteristik dari helikopter MI35 berbeda dari yang dirancang untuk pertempuran terbuka di mana mempunyai kebisingan yang rendah. "Unsur yang paling penting dari helikopter serang ringan adalah kebisingan rendah saat terbang.

Kita tidak perlu seperti helikopter MI35 bahwa kebisingan bisa didengar dari jarak 10 kilometer," kata Santoso.

Dia juga mengatakan bahwa Departemen Pertahanan dan mitra Korea Selatan yang sedang mengembangkan sebuah program bernama Fighter Korea Program (KFP). "Ini adalah kesempatan kami untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian baru yang terus ditingkatkan, terutama di bidang teknik,"katanya.

Menurut Santoso, seumur hidup umum pesawat adalah sekitar 20 - 30 tahun.

"Namun, selama masih bisa digunakan, kita mampu mengupgrade dua kali atau tiga kali untuk upgrade pada persenjataan dan sistem avionik.

Jika kita memiliki keahlian,kita bisa upgrade sesuai dengan kebutuhan kita,"katanya.



sumber : kaskus

Rencana Pembelian UAV Akan Disetujui Komisi I


 

JAKARTA -- Indonesia bakal memiliki empat pesawat pengintai tanpa awak yang memanfaatkan teknologi buatan Israel.Rencana pemerintah melalui Kementerian Pertahanan untuk mendatangkan empat pesawata tanpa awak tampaknya akan diamini Komisi I DPR RI.

Meski belum mendapat tanggapan secara resmi dari DPR, namun Anggota Komisi I Salim Mengga mengatakan bahwa rencana pembelian ini bakal disetujui."Pesawat tanpa awak ini adalah hasil teknologi Israel. Rencana itu tampaknya akan disetujui," sebut Salim, akhir pekan kemarin di Jakarta.

Rencana kontrak untuk pembelian empat pesawat tanpa awak tersebut, senilai US$16 juta. pesawat akan datang 18 bulan setelah kontrak diteken.Dijelaskan bahwa pesawat itu mampu terbang sampai 200 kilometer. Dengan sedikit modifikasi maka daya jelajahnya diprediksi dapat mencapai 400 kilometer.

Selain itu, pesawat yang diproduksi oleh Kital Philippine Corporation (KPC) ini bisa dioperasikan secara manual dengan daya jelajah terbang selama 20 jam.Melengkapi persenjataan nasional, lanjut anggota DPR Dapil Sulbar itu, Komisi I juga akan melakukan kunjungan kerja ke beberapa negara di eropa.

Tujuan kunjungan, salah satunya terkait dengan permintaan persetujuan Menteri Pertahanan dalam membeli tank Leopard yang diajukan ke komisi I.Sejumlah anggota komisi akan melihat langsung pabrik persenjataan di Jerman. "Sebelum reses, saya diutus ke Jerman melihat pabrik persenjataan secara langsung, juga pabrik leopard," terangnya. 

sumber: http://www.fajar.co.id/read-20120416...awat-pengintai

KSAU: TNI AU Berminat Pada Su-35 BM Dan Hibah F-16 AS Menjadi 30 Unit




SUNGAI RAYA, KOMPAS.com - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, empat pesawat tanpa awak akan memperkuat pertahanan Kalimantan dan segera ditempatkan di Pangkalan TNI AU Lanud Supadio pada akhir 2011.

"Pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio Pontianak diarahkan untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat, bahkan juga dioperasikan untuk pengawasan di pulau Kalimantan," katanya saat berkunjung ke Lanud Supadio Pontianak, Jumat (19/8/2011) sore.

Saat ini proses pembangunan hanggar untuk empat pesawat tersebut sudah delapan puluh persen dikerjakan dan ditargetkan dalam waktu dekat pengerjaannya sudah selesai.

"Karena pengadaan pesawat tanpa awak ini dilakukan oleh Kementerian Pertahanan, kita belum tahu pasti kapan pesawat itu bisa ditempatkan di Lanud Supadio. Namun, kita harapkan akhir 2011 pesawat tersebut sudah ada di sini (Supadio)," tuturnya.

Imam mengatakan, pesawat tanpa awak mempunyai fungsi yang sangat strategis untuk mempertahankan kedaulatan NKRI karena dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Selain itu, pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai serta dilengkapi dengan peralatan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari. Dia menyatakan, keberadaan pesawat tanpa awak selain digunakan untuk memperkuat pertahanan NKRI di gatra udara juga bisa berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi berbagai kegiatan ilegal dalam patroli perbatasan, baik laut mupun udara.

Selain itu juga bisa berfungsi untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya kebakaran hutan yang marak terjadi di wilayah Kalimantan dan pulau lainnya.

"Berdasarkan hasil pertemuan terahir dengan pihak Amerika beberapa waktu lalu, telah disepakati Indonesia akan menerima 24 pesawat tempur F16 bekas dari Amerika Serikat plus enam pesawat cadangan, sehingga totalnya menjadi 30 unit," tuturnya.

Nantinya ke 30 pesawat tempur hibah itu akan di upgrade ke blok 52 lengkap dengan persenjataan mutakhirnya melengkapi jumlah yang ada saat ini 10 unit sehingga menjadi 2 skuadron ( 40 unit) F16.

Dia menambahkan, pada Desember 2010 juga telah dilakukan penandatanganan kontrak pembelian 16 Super Tucano buatan Brazil, lalu April 2011 sudah ada kepastian pengadaan pesawat latih/tempur jenis T-50 buatan Korea Selatan. Kedua Skuadron itu secara bertahap akan mengisi arsenal TNI AU mulai awal tahun depan.

"Pada 2011 juga sudah dipersiapkan tambahan 6 unit Sukhoi lengkap dengan persenjataannya untuk melengkapi jumlah yang ada sekarang sebanyak 10 unit," tuturnya.

Opsi tentang perkuatan pesawat tempur jenis Sukhoi tetap mengental. Setelah lengkap berjumlah satu skuadron (16 unit), akan terus ditambah minmal sampai berjumlah 32 unit dari jenis Su27/30.

"Bahkan petinggi TNI AU sangat berminat dengan Sukhoi SU35 BM minimal 1 skuadron. Untuk memenuhi kriteria minimum essential force (MEF) sampai dengan 2014 TNI AU membutuhkan minimal 10 skuadron tempur," kata Imam.

sumber: http://regional.kompas.com/read/2011...uat.Kalimantan

TNI AL Tambah Tiga Heli Bell 412EP



Helikopter Bell 412 TNI AL (photo : Kaskus Militer)

Tiga Heli Bell Perkuat Puspenerbal

SIDOARJO, KOMPAS.com - Tiga helikopter jenis Bell-412 EP memperkuat jajaran Pusat Penerbangan Angkatan Laut, Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (13/6/2012). Helikopter ini akan difungsikan sebagai angkutan taktis dan dukungan logistik cepat.

"Helikopter ini akan memperkuat Skuadron 400 Wing Udara 1 dan Wing Udara 2," kata Komandan Puspenerbal, Laksamana Utama TNI Sugianto. Tiga helikopter tersebut diproduksi oleh Textron Kanada dan disempurnakan oleh PT Dirgantara.

Ketiga helikopter ini, kata Sugianto, memiliki kelebihan, yaitu antara lain sistem pilot otomatis. "Fitur ini penting karena terbang di atas laut lebih sulit," kata Sugianto.


PT DI Mendapatkan Kontrak Pembuatan Target Data Receiver Sistem Senjata Grom TNI AD





 
Sistem senjata Grom milik TNI AD (photo : Kaskus Militer)

Penanda tanganan kontrak rancang bangun TDR (Target Data Receiver) bersama PT DI bertempat di Sdirbinlitbang Pussenarhanud pada tanggal 13 Juni 2012 di tanda tangani oleh Dirbinlitbang Pussenarhanud Kol Arh Dedi Sholihin sebagai wakil dari Pussenarhanud dengan Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI, Dita Ardonni Jafri, target akhir TA 2012 sudah tergelar TDR (Target Data Receiver) yang akan digabungkan dengan Mer 23 mm Zur composit Rudal Grom. TDR ini akan membantu dalam pendeteksi pesawat musuh dan data tersebut akan dikirimkan ke Satuan Tembak (Satbak).

Pengendalian tempur oleh Battery Command and Control Vehicle (BCCV) terhadap pucuk-pucuk Meriam 23 mm/Zur hybrid Rudal Grom menggunakan kabel sepanjang 200 m, sehingga hal ini mempengaruhi daerah gelar dalam rangka melaksanakan pertahanan udara terhadap obyek yang dilindungi. Apabila pengendalian tempur dalam bentuk koneksi data dan komunikasi tersebut tidak menggunakan kabel (wireless), maka selain diperoleh penggelaran meriam yang lebih luas, juga dapat berperannya setiap pucuk Meriam  23 mm/Zur hybrid Rudal Grom sebagai Satbak. Dengan demikian, konfigurasi Detasemen dapat dikembangkan menjadi 1 Radar, 2 BCCV, 4 Satbak Meriam 23 mm/Zur hybrid Rudal Grom dan 4 Satbak Rudal Poprad. Konfigurasi seperti ini diharapkan akan memperluas daerah pertahanan udara (coverage area) dan secara taktis, diperoleh kepadatan penyerangan sasaran sehingga efektivitas pertahanan udara semakin optimal.

 Berawal dari pemikiran tersebut diatas, maka pada TA 2010, Pussenarhanud Kodiklat TNI AD telah melaksanakan program Litbang yaitu Rancang Bangun Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom. Pada pelaksanaan program Litbang TA 2010, telah diperoleh tujuan dan sasaran yang diinginkan yaitu terwujudnya suatu peralatan TDR untuk pengendalian tempur meriam 23 mm/Zur, yang bertindak sebagai satuan tembak. Dari hasil evaluasi program, diperoleh beberapa hal perlu pengembangan program lebih lanjut demi kesinambungannya program Litbanghan. Hal-hal yang perlu dikembangkan dari pencapaian program Litbanghan TA 2010 antara lain perubahan bentuk dan ukuran serta kemampuan laptop sehingga lebih mudah dalam penggunaannya di lapangan. Selain itu karakteristik dan kemampuan radio perlu ditingkatkan untuk menjangkau jarak penyaluran data sasaran. Pengembangan komponen laptop dan radio pada proposal kegiatan program ini selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan unit TDR, juga mempertimbangkan kesesuaian operasional unit TDR ini di lapangan.


Untuk menjamin berkelanjutannya program Litbanghan Pussenarhanud, maka perlu diajukan program Litbang untuk mengembangkan program Rancang Bangun Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom sebagai program pengembangan untuk program kerja dan anggaran TA 2012. Melalui pengembangan sistem dan metode, diharapkan kesinambungan program Litbang ini dapat menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan kemampuan Alut Sista Rudal Grom.

Laptop yang ada pada TDR Sista Rudal Grom hasil program Litbang TA 2010 walaupun memiliki kriteria semi rugged laptop, namun masih kurang portable, sehingga akan menyulitkan awak meriam untuk mengoperasikannya di lapangan. Pengembangan ukuran dan jenis laptop yang lebih bersifat portable dan memiliki GPS built-in, selain akan memudahkan operasional awak meriam, juga akan meningkatkan efisiensi penggelarannya.

Radio yang ada pada TDR Sista Rudal Grom hasil program Litbang TA 2010 merupakan radio komersial sehingga tidak memiliki kemampuan anti jamming terhadap gangguan transmisi data pada saat operasional. Pengembangan kriteria radio menjadi milspec radio dan berjenis manpack selain akan memudahkan opdrasional awak meriam dan meningkatkan kemampuan jarak jangkau transmisi data sasaran, juga akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggelarannya.

Melalui pengembangan sistem dan peralatan pada model TDR, akan diperoleh model Target Data Receiver (TDR) Sista Rudal Grom yang memiliki kemampuan dan kesesuaian operasional yang tinggi. Dengan diperolehnya TDR yang handal, pucuk meriam 23 mm/Zur pada Sista Rudal Grom dapat berperan sebagai satuan tembak sehingga dapat digelar secara lebih fleksibel dengan jarak lebih jauh, dapat memperluas coverage area, serta secara taktis akan diperoleh kemungkinan menembak seawal mungkin demi terwujudnya efektivitas pertahanan udara.

Menggagahkan Diri Di Teras Depan




Selat Malaka adalah jalan raya laut yang ramai lancar memisahkan tiga rumah negara bertetangga Indonesia, Malaysia dan Singapura yang masing-masing punya pagar pengaman yang berbeda.  Sementara selat Singapura adalah jalan raya laut nan sempit padat merayap yang memisahkan Indonesia dan Singapura dan merupakan selat terpadat yang dilintasi berbagai kapal niaga segala ukuran.  Di selat sempit yang memisahkan Batam dengan Singapura, negeri pulau kota itu memagari dirinya dengan beragam alutsista untuk meyakinkan wilayah negerinya yang kecil itu aman dari gangguan berskala apapun. 

Kemampuan intelijen dan teknologinya serta kekuatan alutsista yang dimiliki Singapura memberikan kesan dan pesan agar pihak eksternal jangan bermain api dengannya. Pihak yang dimaksud tentu Indonesia dan Malaysia.  Bedanya adalah negeri kecil itu memang punya rumah kecil yang sekaligus sebagai pusat eksistensi mereka sehingga mereka membentuk kombinasi pertahanan sarang lebah yang siap menyengat jika diganggu.  Jika tak diganggu ya tak apa-apa, namanya juga lebah, tidak ingin mengganggu dan tak ingin diganggu.  Demikian juga dengan Malaysia walau tidak sedahsyat Singapura dalam mengamankan teritorinya di selat Malaka, secara de facto mereka lebih bereaksi cepat jika ada pelanggaran teritori perairannya dibanding dengan Indonesia.
Pulau Nipah, dipersiapkan sebagai beranda yang gagah
Indonesia yang memiliki teritori lahan “semilyar hektar” dan merupakan teritori terbesar di Asia Tenggara juga sudah melakukan pagar pengamanan untuk menjaga kedaulatan teritorinya di batas jalan raya laut yang menghubungkan Asia Selatan, Timur Tengah dengan Asia Timur.  Salah satunya tentu dengan menghadirkan “satpam” berupa kapal patroli TNI AL di sepanjang teras depan rumahnya.  Tetapi harus diakui kehadiran satuan angkatan laut dengan alutsistanya ini belum sampai pada kategori gagah dan kekar.  Kehadiran kapal patroli di teras depan yang bernama selat Malaka dan selat Singapura belum mencerminkan kewibawaan pada sebuah teritori negara yang paling besar wilayahnya, paling besar pula penduduknya dan punya sumber daya alam yang melimpah.

Lalulintas di jalan raya laut seperti selat Malaka dan selat Singapura tentu memerlukan kehadiran negara yang berwibawa dalam bentuk satuan patroli laut  yang siaga penuh dan cepat bereaksi sebagai wujud eksistensi kita  di jalan raya laut yang juga menjadi border negara kita.  Mencontohkan cara kerja PT Kereta Api Indonesia manakala ada kereta api melewati stasiun besar dan kecil baik berhenti atau tidak, selalu ada personil kereta api bertopi yang memberi hormat dan semboyan sehingga kita mengetahui ada kehadiran dan monitoring dalam perjalanan kereta api tadi.

Satuan kapal cepat rudal (KCR) adalah kendaraan yang paling pas untuk memastikan kehadiran angkatan laut yang berwibawa untuk mengawal dan mengamankan teritori negara.  Menghadirkan satuan kapal cepat rudal di selat Malaka dan selat Singapura bukan dimaksud untuk pamer kekuatan tetapi untuk meyakinkan pemakai lalulintas jalan raya laut terpadat itu bahwa mereka berada di salah satu sisi jalan raya laut yang bernama Indonesia. Kehadiran patroli KCR ini juga sekaligus untuk memberikan rasa aman bagi perjalanan kapal niaga dari kejahatan perompakan laut di dua selat ini.  Manfaat lain adalah memberikan sinyal pada negara tetangga yang berbatasan laut dengan RI bahwa kita hadir mengawal teritori dengan postur meyakinkan.
Jet tempur F16 segera ditempatkan 1 skuadron di Pekanbaru
Oleh sebab itu pembentukan satuan kapal cepat rudal di Armada Barat yang sudah diputuskan setahun yang lalu mestinya sudah dapat memberikan warna kehadiran tadi.  Termasuk menambah kuantitas KCR hingga mencapai jumlah mencukupi melakukan patroli laut sepanjang selat Malaka dan selat Singapura every time.  Ketika dibentuk satuan kapal cepat rudal di Armada Barat setahun yang lalu jumlah alutsista berupa KCR tidak lebih dari 10 KCR.  Kita sangat berharap jumlah itu bisa dilipatgandakan menjadi minimal 25 KCR dimana sebagian kapal mengawal perairan Natuna dan sebagian lagi mengawal selat Malaka dan selat Singapura.

Kehadiran satuan tempur Marinir di Riau Kepulauan adalah decision yang bagus untuk mempertegas nilai tambah kehadiran satuan pengamanan berkualifikasi serbu amfibi di teras depan rumah kita.  Bukankah teras atau beranda depan rumah kita adalah lambang kewibawaan sebuah rumah apalagi jika pengamanannya dilengkapi dengan pengaman berkualitas herder.  Ini juga sekaligus ingin mengubah sebuah “peribahasa” yang berbunyi masuk dulu baru digebuk.  Lalu menggantinya dengan syair lagu berirama mars, gebuk dulu sebelum masuk.  Jalan ke arah itu sedang dipersiapkan.  Kita sudah punya satuan Marinir di Lhok Seumawe, Belawan dan yang sedang dipersiapkan adalah satuan tempur Marinir di Batam, Nipah dan Karimun.  

Kombinasi kapal cepat rudal di Armada Barat dan penempatan satuan Marinir di jalan raya laut itu diniscayakan memberikan nilai kegagahan dalam postur pengamanan laut di kedua selat itu.  Sebaran kapal cepat rudal ini bisa dipangkalkan di Belawan, Dumai dan Tg Pinang untuk mengantisipasi kecepatan reaksi dan coverage patroli.  Kegagahan ini akan semakin kinclong manakala 1 skuadron jet tempur F16 sudah memasuki home basenya yang baru di Pekanbaru termasuk skuadron UAVnya sehingga memberi tambahan kekuatan bagi skuadron Hawk yang sudah lebih dulu berhome base di ibukota Riau Daratan itu.

Ada pertanyaaan lalu bagaimana dengan kapal-kapal KKP yang juga melakukan patroli keamanan laut. Jawabannya tetap saja jalankan fungsinya sesuai tupoksi tentu dengan koordinasi Angkatan Laut.  Fungsi kapal-kapal KKP adalah memantau dan menangkap kapal asing yang melakukan kegiatan ilegal fishing di laut teritori kita.  Jika ada insiden antara  kapal patroli KKP dengan negara tetangga, satuan kapal cepat rudal TNI AL bisa memback upnya sehingga kehadiran KCR memberikan nilai gentar bagi keinginan jiran untuk ber insiden dengan kita.
Manuver KRI Clurit dengan 2 Rudal C705
Pemenuhan kebutuhan kapal cepat rudal tidaklah menghadapi kendala karena kapal perang jenis ini sudah bisa diproduksi oleh galangan kapal nasional kita baik PT PAL maupun swasta nasional.  PT PAL sedang mempersiapkan minimal 6 KCR ukuran 60 meter sementara galangan kapal di Batam sudah menghasilkan 2 dari 6 pesanan KCR ukuran 40 meter.  Kapal ketiga akan diserahkan Nopember tahun ini.  Galangan kapal di Banyuwangi juga sedang menyiapkan beberapa kapal perang Trimaran yang juga berkualifikasi KCR. 

Penyiapan KCR bersinergi dengan produksi rudal anti kapal C705 kerjasama dengan Cina.  Dengan membawa 2 rudal C705 sebagai senjata pukulnya maka setiap KCR yang melaju cepat di jalan raya laut beranda rumah kita tentu memberi nilai kegagahan yang meyakinkan sebagai bentuk kewibawaan kehadiran  yang sebanding dengan besarnya rumah yang harus dijaga ini.   Kehadiran KRI Sigma Diponegoro di Singapura untuk menjemput Presiden SBY dari kunjungan ke negeri itu awal bulan ini dan dikawal oleh 2 KCR dari Clurit Class memberikan aura kebanggaan bagi siapapun yang melihatnya.  Akan lebih bangga lagi jika kehadiran itu bukan hanya sekedar menjemput seorang Kepala Negara melainkan dengan kehadiran yang terus menerus di beranda jalan raya laut itu. Bukankah ini bentuk dari formula menggagahkan diri untuk sebuah kepantasan dan kepatutan yang memang harus dipertontonkan di wilayah border yang bernama Republik Indonesia.
*****
Jagvane 13 Juni 2012.

analisisalutsista

F-16 Hibah AS Ditempatkan di Madiun





12 Juni 2012, Makassar: Komando Operasi Angkatan Udara wilayah II (Koopsau-II) akan menambah pesawat tempur tipe F-16 sebanyak 24 buah dari Amerika, dan tambahan berupa pesawat Super Tucano dari Brazil sebanyak 2 unit.

Kedua tipe pesawat tempur tersebut adalah bantuan dari Kementerian Pertahanan RI. Marsekal Pertama Agus Supriana, yang akan dilantik sebagai Panglima Koopsau II mengantikan Marsekal Muda TNI Ismono Wijayanto, Selasa (12/6), di Makassar, mengatakan bantuan unit pesawat tempur dari Kementerian Pertahanan sangat membatu dalam penjagaan batas negara kesatuan Republik Indonesia.

“Nantinya ke-24 pesawat F-16 tersebut, akan bermarkas di Madiun dan pesawat Super Tucano akan bermarkas di Jawa timur. Rencananya pesawat yang didatangkan akhir tahun ini, akan berkeliling ke seluruh wilayah Koopsau II yang berjumlah 21 pangkalan udara,” kata Agus.

Sumber: Infopublik

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...