Thursday, January 24, 2013

Kandidat Pengganti F-5 TNI AU

Peranan F-5 E/F di TNI AU

Sejak bergabung di TNI AU tahun 1970-an yang lalu, skuadron F-5 E/F di fungsikan sebagai skuadron interceptor (pencegat). Skuadron Interceptor berarti bahwa sejatinya pesawat ini yang diharapkan akan di turunkan untuk melakukan tugas mencegat pesawat musuh memasuki wilayah kedaulatan Indonesia tanpa izin. Itu artinya skuadron ini akan lebih diarahkan untuk bertarung menghadapi pesawat lawan (Air Superiority), walaupun tidak menutup kemungkinan memiliki kemampuan serangan permukaan (Ground Attack) maupun serang kapal permukaan (Maritime Strike). Beberapa dekade yang lalu kemampuan F-5 E/F cukup mumpuni sebagai interceptor karena memiliki kecepatan diatas 1.6 Mach.


Kawasan Sekitar Indonesia antara 2015 – 2020


Seperti perandaian kita tadi bahwa diharapkan skuadron pengganti F-5 ini sudah full operasional paling lama di tahun 2020, maka untuk menentukan pesawat paling cocok untuk menggantikan F-5 ini, kita harus melihat gambaran kawasan sekitar Indonesia di tahun 2020 itu. Sebagai mana kita ketahui, Australia sebagai salah satu tetangga dekat Indonesia sudah berkomitment untuk membeli puluhan pesawat generasi ke 5 yaitu F-35. Demikian halnya dengan Singapura yang juga sudah berencana membeli puluhan pesawat yang sama. Sedangkan Malaysia, dalam waktu beberapa tahun kedepan akan melengkapi skuadron MRCA pengganti Mig-29 N mereka. Kandidat pemenangnya adalah F/A-18 E/F Super Hornet, EF Typhoon atau Dassault Rafale.

A New "Eye" for The Leopard



The "Attica" thermal imaging device from Cassidian Optronics significantly enhances the fighting capabilities of tanks as well as crew safety. (photos : Cassidian Optronics)

Cassidian Optronics GmbH, previously known as Carl Zeiss Optronics GmbH, will supply the new "Attica" thermal imaging unit for the commander's periscope in the Bundeswehr's Leopard 2 battle tanks. After extensive trials, the German procurement authority BAAINBw (Federal Office of Bundeswehr Equipment, Information Technology and In-Service Support) has awarded this Cassidian subsidiary an order to deliver the "Attica" to a value of almost 7 million euros. The third generation of thermal imaging equipment from Cassidian Optronics thus becomes the standard for the commander's Peri R17 periscope, which is also supplied by Cassidian Optronics.

British Stealth Drone to Undergo First Test Flight in Australia



Taranis is one of the largest UAVs ever (photo : BAE Systems)

BAE Systems Plans Taranis Test Flights in Australia in Spring

BAE Systems‘ Taranis, named after the Celtic god of thunder, is to be flown for the first time in a series of tests over the Australian outback in the spring in an attempt to demonstrate the technology to military chiefs.

Nigel Whitehead, Group Managing Director of Programmes at BAE Systems, which has been developing Taranis, said the new  aircraft, which has cost £125 million to build, could change the way aircraft are used by the MoD in the future, which currently uses manned planes for combat missions.

Prediksi Pembentukan Armateng Selesai 2014


Mabes TNI Angkatan Laut memprediksi rencana pembentukan Armada RI Kawasan Tengah (Armateng) akan selesai pada 2014 mendatang.  

Namun hingga kini TNI AL masih menunggu persetujuan Presiden terkait pengesahan revisi Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi TNI.

"Begitu Perpres disetujui, kami akan langsung lakukan pembangunan infrastruktur armada. Sangat mungkin terealisasi pada 2014 mendatang," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, di Jakarta, Rabu (23/1).

Belum disahkannya Perpres, dinilai karena ada sebagian usulan yang masih ditunda. Namun, sebagian besar usulan sudah disetujui oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.

Menurut dia, Markas Komando Armada RI Kawasan Tengah akan ditempatkan di Surabaya, yang saat ini merupakan markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim), sementara Armatim akan ditempatkan di Sorong, Papua Barat.

Armabar Fokus Amankan Laut China Selatan


Penjagaan di Laut China Selatan dan Laut Natuna masih menjadi fokus penjagaan Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar). Khusus penjagaan Laut Natuna, TNI AL memiliki pangkalan terdepan yang dijaga Landasan TNI AL Ranai. Karena sangat dekat maka kekuatan Armabar diintensifkan di sana.

"Posisi yang paling rawan eskalasinya di wilayah barat adalah Laut China Selatan. Jadi, Armabar masih fokus di sana," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya Marsetio, seusai serah-terima jabatan Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dari Laksamana Muda TNI Sadiman ke Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, di Markas Komando Armabar, Jakarta, Selasa (22/1).

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...