Tuesday, December 11, 2012

Dikawal F-16, Presiden ke Madiun




Dikawal F-16, Presiden ke MadiunMADIUN, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa (11/12/2012), tiba di Pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.
Kedatangannya ke wilayah ini dilakukan dalam rangka berdialog dengan petani di Desa Lembah, Madiun. Saat mendekati Madiun, pesawat Garuda Boeing 737-400 yang membawa Yudhoyono dikawal pesawat tempur F-16 pada kiri-kanannya.
Istri Presiden, Nyonya Ani Yudhoyono, dan putra mereka, Edhie Baskoro Yudhoyono, ikut dalam rombongan. Para pejabat yang mendampingi Presiden antara lain Sekretaris Kabinet Dipo Alam dan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.
Presiden pertama-tama akan melakukan panen perdana dan berdialog dengan petani Desa Lembah, Madiun. Setelah itu, rombongan berangkat menuju Magetan, Jawa Timur, untuk mengunjungi sentra kerajinan kulit, di Jalan Sawo, Kecamatan Magetan.
Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan darat ke sentra penggemukan sapi di Desa Janggan, Kecamatan Poncol.
Rombongan akan bermalam di Madiun. Pada Rabu (12/12/2012), Presiden bertolak ke Bali dan bermalam di pulau tersebut. Rombongan kembali ke Jakarta pada Kamis (13/12/2012)

102 alutsista TNI AU Yang Ditunggu


(analisis)Ini rincian kedatangan Alutsista TNI AU sampai dengan tahun 2014 :

  • 24 jet tempur F16 blok 52
  • 16 jet tempur T50
  •  6 jet tempur Sukhoi
  • 12 pesawat coin Super Tucano  ( 4 sudah datang)
  •  7 pesawat angkut sedang militer CN 295 ( 2 sudah datang)
  • 10 pesawat angkut berat militer Hercules
  •  6 Heli tempur Cougar
  • 16 pesawat latih Grob
  •  5 pesawat latih KT1 Wong Bee

Yang ditunggu juga Simulator Sukhoi, Radar 3 Dimensi, Rudal untuk F16, Rudal untuk Sukhoi, Rudal Anti Serangan Udara Paskhas, F16 untuk suku cadang.


Jagvane

PERTAHANAN UDARA FRIGATE MODERN (NAKHODA RAGAM ?)




Disain Frigate F125 Jerman

 Jerman mulai memproduksi frigate terbaru F125 yang didisain sanggup melakukan berbagai misi dan memiliki kemampuan untuk ditempatkan di berbagai penjuru dunia selama waktu 2 tahun, sebelum kembali ke Pangkalannya di Jerman. Proyek ini diberi nama Frigat  Baden-Württemberg  Class Type 125.

Frigate 125 dibangun untuk menggantikan F122 Bremen Class 3680 ton, yang pensiun tahun 2016. Sejumlah pengamat militer menilai frigate ini, bisa disebut “Real Frigate”, karena sistem persenjataan dan elektroniknya sangat modern. Dengan bobot mencapai 7000 ton, kapal perang ini menjadi frigate terbesar di dunia yang ukurannya mendekati destroyer. Senjatanya antara lain meriam 1 × 127 mm Otobreda dengan guided ammunition, untuk misi serangan darat hingga jarak 120 km.

The new Otobreda 127/64 lightweight gun

Frigate Baden-Württemberg dibuat oleh dua perusahaan Jerman,  Thyssen-Krupp and Lürssen.  Galangan Kapal Lursen, merupakan tempat mangkalnya tiga light frigate Nakhoda Ragam Class, yang akan dibeli Indonesia.

Yang menarik dari frigate F125 ini,  Jerman mempercayakan pertahanan udaranya, hanya kepada rudal jarak pendek 9 km: RIM-116 Rolling Airframe Missile (RAM), yang termasuk dalam golongan a close-in weapon system (CIWS). Padahal untuk kapal berbobot 7000 ton, Jerman bisa saja memasang sistem senjata anti-udara menengah seperti RIM-162 ESSM, ataupun RIM66 dengan jarak tembak  50-hingga 170 km, seperti yang terpasang di fregat terdahulu F-124 Sachsen Class.

Lebih aneh lagi, persenjataan anti-udara Frigate F125 justru menurun dibandingkan F122 Frigate Bremen Class yang akan digantikannya/pensiun  pada tahun 2016.  Frigate F122 Bremen Class, selain memiliki 2 launcher Rim 166 RAM,  juga dilengkapi senjata anti-udara Sea Sparrow.

RIM-116 Rolling Airframe Missile Launcher

Spesifikasi Persenjataan Frigate F125 Jerman:
  • Naval guns:
    • 1 × 127 mm lightweight Otobreda naval gun with guided VULCANO ammunition for land-attack missions (range: more than 100 km (62 mi))
    • 2 × 27 mm MLG 27 remote-controlled autocannons
    • 5 × 12.7 mm Hitrole-NT remote-controlled machine gun turrets
    • 2 × 12.7 mm heavy machine guns (manually controlled)
  • Antiaircraft warfare, CIWS:
    • 2 × RAM Block II surface-to-air missile launcher/CIWS, 21 cells each
  • Anti-ship missiles:
    • 8 × RGM-84 Harpoon anti-ship missiles (interim solution until joint sea/land attack missile RBS 15 MK4 becomes available)
  • Non-Lethal:
    • Water cannons
    • 2 × search lights
Tidak itu saja, 30 korvet terbaru Jerman, Braunschweig Class buatan 2004-2007, juga hanya mengandalkan RIM-116 RAM Launcher, untuk pertahanan udara. Padahal Korvet ini difungsikan untuk  untuk  peperangan Ocean Zone.

Setiap Korvet Braunschweig Class yang berbobot 1840 ton, mengusung 2 unit RIM-116 RAM Launcher. Seharusnya 3 light frigate Nakhoda Ragam Class Indonesia yang diservis di Lursen Jerman, bisa dipasang senjata pertahanan anti rudal RIM-116 RAM Launcher, karena bobotnya lebih besar, yakni 1940 ton
.
Korvet Braunschweig F260 Jerman

Persenjataan Korvet Magdeburg F-261 (Braunschweig Class):
Armament:
  • Guns;
    • 1 x Otobreda 76 mm gun
    • 2 x MLG 27 mm autocannons
  • Anti-ship;
    • 4 x RBS-15 Mk.3 Anti-ship missiles
  • CIWS;
    • 2 x 21-cell RAM CIWS missile launchers
  • Mine laying capability;
Senjata pertahanan udara RIM 116 RAM  juga  sangat diminati militer Amerika Serikat. AS bahkan telah memasang RIM-116 RAM Launcher di Kapal Induk USS Nimitz Class, USS Enterprise, berbagai kapal angkut, kapal serang amphibi hingga kapal perang Litoral Zone ( pertahanan garis pantai) seperti  Trimaran USS Independence. Saat ini AS sedang memesan 1600 rudal RIM-116 dan 115 launcher untuk dipasang di 74 kapal.

Loading RIM 116 di USS Harry S. Truman, Nimitz-class aircraft carrier

Rudal kecil dan ringan buatan Jerman-AS ini juga digunakan oleh: Yunani, Korea Selatan, Turki, Arab Saudi dan Mesir. Uni Emirat Arab sedang memesan RIM 116 RAM Launcher.

RIM-116 RAM Launcher di Destroyer Yi Sun-Shin Korea Selatan

Apa yang dilakukan militer Jerman untuk Korvet dan Frigate terbaru mereka, menunjukkan RIM-116 Launcher, bisa diandalkan untuk pertahanan udara. Apakah Jerman mau berjudi untuk urusan pertahanan udara bagi 30 korvet terbaru mereka dan Frigate F-125 yang sedang  mereka bangun ?.

Visi Baru Militer Jerman

Yang menjadi pertanyaan besar adalah mengapa Jerman men-downgrade persenjataan anti-udara frigate mereka dibandingkan frigate terdahulu F124 Sachsen Class.

Pemerintah dan militer Jerman ternyata telah berhitung matang. Perubahan geo-politik pasca hilangnya perang dingin dengan Uni Soviet, membuat militer Jerman merevisi kemampuan angkatan perang mereka.  Persenjataan-persenjataan canggih dan mahal seperti rudal anti-udara jarak menengah yang terpasang di Frigate F124 Sachsen Class, tidak lagi digunakan. Jerman merasa fregat terbaru  nanti  tidak perlu memiliki air superiority seperti di jaman perang dingin.

Tugas-tugas kapal perang Jerman di masa depan adalah bergabung dengan Pasukan NATO, Multinasional atau Pasukan PBB, untuk melakukan berbagai operasi Perdamaian, Anti-terorisme, Anti-Pembajakan serta Misi Kemanusiaan.

Alasan lainya adalah krisis ekonomi yang terjadi di Uni Eropa, sehingga pemerintah Jerman memangkas budget untuk militer. Pemasangan peralatan perang canggih yang memiliki air superiority hanya menambah mahal biaya operasi.


Dengan strategi tersebut, Jerman mampu memangkas anggaran militer karena membuat kapal-kapal perang yang lebih murah, demi menyelamatkan APBN, namun pihak militer tetap mampu menjalankan misi yang mereka terima.  Kalkulasi Jerman ini tentu bisa diambil hikmahnya oleh Indonesia.

Indonesia yang sedang memesan 100 MBT Leopard 2A4, 50 IFV Marder dan reparasi 3 Light Frigate Nakhoda Ragam Class, seharunya mempunyai kesempatan untuk memiliki senjata canggih pertahanan udara ini. Apalagi RIM 116 RAM Launcher merupakan senjata pertahanan dan tidak untuk tujuan ofensif. 





Sumber : JKGR

AS TAK INGIN ADA PERLOMBAAN SENJATA DI ASIA TENGGARA



Amerika Serikat tidak menginginkan terjadi perlombaan senjata antarnegara di kawasan Asia Tenggara terkait perkembangan geopolitik terbaru di kawasan ini, termasuk persoalan sengketa di Laut China Selatan.

Negara adidaya tersebut mengharapkan seluruh pembelian senjata oleh negara-negara di kawasan ini adalah bagian dari rencana jangka panjang negara bersangkutan, bukan sebatas reaksi atas apa yang dilakukan negara tetangga.

Demikian diungkapkan Mark W Lippert, Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Urusan Keamanan Asia Pasifik (APSA), kepada Kompas di Jakarta, Senin (10/12). Saat wawancara, Lippert didampingi Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel.

Lippert mengatakan, AS hingga saat ini belum melihat perlombaan senjata di negara-negara Asia Tenggara. Menurut dia, kenaikan belanja persenjataan di kawasan itu masih dalam batas wajar terkait pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

”Negara-negara, seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam, telah berhasil secara ekonomi, dan mempunyai kebutuhan sah untuk memodernisasi dan memprofesionalkan militer mereka,” ungkap Lippert.

Meski demikian, ia mengingatkan agar pertumbuhan belanja militer itu tetap dijaga dalam kerangka rencana jangka panjang yang jelas.

”Kami tidak ingin melihat suatu negara melakukan pembelian (senjata) hanya karena tetangganya membeli (senjata) itu. Kami ingin pembelian itu dilakukan dalam sebuah kerangka perencanaan. Perencanaan yang didasarkan pada situasi ekonomi suatu negara dan kebutuhan keamanan yang terkait,” ujarnya.

Peningkatan belanja

Seperti diwartakan selama ini, negara-negara di Asia Tenggara seolah sedang berlomba melengkapi angkatan bersenjata mereka dengan persenjataan terbaru. Menurut buku The Military Balance 2012 yang disusun International Institute for Strategic Studies (IISS), belanja sektor pertahanan di kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan naik 4,85 persen dalam periode 2010-2011.

Vietnam, misalnya, membeli enam kapal selam kelas Kilo dari Rusia pada 2009 dan 12 unit pesawat tempur Sukhoi Su-30MK2 pada 2010. Kemudian Singapura membeli dua kapal selam kelas Archer dari Swedia pada 2011 dan 12 unit pesawat tempur F-15SG dari AS pada 2007.

Thailand tercatat membeli 49 unit tank tempur utama T-84 Oplot dari Ukraina pada 2011 dan 6 pesawat tempur Gripen dari Swedia pada 2010. Bahkan, Myanmar pun tercatat membeli 20 pesawat tempur MiG-29 Fulcrum dari Rusia pada 2009.

Indonesia sendiri diketahui sedang dalam proses pembelian tank tempur utama Leopard dari Jerman, kapal selam dari Korea Selatan, dan mendapat hibah pesawat tempur F-16 dari AS.

IISS menyatakan, peningkatan kemampuan militer sebagian negara di Asia Tenggara tidak didasarkan pada rencana modernisasi yang telah mereka umumkan. Alih-alih, mereka diduga meningkatkan belanja militer itu untuk melawan ”petualangan” China dan negara-negara tetangganya dalam sengketa di Laut China Selatan. 





Sumber : Kompas

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...