Sunday, August 05, 2012

Kita Butuh Kapal Selam Kilo

Negara pulau Singapura sedang mempersiapkan satuan pemukul strategis bawah air dengan kekuatan 10 kapal selam, 6 diantaranya sudah operasional dan sisanya dari jenis Scorpene sedang dalam tahapan negosiasi menuju kontrak pengadaaan dengan Perancis. Bisa dibayangkan kemampuan pre emptive strike armada bawah laut negeri itu ketika dalam kondisi terburuk harus bertempur dengan negara lain. Militer Singapura akan bertempur di luar wilayah teritorinya dan itu sama saja tidak lepas dari teritori Indonesia dan Malaysia yang dijadikan lahan pertarungan.

Indonesia saat ini mempunyai 2 kapal selam dari jenis U209 buatan Jerman yang sudah diretrofit di Korea Selatan. Kita juga sudah menandatangani kontrak pembuatan 3 kapal selam dari jenis Changbogo dengan Korea Selatan. Kapal selam pertama akan diselesaikan dan dikirim ke Surabaya akhir tahun 2015. Dalam rencana ke depan diharapkan kita bisa melakukan transfer teknologi dan berkemampuan membuat kapal selam di dalam negeri dengan lisensi dan itu tentu sangat dinantikan. Namun melihat perkembangan situasi kawasan Laut Cina Selatan (LCS) yang semakin menggelora kita perlu jurus lain untuk penambahan alutsista kapal selam secara paralel selain dengan Changbogo. Kita perlu tambahan kapal selam jenis lain dari kelas yang lebih tinggi.

Pilihan yang lebih menggairahkan tentu dari jenis Kilo buatan Rusia. Pertimbangan dari sisi militer, negara tetangga sudah menentukan pilihannya dengan memesan dan mengoperasikan kapal selam dari kelas yang lebih gahar. Pertimbangan dari sisi ketersediaan dana dan kemudahan prosedur Rusia sudah lebih dulu membuka pintunya. Mengapa kita tidak memanfaatkan sisa kredit state dari Rusia sebesar USS$ 700 juta dollar untuk pengadaan kapal selam kelas Kilo dari Rusia. Anggaran multi years untuk pengadaan alutsista tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 berjumlah US$15 milyar, salah satu komponennya adalah kredit state yang dari Rusia itu. Itu artinya kalau tidak dimanfaatkan maka ada dana tak terserap dalam realisasi belanja alutsista. Rusia hanya mau mencairkan dana itu sesuai perjanjian terdahulu untuk pengadaan 2 kapal selam jenis Kilo. Dialihkan ke Sukhoi saja mereka enggan karena Rusia tetap berkomitmen untuk 2 kapal selam itu.

Logikanya anggaran kan sudah tersedia, lalu mengapa masih jual mahal atau karena ada desakan negara lain untuk tidak mengambil Kilo. Kalau argumennya karena desakan negara lain, sangatlah tidak pantas dan memalukan, sementara Vietnam, Singapura, Malaysia sudah melangkah dengan kepala tegak. Vietnam sedang menunggu pesanan pertama dari 5 kapal selam Kilo yang dipesan dari Rusia. Malaysia diyakini akan kembali menambah kapal selamnya dari yang ada 2 unit saat ini. Singapura sudah mengoperasikan 6 kapal selam. Sementara jangan ditanya kalau soal kapal selam Cina yang selalu mondar mandir di bawah LCS. Cina memilik 65 kapal selam berbagai jenis.

Satuan pemukul bawah air merupakan alutsista strategis yang sedang dikembangkan di regional LCS dan itu bagian dari kampanye militer perebutan wilayah sumber daya alam yang melimpah di wilayah itu. Kalau mau beradu strategi pertempuran di LCS kuncinya ada di kekuatan laut dan udara namun kekuatan udara tidak mampu mematahkan kekuatan bawah air sehingga kekuatan pemukul bawah air yang akan saling beradu di kedalaman LCS. Ini artinya untuk menjaga teritori kita dari ancaman penyusupan kapal selam asing diperlukan penambahan armada kapal selam yang proporsional dengan luasnya perairan.

Dengan kekuatan 5 kapal selam pada tahun 2018 dimana 2 diantaranya sudah berusia uzur, bisa dipastikan Indonesia kalah wibawa dibanding Singapura dan Vietnam. Negara kepulauan terbesar di dunia ini masih membutuhkan sedikitnya 12 kapal selam berbagai jenis. Mengapa harus berbagai jenis karena ini menyangkut tingkat keandalan dan kegentaran dalam menguasai laut dangkal atau laut dalam yang dua-duanya dimiliki Indonesia. Pada jaman Trikora Soekarno mampu mendatangkan 12 kapal selam kelas Whiskey dari Rusia hanya dalam waktu 3 tahun, padahal pada saat yang sama kondisi ekonomi bangsa ini belum sehebat sekarang.

Adalah keputusan yang tepat dan belum terlambat kalau Pemerintah mau mempergunakan kredit state dari Rusia untuk pengadaan 2 kapal selam Kilo. Pinjaman sudah dibentangkan 4 tahun lalu bahkan Rusia siap menambah pasokan kredit statenya untuk berbagai alutsista made in Rusia. Dari perspektif milter dan hankam sangat relevan kalau kita menambah satuan pemukul alutsista bawah laut dari jenis yang menggentarkan. Bukankah negara tetangga Malaysia, Vietnam dan Singapura leluasa membeli alutsista gahar sesuai keinginannya sementara kita sepertinya tak leluasa melakukan itu.

Kawasan perairan selatan jantung Indonesia, pulau Jawa selama ini hanya ditemani Ratu Pantai Selatan, sepi dari pengawalan angkatan laut. Ke depan diyakini merupakan kawasan yang hiruk pikuk dengan lalulintas militer armada AS dari Australia menuju LCS dan sebaliknya yang melewati Selat Sunda. Namanya saja milter negara adi kuasa pasti sekali waktu melakukan manuver memancing atau sekedar iseng melakukan penyusupan dan pengamatan melalui kapal selam atau kapal permukaan. Nah kalau yang dipancing tidak melakukan pengawalan teritori itu artinya sama saja tidak mewibawakan teritori yang menjadi job pengawalannya. Kehadiran kapal selam laut dalam TNI AL untuk “mengiringi” konvoy armada kapal perang asing di selatan Jawa adalah jawaban untuk mewibawakan keedaulatan teritori laut kita.

Kita pun berandai-andai jika kredit state itu diambil oleh pemerintah untuk pengadaan 2 kapal selam Kilo maka pada tahun 2020 nanti saat dimana LCS bisa berubah menjadi arena titik didih setidaknya kita telah memiliki 10 kapal selam dengan rincian 2 Kilo, 3 Changbogo yang dipesan sekarang, 3 Changbogo lisensi yang dibuat di PAL Surabaya dan 2 Cakra Class yang masih bisa beroperasi. Namanya juga berandai-andai akan lebih bernilai gahar lagi kalau kombinasinya pada tahun 2020 nanti dengan formasi 4 Kilo dan 6 Changbogo dengan memensiunkan Cakra Class.

Tetapi yang pasti kalau pengambil keputusan di negeri ini selalu merasa inferior dan tertekan bathin dalam menentukan jenis alutsista yang pantas mengawal teritori bawah laut NKRI atau alutsista strategis lainnya, maka sejatinya itu bisa menjelaskan wajah kita yang sebenarnya, bangsa yang sudah merdeka namun masih bermental terjajah. Kasihan nantinya jika generasi penerus bangsa ini “menegur” generasi sebelumnya dengan ungkapan generasi tertekan bathin. Kalau sudah begini jangan lantas menyalahkan Tuhan karena Tuhan telah berfirman : Aku tak akan merubah nasib sebuah kaum atau bangsa sebelum dia merubah paradigmanya sendiri.

******
Jagvane



  sumber : analisa alutsista





Monumen A4 Skyhawk di Lanud Supadio



Pesawat A-4 Skyhawk yang didatangkan dari Lanud Hasanuddin, Makassar telah selesai dirakit di depan kantor PIA Ardhya Garini Cab. 19/D.I Lanud Supadio. Pesawat tempur taktis yang pertama kali berhome base di Skadron Udara 12 akan dijadikan monumen di persimpangan Lanud Supadio. Proses perakitan yang memakan waktu 4 hari dikerjakan oleh anggota Skadron Teknik 044 Lanud Hasanuddin dan anggota Skadron Udara 1.

Setelah selesai dirakit pesawat tempur tersebut akan diangkat menggunakan alat crane untuk ditempatkan di monumen yang telah disediakan sebelumnya, Jum’at (3/8) dini hari. Proses pengangkatan pesawat ini mengundang perhatian warga disekitarnya dan juga warga yang melintas dijalan. Namun demikian tidak sempat terjadi kemacetan lalu lintas karena anggota Satpomau Lanud Supadio mengatur lalu lintas di sepanjang jalan. Banyak diantara mereka mengabadikan moment langka tersebut dengan menggunakan Handphone.

“Mangangkat pesawat merupakan pengalaman pertama bagi saya selama kerja sebagai operator crane, biasanya kami mengangkat barang-barang berat untuk perkapalan, paku bumi dan lain-lain,” ungkap Sibli (30).

Pengerjaan pengangkatan pesawat memerlukan waktu yang cukup lama sehingga sampai pukul 02.00 WIB baru selesai. Namun demikian masyarakat yang menyaksikan tetap antusias menunggu detik-detik penempatan pesawat di monumen dan setelah pesawat berhasil ditempatkan dimonumen yang telah disediakan sebelumnya, tepuk tangan masyarakat seketika pun pecah, seakan-akan bergembira dengan adanya monumen pesawat tempur yang akan mempercantik wajah daerahnya.

“Syukur Alhamdullilah proses pengangkatan pesawat A-4 Skyhawk berlangsung lancar dan aman, walaupun ada kendala-kendala kecil namun hal tersebut dapat diatasi,” kata Kadislog Lanud Supadio Letkol Tek Rahmadi Anggoro.

Setelah ini, lanjut Kadislog, pesawat akan masuk tahap pengamplasan, pencucian dan pengecetan serta penguatan pondasi sehingga kedudukan pesawat akan lebih kuat dan kokoh.

Amerika Serikat kritik pembangunan garnisun militer China



Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat menuduh China meningkatkan tensi kawasan setelah membangun garnisun militer baru di Laut China Selatan.

China mengumumkan pekan lalu bahwa negara itu sedang membangun kota kecil Sansha dan satu garnisun di pulau dalam rangkaian Kepulauan Paracel yang disengketakan itu, menyebabkan kemarahan Vietnam dan Filipina yang menuduh Beijing melakukan intimidasi.

"Kami prihatin dengan peningkatan tensi di Laut China Selatan dan sedang memantau situasi dengan cermat," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Patrick Ventrell, dalam pernyataannya.

"Secara khusus, peningkatan tingkat administrasi kota Sansha oleh China dan pembangunan garnisun militer baru di sana meliputi wilayah sengketa Laut China Selatan bertentangan dengan upaya diplomatik bersama untuk menyelesaikan kembali perbedaan dan resiko ketegangan meningkat lebih jauh di kawasan tersebut," katanya.

Ventrell juga menunjuk kepada "retorika konfontratif" dan insiden di laut tersebut dengan mengatakan, " Amerika Serikat mendesak semua pihak mengambil langkah untuk meredakan ketegangan."

China secara terang-terangan mengatakan negaranya menguasai sebagian besar Laut China Selatan. Namun Brunei, Malaysia, Taiwan, Filipina, dan Vietnam semuanya mengklaim bagiannya. Vietnam dan Filipina menuduh China melakukan pelecehan di laut itu.

Amerika Serikat menggalang negara-negara Asia Tenggara dan memperluas hubungan militer dengan Filipina dan Vietnam. Presiden Barack Obama memutuskan mengirim Angkatan Laut ke Australia dalam rangka menunjukkan kedigdayaan AS lebih jauh di Asia.

Robert Manning, seorang rekan senior di Dewan Atlantik dan mantan ahli strategi pemerintahan AS, mengatakan China telah menetapkan garnisun sebagai cara melawan fokus militer AS di Asia akhir-akhir ini.

"Yang pasti, China sangat sadar bahwa pemaksaan itu tidak diterima dengan baik di Asia Timur, dan cenderung membawa negara-negara yang lebih kecil memihak kepada AS untuk menyeimbangkan diri dengan China." tulis Manning dalam essai yang dikeluarkan organisasi miliknya.

"Namun Beijing akan berhitung meskipun postur militer AS lebih kuat di wilayah itu," tulisnya.

Garuda XXV-D/UNIFIL Mendapat Penghargaan di Lebanon



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kontingen Garuda XXV-D/UNIFIL (United Nation Interim Force In Lebanon)/Satgas POM TNI Sector East Military Police Unit (SEMPU), dengan Komandan Satgas Letnan Kolonel Cpm Ida Bagus Rahwan Diputra, kembali menerima PAZ Insignia (Penghargaan Carabieneri/Provost Italia). Penghargaan disampaikan oleh Force Provost Marshal (FPM) Head Quarters Naqoura UNIFIL, Letnan Kolonel Andrea Desideri (Italia), di Ruang VIP Room Sector East Military Police Unit, UN Posn 7-3, Lebanon Selatan, Sabtu (4/8/2012). 

Dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, pemberian Piagam Penghargaan dalam bentuk PAZ Insignia dari negara Italiaini merupakan bentuk apresiasi yang sangat positif terhadap kinerja seluruh prajurit TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda XXV-D/UNIFIL dalam melaksanakan tugas sebagai IMP (International Military Police) bekerja sama dengan Force Provost Marshal Head Quarters Naqoura, dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari dan penyelesaian/penanganan berbagai kasus dapat diselesaikan dengan baik dan profesional. 

Apresiasi dan Penghargaan serupa juga pernah diterima, yaitu SEMPU Insignia (penghargaan sebagai  International Military Police di  Sector East) dan PAZ Insignia (Penghargaan Perdamaian versi Spanyol), yang diserahkan secara simbolis oleh Komandan Sektor Timur UNIFIL Brigadir Jenderal Julio Herrero Isla (Spanyol) kepada Letnan Kolonel Cpm Ida Bagus Rahwan Diputra, pada tanggal 11 Juli 2012, di Markas Sektor Timur, Base Miguel De Cervantes, Lebanon Selatan.
 
"Ini adalah bentuk apresiasi dan penghargaan yang diberikan oleh FPM Head Quarters UNIFIL atas kinerja, loyalitas, dedikasi dan profesionalisme seluruh anggota Kontingen Garuda/SEMPU dalam melaksanakan tugas sebagai 
International Military Police," ujar Letnan Kolonel Cpm Ida Bagus Rahwan Diputra.

Dengan hasil yang dicapai ini, kata Komandan lebih lanjut, jaga dan pertahankan apa yang sudah diraih bahkan untuk lebih ditingkatkan demi citra dan nama baik Satgas POM TNI khususnya, Kontingen Garuda dan bangsa Indonesia pada umumnya di mata Internasional. 

Turut hadir dan menyaksikan penyerahan penghargaan kepada Komandan Satgas Letnan Kolonel Cpm Ida Bagus Rahwan Diputra, S.H., yang mewakili anggota berjumlah 75 orang tersebut antara lain, Wadan Satgas POM TNI Mayor laut (PM) Wahyu Dwi Sulistyo, Kapten Cpm Hanif Iswanto, dan Pasi Info Kapten Pom I Gede Eka Santika.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...