Sunday, November 25, 2012

Daftar Belanja Rudal Javelin Indonesia


Mau tahu tentang daftar belanja rudal Javelin yang rencananya akan dibeli oleh Indonesia? Rudal ini memang fenomenal. Perancis sebagai pembuat rudal Euromissile MILAN saja mengaku takluk dan membeli 260 rudal Javelin disertai 76 CLU (Command/ Launch Unit) senilai US$69 Juta Dolar. Inggris pun sebagai Negara penyangga Eropa ternyata lebih suka membeli Javelin sebanyak 1.300 tabung rudal senilai $176 Juta dolar. Berikutnya ada Uni Emirat Arab yang membeli 1.000 tabung rudal dan 100 CLU pada November 2004, lalu Oman yang membeli 250 tabung rudal dan 30 CLU pada Juni 2006. Langkah Negara Arab ini kemudian diikuti oleh Bahrain yang membeli 60 CLU dan 180 tabung rudal. Terakhir Taiwan yang merupakan seteru Cina mengakuisisi 182 rudal dan 20 CLU pada Oktober 2008.


Menurut rilis resmi dari Defense Security Cooperation Agency, Indonesia tertarik mengakuisisi sistem FGM-148 Javelin berdasarkan skema FMS (Foreign Military Sales) dengan nilai kontrak $60 Juta dolar yang meliputi:
Tabung rudal Javelin Block I
Indonesia menyatakan keinginan mengakuisisi 180 tabung rudal Javelin Block I, varian tercanggih yang baru dinyatakan sukses uji pada 2007. Upgrade ke Block I meliputi peningkatan kemampuan motor roket yang mengurangi waktu tempuh ke sasaran, peningkatan kemampuan sensor dan hululedak untuk mengantisipasi lapisan pelindung yang semakin modern, jarak tempuh efektif yang berubah menjadi 2.500 meter, dan upgrade firmware ke unit CLU. Displaynya kini menganut model digital dan ditampilkan dalam format standar video RS-170.

Command Launch Unit (CLU)
Sebanyak 25 unit CLU hendak dibeli, memberikan rasio 1:7 antara CLU dan rudal Javelin yang hendak dibeli Indonesia.
Missile Simulation Rounds (MSR)
MSR merupakan simulator rudal Javelin yang digunakan di lapangan yang berbentuk tabung peluncur simulasi. MSR dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki bobot dan titik berat yang setara dengan Javelin sungguhan. MSR sama sekali tidak diisi dengan rudal sungguhan, dan digunakan untuk melatih penembak untuk merawat, menangani, dan membawa rudal Javelin. Apabila digabungkan dengan FTT (Field Tactical Trainer)/ EBST (Enhanced Basic Skills Trainer), maka MSR dapat dipasangi CLU asli dan digunakan untuk simulasi penembakan. Simulasi CLU ini sendiri didasarkan pada sistem laser MILES yang merupakan standar NATO dan dapat digunakan untuk wargame.
Baterai
Unit baterai yang terdiri dari Battery Coolant Unit (BCU), baterai, peralatan pendukung, suku cadang dan lainnya tidak disebutkan jumlahnya karena tergolong moving parts dan kebutuhannya sangat besar, mengingat satu baterai untuk CLU Javelin hanya dapat bertahan selama 3 jam dalam iklim tropis.

PAL KERJAKAN 4 MODUL DARI 6 MODUL PKR 10514




PT PAL Indonesia mulai membangun satu unit kapal Perusak Kawal Rudal 10514 hasil kerja sama dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda pada Januari tahun depan.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha PAL Indonesia Eko Prasetyanto mengatakan perseroan memiliki empat divisi usaha yakni Kapal Perang, Kapal Niaga, Perbaikan dan Perawatan, dan Rekayasa Umum.
 

Divisi Kapal Perang ini memproduksi kapal perang yang mendukung alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan salah satu kontrak yang akan dikerjakan ialah kontrak kapal PKR senilai 7 juta euro itu dengan menggandeng Damen, galangan kapal dari Belanda.
 

“Kami juga akan mulai kerjakan pada Januari 2013 yakni kapal perusak rudal kerja sama dengan Damen. Kontraknya kami berdua, nilai totalnya 7 juta euro,” katanya ditemui Bisnis, baru—baru ini.
 

Dia menjelaskan mekanisme pembuatan kapal yang akan memperkuat alutsista Indonesia itu terdiri dari enam modul. Dari jumlah itu, dua modul akan dikerjakan di Belanda, sedangkan empat modul akan dikerjakan di Surabaya.
 

“Nah setelah jadi modul—modulnya, dua dari Belanda, empat dari kita maka nanti akan digabung, disimulasikan,” katanya.
 

Kontrak berskema joint production antara PAL Indonesia dan Damen ditandatangani oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Ediwan Prabowo dengan Direktur Damen Evert Van den Broek pada awal Juni lalu.
 

PAL Indonesia dulunya bernama Marine Establishment dan diresmikan oleh Pemerintah Belanda pada 1939. Beralih nama menjadi Kaigun SE 2124 saat pendudukan Jepang dan setelah Indonesia merdeka dinasionalisasi menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL) hingga menjadi perseroan terbatas.
 Adapun Damen Schelde adalah galangan kapal yang mendesain dan mengkonstruksi kapal angkatan laut dan kapal komersil.

Dibangun pada 1875 dan pada 2000 menjadi anggota Damen Shipyard Group. Grup ini terdiri dari lebih 30 galangan kapal besar. Grup ini membangun lebih dari 4.000 kapal komersil dan militer, saat ini didukung hampir 8.500 karyawan ahli dan omset tahunan hampir 1,5 miliar euro.
 

Menurut Eko Damen memutuskan mentranfer teknologi dalam konstruksi dan pembangunan Kapal PKR tersebut kepada PAL Indonesia.
 

Kerja sama tersebut, katanya, adalah awal yang baik dari industri pertahanan dalam negeri, khususnya bagi perseroan dalam mengembangkan kemandirian alat utama sistem senjata.
 

Selain itu, kerja sama itu juga sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam rencana induk revitalisasi industri pertahanan dalam rangka mendorong dan meningkatkan industri pertahanan dalam negeri.
 

Kapal PKR 10514 ini dilengkapi dengan mesin utama 2x diesel engine, 2x E Drive (CODOE). Diesel Generator 4x715 kw, dan 2x435 kw, dan Gear Box CODOE, heavy duty. Combat System, yaitu persenjataan antiserangan udara, antiserangan kapal selam, dan antiserangan kapal atas air.
 

Selain PKR itu, PAL Indonesia juga tengah membangun Kapal Cepat Rudal KCR-60 dan melakukan perbaikan atas Kapal Geomarine milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
 

Di sisi lain pada Divisi Kapal Niaga, fokus pasar diarahkan pada internasional, pengembangan model industri pelayaran nasional, dan pelayaran perintis bagi penumpang dan barang (kargo). Kapasitas produksi per tahun saat ini mencapai tiga unit kapal dengan ukuran 50,000 DWT dan dua unit kapal dengan ukuran 20,000 DWT per tahun. 




Sumber : Bisnis

INDONESIA GELONTORKAN RP. 3.8 - 7.6 TRILIUN UNTUK 40 UNIT ASTROS GENERASI TERAKHIR




TNI akan membeli sistem peluncur roket paling mutakhir dari produsen senjata Avibras yang bermarkas di Sao Jose dos Campos, terletak di negara bagian Sao Paulo Brazil, untuk mempersenjatai salah satu batalion khususnya.

Kesepakatan pembelian ini diteken dua pekan lalu di Jakarta berisi nota jual-beli alat utama sistem senjata bernilai antara US$400-800 juta (Rp 3,8 sampai 7,6 triliun) yang diduga meliputi sekitar empat puluh unit kendaraan peluncur roket canggih.

Seperti ditulis koran O Estado de Sao Paulo, peluncur roket dengan Sistem Roket Saturasi Artileri (Artillery Saturation Rocket System) ini diklaim sebagai buatan Avibras yang paling canggih, sementara yang akan dikirim ke Indonesia nantinya adalah jenis Astros II.

Dengan angka pembelian yang demikian besar, belanja alutsista ini akan meliputi pula pembelian baterai Astros: mesin peluncur roket, kendaraan komunikasi lapis baja, kendaraan penembak dan kendaraan kontrol, kendaraan dilengkapi radar, dan stasiun cuaca bergerak.

Namun rincian alat tak diketahui karena dilindungi klausul kerahasiaan.Tipe amunisi juga tak disebutkan meski dengan sistem ini dikabarkan roket mampu mencapai sasaran antara 9 hingga 100 kilometer.

Peluncur roket versi Astro yang akan dipakai TNI ini akan dikirim dalam kondisi lengkap termasuk dengan peralatan elektroik yang nantinya bisa dipakai untuk melepas amunisi cerdas, seperti rudal, namun kini masih menunggu proses sertifikasi.

'Kompetisi sengit'

Menteri Pertahanan Brazil celso Amorim menyatakan transaksi ini mengharuskan Brazil "bekerja dengan mitra dan pemain internasional baru."

Sementara menurut Amorim, "Indonesia adalah pemain besar dunia internasional dan juga telah membeli pesawat Super Tucano dari Embraer (Brazilian Aeronautics Company)," tambahnya. 

Untuk TNI Angkatan Udara, pemerintah Indonesia berbelanja 16 pesawat serang ringan turboprop, pengawas elektronik serta pesawat pendukung pasukan darat. 

Untuk memenuhi kontraknya, Avibras akan membuka sebuah kantor di Jakarta segera. kantor ini akan menjadi perwakilan keduanya di kawasan Asia, setelah yang pertama dibuka di Kuala Lumpur,

Malaysia, dimana peluncur roket Astros telah menjadi bagian dari alutsista negara itu sejak 2010.
Transaksi dengan Indonesia ini, menurut Presiden Avibras Sami Hassuani, "dicapai di tengah kompetisi sengit."

Negosiasi sudah dimulai sejak 2008 dan "memaksa perusahaan untuk kukuh di tempatnya dan terus-menerus menawarkan bukti keunggulan tekniknya."

Hassuani yakin dokumen final sudah akan ditandatangani 90 hari setelah kesepakatan dicapai sementara seluruh pesanan akan dikirim dalam tiga tahun, tetapi dia juga yakin 

"hubungan dengan pelanggan akan terus berlanjut lebih dari 30 tahun." 

Kesepakatan pembelian ini diteken oleh Ediwan Prabowo, Direktur Badan Sarana Pertahanan Kementrian Pertahanan dan Sami Hassuani di Jakarta, 8 November lalu.

Dua hari sesudahnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginspeksi sebuah kendaraan peluncur roket Astros yang sudah dicat sesuai warna TNI yang mengangkut empat SS-80 roket.





Sumber : BBC

ERA KEBANGKITAN INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL




Memiliki pertahanan yang tangguh adalah sebuah kebutuhan mendasar bagi setiap bangsa.

Kemampuan pertahanan tidak saja penting dalam menjaga keselamatan bangsa, tetapi juga simbol kekuatan serta sarana untuk menggapai cita-cita, tujuan, ataupun kepentingan nasional.

Efektivitas pertahanan negara turut ditentukan juga oleh kemampuan industri pertahanan dalam memenuhi kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan alat utama sistem senjata (alutsista) secara mandiri. Oleh sebab itu, industri pertahanan perlu dibangun melalui revitalisasi industri pertahanan.

Setelah Presiden SBY memberikan arahan revitalisasi industri pertahanan di Kementerian Pertahanan tahun 2004, sejak saat itu mesin dari semua pemangku kepentingan segera bekerja. Kementerian Pertahanan sebagai pembuat regulasi dan kebijaksanaan pembinaan industri pertahanan, TNI sebagai pengguna, dan industri pertahanan sebagai produsen dalam negeri menyatu dalam target merevitalisasi industri pertahanan untuk membangkitkan kekuatan industri pertahanan dalam negeri.

Berbagai langkah, strategi, dan regulasi segera diambil. Pemerintah yang diperankan oleh Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pertahanan bersama TNI dan Polri serta instansi pemerintah lain sebagai pengguna, segera menerjemahkannya.
Presiden pada 2010 telah membentuk suatu badan kebijakan nasional industri pertahanan yang disebut Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). Tugas yang diemban oleh KKIP adalah mengembangkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri, baik alutsista maupun non-alutsista.

Sejak saat itu Indonesia sebenarnya telah memiliki visi, misi, dan strategi dasar pembangunan industri pertahanan. Apalagi pemerintah dan DPR pada 2012 menetapkan Undang-Undang Nomor 16 tentang Industri Pertahanan Negara sebagai legalisasi dan legitimasi menghidupkan dan mengembangkan industri pertahanan dalam negeri.

Industri pertahanan

Suatu negara yang kuat akan sangat dipengaruhi oleh kekuatan industri teknologi pertahanan yang mandiri. Filosofi ini penting untuk mendukung misi negara menjaga kedaulatan negara dan keutuhan wilayah.

Presiden melihat kebangkitan industri pertahanan dalam negeri dan untuk semakin mendorong tumbuhnya industri pertahanan dalam negeri, presiden bahkan menggariskan beberapa kebijakan teknis.

Pertama mewajibkan pengguna dalam negeri memakai produksi dalam negeri untuk alutsista dan non-alutsista. TNI dan Polri serta instansi pemerintah lainnya diwajibkan memakai produksi dalam negeri manakala kebutuhan tersebut dapat diproduksi oleh kita sendiri.

Kedua, manakala harus membeli dari luar negeri, maka persyaratannya adalah produksi dalam negeri belum mampu memenuhi spesifikasi teknis dan kebutuhan operasional dari pengguna yang perlu teknologi tinggi. Namun, pembelian dari luar negeri harus ditambah persyaratan transfer teknologi dan ofset dari negara pemasok kepada industri pertahanan dalam negeri.

Ketiga, pembelian dari luar negeri tidak boleh mendikte secara politik terhadap negara dalam membeli peralatan militer.

Sebagai pembina industri pertahanan, Kemhan berkepentingan memberikan peluang kepada industri pertahanan dalam negeri untuk memasok kebutuhan. Bahkan, Kemhan mendorong industri pertahanan dalam negeri untuk bisa ekspor produk mereka ke luar negeri.

Kemampuan industri dalam negeri kita sekarang ini sudah pada tingkat teknologi menengah. Artinya, industri pertahanan kita sudah dapat membuat dan sudah digunakan oleh TNI.

Sebagai contoh, alutsista darat buatan PT Pindad mulai dari pistol dan senjata serbu sampai mortir serta kendaraan tempur roda ban (panser Anoa) sudah mendukung kebutuhan TNI AD. Bahkan, produk PT Pindad itu sekarang sudah berstandardisasi PBB, demikian juga kendaraan taktis pengintainya.

Saat ini sedang berlangsung pembaruan kendaraan tempur roda rantai (tank AMX-13) yang merupakan awal membangun tank ringan. Setelah itu diharapkan kita bisa membuat sendiri tank ringan sampai berat.

Saat membeli tank berat (MBT Leopard) dari Jerman, dalam paket kontrak ada klausul transfer teknologi. Pihak Jerman menyetujui dalam pemeliharaan pascajual, artinya kita akan mendapat kesempatan melakukan didampingi pihak produsen.

Untuk alutsista udara, PT Dirgantara Indonesia kini sedang mengembangkan kerja sama produksi dengan Airbus Military untuk membangun pesawat angkut sedang CN 295. Kita sangat berkepentingan untuk meningkatkan kemampuan memproduksi pesawat angkut ringan, seperti C-212, CN 235, dan CN 295, yang bermuatan 50 penerjun.

Hal yang sama kita lakukan dalam pembuatan helikopter serbu Bell-412 dan heli Cougar 725. PT Dirgantara Indonesia diharapkan bisa memenuhi sebagian kebutuhan dari TNI dan cocok untuk operasi kemanusiaan.

Di sisi alutsista laut, kita bahkan memiliki beberapa industri pertahanan dalam negeri yang bisa diandalkan. PT PAL diandalkan untuk pembuatan kapal perang skala besar, seperti class korvet dan kapal selam. PT PAL juga didorong untuk membuat kapal perang untuk tanker.

Kita juga memiliki badan usaha milik negara yang lain, yaitu PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari. BUMN ini kita beri porsi untuk membangun Landing Ship Tank atau kapal pengangkut tank ringan dan sedang.

Industri pertahanan swasta juga sudah memberikan kontribusi besar untuk kapal patroli cepat ukuran 60 meter ke bawah, seperti Palindo, Lundin, Anugrah. Bila berkualitas, peluang yang sama juga diberikan kepada beberapa galangan swasta lain di dalam negeri. Alokasi anggaran kepada industri pertahanan cukup besar dalam rencana strategis 2010– 2014, minimal Rp 5,4 triliun.

Peluang ini sekaligus menjadi tantangan bagi industri pertahanan dalam negeri untuk meningkatkan kualitas manajemen agar mampu memenuhi persyaratan kualitas, waktu distribusi, dan harga yang bersaing. Tanpa ada profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan dan keuangan, semua peluang yang ada ini tidak akan bisa termanfaatkan bahkan terlewat tanpa makna.

Saat ini industri pertahanan PT PAL bahkan perlu untuk merekrut tenaga terampil umur 18–20 tahun agar mereka siap digunakan dalam pembangunan kapal selam, yang diharapkan bisa kita lakukan tahun 2020.

Hal kritis dalam pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah pengawakan manajemen yang unggul dan kemampuan untuk mengeliminasi parasit dalam manajemen industri pertahanan dan meniadakan peran ”broker” yang berdampak pada penggelembungan biaya.

Manajemen industri pertahanan jangan pernah memberikan peluang distorsi internal dan eksternal yang hanya menimbulkan kerusakan manajemen. Aturan yang mengharuskan kita membeli langsung ke pabrikan dan menjual langsung kepada pembeli adalah cara paling tepat untuk efisiensi dan manfaat.

Bila kita mau, Indonesia pasti sanggup menjadi kekuatan regional yang didukung oleh kemampuan industri teknologi pertahanan dalam negeri.






Sumber : Kompas

KSAU: ADA PERCEPATAN KEDATANGAN PESAWAT TEMPUR PESANAN TNI AU




 TNI AU tak lama lagi bakal menambah pesawat tempur jenis Sukhoi. Penambahan pesawat tempur tidak hanya pada jenis sukhoi, namun ada beberapa pesawat lain didatangkan ke Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan NKRI.

Penambahan pesawat berbagai jenis dikemukakan Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat, usai melantik 150 perwira baru lulusan Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) TNI AU angkatan ke-15 tahun 2012, di Lanud Adi Soemarmo, Jumat (23/11).

Menurut KSAU, ada enam pesawat Sukhoi dalam setahun atau 1,5 tahun ke depan datang ke Indonesia untuk memperkuat pertahanan udara. "Satu hingga 1,5 tahun lagi semua bisa datang. Sesuai rencana, ada percepatan kedatangan pesawat-pesawat seperti target hingga 2014," tegas Jenderal bintang empat itu.

Selain Sukhoi, lanjut dia, pesawat jenis T-50 juga akan memperkuat TNI AU. Dia menjelaskan sementara ini telah datang tambahan alutsista berupa pesawat jenis Super Tucano dan C-295.

Imam juga menyinggung penambahan empat radar dalam pengadaan terakhir. Atas penambahan tersebut, sekarang ini TNI AU memiliki 20 radar. Pada 2024, ditargetkan Indonesia mempunyai 32 radar. Tingkat kebutuhan radar sebanyak itu sangat ideal bagi Indonesia yang memiliki banyak kepulauan.

Terkait personel dari kalangan perwira, Imam Sufaat menjelaskan, saat ini perwira TNI AU baru 60 persen dari jumlah ideal. Meskipun demikian, dia mengatakan presiden mengambil kebijakan tidak menambah jumlah personel hingga tahun 2014.

"Pembentukan perwira baru sekarang ini, lanjut dia, dimaksudkan untuk mengisi atau mengganti perwira yang telah purna tugas atau meninggal dunia."




Sumber : SuaraMerdeka

INDIA TERTARIK BELI IRON DOME SRAEL




Kubah Besi diklaim berhasil tangkal 87 persen serangan roket dari Gaza

Konflik di Gaza yang berlangsung selama delapan hari secara tidak langsung menjadi "ajang promosi" bagi alat utama sistem persenjataan Israel. Sudah ada negara yang tertarik dengan sistem pertahanan rudal Israel dalam menangkal serangan roket dari kelompok militan Hamas dari Jalur Gaza. Sistem itu disebut "Kubah Besi" (Iron Dome).

India tertarik dengan alutsista ini. Menurut Times of India, pejabat pertahanan negara itu terus mengamati kinerja Kubah Besi dalam menangkal tembakan roket Fajr V dari Gaza.

Kantor berita Reuters mengungkapkan selama 14 November hingga tercapai gencatan senjata pada 22 November lalu, ada sekitar 1.500 tembakan roket dari Gaza ke Israel. Menurut laporan, rudal Kubah Besi Israel diklaim mampu menembak jatuh 87 persen dari roket-roket yang meluncur dari Gaza.

Kemampuan Kubah Besi ini diyakini berperan dalam mencegah banyaknya jumlah korban jiwa di pihak Israel. Menurut klaim dari pemerintah negara zionis itu, lima warga mereka tewas akibat gempuran roket dari Gaza. Namun, jumlah ini tidak sebanding dengan banyaknya warga sipil Palestina yang menjadi korban serangan rudal dari jet-jet tempur Israel, yaitu lebih dari 160 jiwa.

Kubah Besi itu diproduksi oleh perusahaan Israel, Rafael Advanced Defense Systems, dan dioperasikan sejak 2011. Rudal ini mampu menembak jatuh roket dan peluru artileri yang berdaya jangkau hingga 70 km. Sistem ini juga efektif menghalau roket-roket ke wilayah berpenduduk padat.

Itulah yang membuat India kesengsem dengan rudal pertahanan Israel itu. Mereka ingin adanya sistem pertahanan mirip Kubah Besi untuk mengantisipasi ancaman serangan dari kelompok-kelompok militan dari Pakistan, seperti Lashkar-e-Taiba (LeT).

Kelompok itu disinyalir mampu menembakkan roket jarak pendek ke wilayah India. India pun terus mengantisipasi munculnya lagi ketegangan hubungan dengan Pakistan. Kedua negara itu pernah beberapa kali saling serang dalam memperebutkan wilayah di perbatasan, seperti Kashmir. 

Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah India soal minat mereka terhadap Kubah Besi. Namun, kalangan media massa India sudah mengendus ketertarikan pemerintah mereka untuk memiliki pertahanan rudal mirip yang dimiliki Israel.

Beberapa bulan lalu, para ilmuwan militer India telah menyarankan pemerintah untuk membuat program patungan dengan Israel dalam membangun Kubah Besi. Menurut mereka, walau sudah punya rudal balistik, India tidak memiliki sistem pertahanan yang memadai untuk menangkal tembakan roket jarak pendek dan artileri dari musuh.

Para ilmuwan militer India, yang tergabung dalam Organisasi Penelitian dan Pembangunan Pertahanan (DRDO), tengah bekerjasama dengan perusahaan Israel dalam membuat rudal jarak menengah anti serangan udara. Namun, kemampuan dan kegunaan rudal itu berbeda dengan Kubah Besi.





Sumber : Vivanews

KORSEL PERSENJATAI KAPAL PERUSAK DENGAN RUDAL JELAJAH BARU




Korea Selatan mulai memasangi kapal-kapal perusaknya dengan satu rudal baru yang dikembangkannya sendiri dan mampu melancarkan serangan tepat sasaran di Korea Utara, kata satu laporan, Jumat.

Kantor berita Yonhap, yang mengutip pernyataan seorang pejabat senior militer, mengatakan Korsel telah mempersenjatai dua kapal perusak dengan 32 rudal jelajah tipe Tomahawk Hyunmu 3 C.

Rudal-rudal itu memiliki jangkauan tembak 400 Km dan dapat mencapai taget-target sampai ke daerah-daerah Korut paling jauh dengan tiga meter tingkat akurasi, kata laporan itu.

Pejabat militer yang tidak disebut namanya itu mengatakan penggelaran itu adalah bagian dari satu tanggapan terhadap peningkatan kehadiran angkatan laut Korut di lepas pantai barat semenanjung itu.

Korut baru-abru ini menyelesaikan satu pangkalan militer di Koampo di pantai barat dayanya, yang dapat digunakan untuk menyerang pulau-pulau Korsel di dekat perbatasan Laut Kuning --yang disengketakan.

Perbatasan militer itu adalah lokasi bentrokan angkatan laut tahun 1999, 2002 dan 2009.

Seoul memperkuat dan memperkuat persenjataannya di sejumlah pulau "garis depan" setelah Korut dua tahun lalu menembaki pulau Yeonpyeong yang menewaskan dua marinir dan dua warga sipil Korsel.

Perbatasan itu tidak diakui oleh Pyongyang, yang menegaskan bahwa itu ditetapkan secara sepihak oleh pasukan PBB 





Sumber : Antara

KORUT SIAP LUNCURKAN RUDAL JARAK JAUH BARU




 Satelit-satelit AS menangkap tanda-tanda bahwa Korea Utara bersiap untuk meluncurkan satu rudal jarak jauh. Demikian kata laporan sebuah harian Jepang, Jumat (23/11/2012).

Korea Utara (Korut) memindahkan bagian-bagian rudal militernya di Pyongyang ke satu tempat peluncuran di Tongchang-ri di barat laut negara itu awal November. Demikian kata harian Asahi Shimbun.

Pemerintah AS telah menginformasikan negara-negara sekutunya Jepang dan Korsel tentang tindakan itu, kata harian itu, dan menambahkan tiga negara itu telah meningkatkan kewaspadaan.

Perkembangan-perkembangan itu terjadi setelah Korut meluncurkan sebuah roket yang gagal April lalu dalam apa yang disebut negara komunis itu sebagai sebuah usaha untuk menempatkan satu satelit di orbit.

Menurut harian itu, gambar-gambar yang dibuat satelit-satelit AS yang dikirim baru-baru ini sama dengan yang dikirim dalam peluncuran April itu. Pyongyang secara teknis siap meluncurkan satu rudal akhir November, tetapi sebuah peluncuran segera tidak mungkin menjelang pemilihan presiden Korsel bulan depan. Korut tidak mengumumkan rencana-rencana untuk meluncurkan satu roket.

Belum ada konfirmasi Pemerintah Jepang mengenai laporan surat kabar itu. Di Seoul, seorang juru bicara kementerian pertahanan Korsel mengatakan, pihaknya tidak dapat memberikan komentar mengenai masalah intelijen. Sementara seorang juru bicara kantor presiden mengatakan, ia tidak memiliki informasi mengenai hal itu.





Sumber : Kompas

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...