Sunday, September 02, 2012

UTVA KOBAC, Pesawat Latih & COIN Baru Dari Serbia





New training and combat airplane prototype unveiled

Source: Beta


The prototype of the new domestic light training and combat airplane, named "Kobac" (Sparrow Hawk), was presented to Defense Minister Dragan Sutanovac at the Utva plane factory in Pancevo, on April 2.

The prototype of the new domestic light training and combat airplane, named "Kobac" (Sparrow Hawk), was presented to Defense Minister Dragan Sutanovac at the Utva plane factory in Pancevo, on April 2.

The airplane is a result of cooperation between the Military Technical Institute, the SDPR company and Utva, and is a completely domestic product, said the chief engineer of the project, Vojislav Devic.

This will be one of the most important products of our military industry, and its production is to start next year, Sutanovac stated.

"The 'Kobac' will be the most expensive product of Serbia's entire economy, and it is important that we are returning to the world market with such a sophisticated product. We expect buyers very soon," the defense minister said.

Last year, the military industry exported USD250 million worth of weaponry and contracted deals worth another 600 million, he added.

During the visit to Pancevo, the Serbian defense minister observed the maneuver of the Serbian Armed Forces Special Brigade at the "Rastko Nemanjic" barracks.

"This unit is among the elite in the Balkans. It has the most modern equipment, and it will receive Hummer vehicles sometime this summer," Sutanovac announced.

Military analyst Aleksandar Radic told BETA that there are many countries in the world which have problems with terrorists and guerrillas and, for this reason, there is demand on the market for a light combat turboprop airplane such as the "Kobac."

http://www.emg.rs/en/news/serbia/177627.html

sekarang ini lagi marak pesawat latih turbobrop yang bisa buat COIn selain buat Latih. Setelah Super Tucano, KO-1, AT-6C Texan II, kini muncul pemain baru yaitu UTVA KOBAC. kira2 Yang berminat dengan pesawat ini siapa saja.

ini pic UTVA KOBAC :











Jenis mesinnya diperkirakan pasti dari PT-6 & allison 250
























The first Large Patrol Craft (LPC) for Bangladesh Navy launched


 The launching of the first Large Patrol Craft (LPC) for Bangladesh Navy, being constructed in China, was successfully completed at Wuchang Shipyard on Sunday.

Captain AM Quamrul Huq, as the representative of Bangladesh Navy, Assistant Defence Attaché (Navy) of Bangladesh Embassy in China, high officials from the Chinese side and representatives from Bangladesh community in Wuhan were present at the ceremony, says an ISPR release.

The BN Large Patrol Craft have an overall length of 64m and displacement 648 tons at a top speed of 28 knots.

Each LPC has been armed with Surface-to-Surface Missile, Guns and Subsurface Weapons integrated with command and control system, including the state-of-the-art combat, navigation, communication systems and other sophisticated machinery and equipment.

These Large Patrol Crafts have been constructed to suit Bangladesh Navy’s specific requirements and are highly potent platforms.

Their mission spans the entire spectrum of naval warfare, including Air, Surface and Sub-surface. They will be primarily deployed to perform maritime defence and surveillance in the exclusive economic zone (EEZ) of Bangladesh.

They will also be used for maritime search and rescue, fishery and natural resources protection, as well as law enforcement duties.

The second warship under the present project is expected to be launched soon. After necessary tests and trials, the ships will soon join BN Flotilla in Bangladesh.

Through this, Bangladesh would step ahead in implementing the Father of the Nation Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman’s vision of a stronger navy.

The present government has taken up a detailed plan for induction of various warships, helicopter and aircraft to upgrade the navy into a three dimensional force. This shipbuilding project would also enhance Bangladesh-China friendship, the release added

Militer AS Ambisi Ciptakan Rudal Hipersonik untuk Jet Siluman





Jet tempur Angkatan Udara Amerika Serikat (ilustrasi)

republika.CO.ID, Selama berdekade, militer telah mencoba--meski dengan sukses kecil--untuk membangun rudal yang mampu menjelajah tepat di belakang area musuh, dengan kecepatan hipersonik. Namun, uji coba rudal selalu diwarnai kegagalan.

Kini Angkatan Udara mengambil peran lebih besar dalam upaya membuat rudal hipersonik lain, kali ini untuk jet tempur siluman mereka,

Amerika serikat selalu ingin membuktikan diri terdepan dalam teknologi militer. AU negara itu berhasrat "Senjata Serangan Berkecepatan Tinggi" yang bisa meluncur lima kali lipat kecepatan suara atau bahkan lebih cepat lagi. Teorinya, senjata itu akan diluncurkan dari jet Raptor F-22 siluman atau pesawat tempur masa depan, F-35, Joint Strike Fighter.

Diharapkan rudal itu bergerak begitu cepat dalam jarak panjang hingga tak bisa dicegat oleh sistem-anti-udara. Direktorat Amunisi Laboratorium Riset AU, kini mengumpulkan partner-partner desain yang memungkinkan pada akhir Mei lalu di Florida.

Menurut pernyataan resmi, apa pun prototipe yang dirakit diharuskan memiliki kemampuan menembak target dalam kondisi kritis--ketika targer bergerak cepat misal---, dari jarak taktis yang relevan.

"Jika itu bisa diwujudkan, senjata bakal menjadi representasi sistem rudal hipersonik bernafas di udara, yang tangguh menghadapi lingkungan sulit dalam dekade ke depan," ujar asisten deputi sains, teknologi dan rekayasa mesin di Angkatan Udara AS, Steven Walker.

Paling tidak itu harapan mereka. Senjata Serangan Kecepatan Tinggi itu nanti tidak akan bernama 'Penyerang Global". Senjata-senjata itu bakal didesain untuk menghantam target di mana pun di Planet Bumi.

Rudal Falcon, misal, didesain untuk diluncurkan dengan roket ke luar angkasa, sebelum akhirnya kembali ke Bumi menghancurkan targetnya. Namun senjata hipersonik bakal bisa dibedakan dari rudal nuklir ketika dilihat dengan radar.

Ada tantangan selain masalah pembuatan, yakni metode peluncuran dari jet tempur, alih-alih menggunakan roket suborbital atau bomber B-52. Pasalnya butuh mesin yang bisa bernafas sekaligus mengompresikan udara di sekitar rudal ke campura supersonik oksigen dan bahan bakar tanpa kehadiran turbin.

Tak hanya itu, rudal harus cukup kecil untuk diangkut oleh jet tempur bersamaan dengan peralatan pemandu, kontrol navigasi dan sensor canggih yang diperlukan. Tentu, plus hulu ledak.

Tak boleh dilewatkan, yakni teknologi material komposit yang tepat untuk rudal, bisa titanium atau tungsten, yang bisa menahan panas luar biasa tinggi dihasilkan dari kecepatan Mach 5, Mach 6 atau lebih cepat lagi.

Saat ini Angkatan Udara AS telah mengajukan penambahan anggaran hingga 150 persen untuk program tersebut. Angka semula 6,2 juta dolar menjadi 15,4 juta dolar pada 2013 khusus untuk pengembangan senjata. Sungguh jumlah yang masif mengingat ada risiko kegagalan di depan ma

China Akan Membangun 11 UAV Bases Untuk Marine Surveillanc


UAVs to replace manned aircraft in marinesurveillance

(People's Daily Online)


China's State Oceanic Administration (SOArecently disclosed that its unmanned aerialvehicle (UAVremote sensing marine surveillance pilot project has entered the finalstageand 11 UAV bases will be built in 11 provincial-level regions along the country'scoastline so as to monitor its vast territorial waters using UAVsaccording to the ChinaNational Radio

Why does China want to use UAVs to conduct remote sensing surveillance in its coastalareasWhat are the advantages of UAVsHow good is China at conductingsurveillance using UAVs compared to foreign countriesThe reporter asked adedicated UAV researcher at Guizhou Aircraft Industry Corporation under the AviationIndustry Corporation of China (AVICthese questions in an interview

According to the researcherUAVs as remote sensing platforms allow flexiblemonitoring scope and areasand can send back relatively accurate and clear images.By contrastsatellite remote sensing systems tend to send back low-resolution images,and manned aircraft are limited in monitoring scopeUAVs have at least threeadvantagesFirstthey can fly long duration over the sea at a timeSecondthey canadjust their flying height to capture clearer photos of targetsThirdthey can work dayand night on both sunny and rainy daysand adapt to new weather conditions quickly.The most important thing about UAVs is that they can help avoid military casualtiesAsthey are unmanned vehicles that carry no risk to the safety of remote operatorsUAVscan fly for more than 10 or 20 hours over the sea conducting reconnaissance missionsand real-time monitoring of the country's territorial waters

The United StatesIsraeland South Africa are the first countries to develop UAVremote sensing monitoring technologiesand China and Japan are just latecomers inthis fieldJapan will sooner or later use UAVs to monitor its territorial watersChina hasmade relatively rapid progress in this regard thanks to the hard efforts of domesticaviation researchers over the past several yearsAll countries that have the aviationindustry are developing UAV technologiesIn the long runUAVs are bound togradually replace manned aircraft in many areas

The UAV remote sensing marine surveillance pilot project is one of the SOA's keypriorities in 2012. Launched more than half a year agothe pilot project hasprogressed smoothly and basically completed the main tasks assigned by the SOA.During the processthe SOA has trained a technical team proficient in using UAVs toconduct remote sensing marine surveillance.

EMPAT SUPER TUCANO TNI AU MENDARAT MULUS DI MALANG


:Empat unit pesawat Super Tucano, yang diberangkatkan dari Halim Perdana Kusuma, setelah dari Brasil, sudah tiba di Bandara Abd Saleh, Malang, Jawa Timur, pada Minggu (2/9/2012), pada pukul 11.00 WIB.

Hadir dalam penyambutan super Tucano adalah Marsekal Muda TNI Agus Supriatna, Pangkoops AU II Makassar didampingin Danlanud Abd Saleh, Malang, Marsekal Pertama TNI Gutomo dan hadir pula kepala daerah di Malang, Bupati Malang Rendra Kresna, Wali Kota Malang Peni Suparto dan Wali Kota Batu Eddy Rumpoko.

Sebelum mendarat, empat pesawat buatan Brasil itu beratraksi dikawal pesawat Hercules. Saat mendarat, para pilot langsung disambut tarian sambutan di depan Hanggar. Adapun para pilot pesawat tempur itu di antaranya Kapten Almir Sumar De Azevedo, Kapten Carlos Moreira Chaster, Kapten Airton Manoel Rodrigues dan Kapten William Souza.

Usai acara penyambutan kepada wartawan Pangkoops AU II Agus Supriatna mengatakan bahwa pesawat super Tucano itu untuk membantu operasi di darat maupun di laut.

"Pada 17 September mendatang, baru akan akan diserahkan secara resmi ke negara atau ke ke pihak TNI AU," katanya.

Saat ini jelas Agus, baru ada 4 unit pesawat yang tiba di Indonesia. "Totalnya ada 16 pesawat. Semoga dengan adanya hubungan baik dengan Brasil, pada akhir tahun depan, sisanya bisa selesai dan tiba di Indonesia," katanya.

Pesawat Super Tucano itu, menurut Agus Supriatna, untuk di tingkat ASEAN, baru Indonesia yang memakainya. "Negara di ASEAN baru Indonesia. Kalau di Amerika Latin, sudah lama pakai pesawat ini," katanya.

Ditanya soal keunggulannya, Super Tacano dinilai untuk jarak jangkaunya luar biasa. "Misalnya, kalau dari Malang, membawa bom, atau alat tempur, bisa kuat sampai ke Balikpapan. Dan pesawat ini bisa membawa 6 bom," katanya.

Mengapa ditaruh di Malang? 

Agus menegaskan, karena di Abd Saleh sudah dilengkap alat perawatannya. "Sudah 2 tahun lalu, alat perawatan untuk pesawat ini kita pikirkan. Tapi kalau dibutuhkan bisa langsung diterbangkan ke lokasi," katanya.

Semua fasilitas tambahnya, sudah ada di Lanud Abd Saleh Malang. "Kalau sudah memungkinkan akan dikirim ke lokasi, sekarang ditaruh di pangkalan induk (Abd Saleh). Tidak bisa kalau ditaruh di lokasi operasi. Misalnya ditaruh di perbatasan. Kalau sudah ada pangkalannya, bisa langsung ditaruh di perbatasan. Karena memang pesawat untuk perbatasan," katanya.

Sementara itu, menurut Dan Lanud Abd Saleh Malang Marsekal Pertama TNI Gutomo, untuk para pilot sudah dipersiapkan.

"Sejak 2 tahun lalu, untuk para pilot sudah mulai dididik kualitasnya. Para penerbang sudah disebar untuk meningkatkan kualitas penerbangan. Kalau sudah baik dan kualitas penerbangannya sudah bagus ditarik lagi ke sini untuk pesawat super Tucano," katanya singkat. 


Sumber : Kompas

SUPER TUCANO FULL SPECIFICATION PERKUAT PERTAHANAN INDONESIA


 : Satu per satu alat utama sistem senjata (alutsista) modern masuk menjadi bagian kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI).Sehari setelah peluncuran kapal cepat rudal (KCR) KRI Klewang-625,kemarin giliran TNI Angkatan Udara (AU) menerima 4 pesawat tempur taktis Super Tucano EMB- 314.

Jumlah ini merupakan sebagian dari 16 pesawat yang dipesan Indonesia. Pesawat buatan pabrikan Embraer Brasil itu tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusumah, Jakarta,kemarin, setelah menempuh perjalanan berantai dari Brasil.Kedatangan 4 pesawat yang diawaki 8 pilot itu, yakni Capt Carlos Alberto (team leader)/ Capt Almir Suman,Capt CarlosMoreira/CaptMarco Antonio, Capt Airon/Capt Eduardo Torres,Capt Willian Souza/Capt Carlos Eduardo,disambut langsung Wakil Kepala Staf TNI AU (Wakil KSAU) Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi.

Pada Januari 2013 akan datang kembali 4 unit Super Tucano.Pesawat ini akan terus berdatangan ke Indonesia hingga mencapai 16 unit atau satu skuadron,” kata Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi seusai menyambut kedatangan pesawat Super Tucano. Dia menjelaskan, Super Tucano akan ditempatkan di Skuadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.

Kehadiran pesawat ini akan menggantikan peran OV-10 Bronco yang dinyatakan grounded atau tidak lagi dioperasikan oleh Mabes TNI AU. Rencananya,Minggu, pesawat langsung diterbangkan ke Malang. Pengamat militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie menuturkan, kedatangan Super Tucano akan mengisi kekosongan pesawat jenis tempur taktis di jajaran TNI AU setelah dipensiunkannya pesawat tempur taktis OVF/ Bronco.

“Ini akan membuat deployment lebih cepat karena pesawat mumpuni,”ujarnya. Perempuan lulusan APCSS (Asia Pacific Center for Security Studies) Honolulu,Hawai, itu mengungkapkan, persiapan untuk counter insurgency (antigerilya) mutlak harus ada karena demokrasi yang berkembang di Indonesia memungkinkan munculnya ancamanancaman seperti pemberontakan.

Menurut Connie, upaya untuk memisahkan dan membentuk negara sendiri termasuk kategori tindakan terorisme. Di luar negeri,hal seperti ini pun ditindak oleh negara yang bersangkutan. “Kita jangan melihat ini akan melanggar HAM.Meskipun warga negara sendiri, kalau dia ingin memecahkan diri dari NKRI, yaharus ditindak,”sebutnya. Istri mantan Pangkostrad Letjen (Pur) Djaja Suparman itu menilai Super Tucano bukan pesawat sembarangan karena memiliki kemampuan yang canggih dan multifungsi.

Selain untuk antigerilya, bisa untuk close air support (dukungan udara dekat),reconnaissance (pengintaian), serta training pilot.“Kecepatannya 590 km/ jam. Setara dengan pesawatpesawat sekarang, khususnya masalah avionik dan kemampuan membawa senjata-senjata pintar. Jadi, jangan mau attackke dalam saja,tapi kalau ada dari luar pun kita siap dan mumpuni,”terangnya.

Meski demikian, lanjut dia, secara umum kehadiran Super Tucano belum cukup untuk membangun perimbangan kekuatan Indonesia dengan negara-negara lain di kawasan. “Kalau bisa tambah lagi,jangan cuma Super Tucano,”imbuhnya. Pesawat Super Tucano TNI AU ini memiliki dasar loreng abu-abu dengan tambahan lukisan moncong hiu berwarna merah sesuai dengan tradisi Skuadron Udara 21 sejak pesawat P-51 Mustang.

 Super Tucano ditenagai oleh mesin turboprop asal Kanada Prat & Whitney PT6A-68A berdaya 16.00 tenaga kuda. Mesin ini telah dilengkapi dengan sistem pemantau dan kontrol otomatis. Harga pesawat ini mencapai USD143 juta untuk tiap satu paket yang terdiri atas 8 unit. Harga tersebut sepadan dengan kapabilitasnya.

Menurut Dede, Super Tucano memiliki kemampuan serang antigerilya (counter insurgency), pengendali udara depan (forward air control), dukungan udara dekat (close air support), penyekatan (interdiction), dan pertahanan udara. Pesawat ini juga bisa sebagai pesawat latih dan pengawasan udara (air surveillance). Pesawat bermesin tunggal turboprop berdaya 1.600 tenaga kuda ini berasal dari Kanada Prat & Whitney PT6A-68A.

Mesin ini telah dilengkapi dengan sistem pemantau dan kontrol otomatis. Adapun sistem persenjataan yang dicantelkan juga terbilang sangat lengkap. Persenjataannya antara lain rudal AGM-65 panduan inframerah, rudal udara ke udara AIM-9 Sidewinder, Python,dan Piranha. ‘’Pesawat dilengkapi juga dengan alat penjejak malam hari AN/AAQ-22 Safire. Pesawat yang kita beli ini full specification,”kata Dede.

Rencananya, Super Tucano ini akan dioperasikan untuk mengawal perbatasan, melawan terorisme, mengawasi alur laut kepulauan, mengawasi penyelundupan, dan mendukung operasi pasukan darat dan laut, operasi pertahanan udara secara terbatas, serta dukungan pengintaian. “Dengan kemampuan kecepatan yang dimiliki, (pesawat ini) mampu mendukung operasi pertahanan udara terhadap pesawat black flight berukuran kecil dan berkecepatan rendah seperti helikopter, pesawat propeller, dan pesawat tanpa awak,”jelas dia.

Walau cukup canggih, pesawat ini berpenampilan menyerupai pesawat zaman dulu. Setidaknya itu dari pengecatan di bagian moncong dengan lukisan hiu warna merah atau biasa dikenal dengan cocor merah.“ Ini kita sesuaikan dengan tradisi pesawat-pesawat yang pernah ada di Skuadron Udara yang dijadikan home base Super Tucano, seperti pesawat P-51 Mustang. Warna dasar loreng abu-abu kita pilih sesuai penelitian cocok untuk kamuflase di wilayah Indonesia,” ujarnya.

14 Hari Melintasi 12 Negara di 4 Benua 

Dari pantauan Seputar Indonesia(SINDO) di lapangan, pendaratan Super Tucano di Lanud Halim Perdanakusumah Jakarta berlangsung mulus. Sebelum mendarat, keempat unit pesawat tempur taktis tersebut terlihat terbang berjajar dalam jarak berdekatan. Satu per satu lantas berbalik arah ke sisi kiri untuk mengambil posisi mendarat di landasan. Setelah satu per satu pesawat mendarat, keempatnya melaju pelan menuju tempat parkir pesawat dibimbing sebuah mobil.

Jajaran petinggi TNI AU yang dipimpin wakil KSAU sudah menunggu sedari tadi kedatangan pesawat tersebut. Kedatangan pesawat tersebut dari Brasil bukanlah perkara mudah.Butuh waktu yang panjang untuk pesawat yang moncongnya berlukiskan hiu berwarna merah itu sampai di Jakarta.Pesawat yang dipiloti penerbang dari Embraer tersebut harus berhenti hingga 14 kali di 12 negara di empat benua.

Total jam terbang dari Brasil ke Malang sekitar 54 jam 35 menit. Menurut pilot Embraer, Capt William Souza, pesawat diberangkatkan dari pabriknya di Gaveao Peixoto San Jose dos Campos Brasil pada 20 Agustus 2012.Di Brasil pesawat berhenti dua kali,di Recife dan Fernando de Noronha Island. “Kemudian terbang ke Sal Island di Cape Verde.Perjalanan dari Brasil ke Cape Verde enam jam 15 menit,”terangnya usai mendarat.

Dari Cape Verde, penerbangan dilanjutkan menuju Gran Canaria Island di Spanyol, lalu terbang lagi ke Nador di Maroko. Dari Maroko, rombongan yang tiap pesawat diisi dua orang itu terbang ke Palermo (Italia) dan diteruskan ke Athena (Yunani). “Kemudian ke Luxor (Mesir), diteruskan ke Doha (Qatar), terbang lagi ke Muscat (Oman),” bebernya. Dari negara Timur Tengah, Super Tucano masuk wilayah Asia, yakni India.

Di negeri Mahatma Gandhi itu Super Tucano berhenti dua kali, masing-masing di Ahmedabad dan Kolkota. Penerbangan dilanjutkan ke Rayong,Thailand. “Baru kemudian masuk ke Indonesia di Medan dan hari ini (Sabtu, 1/9) tiba di Jakarta. Besok (Minggu, 2/9) ke Malang,” kata William.

Dalam kondisi normal, pesawat yang dilengkapi dua senapan mesin itu hanya sanggup terbang 3,5 jam karena daya tampung bahan bakar internal sebanyak 648 liter. “Kita pasang tiga drop tank sehingga bisa terbang selama kurang lebih tujuh jam,”tutur William Souza 


Sumber : Sindo

DPR BERHARAP INDONESIA PERBANYAK TRIMARAN CLASS


:Kapal berlunas tiga, KRI Klewang-625, yang baru saja diluncurkan digadang- gadang bakal menjadi salah satu kapal permukaan andalan TNI Angkatan Laut (AL). Untuk membangun kapal generasi modern tersebut membutuhkan dana sebesar Rp114 miliar.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati menuturkan, pembuatan satu unit kapal berjenis X3K trimaran class ini menghabiskan dana sekitar Rp114 miliar.“Dana diambilkan dari anggaran belanja modal devisa tahun anggaran 2009,” paparnya di Jakarta kemarin. Jika dibandingkan dengan kapal dengan jenis kawal cepat rudal (KCR) lainnya produksi dalam negeri seperti KRI Celurit-641,harga ini jelas jauh lebih mahal.

Pembuatan KRI Celurit-641 oleh galangan kapal PT Palindo Marine, Batam, menghabiskan dana sekitar Rp75 miliar.Namun, kapal itu hanya memiliki satu lambung. Untung mengatakan, KRI Klewang-625 layak untuk menjadi kebanggaan rakyat Indonesia karena merupakan kapal modern yang diproduksi oleh industri pertahanan di dalam negeri. “KRI Klewang-625 layak dibanggakan sebagai salah satu alutsista (alat utama sistem senjata) andalan,” ungkapnya.

Dia menerangkan, kapal yang digagas oleh TNI AL bekerja sama dengan PT Lundin IndustryInvest, Banyuwangi,melalui program riset dan pengembangan sejak 2007 ini diproyeksikan menjadi kekuatan pemukul TNI AL yang andal dan menakutkan dilautan. Pasalnya,kapal ini diklaim memiliki kemampuan menginduksi panas dan antiradar (stealth).

Momentum peluncuran kapal perang KCR pertama X3K trimaran class ini diharapkan bisa menjadi titik awal pembangunan kapal sejenis yang akan mampu meningkatkan kemampuan TNI AL sehingga menjadi salah satu kekuatan yang disegani di kawasan regional.Selain itu,diharapkan dapat meningkatkan kemampuan industri militer dalam negeri agar mendapatkan pengakuan internasional. KRI Klewang-625 berbahan dasar komposit serat karbon yang ringan, tapi 20 kali lebih kuat dari baja.

Keberhasilan pembangunan kapal perang canggih ini merupakan yang pertama oleh putra-putri Indonesia di galangan kapal dalam negeri PT Lundin Industry Invest, Banyuwangi. Menurut Direktur PT Lundin John Lundin dalam siaran persnya,Dispenal Amerika Serikat pernah membuat kapal sejenis dengan panjang 120 meter, tetapi dari bahan alumunium atau baja.“Komposit serat karbon juga telah digunakan untuk pembuatan pesawat Airbus Boeing-777 dan mobil Formula-1. Ketahanannya 20 kali lebih kuat dibandingkan baja,”kata John Lundin.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR Su-saningtyas Kertopati menyambut baik kelahiran KRI Klewang-625 lantaran kapal produksi dalam negeri ini memiliki kemampuan yang andal.“Saya rasa kita harus memerbanyak alutsista seperti itu,”ujarnya. Susaningtyas menambahkan, dengan ke-mampuan antiradar yang dimiliki KRI Klewang, ini akan menjadi kekuatan tersendiri dalam menjaga wilayah laut Indonesia.

“Keperluan ALKI (alur laut kepulauan Indonesia) kita akan lebih terlindungi dari ancaman bila memiliki kapal antiradar,”ujarnya. Sebelumnya, pengamat militer dari UI Andi Widjajanto menyatakan, kapal jenis ini juga cocok dengan kondisi perairan Indonesia karena memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan kapal-kapal lain yang berlambung satu. 


Sumber : Sindo

TAHUN INI DIPASTIKAN TIMOR LESTE PESAN PANSER PINDAD



:Timor Leste akan memesan panser atau tank dari PT Pindad Persero pada tahun ini. "Saat ini masih proses negosiasi, tinggal penyelesaiannya," kata Direktur Utama Pindad Adik Avianto, Sabtu, 1 September 2012.

Ia akan berangkat ke Timor Leste pada 12 September 2012 mendatang bersama tim perusahaan untuk menandatangani surat perjanjian dengan delegasi Timor Lester. Menurut Adik, Kementerian Pertahanan dan Kementerian Keuangan telah setuju dengan rencana ekspor panser.

Setelah penandatanganan, proses selanjutnya adalah membicarakan perjanjian pembayaran. Nantinya negara tersebut membayar secara kredit ke Bank Mandiri. Mengenai nilai pembelian, Adik belum bisa menjelaskan. Sebab, "Timor Leste belum memastikan jenis panser yang dipesan. Jadi tergantung kebutuhan," ujar Adik. Begitu juga dengan jumlah yang akan dipesan.

Harga panser dengan jenis 4 x 4 atau yang biasa digunakan pada medan ringan, seperti perkotaan, harga per unitnya Rp 4 miliar. Namun harga akan naik jika ditambah dengan aksesori seperti senjata atau kamera pengintai. Sedangkan panser bagi medan berat, atau jenis 6 x 6, harga per unitnya Rp 8 miliar.



Sumber : Tempo

UPDATE : TNI-AU SUDAH SIAPKAN PILOT UNTUK SUPER TUCANO


 :Empat pesawat ini merupakan pengiriman pertama, dari total 16 unit pesawat yang dipesan

Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya Dede Rusamsi mengatakan, TNI AU telah mempersiapkan jumlah penerbang yang cukup, untuk mengawaki satu skuadron pesawat tempur taktis Super Tucano EMB 314 yang akan dimiliki TNI AU.
 

Hal ini dikatakannya saat upacara penyambutan kedatangan empat pesawat Super Tucano di Lanud Halim Perdanakusuma pada hari Sabtu (1/9).
 

Pesawat tiba di Indonesia, setelah menjalani penerbangan selama dua minggu dari lokasi pabriknya Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), di San Jose dos Campos, Brazil.
 

Empat pesawat ini merupakan pengiriman pertama, dari total 16 unit pesawat yang dipesan oleh TNI AU, untuk menggantikan pesawat OV 10 Bronco di Skuadron 21 Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, Jawa Timur.
 

“Sebagian dari penerbangnya adalah mantan penerbang Bronco, namun kami juga melatih penerbang-penerbang baru,” ujar Dede. 


TNI AU telah mengirim empat personilnya untuk berlatih, sebagai penerbang pesawat tempur taktis ini dan dari pelatihan itu, mereka juga sudah memenuhi kualifikasi sebagai pelatih. 


Dengan kekuatan satu skuadron yang terdiri dari 16 pesawat, TNI AU harus menyiapkan 24 pilot untuk awak pesawat jenis ini. 


Salah satu penerbang Embraer yang ikut menerbangkan pesawat ini, Kapten William Souza mengatakan, dari delapan penerbang Embraer yang turut dalam pengiriman pesawat ini, tiga di antaranya akan tinggal di Malang hingga akhir tahun.
 

“Kami akan melatih pilot-pilot angkatan udara Indonesia,” ujar William. 


Dede juga mengatakan bahwa TNI AU akan memastikan adanya alih teknologi, dalam pemeliharaan terkait pembelian pesawat ini. 


Komponen alih teknologi merupakan salah satu ketetapan, dalam setiap kontrak pengadaan alat utama sistem pertahanan militer Indonesia, dari produsen luar negeri, dalam rangka membangun kemandirian industri pertahanan Indonesia.
 

“Sudah ada personil yang dilatih sehingga nanti perawatan pesawat bisa dilakukan sendiri,” ujar Dede. 


Empat pesawat ini singgah satu hari di Jakarta setelah sebelumnya singgah di Lanud Suwondo, Medan, Sumatra Utara. 


Mereka akan meneruskan perjalanan pada hari Minggu, menuju tujuan akhirnya yaitu Lanud Abdurrahman Saleh di Malang, yang akan menjadi pangkalan pesawat-pesawat Super Tucano ini. 



Sumber : BeritaSatu

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...