Saturday, October 13, 2012

Menggagahkan Diri Di Wajah Rakyat



Episentrum peringatan HUT TNI ke 67 di Air Force Base Halim Jakarta Jumat tanggal 05 Oktober 2012 yang lalu sesungguhnya ada dalam pernyataan lugas Presiden SBY yang menyebut perkuatan alutsista TNI dengan kedatangan berbagai jenis alutsista yang dijelaskan secara rinci. Episentrum ini semakin bergema manakala tampilan kemampuan personil dan defile brigade upacara melintas dan “menari” di hadapan seluruh hadirin di pagi yang cerah itu.  Sementara berbagai alutsista sebagai background upacara memberi kesan pemandangan yang gagah dan gahar, belum lagi kemampuan berjoget Collibri Subang dan manuver lincah Tim Yupiter Yogya.

Harga diri berselendang dan bersemangat alutsista sepanjang Oktober ini memang sangat menghangatkan dan membanggakan. Mulai dari pernyataan Presiden di berbagai kesempatan termasuk di hadapan para veteran RI yang menyatakan bahwa pertambahan dan pertumbuhan alutsista TNI sedang menuju ke perubahan siginikan.  Bahasa petaninya adalah sedang mengalami panen raya.  Meski sedang memulai panen raya namun persemaian bibit-bibit baru berbagai genre alutsista tetap dipesan dan diadakan untuk panen raya berikutnya sehingga lumbung alutsista kita kelak menjadi sebuah keniscayaan bersamaan dengan makin berkilaunya kesatrian-kesatrian pengawal republik di seluruh Indonesia.
Defile Pasukan Kostrad dengan Uniform baru
Selain pernyataan itu kenyataan di lapangan pun seia sekata.  Pernyataan jelas, kenyataan jelas pula dengan kedatangan berbagai jenis alutsista baru seperti Super Tucano, Astross, Caesar, Mistral, Kapal Rudal buatan dalam negeri.  Astross, Caesar dan Mistral ikut dipamerkan di Monas Jakarta tanggal 6-9 Oktober 2012.  Bahkan yang tak terekspos sejatinya adalah produksi yang terus menerus dari Panser Anoa buatan Pindad yang sudah mencapai 250 unit, 40 diantaranya sudah wira wiri di perbatasan Libanon-Israel. Demkian juga produksi kapal rudal di Batam sudah masuk penyerahan kapal ketiga.  

Bulan-bulan mendatang dan tahun-tahun mendatang kita akan disuguhkan berita yang mampu membusungkan dada berupa penyerahan beragam alutsista buatan dalam negeri seperti kapal rudal Palindo, kapal rudal PAL, kapal rudal Lundin, panser Anoa, panser Anoa Canon, UAV / UCAV, kapal LST, kapal BCM, pesawat CN235 MPA, roket Rhan, kendaraan Rantis, berbagai jenis senjata personil mulai dari satu laras sampai multi laras.  Yang mengembirakan tentu saja dalam segudang proyek alutsista itu industri pertahanan dalam negeri ikut tersenyum dan berkeringat karena banyak mendapat order pengadaan alutsista baik produk murni maupun produk kerjasama.

Yang mau datang dari luar negeri misalnya pesawat latih Grob Jerman, jet tempur ringan T50 Korea, kapal selam Korea, kapal perusak kawal rudal Belanda, kapal latih pengganti Dewaruci Spanyol, berbagai rudal Cina, MBT Leopard Jerman, medium tank Marder Jerman, kapal light fregat ex Brunai, F16 AS, Sukhoi Rusia, Hercules Australia, CN295 joint product PT DI, Heli Cougar Perancis, Heli Mi17 Rusia, Heli Bell 412Ep joint product PT DI, Heli anti kapal selam, Heli serang AD dan lain-lain.  Kenapa disebut “dan lain-lain” karena tentu saja ada beberapa jenis alutsista yang tak perlu disampaikan ke media untuk kepentingan strategi militer.  Kan tidak semua rahasia dapur harus diketahui publik.
Alutsista strategis yang sedang diincar itu
Setidaknya itu yang sudah jelas alamat pengirimannya, waktunya, dan sudah jelas kontraknya. Yang menarik tentu saja, masih adakah alutsista lain selain yang mau datang itu. Apakah masih ada alutsista yang mau dipesan lagi.  Jawabnya pasti ada dong.  Kalau mau diambil jangka waktu yang paling pendek saja dari pemerintahan SBY masih ada 2 tahun anggaran (2013, 2014) yang memberi ruang adanya kesempatan beli atau produksi bersama alutsista RI. Kemhan sebagaimana pernyataan Menhan beberapa waktu lalu sedang fokus untuk penambahan alutsista strategis selain yang sudah dipesan.  Nah prediksi kita adalah sangat dimungkinkan adanya penambahan 1 skuadron  Sukhoi atau 1 skuadron Typhoon bersamaan dengan tambahan minimal 2 kapal selam U214 Jerman. Tanda-tandanya kan sudah jelas, Kanselir Jerman pertengahan tahun ini berkunjung ke Jakarta, sementara Presiden kita mau berkunjung ke Inggris dalam waktu dekat. Ah masak masih gak jelas juga sih.

Kalau mau berasumsi lagi tahun 2014 itu baru 30 % target MEF TNI tercapai, artinya setelah itu pertambahan alutsista masih akan berlangsung terus. Target MEF yang selalu diberitakan adalah tahun 2024 dimana saat itu kita sudah masuk pada tahapan kemampuan milter yang memliki kekuatan pukul dan bantingan.  Sekarang memang sudah punya kekuatan pukul tapi belum sampai bisa membanting.  Makanya jika tahapan sudah sampai kesitu, istilah PPRC nya bisa tetap sama, cuma istilah pemukulnya diganti sehingga menjadi Pasukan Pembanting Reaksi Cepat.

Penambahan alutsista MLRS Astross II Mk6 buatan Brazil untuk 2 batalyon TNI AD, Howitzer Caesar Nexter Perancis untuk 2 batalyon TNI AD dan 1 batalyon rudal Mistral Perancis untuk Arhanud AD adalah contoh jelas pertumbuhan itu.  Belum lagi penambahan batalyon tempur di Kalimantan, penambahan skuadron heli Penerbad, tambahan brigade Marinir di Batam dan Sorong, penyebaran skuadron tempur untuk F16 di Pekanbaru, skuadron UAV baru di Pontianak dan Pekanbaru, Berpuluh radar pantai di jalur ALKI sudah operasional, mau nambah pangkalan AL di selatan Jabar.  Isian berita itu tentu sangat menghangatkan ruang dada dan mampu menyemangatkan olahpikir bagi kita yang menginginkan sebuah kebanggaan bertanah air yakni memiliki hulubalang yang tangguh dan gahar.
MLRS Astross II milik TNI AD
Bukan bermaksud menghiperbolakan sebuah tema tentang alutsista, namun pagar yang hendak dibangun dalam semangat berkebangsaaan adalah ketika semua menjadi nisbi, semua menjadi “sandiwara” di setiap pemberitaan yang menyangkut tawuran, kerusuhan, bakar membakar, hasut menghasut, pesta korupsi gugur satu tumbuh seribu, ghibah infotainment, kebanggaan sebagai anak bangsa tidak lantas harus tersungkur manakala menyaksikan semua harubiru yang di blow up sedemikian rupa.  Maka membesarkan dan mendandani pengawal republik adalah sebuah kearifan dan kebijakan bernilai cum laude untuk meracik nilai gagah diri yang memberikan sebuah “rasa merdeka pada hati nurani”.  Sekaligus agar tidak kualat pada pendiri republik dan pejuang kemerdekaan yang sudah menitipkan perjalanan bangsa ini pada kita.

Testimoni dari semua rasa bangga dan wibawa memiliki TNI yang gagah itu bisa dilihat dari kerumunan ribuan warga di Halim ketika menyaksikan HUT TNI ke 67 tanggal 5 Oktober 2012.  Kemudian di Monas selama 3 hari berikutnya, ribuan orang menyemut menyaksikan pengawal republiknya memamerkan beragam alutsista, dan itu baru yang dimiliki TNI AD.  Testimoni itu adalah gambaran rekonstruksi dari sebuah kebanggaan melihat postur tentaranya yang gahar dan berotot untuk mengawal eksistensi NKRI.  Maka kita bisa melihat berjubelnya massa untuk menyaksikan, melihat, mengambil foto, menaiki, meraba, menanya, menggenggam beragam alutsista seakan itu menjadi miliknya.  Dan memang itu miliknya, milik rakyat kita yang dititipkan pada hulubalangnya yang terlatih untuk mengawal republik ini.  Testimoni kunjungan itu adalah evidence tak terbantahkan betapa sesungguhnya rakyat bangsa ini bangga dengan tentaranya.  Apakah masih ada yang membantah ?

******
Jagvane

Modernisasi Alutsista TNI AL Borong Alutsista Baru



(Foto: Media Indonesia)

16 Maret 2012, Jakarta: Usia renta, membuat ketangguhan mayoritas alat utama sistem senjata (alutsista) TNI, merosot. Hal sama dialami Angkatan Laut (AL).

Rata-rata alutsista TNI AL berusia 30-an tahun, termasuk di antaranya kapal perang. "Fungsinya sudah jauh berkurang," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno di Jakarta, Jumat (16/3).

TNI AL berupaya meningkatkan kekuatan alutsista untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF). Kekuatan alutsista TNI AL dinilai KSAL telah cukup dari segi kuantitas, namun tidak dari sisi kualitas. Alutsista TNI AL saat di antaranya 115 unit kapal perang, 54 unit pesawat, dan 339 unit kendaraan tempur.

TNI AL sedang menunggu penyelesaian tiga unit kapal selam diesel elektrik dari Korea Selatan. "Juga empat kapal perusak kawal rudal yang dibangun PT PAL," kata Soeparno. Kapal selam yang dipesan dari Korea diperkirakan akan selesai pada 2015 dan 2016. Sesuai kesepakatan, pembuatan satu kapal selam akan dilakukan di Indonesia melalui industri pertahanan dalam negeri

Selain itu, empat unit KCR Trimaran juga dipesan dari dalam negeri, dan 16 unit kapal cepat rudal (KCR) dengan panjang 40 meter rampung pengerjaannya akhir 2014. Sebanyak 15 unit kapal cepat rudal dengan panjang 60 meter juga telah dipesan.

Lalu dua kapal survei, kapal latih pengganti KRI Dewa Ruci dan 12 kapal angkut tank. "Kapal latih pengganti KRI Dewa Ruci diharapkan tiba sebelum 5 Oktober 2014," ujarnya.

TNI AL Akan Dapat Hibah Kendaraan Angkut dari Korsel


Tidak lama lagi, TNI Angkatan Laut akan segera menerima hibah kendaraan angkut personel atau Armor Personel Carrier (APC) dari Korea Selatan. "TNI AL akan mendapat hibah kapal angkut personil (Armor Personel Carrier/APC) 10 unit dari Korea Selatan. Kami berharap ada tambahan hibah sebanyak 25 unit, "kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Soeparno, di Jakarta, Jumat (16/3).

Menurutnya, TNI AL terus berupaya meningkatkan kekuatannya dengan memenuhi Minimum Essential Forces (MEF). Selain hibah, TNI AL juga memesan 11 unit helikopter anti kapal selam, 6 helikopter anti kapal permukaan, helikopter angkut dan 54 tank amfibi.

Tak hanya itu, TNI AL juga akan mengajukan pengadaan 3 unit kapal multirole light frigates dari Inggris yang diproduksi Jerman.

Selain melakukan pengadaan alutsista baru, strategi yang dilakukan TNI AL juga dilakukan dalam bentuk pemeliharaan, revitalisasi kemampuan alutsista, relokasi alih fungsi sesuai kebutuhan alutsista dan penghapusan alutsista yang sudah tua. "Untuk pengadaan baru, kami memprioritaskan dilakukan di dalam negeri,"jelas Soeparno.

Sumber: Jurnas

ANALISIS : PROYEKSI HELIKOPTER SERANG APACHE TNI AD




apache 2 Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI AD
 Salah satu alutsista mutakhir yang diincar oleh TNI AD adalah helikopter serang Apache AH-64 buatan  Amerika Serikat.  Helikopter ini dibutuhkan sebagai payung udara untuk melindungi pergerakan pasukan dan mesin perang Angkatan Darat.  Helikopter Apache  akan bergerak bersama- sama dengan pasukan di darat.
Bagaimana dengan dukungan TNI AU ?
TNI AU diposisikan sebagai pasukan yang memberi perlindungan dari jarak jauh dan menengah. Dengan konsep ini TNI AD tidak sepenuhnya menggantungkan nasib pertahanan udara mereka kepada matra lain.  Ketika pesawat atau helikopter musuh sudah mendekat, TNI AD akan melindungi diri mereka sendiri.
Untuk mendapatkan kemampuan itu, TNI AD mengincar helikopter serang yang mumpuni.  Secara kalkulasi pilihannya jatuh kepada Helikopter Apache Longbow dengan persenjataan lengkap. Payung udara ini harus memiliki kemampuan yang mumpuni, karena jika pertahanan udara terpatahkan, pergerakan pasukan di darat akan terancam.
Menurut KSAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo, hingga saat ini TNI AD terus mengkaji kemampuan dan kelayakan helikopter Apache. Secara anggaran, budget TNI AD mencukupi untuk mendatangkan sekitar 8 unit helikopter Apache. Pengkajian ini juga ditujukan untuk presentasi di hadapan Komisi I DPR nanti. TNI AD menyiapkan argumen dan dasar pemikiran betapa pentingnya pengadaan Helikopter Serang Apache dan diharapkan  pembelian helikopter itu nantinya disetujui Legislatif.
Harga helikopter Apache memang mahal, sekitar 60 juta USD per unit. TNI AD sedang memikirkan opsi-opsinya agar bisa membeli Apache ini.

apache1 Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI AD
AH 64 Apache
Alternatif lainnya adalah Heli Super Cobra  sekitar 15 juta USD per unit, serta  Black Hawk yang lebih murah lagi.  Namun kemampuannya masih di bawah Apache.  

Pertimbangan menolak dua helikopter ini adalah, jika dianggap tidak superior,  maka keberadaannya bisa dianggap tidak existing, tidak masuk hitungan, sehingga percuma saja.  Kecuali jika ada opsi-opsi membuat helikopter itu menjadi mumpuni.

Kebutuhan terhadap helikopter serang yang mumpuni juga terkait dengan konsep perang TNI AD yang terus dimodernisasi. TNI AD berencana membentuk satuan brigade mekanis yang memiliki daya pukul maut dan pergerakan yang cepat, dengan mengandalkan lapis baja dan kendaraan taktis.  Untuk itu pula meriam 155 Caesar dipilih karena bisa diangkut oleh Hercules,  tanpa mempretelinya dan bisa langsung dioperasikan, saat pesawat mendarat.

apache 3 Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI ADSelain dilindungi oleh  Heli Apache, TNI AD juga membeli  rudal pertahanan udara jarak pendek, mistral. Rudal dengan sistem fire and forget ini, dikombinasikan dengan Rantis 4X4 buatan Pindad.  ”Rudal mistral bisa ditembakkan sambil duduk-duduk santai dan 90 % akan mengenai sasaran”,  ujar KSAD.


Konsep perang Angkatan Darat bisa ofensif dan defensif.  Ofensif adalah dengan menggerakkan pasukan maju ke depan lalu menguasai medan baik di darat dan udara. 

Untuk itu dibutuhkan payung udara yang kuat, antara lain pengadaan Helikopter serang Apache.  Selain Apache, TNI AD telah memesan heli serang AS 550 Fennec, untuk menggantikan heli Bolcow BO-105 serta menemani Heli Serang MI-35 buatan Rusia yang lebih dulu dibeli  TNI AD.

Heli Serang Fennec

as550fennec 1 Proyeksi Helikopter Serang Apache TNI AD
AS 550 Fennec
Mesti berbadan kecil dan single engine, Heli AS 550 Fennec sangat mematikan. Helokopter buatan Perancis ini  dilengkapi HeliTOW sighting system (direct view optics, day and night vision serta laser rangefinder) dan TOW anti-tank missiles. 

Untuk persenjataan serang darat, AS 550 C2 Fennec mengusung 7 misil x 2 roket launcher Forges de Zeebrugge atau 12 x 2 roket launcher Thales Brandt 68mm. 

Fennec juga bisa membawa empat rudal anti-tank seperti BGM-71 TOW atau anti-pesawat (air to air missile). Bahkan varian AS 555 SN, mengusung torpedo sebagai anti-submarine warfare. 




Sumber : JKGR

TUNTUTAN KEMANDIRIAN ALUTSISTA ADALAH MUTLAK




Dihadapkan dengan alokasi anggaran Negara bagi pemenuhan kebutuhan pokok minimum hingga tahun 2014, maka pemenuhan  Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) bagi TNI secara mandiri perlu diprioritaskan. Fokus pembangunan Alutsista dalam negeri untuk memenuhi berbagai kebutuhan persenjataan dalam negeri mendesak untuk direalisasikan. Karena kondisi riil alokasi anggaran yang tersedia, tidak memungkinkan jika kita hanya mengandalkan Alutsista buatan luar negeri.

Harus kita sadari bahwa kondisi Alutsista yang memadai baik dari segi kualitas dan kuantitas di samping sebagai show of force, juga merupakan sebuah tuntutan  yang melekat kuat dalam sistem pertahanan negara dan bahkan menjadi syarat mutlak dalam melakukan diplomasi internasional. Sehebat apapun cara kita berdiplomasi dengan negara lain,  tanpa didukung kekuatan pertahanan negara yang kuat, maka kita akan cenderung diremehkan oleh bangsa lain. Apalagi hingga saat ini, belum ada kekuatan lain yang bisa menopang kewibawaan sebuah negara dan mampu menaikkan bargaining  power, selain kondisi pertahanan negara yang kuat.
 

Belajar dari pengalaman masa lalu, ketika kita lebih banyak menggantungkan Alutsista buatan asing, ternyata begitu negara pemasok alutsista melakukan embargo, maka kita kalang kabut, akibat ketiadaan suku cadang. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia secara bertahap harus berani mengurangi ketergantungan dan hanya mengandalkan Alutsista produk asing, serta menuju pada kemandirian Alutsista produk dalam negeri.

Walaupun kita tidak mampu mandiri sepenuhnya, dalam arti melengkapi seluruh Alutsista buatan dalam negeri, terutama jenis alutsista yang memang belum dapat di produksi dalam negeri, tetapi secara bertahap kita harus meminimalkan pengadaan Alutsista produk luar negeri.
 

Sudah waktunya bangsa ini memiliki kemandirian dalam pengadaan Alutsista. Apalagi kita telah memiliki sejumlah BUMN industri strategis dalam negeri seperti PT Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT Pindad, PT LEN, PT Inti Komunikasi, yang semuanya telah siap dan berkomitmen untuk mendukung kepentingan TNI dalam rangka mewujudkan kemandirian di bidang Alutsista.
 

Komitmen untuk memprioritaskan produk Alutsista dalam negeri,  dengan memberdayakan industri pertahanan dalam negeri  dan BUMN industri strategis harus menjadi tekad kita semua.
 

Yang masih perlu menjadi perhatian kita bersama adalah upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia dalam penguasaan teknologi yang berkaitan dengan industri pertahanan serta mendorong para tenaga ahli kita yang masih bekerja di industri strategis asing untuk kembali ke tanah air.
 

Dengan demikian, pertahanan kita akan semakin kuat dan sekaligus kita mampu mandiri dalam industri pertahanan.
 

Oleh sebab itu kita berharap  pembangunan pertahanan negara yang kuat harus dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan Alutsista yang memadai. Apalagi Negara kita adalah negara besar, yang memiliki wilayah yang sangat luas dan berada dalam posisi silang yang sangat strategis, sehingga tantangan, gangguan dan ancaman yang dihadapi baik dari dalam negeri maupun luar negeri juga besar.




Sumber : Bisnis

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...