Sunday, December 23, 2012

Rahasia Kapal Selam Indonesia

Suatu hari bertemulah saya dengan seorang perwira TNI AL yang cukup lama mengawaki kapal selam. Berbagai laut dan palung sudah dia arungi. Berbagai mahluk laut aneh telah dia temukan. Salah satu yang unik, mahluk yang tinggal di palung dalam Indonesia.
Aawalnya dia melihat tidak ada mahluk hidup yang tinggal  di palung itu, karena sangat dalam.  Melalui camera yang terpasang di kabel terulur, mereka terus merekam kedalaman palung.
Layar monitor tidak menunjukkan apa apa. Namun setelah cukup lama, dia terkejut melihat ada mahluk  berbentuk pipih seperti orang (dia menyebut bidadari) yang menari-nari di kedalam palung .
Gambar pun dia rekam lalu diserahkan ke pimpinan. Tak lama setelah ia pelajari, ternyata ada beberapa mahluk hidup yang bisa bertahan di palung dalam dan bentuk yang aneh-aneh, mungkin karena tekanan air yang kuat.
Saya merasa terhormat bisa berbincang dengan Perwira Angkatan Laut yang cukup lama berada di kapal selam ini.  Dia pun sempat terlibat proyek pemasangan ranjau dan monitor di dasar laut Indonesia.
Proyek itu sempat hendak digarap pihak Perancis, namun dia menentangnya. Kalau Perancis memasang alat itu, tentu fungsinya menjadi sia sia karena posisi alat telah diketahui pihak Asing.
Setelah ngobrol panjang lebar, masuklah saya ke pertanyaan yang sangat krusial (menurut saya).
“Pak, Berapa sebenarnya jumlah kapal selam Indonesia ?”, tanya saya.
Mukanya pun tiba tiba berubah menjadi serius.
Dengan suara setengah berbisik, dia mengatakan: “Jumlah kapal selam itu rahasia”.
“Semua tentang kapal selam rahasia”, ujarnya. Dia lantas bercerita tentang hal ikhwal mengapa kapal selam dikategorikan alutsista rahasia.
Saya pun tambah bersemangat. Sebentar lagi akan mengetahui jumlah persis kapal selam Indonesia, pikir saya di dalam hati.
Saya kembali mengejar: “Sebagai teman saja, berapa sebenarnya jumlah kapal selam kita”, ujar saya agak ngotot.
Dia terdiam sebentar…, lalu bicara: “ini rahasia ya…!”.
“Iya”, ucap saya, tak sabar ingin  mengetahui jumlah pastinya.
Dia pun akhirnya angkat bicara: “Jumlah kapal selam kita dua”, ujarnya.
“Yahhh”, saya langsung menghela napas. (Di dalam hati saya berkata, kalau itu sih semua orang sudah tahu: KRI Cakra dan Nanggala).
Saya menghargai pernyataannya dan tidak mencoba bertanya lagi tentang kapal selam Indonesia.
Twit Kapal Selam
KRI Cakra 401
Pikiran tentang jumlah kapal selam ini, muncul setelah membaca twit dari @TweetMiliter yang membahas tentang Minimum Essential Forces Indonesia di tahun 2014.
@TweetMiliter mengatakan dua kapal selam Kilo Indonesia akan datang di bulan November 2013.
Persoalannya adalah, apakah hal itu mungkin ?.
Kayaknya sangat mungkin.
Pertama: Kalender TNI AL memasang kapal selam jenis KILO dari Russia.
Hal ini sempat dilakukan Arhanud untuk alutsista baru mereka yakni rudal Starstreak dari Inggris. Dalam gallery portal Arhanud saat itu, terpasang beberapa gambar rudal Starstreak, padahal kedatangan alutsista itu belum diketahui publik.
Setelah beberapa bulan, muncullah berita Indonesia membeli rudal starstreak dan digenapi perwakilan produsen Starstreak yang membuka booth di Indo Defence 2012.
Dapat disimpulkan, Arhanud berani memasang rudal starstreak di Portal mereka, karena pembelian senjata itu sudah pasti. Arhanud tergoda memasang gambar Starstreak dengan cepat, karena sangat langka alutssita dari Arhanud yang bisa dibanggakan. Hal ini tentu meningkatkan moral prajurit.
Hal yang sama mungkin terjadi dengan TNI AL. Mereka sangat percaya kapal selam kilo Rusia akan dibeli, sehingga gambarnya dipasang di Kalender tahunan TNI AL.
Selama ini kita menduga kapal selam itu telah dibeli dan telah datang ke Indonesia. Akan tetapi kita kesulitan mencari bukti otentik tentang keberadaan dan pembelian kapal selam Kilo itu.
Kita asumsikan saja satu kapal selam kilo dibangun selama satu tahun. Jika Kilo dikirim ke Indonesia November 2013, kemungkinan kontraknya ditandatangani tahun 2010 atau 2011.
Logika kedua.
Mari kita lihat strategi TNI AL dalam menyusun kekuatan tempur kapal perang permukaan mereka, yang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori.
Frigate Van Speijk Class yang sudah tua diposisikan sebagai kekuatan strategis, setelah semuanya nanti dipasang rudal Yakhont berdaya jankau 300 km.
Sementara Korvet Sigma, Nakhoda Ragam dan PKR Sigma 10514 diposisikan sebagai kekuatan pemukul berkualitas.
Adapun kapal-kapal cepat yang akan dilengkapi rudal C-705, akan mengejar  sisi kuantitas/ jumlah.
Produsennya pun, beragam mencampurkan alutsista NATO dan Rusia.
KRI Cakra dan Nanggala kita asumsikan saja dikategorikan seperti Frigate Van Speijk Class, mengejar kekuatan strategis. Kapal Selam Chang Bogo kita asumsikan mengejar kuantitas, seperti kapal-kapal cepat rudal.
Maka untuk mengejar faktor kualitas seperti: Korvet Sigma dan Nakhoda Ragam serta Frigate Sigma, TNI AL akan melengkapi armada kapal selamnya dengan jenis Kilo.  Cukup logis tampaknya asumsi ini.
Asumsi ini diperkuat juga dengan pola produsen yang menyuplai alutsista Indonesia.
Tiga kapal selam Changbogo dari Korea Selatan merupakan buatan Asia berteknologi NATO (Jerman). Dua KRI Cakra dan Nanggala juga buatan Jerman.
Jika demikian, pilihan untuk kapal selam Kilo sangat masuk akal, karena berteknologi Russia. Hal ini karena TNI kerap mencampurkan alutsita antara NATO dan Russia.
Lebih dari itu, sangat risakan jika TNI AL hanya mengandalkan kapal selam tua KRI Cakra dan Nanggala, serta 3 Changbogo untuk operasi pertahanan. Daya gentarnya sangat kecil. Lain halnya jika 5 kapal selam itu dicampur dengan dua kapal selam Kilo Rusia. Apalagi yang dihadapi adalah kapal-kapal selam modern buatan Barat/NATO: Scorpene dan Collins.
Karena negara tetangga terdekat menggunakan kapal selam produk Barat/NATO, maka semakin kuat dugaan Indonesia akan mendatangkan Kapal Selam Kilo buatan Rusia.
Hal ini terjadi di TNI AU. Untuk mengimbangi pesawat F-16 dan F/A 18 milik tetangga, Indonesia mendatangkan SU-27 dan SU-30 buatan Rusia, melengkapi armada F-16 RI yang telah ada.
Hal lainnya adalah, negara-negara yang sedang membangun kekuatan militernya, hampir selalu membeli alutsista dari negara-negara ternama, meski negara mereka mampu membuat alutsista sendiri.
China dan India telah mampu membuat pesawat dan kapal perang, namun tetap saja membeli alutsista sejenis ke Rusia. Demikian pula dengan: Jepang, Korea Selatan bahkan Israel, yang membelinya ke NATO/ Amerika Serikat.
Jadi patut diduga gambar kepal selam Kilo 412 yang ada di kalender TNI AL, masih disain semata, belum eksis. Semoga kapal selam Kilo Rusia itu memperkuat TNI AL di akhir tahun 2013. (JKGR).

Design Baru Senjata SPR - SS234 Pindad



SPR – SS234 
 Nama SPR – SS234 diambil dari sistem pengkategorian jenis senjata yang dianut PINDAD, yaitu SPR (Senapan Petembak Runduk) untuk jenis senjata sniper laras panjang, dan nama SS234 diambil dari induk asal (basis) senjata ini, yaitu perkimpoian antara SS2 V4 - PARASNIPER & SS3 V4 - SHARPSHOOTER Bullpup.

SPR – SS234 ini menggunakan peluru dengan kaliber 7,62mm origin PINDAD, dengan muatan 15 butir peluru per pack magazine, dengan sistem tembak tunggal namun pembuangan selongsong peluru & sistem kokang nya otomatis (single shot firing mode) seperti halnya pistol.

Dengan firing mode demikian maka membuat mekanisme mesin senjata lebih simple & ber-efek pada perampingan (efisiensi) dimensi senjata, karena memang desain SPR – SS234 ini lebih fokus pada efisiensi bentuk (space efficiency), fungsi & ergonomic. Menggunakan sistem BULLPUP karena pada sistem ini terdapat advantage pada ukuran panjang laras senjata & material senjata juga terbuat dari logam dengan lapisan anti oksidasi.
POPOR :
 
Dimensi ergonomik jarak antara gagang genggam picu dengan batas akhir popor berasal dari SS2 V4 – PARASNIPER, hanya saja posisi batas akhir popor tempat sandar bahu pada SPR – SS234 ini beberapa sentimeter lebih rendah ke bawah, sehingga saat operator senjata ini membidik melalui tele dengan posisi berdiri-duduk-jongkok (tanpa bipod) maka jatuhnya sandaran popor tepat di posisi tepian dada atas.

Demikian juga dengan melekatkan bantalan karet ber-profil kapsul-bersusun berisi udara hampa pada bumper akhir popor dimaksudkan untuk kenyamanan operator senjata ini saat membidik & menembakan senjata {Gambar 01}.

TELESKOP :
 
Berhubung SPR – SS234 ini didesain sebagai senjata kategori laras panjang tembak tepat jarak jauh (sniper), maka sudah pasti dilengkapi teleskop sebagai unit bawaan orisinil nya.

Teleskop orisinil senjata ini menggunakan unit teleskop milik SS2 V4 PARASNIPER yang sudah di-riset ulang & dimodifikasi khusus untuk keperluan tembak tepat jarak jauh dengan menitikberatkan pada sektor teknologi optik, fungsi & efisiensi bentuk, terutama pada penerapan teknologi lensa & mekanisme pengatur visual fokus jarak tembak, sehingga walupun bentuk & tampilannya tidak se-heboh teleskop senjata sniper pada umumnya namun teleskop yang melekat pada SPR - SS234 mampu memvisualkan dengan baik objek yang berjarak 2000m dari operator senjata ini {Gambar 02}.

Begitu juga pada bentuk kemasan teleskop ini yang juga sudah tersentuh modifikasi di beberapa bagian spesifiknya sehingga teleskop pada senjata ini bisa berganti-ganti opsi visual seperti lensa kuning (Contrast Enchancement Vission),lensa merah (Infrared Vission)& lensa hijau (NightVission) sesuai kebutuhan.

PELINDUNG TELESKOP :
 
SPR – SS234 ini memang didedikasikan untuk profil infantri profesional, yang berarti walaupun sang operator nya sangat ahli mengoperasikan senjata ini untuk menembak tepat jarak jauh namun ia tetap seorang infantri yang wajib mampu bergerak cepat & taktis dalam setiap pertempuran.

Terinspirasi dari senjata FN F2000 buatan Belgia, oleh karena itu desain SPR – SS234 ini juga dilengkapi pelindung teleskop yang pastinya berfungsi untuk melindungi teleskop, terutama dari benturan-benturan apabila operator senjata ini sedang dalam situasi mobilitas tinggi dalam sebuah pertempuran sengit {Gambar 03}.

Pelindung teleskop ini terbuat dari logam yang sama dengan material kemasan senjata. Terpasang orisinil pada SPR – SS234 namun dapat dengan mudah untuk dilepas & dipasang lagi, karena pemasangannya menggunakan sistem Slide Mounting and Lock (selipkan,dorong & kunci).

Penelitian anatomi organ dalam ilmu kedokteran menyatakan bahwa kondisi retina mata tiap manusia berbeda-beda termasuk kemampuan fungsi penglihatannya. Pernyataan tersebut sangat mendukung bila dirunut pada sebuah filosofi yang mengatakan bahwa seorang penembak jitu jarak jauh memiliki setelan pribadi pada unit bidik di senjata yang dioperasikannya. Kedua hal itu lah yang memotivasi pemasangan pelindung teleskop pada desain SPR – SS234, mengingat pentingnya setelan pada unit bidik senjata bagi tiap operator nya.

PEREDAM SUARA (Silencer) :
 
Untuk memenuhi kriteria Stealh (siluman), maka SPR – SS234 juga dilengkapi unit silencer yang juga merupakan part orisinil nya {Gambar 04}.

Didesain khusus sehingga mampu dengan sangat efektif meredam suara ledakan dari tiap tembakan yang dihasilkan senjata ini.

Silencer pada ujung laras senjata terpasang dengan sistem derat halus.

BIPOD :
 
Bipod pada SPR – SS234 terpasang orisinil bawaan, karena bukan hanya dudukan poros kosong pada senjata yang bisa meng-aplikasikan bipod sembarang melainkan bipod pada senjata ini sudah didesain utuh secara mekanis (compact) dengan bagian bonggol pangku senjata yang menganut sistem rel pipa & buka payung, yaitu saat bagian spesifik dari bonggol pangku senjata didorong +/-10cm ke depan sampai batas kuncinya, maka seiring dengan itu juga secara otomatis kedua tungkai bipod yang sedang menempel pada senjata akan bergerak terbuka membentuk huruf “A”, seperti halnya saat kita membuka payung {Gambar 05} dan begitu juga untuk melipatnya dengan melakukan gerakan sebaliknya. Mekanismenya menggunakan sistem susunan roda gigi dengan semua materialnya yang terbuat dari logam antikarat, kecuali tungkai bipod yang terbuat dari bahan carbon.

Tipe tiap tungkai pada bipod adalah teleskopik dengan tabung segitiga. Pengunci setelan ketinggian tiap tungkai ada di ujung tabung bagian bawah dengan menggunakan sistem klip jepit sederhana.

Pada tabung bagian atas terdapat 5 titik cekungan sejajar berjarak masing-masing +/-8cm sebagai tempat jatuhnya pin berbentuk bola kecil dari klip jepit pada tabung bawah, sehingga bipod pada SPR – SS234 memiliki 4 setelan ketinggian dalam menopang senjata saat posisi tembak runduk {Gambar 06}.

Mekanisme tadi juga termasuk susunan poros-poros vertical & horizontal yang memungkinkan senjata yang sedang bertumpu pada bipod tetap mampu bergerak rotasi sampai 30* ke kiri & kanan dari titik jam 12:00, juga 30* menunduk & mendongak.Sehingga bipod pada SPR – SS234 memiliki 4 setelan ketinggian dalam menopang senjata saat posisi tembak runduk.
Sumber : Kaskus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...