Sunday, October 20, 2013

Taiwan Siap Terima Helikopter Tempur AS


http://img.okeinfo.net//content/2013/10/18/413/883576/39WJl2tgiD.jpg

Taipeh : Taiwan dijadwalkan untuk mendapatkan helikopter tempur yang mereka pesan dari Amerika Serikat (AS). Pengiriman helikopter ini merupakan bagian dari gelombang pertama pemenuhan pemesanan helikopter jenis Apache AH-64Es. Sebelumnya, Taiwan sepakat untuk membeli 30 helikopter Apache Longbow yang berteknologi tinggi. Perjanjian pembelian itu diumumkan pada 2008.

Kesepakatan ini sempat memicu kemarahan dari China, yang masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari provinsi mereka. China menolak keras segala bentuk penjualan senjata kepada Taiwan. Enam helikopter Apache AH-64Es ini merupakan varian terbaru dari helikopter tempur buatan AS. Diperkirakan, helikopter ini akan tiba di Pelabuhan Kaohsiung pada 4 November 2013.

HQ-9 Buatan China Masuk Dalam Daftar Belanja TNI 2014


http://www.ausairpower.net/PLA/HQ-9-TEL-Stowed-1S.jpg
Jakarta : Untuk melindungi dari serangan udara, TNI AU akan membeli rudal dari negeri China. Pembelian rudal tersebut pun sudah tercantum dalam Rensra 2014-2019 dan 2019-2024.

"Untuk rudal sudah ada dalam rencana strategis, tentunya itu akan di realisasikan yang jelas penambahan alutsista itu sudah ada di rensra," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Hadi Tjahjanto di Jakarta, rudal yang dibeli adalah rudal dari darat ke udara.

F-15SG RSAF: Lawan Tanding Terberat Sukhoi Su-27/30 TNI AU


Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU bersama F/A-18 Super Hornet Australia dalam Pitch Black 2012
Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU bersama F/A-18 Super Hornet Australia dalam Pitch Black 2012
Jakarta : Sepanjang ada kesamaan kepentingan, hubungan antar negara bertetangga dipastikan bakal harmonis. Tapi lain halnya bila antar dua negara punya kepentingan yang jauh berbeda, bahkan satu sama lain saling berseberangan atas suatu isu. Bisa jadi yang muncul adalah konflik, seperti yang kita lihat di sengketa kepulauan laut Cina Selatan. 
Dalam konteks kekinian, Indonesia pun punya sisi rawan pada hubungan bertetangga, khususnya dengan Australia, Malaysia, dan Singapura. Berlandaskan kepentingan nasional, hubungan Indonesia dengan ketiga negara tersebut kerap melalui phase pasang surut. Nah, bicara lebih detail pada potensi konflik, banyak pengamat memberikan analisis, bawah sampai 10 tahun kedepan Indonesia tidak akan menghadapi perang terbuka. Mungkin bisa kita amini hasil analisa tersebut, tapi pada kenyataan potensi konflik berskala kecil mudah meletup seketika.
Dengan Malaysia, masih terbuka terjadinya ‘keributan’ di seputaran blok Ambalat, belum lagi pada masalah patok di perbatasan Kalimantan, dan isu penyiksaan tenaga kerja. Dengan Singapura, masalah sentimen bisa mencuat seputar reklamasi, batas wilayah, dan perijinan terbang. Dengan Australia, isu manusia perahu bisa menjadi bom waktu, belum lagi ada ‘kenangan’ pahit saat lepasnya Timor Timur dari NKRI. Bicara tentang konflik ringan yang sifatnya lokal, skenario yang paling mudah jadi kenyataan adalah gesekan di laut dan terjadinya duel di udara. Gesekan di laut sudah ada buktinya, yakni pada kasus saling serempet pada tahun 2005, antara kapal perang TNI AL dan TLDM (AL Malaysia) di blok Ambalat. Duel di udara juga nyaris terjadi antara Hawk 200 TNI AU dengan F/A-18 Hornet RAAF (Australia) pada 16 September 1999.
Mengingat setiap konflik lokal bisa berubah menjadi konflik militer terbuka, di skenario kan yang nantinya mengambil peran strategis adalah alutsista papan atas yang memegang peranan penting. Bila di laut yang akan beraksi adalah frigat, korvet, dan kapal selam. Maka pada matra udara yang jadi andalan adalah jet tempur lapis pertama. Keberadaan jet tempur lapis pertama inilah yang diyakini akan membuka serangan awal dan menentukan jalannya pertempuran. Jagoan TNI AU saat ini adalah Sukhoi Su-27SKM dan Su-30MK2. Sementara jagoan AU Malaysia adalah Sukhoi Su-30MKM, sementara jet tempur andalan Negeri Kangguru adalah F/A-18 Super Hornet, dan jawara jet tempur Singapura adalah F-15SG Eagle.

Su-47 Berkut, Cikal Bakal PAK FA T-50

 
Moscow : Ketika kekaisaran Uni Sovet runtuh pada tahun 1991, banyak program pengembangan senjata yang terhenti, padahal kala itu perhatian Sukhoi terfokus pada pengembangan pesawat tempur demonstrator teknologi Su-37/47 Berkut (Golden Eagle).
Su-47 Berkut
Pesawat ini masih banyak menggunakan desain dari Sukhoi sebelumnya yaitu Su-27 Flanker dengan pengecualian sayap utamanya dibuat menyapu (maju) ke depan agar lebih lincah pada kecepatan subsonik. Bagian sayapnya menggunakan bahan komposit yang kuat namun ringan dan sistem fly-by-wire canggih plus mesin turbofan..

Empat prototipe Su-37/47 Berkut akhirnya selesai dibangun meskipun tidak diadopsi oleh Angkatan Udara Rusia, menjadikan Berkut hanya menjadi penghias dalam sejarah dirgantara. Namun bukannya tidak ada hasil karena pesawat ini memang sebagai demonstrator teknologi (purwarupa peraga teknologi). Data yang dikumpulkan dari berbagai uji terbang Berkut telah digunakan dalam pengembangan Su-35 (Su-27 modern) dan pesawat generasi kelima Rusia PAK FA T-50.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...