Thursday, October 11, 2012

Galangan Kapal Spanyol Garap Pengganti KRI Dewaruci

SURABAYA--MICOM: Markas Besar TNI Angkatan Laut memastikan telah memesan kapal layar tiang tinggi dari sebuah galangan kapal internasional di Spanyol, yang diproyeksikan sebagai pengganti kapal latih KRI Dewaruci.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Soeparno kepada wartawan di Surabaya, Selasa (19/6) mengemukakan, kapal layar tiang tinggi tersebut rencananya mulai diproduksi pada 2013 dan dijadwalkan selesai pada 2014.

"Sudah diputuskan akan diproduksi di Spanyol, tapi saya lupa nama galangan kapal tersebut," kata Soeparno usai memimpin upacara serah terima jabatan komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal).

Menurut ia, pembelian kapal latih yang direncanakan sejak 2010 tersebut, telah disetujui Mabes TNI dan pemerintah dengan anggaran sekitar US$80 juta.

Kapal latih baru kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) itu merupakan salah satu program pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AL, terutama untuk melatih calon-calon perwira masa depan.

"Yang jelas, kapal layar baru nanti ukurannya lebih besar dan desainnya lebih indah dari KRI Dewaruci, sehingga mampu menampung personel lebih banyak," ujar Laksamana Soeparno.

Seperti diketahui, TNI AL telah mengoperasikan kapal latih KRI Dewaruci sejak 1953. Kapal layar legendaris tersebut adalah buatan HC Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman, pada 1952.

Kendati usianya sudah 60 tahun, KRI Dewaruci yang memiliki panjang 58,30 meter, lebar lambung 9,50 meter dan bobot mati 847 ton, telah dilengkapi dengan sistem navigasi canggih dan komputerisasi.

Kapal tipe "Barquentin" ini mempunyai tiga tiang utama dengan 16 layar dan dilengkapi mesin berkekuatan 986 PK diesel yang mampu melaju dengan kecepatan maksimal 10,5 knot.

Sejak 15 Januari 2012, KRI Dewaruci melakukan muhibah keliling dunia selama lebih kurang 277 hari dan dijadwalkan kembali ke Indonesia pada pertengahan Oktober 2012.

"Mungkin pelayaran keliling dunia ini menjadi yang terakhir kali dilakukan KRI Dewaruci. Kapal ini berangkat menuju arah timur dan kembali dari arah barat," kata KSAL Laksamana Soeparno.

BLOK MASELA: TNI Anggarkan Dana Pengamanan Rp1,4 Triliun

Compact_maselablokmapJAKARTA: Mabes TNI memperkirakan anggaran untuk mengamankan proyek Lapangan gas Abadi di Blok Masela, Maluku sebesar Rp1,4 triliun.

Dalam dokumen yang didapat Bisnis disebutkan Wakil Asisten Operasi Panglima TNI Laksamana Pertama TNI Widodo menyatakan dana sebesar itu akan digunakan untuk menggelar operasi permanen, operasional sehari-hari, dan pembangunan landasan pesawat.

Untuk pengamanan permanen Angkatan Darat, yang meliputi operasi sejumlah pos seperti koramil, markas batalion, dan markas kompi dibutuhkan dana minimal Rp274 miliar dan gelar operasi Rp1,5 miliar, sehingga total dana yang dibutuhkan sekitar Rp276 miliar.

Angkatan Laut membutuhkan Rp139 miliar untuk gelar tetap dan Rp18 miliar untuk biaya operasional, sehingga total biaya yang dibutuhkan mencapai Rp157miliar.

Untuk gelar tetap Angkatan Udara dibutuhkan sedikitnya Rp822 miliar dan biaya operasional Rp72 miliar, sehingga jumlah yang dibutuhkan Rp968 miliar.

"Dengan demikian kebutuhan untuk pengamanan Masela adalah Rp1,4 triliun," tulis dokumen itu, mengutip pernyataan Widodo.

Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul menegaskan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas)  meminta Mabes TNI untuk membuat rencana pengamanan proyek tersebut sehingga keluar perkiraan anggaran sebesar Rp1,4 triliun.

“Ini baru rencana ke depan, belum terlaksana tahun ini, tetapi untuk 20 tahun yang ada datang,” kata Iskandar kepada Bisnis hari ini.

Sarana keamanan di daerah tersebut masih kosong sehingga perlu dibangun. Mabes TNI perlu membangun lapangan terbang untuk operasi Angkatan Udara,  pangkalan angkatan laut (Lanal), dan pendirian batalion untuk  Angkatan Darat.

Iskandar menegaskan pengamanan di sekitar wilayah tersebut perlu disiapkan karena menyangkut daerah perbatasan dengan Australia. Namun hingga saat ini belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan BP Migas mengenai hal itu.

Lapangan gas Abadi di Blok Masela, terletak di Laut Arafuru, sekitar 180 km  sebelah Selatan  Pulau Tanimbar. Daerah ini merupakan wilayah perbatasan dengan perairan Australia.

Pencarian migas di Blok Masela oleh Inpex Masela Ltd dimulai sejak November 1998 dan berhasil menemukan cadangan gas yang cukup ekonomis untuk diproduksikan pada Desember 2000.

Lapangan gas Abadi memiliki cadangan 6,5 triliun kaki kubik (TCF) gas. Proyek yang menelan investasi US$5 miliar dengan kilang LNG terapung berkapasitas 2,5 juta ton per tahun (MTPA) ini diharapkan mulai berproduksi pada 2016.

BP Migas diminta mengajukan permohonan kepada Presiden, Kementerian Keuangan, atau Bappenas untuk menyisihkan sebagian penerimaan dari proyek Masela untuk pembangunan sarana pengamanan, tidak langsung semuanya masuk ke kas negara.

"Dengan adanya dana, pengamanan di sana akan lebih baik. Intinya kami siap mengamankan blok migas itu," tulis dokumen tersebut mengutip pernyataan Widodo.

Kesiapan untuk mengamankan blok gas tersebut juga diutarakan oleh Polda Maluku. Sayangnya, Direktorat Obyek Vital Nasional di Polda Maluku baru terbentuk, belum memiliki sarana, prasarana, serta personel yang optimal. Ditambah lagi kondisi geografi dan sosial masyarakat Maluku yang sangat kompleks.

Untuk memproduksi cadangan terbukti (P1) sebesar 6,05 TCF tersebut, Inpex berencana membangun berbagai fasilitas pendukung yang terkait dengan production integrator seperti pemasangan wellhead di dasar laut, flow line, riser, umbilical dan sub sea tool maintenance.

Selain itu, akan dibangun kilang terapung (FLNG) berupa ruang terbatas dengan dimensi panjang 360 meter dan lebar 80 meter, yang akan digunakan untuk mengolah gas menjadi LNG, fasilitas logistik berupa pelabuhan laut dan heli, kantor, gudang, bengkel perawatan, mes untuk transit, crew change dan supply base.

Seperti layaknya proyek migas lain, proyek Lapangan Abadi merupakan objek vital nasional (Obvitnas). Karena letaknya di  jalur  ALKI – III dirasa sangat rawan terhadap potensi ancaman.

Kebocoran pada fasilitas production integrator ataupun over pressure, misalnya dapat mengakibatkan masalah lingkungan yang akan mempengaruhi hubungan kedua negara, mengingat posisinya yang sangat dekat dengan garis perbatasan.

Situasi di perbatasan dapat berubah setiap saat dengan sangat cepat apabila tidak diantisipasi dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek yang masuk dalam kategori Obvitnas tersebut.

"Untuk mengantisipasi munculnya masalah-masalah tersebut, kami menganggap perlu adanya grand design pengamanan proyek pengembangan Lapangan Abadi di Blok Masela. Mekanisme pengamanan di kawasan itu merupakan upaya preventif, bukan seperti pemadam kebakaran. Saya kira hal ini juga sejalan dengan Renbang TNI di wilayah Timur Indonesia," tulis dokumen tersebut mengutip Widodo.

Inilah 5 Pesawat Tanpa Awak Buatan Indonesia



Pesawat tanpa awak yang duji dapat untuk kepentingan sipil atau militer (photos : Merdeka, Detik)

5 Pesawat tanpa awak dipamerkan di Bandara Halim Perdanakusuma. Boleh berbangga karena pesawat-pesawat ini asli buatan Indonesia. Yuk, tengok kelima pesawat itu.
Pesawat-pesawat itu merupakan hasil riset Balitbang Kemenhan yang bekerjasama dengan BPPT. Pesawat-pesawat ini berfungsi antara lain sebagai pesawat pengintai, pemotretan udara pada area yang sangat luas, pengukuran karakteristik atmosfer, dan pemantauan kebocoran listrik pada kabel listrik tegangan tinggi. Pesawat-pesawat ini cocok digunakan di daerah perbatasan.
Kelima pesawat tanpa awak itu baru prototipe dan baru akan diproduksi.
"Setelah teruji kita akan serahkan ke industri. Bisa dimodifikasi tetapi kaidah desainnya harus sama. Saat ini ada PT DI dan LAPAN, yang akan memproduksinya," kata insinyur rekayasa di BPPT, Ir Adrian Zulkifli.
Adrian sangat berharap pesawat ini diproduksi oleh pabrikan teknologi BUMN dan bukan swasta. "Karena kita akan mengontrol pembuatannya," kata dia.
Berapa harganya? "1 Pesawat harganya kira-kira 2 miliar. Dan riset ini menggunakan dana DIPA. Untuk engine, kita ambil dari Jerman. Kalau kamera bisa pakai dari Taiwan," imbuh Zulkifli.
Prototipe pesawat itu dipamerkan dan 1 pesawat Wulung telah diuji coba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2012). Yuk tengok lima pesawat ini:
1. Puna Sriti


 Pesawat ini berwarna putih. Sriti adalah wahana udara nirawak jarak dekat dengan konfigurasi desain playing wing menggunakan catapult (pelontar) sebagai sarana take off dan jaring sebagai sarana landing.
"Sriti untuk surveilance. Karena bisa take off dengan peluncuran dan landing di jaring maka bisa dipakai untuk melengkapi Angkatan Laut pada peralatan di KRI. Sriti ini bisa melihat ke depan sejauh 60-75 km. Jadi bisa dikatakan sebagai mata KRI," papar Chief Engineer BPPT, Muhamad Dahsyat di lokasi.
Yang kedua, imbuh Dahsyat, untuk memenuhi kebutuhan pengamanan lokal area seperti bandara. Bisa juga dipakai untuk tindakan SAR di gunung-gunung, jadi lebih efektif.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan  2.988 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 8,5 kilogram
- cruise speed 30 knot
- endurance 1 jam
- range 5 nautical mile
- altitude 3.000 feet
- catapult 4.500 mm
- catapult bungee chords.
  
2. Puna Alap-alap


Pesawat ini bermotif loreng dengan warna hijau tua dan hijau muda tentara. Alap-alap adalah wahana udara nirawak jarak menengah dengan konfigurasi desain inverted V-tail dan double boom menggunakan landasan sebagai sarana take off.
"Alap-alap didesain long race. Untuk kebutuhan surveilance saja," kata Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 3.510 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 18 kilogram
- cruise speed 55 knot (101,86 km/jam)
- endurance 5 jam
- range 140 kilometer
- altitude 7.000 feet
- payload = gymbal camera video.
3. Puna Gagak


Pesawat ini bermotif loreng dengan warna oranye dan putih.
Gagak adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail, low wing dan low boom, menggunakan landasan sebagai sarana take off - landing.
"Puna Gagak ini sama dengan Pelatuk tetapi berbeda misi. Kalau Gagak untuk misi rendah-naik-rendah lagi. Dan bisa digunakan untuk Angkatan Laut," tutur Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.
4. Puna Pelatuk


Pesawat ini bermotif loreng dengan warna putih, abu-abu dan krem.
Pelatuk adalah wahana udara nirawak jarak jauh dengan konfigurasi desain V-tail inverted high wing dan high boom, menggunakan landasan sebagai take off - landing.
"Kalau Pelatuk itu low-high-low, menukik ke bawah, kemudian naik lagi," jelas Dahsyat.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.916 mm
- MTOW (Maximum Take Off Weight) 120 kilogram
- cruise speed 52 - 69 knot (96,3 - 127,8 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 73 km
- altitude 8.000 feet
- payload=gymbal camera video.
5. Puna Wulung


Pesawat ini bermotif loreng hijau tosca dan abu-abu.
"Wulung ini medium. Terbang bisa mencapai waktu 4 jam. Dan muatannya cukup hingga bisa dipakai untuk membuat hujan buatan maupun penyebaran benih," tutur Dahsyat.
"Kalau Wulung ini misi terbangnya itu high-high-high. Ke depan kita akan eksplorasi lagi untuk kebutuhan lain," imbuh dia.
Spesifikasi pesawat:
- wingspan 6.360 mm
- MTOW (maximum take off weight) 120 kg
- cruise speed 60 knot (111.12 km/jam)
- endurance 4 jam
- range 120 KM
- length 4.320 mm
- height 1.320 mm

Prototype Intercept Combat Boat Palindo Batam


 

  Selain sibuk mengerjakan Kapal Cepat Rudal, PT. Palindo Marine Shipyard juga mempunyai segudang proyek lainnya. Diantaranya, mengerjakan prototipe Combat Boat ukuran 16 meter. Saat ARC berkungjung ke galangan PT. Palindo Marine Shipyard, tampak Combat Boat itu sudah mulai berwujud. Karena belum memiliki nama resmi, untuk sementara kami menyebutnya Combat Boat 16M.

Layaknya Combat Boat, Kapal ini mengutamakan kecepatan untuk misi patroli wilayah dangkal dan penyusupan pasukan khusus. Karenanya untuk menekan bobot, Combat Boat 16M dibuat dari bahan alumunium. PT. Palindo sendiri berpengalaman banyak membuat Kapal berbahan alumunium. Beberapa kapal patroli ukuran 40 meter yang dioperasikan TNI AL merupakan kapal berbahan alumunium buatan PT. Palindo, seperti KRI Krait dan Kapal patroli 36 meter sekelas KRI Tedung Naga.


Dengan bobot yang ringan, kapal ini diharapkan mampu melaju hingga kecepatan maksimum 50 knot. Untuk menghela combat boat 16m, terpasang 2 mesin berkekuatan 900 HP. sementara untuk kapasitas angkut, Combat Boat diawaki 8 ABK dan mampu menampung 16 personel pasukan. Meski kecil, Combat Boat 16M mampu menjelajah hingga 1000 km.

 
Untuk persenjataan, Combat Boat dirancang membawa Senapan mesin berat atau Kanon pada haluan. Namun pengoperasiannya tidak lagi manual, melainkan bisa dari dalam kapal dengan alat semacam Remote Weapon System. Jika anda penasaran dengan wujud asli Combat Boat 16M, datang saja pada ajang Indodefence 2012. PT. Palindo Marine akan memboyong kapal ini ke pameran tersebut.
Sumber : ARC

Irak Borong Peralatan Militer dari Rusia


  Kunjungan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki ke Rusia dan pertemuan dengan mitranya di Moskow menghasilkan sebuah kesepakatan final mengenai jual beli puluhan helikopter tempur dan sistem pertahanan udara senilai 4,2 miliar dolar.
 
Pertemuan al-Maliki dengan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev pada Selasa (9/10) menghasilkan sebuah kesepakatan akhir bahwa Irak membeli 30 helikopter penyerang jenis Mi-28 dengan perlengkapan penuh dan 50 sistem rudal pertahanan udara jarak pendek Pantsir-S1 dari Rusia. Demikian laporan  IRNA mengutip Ria Novosti.
 


Berdasarkan laporan tersebut, kesepakatan ini ditandatangani melalui tiga tahap pada bulan April hingga Agustus 2012 oleh menteri pertahanan Irak.

 
Koran Vedomosti dalam laporannya menyebutkan bahwa kontrak penjualan senjata tersebut merupakan kontrak terbesar Rusia dengan negara asing sejak tahun 2006. 
Sumber : Irib

Perlombaan Alutsista Di Negara-Negara Asia Tenggara


Anggaran militer Singapura hampir dua kali lipat dari para tetangganya
Kapal selam Malaysia, KD Tunku Abdul Rahman
  Tidak hanya Indonesia yang tengah giat memperkuat alat utama sistem persenjataan. Tetangga-tetangganya di Asia Tenggara pun belakangan ini mempercanggih persenjataan mereka.

Menurut kantor berita Reuters, dengan bersumber dari sejumlah lembaga pengamat, setidaknya ada tiga negara ASEAN yang tengah memperkuat Alutsista. Indonesia sedang membeli sejumlah unit kapal selam dari Korea Selatan dan sistem radar maritim dari China dan AS. Vietnam pun menambah kapal selam dan jet tempur Rusia.

Singapura tak ketinggalan. Negeri mungil itu berstatus importir senjata terbesar kelima di dunia dan terus menambah persenjataan yang canggih. Mengantisipasi pengembangan kekuatan militer China dan juga didukung pertumbuhan ekonomi yang sedang pesat, negara-negara Asia Tenggara lagi jor-joran membelanjakan anggaran militer demi memperkuat jalur pelayaran, pelabuhan, dan batas-batas maritim yang vital bagi aliran ekspor dan energi.

Menurut kalangan pengamat, sengketa wilayah di Laut China Selatan - yang mengandung sumber minyak dan gas alam melimpah - membtat Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei harus antisipasi atas pengembangan kapabilitas militer China, yang turut berkepentingan atas perairan itu.

Bahkan negara-negara yang jauh dari pertikaian itu, seperti Indonesia, Thailand, dan Singapura, turut merasa perlu memperkuat keamanan maritim masing-masing dengan menambah kemampuan alutsista.

"Pembangunan ekonomi telah mendorong mereka menyisihkan sebagian anggaran untuk pertahanan demi melindungi investasi, jalur laut, dan zona ekonomi eksklusif," kata James Hardy, editor IHS Jane's Defence Weekly untuk kawasan Asia Pasifik. "Tren terbesar adalah penguatan di kawasan pantai dan pemantauan serta patroli maritim," lanjut Hardy.

Data dari lembaga Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa, saat ekonomi mereka meningkat pesat, belanja pertahanan negara-negara Asia Tenggara rata-rata naik 42 persen dari 2002 hingga 2011.

Singapura Terkaya

Sebagian besar alutsista yang mereka beli adalah kapal perang, kapal patroli, sistem radar, dan pesawat tempur. Mereka juga membeli kapal selam dan rudal anti kapal, yang efektif dalam melindungi jalur laut.

Selama berpuluh-puluh tahun, terutama selama Perang Dingin, banyak negara di Asia Tenggara sedikit yang berbelanja alutsista, dan rata-rata hanya membeli meriam dan tank kecil. Sebagian besar ancaman mereka saat itu bersifat internal, lagipula AS bertindak sebagai payung keamanan dari ancaman pihak luar.

Namun, seiring perkembangan situasi, orientasi belanja militer di kawasan ini pun berubah. Mereka kini membeli persenjataan canggih. Mengingat mereka adalah negara pesisir, pembelian lebih ditekankan pada pertahanan laut dan udara.

Itulah sebabnya Malaysia belakangan ini punya dua kapal selam canggih Scorpene dan Vietnam membeli enam kapal selam kelas Kilo dari Rusia. Thailand pun berencana membeli sejumlah kapal selam dan pesawat militer Gripen dari perusahaan Swedia, Saab AB. Pesawat tempur ini akan dipersenjatai rudal anti kapal RBS-15F buatan Saab, ungkap lembaga International Institute for Strategic Studies (IISS).

Singapura telah memesan jet tempur F-15SG dari Boeing Co. di AS dan dua kapal selam kelas Archer dari Swedia untuk menambah armada mereka. Sebelumnya, negara-kota itu sudah punya empat unit kapal selam Challenger.

Walau negerinya kecil, Singapura punya kocek melimpah untuk membeli alutsista canggih. Menurut IISS, Singapura pada 2011 memiliki anggaran pertahanan sebesar US$9,66 miliar. Jumlahnya hampir dua kali lipat dari tetangga-tetangganya, yaitu Thailand (US$5,52 miliar), Indonesia (US$5,42 miliar), Malaysia (US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar), ungkap IISS.

Sebagai negara kepulauan yang bergaris pantai sepanjang 54.700 km, Indonesia baru punya dua kapal selam. Kini Indonesia sudah pesan tiga unit baru dari Korea Selatan. Negara ini juga bekerjasama dengan China untuk memproduksi rudal anti kapal C-705 dan C-802 setelah menggelar ujicoba penembakan rudal Yakhont buatan Rusia pada 2011. 
Sumber : Vivanews

Nipah System Pertahanan Indonesia Garis Depan


: Terletak di garis terluar perbatasan Indonesia-Singapura, Pulau Nipah, Riau, dijadikan percontohan pengamanan pulau terluar oleh TNI.

Menurut Kepala Pusat Kolunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Mayjen TNI Hartind Asrin, Indonesia memiliki 92 pulau terluar, 12 di antaranya tak berpenghuni termasuk Pulau Nipah.

"Pulau yang berada di Selat Malaka ini dijaga satuan tugas (satgas) yang terdiri dari prajurit TNI Angkatan Laut (Marinir) dan TNI Angkatan Darat," ucapnya, saat kunjungan kerja ke Pulau Nipah, Riau, Rabu (10/10/2012).

Lebih lanjut ia katakan, segala hambatan yang masih dihadapi Satgas pengamanan perbatasan telah menjadi perhatian Kemenhan untuk dicarikan solusi.

"Di antaranya adalah penyediaan kapal di dermaga pulau itu untuk keperluan transportasi satgas. Sekarang kapal itu sudah dipesan berukuran 28 meter," ungkapnya.

Ia menambahkan, pemerintah akan menyempurnakan penyediaan listrik dengan memasang solar cell. "Kita juga akan bangun alat komunikasi, sehingga tidak lagi menggunakan sinyal dari Singapura," tegasnya.

Hartind menjelaskan, dalam pengelolaan wilayah di pulau seluas 60 hektare itu, pemerintah telah membagi dalam tiga kawasan. Wilayah pertama seluas 15 hektare di bagian utara untuk pertahanan. Wilayah kedua seluas 10 hektare di tengah untuk konservasi.

"35 hektare untuk zona ekonomi di bawah pengelolaan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)," urainya.

Untuk zona ekonomi, sambung Hartind, dimanfaatkan untuk menumbuhkan potensi Pulau Nipah dari segi ekonomi. "Tahun depan akan dibangun bunker bahan bakar untuk pusat pengisian bahan bakar kapal-kapal yang melintas. Kapal-kapal itu harus bayar," tandasnya.
Sumber : Sindo

Kemampuan Alutsista TNI Akan Ditingkatkan Signifikan


: Beberapa tahun terakhir alutsista TNI secara bertahap diperbaharui dan dilengkapi. Sedangkan untuk peningkatan kekuatannya yang signifikan, akan berlangsung dalam lima tahun ke depan.

Demikian disampaikan Presiden SBY dalam pembukaan kongres X Legiun Veteran RI. Acara digelar di Aula Gatot Subroto, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (9/10/2012).

"Dalam lima tahun ke depan akan ada peningkatan kemampuan alutsista TNI yang signifikan," kata Presiden SBY.

Peningkatan kemampuan alutsista itu berlaku bagi tiga angkatan bersenjata. Meliputi pengadaan kapal selam, kapal fregat, main battle tank, artileri, pesawat jet tempur dan helikopter serang.

Presiden kembali menegaskan, peningkatan kemampuan alutsista TNI bukan untuk agresi militer. Melainkan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan serta kedaulatan negara.

"Itu semua menunjukkan bahwa kita cinta damai, tapi NKRI adalah harga mati," tegas SBY disambut tepuk tangan 260 orang anggota LVRI dari berbagai daerah yang menjadi peserta kongres.

Kongres X LVRI berlangsung hari ini di Hotel Sultan, Jakarta. Ketua LVRI, Rais Abin, di dalam pidato sambutannya, SBY juga menyampaikan rasa terimakasih atas telah disahkannya UU Veteran.

"Ini menjadi bekal kami menjaga kehormatan dan meningkatkan kesejahteraan para veteran," ujar mantan Kepala BaIS itu.
Lima Tahun Kedepan Alutsista TNI Meningkat Tajam
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan demi menjaga dan mempertahankan keutuhan serta kedaulatan negara alutsista TNI secara bertahap diperbaharui dan dilengkapi.
"Dalam lima tahun ke depan akan ada peningkatan kemampuan alutsista TNI yang signifikan. Diantaranya pengadaan kapal selam, kapal fregat, main battle tank, artileri, pesawat jet tempur dan helikopter serang," ujar SBY dalam pidato pembukaan Kongres X Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (9/10/2012).
SBY menjelaskan peningkatan kekuatannya yang signifikan, akan berlangsung dalam lima tahun ke depan dan berlaku bagi tiga angkatan bersenjata.
"Hal ini dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan alutsista TNI bukan untuk agresi militer. Itu semua menunjukkan bahwa kita cinta damai, tapi NKRI adalah harga mati," tegas SBY.
Sumber : Detik

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...