Saturday, March 30, 2013

Evolusi Kavaleri Indonesia


Tank Vickers
Tank Vickers

Catatan Kapusenkav Brigjend TNI Purwadi Mukson
(Sang Macan dan Martabat Garuda) 

  Suatu hari di bulan November 1945. Kala itu pasukan Inggris tengah gencar-gencarnya membombardir Surabaya. Gelegar bom, mortir serta rentetan suara senapan membakar seisi kota. Dengan dalih balas dendam atas tewasnya Jenderal AWS Mallaby, terselip niat Inggris untuk menjajah Indonesia. Namun arek-arek Suroboyo tak tinggal diam. Mereka merencanakan suatu penyerangan ke kedudukan pasukan Inggris di HBS Straat.
Di tengah sengitnya pertempuran, salah seorang pemuda pejuang  bernama Soebiantoro yang memimpin pasukan 14 melihat satu unit tank tergeletak di sebuah bengkel. Dia beserta rekannya, yakni Ibnu Arli dan Sasmito, menghampiri tank Vickers peninggalan tentara Jepang. Kondisi mesin tank tersebut rusak. Senjata kaliber 12,7 mm yang menempel pun sudah tidak berfungsi. Oleh Soebiantoro, kendaraan tempur itu diperbaiki dan ternyata berhasil. Tank tersebut dikemudikan lantas dipakai untuk bertempur. Akhirnya bendera putih nampak berkibar di atas gedung HBS. Pasukan Inggris menyerah.

Indonesia kini punya senjata mesin canggih, SMML Kaliber 7,62 mm


 Wartawan Lensa Indonesia.Com sedang menguji coba kinerja SMML kaliber 7,62 mm 1 

Rudi Purwoko, wartawan Lensaindonesia.com diberi kesempatan  ”menguji coba” kinerja SMML kaliber 7,62 mm

Indonesia kini sedang mengembangkan prototipe senjata canggih yang diberi ama Senjata Mesin Multi Laras (SMML).
Senjata dengan kaliber 7,62 milimeter, senjata ini mampu melontarkan 3.000 butir peluru per menit.
Baca juga: 'Kepincut' Iptek, Indonesia Gandeng Negeri Ginseng dan Tangani Konflik Sosial, Polri Kini Bisa Pinjam Alutsista TNI
Yasdi, Teknisi Bagian Litbang Senjata PT Pindad, secara khusus kepada LICOM di Jakarta mengatakan, senjata mesin ini merupakan kerjasama PT Pindad dengan Dislitbang TNI-AD.
“Anggarannya dari Direktorat Litbang TNI-AD Tahun Anggaran 2012,” ujarnya tanpa mau menyebutkan besaran anggaran yang dikeluarkan untuk pegembangan senjata ini.
Menurut Yasdi, senjata ini pengembangan dari senjata Gatling untuk mendukung infantri dari belakang dan juga senjata untuk bertahan dari serbuan infantri. Selain itu, senjata ini diperlukan untuk mengatasi target yang berkecepatan tinggi. Biasanya targetnya adalah pesawat atau terget darat ketika ditembakkan dari udara.
“Senjata ini belum dipasarkan karena memerlukan pengujian mendalam di Pusdik Dislitbang TNI-AD,” katanya.
Pengujian ini, kata Yasdi, antara lain uji statis peluru yang menggunakan peluru dummy atau peluru hampa. Kemudian, ada uji sistem roda gir untuk menyesuaikan peluru keluar masuk dengan motor listrik. Insya Allah akhir tahun ini hasil ujinya selesai. Dan akan dipasarkan dengan harga jual sekitar Rp 1 miliar,” ungkap Yasdi.
Dari pantauan LICOM, senjata mesin multi laras (SMML) kaliber 7,62 mm ini disatu sisi memiliki keunggulan seperti mampu menembak 300 meter per menit untuk target bergerak cepat.

Senjata buatan Indonesia yang dibeli militer asing


6 Senjata buatan Indonesia yang dibeli militer asing
Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah giat-giatnya memodernisasi persenjataan yang dimilikinya atau biasa disebut alat utama sistem senjata (Alutsista). Diharapkan, beberapa tahun ke depan Alutsista TNI akan semakin lengkap dan modern.
Namun, kebanyakan Alutsista TNI masih berasal dari luar negeri alias bukan buatan bangsa sendiri. Salah satu Alutsista yang baru saja disetujui pembeliannya adalah Tank Leopark Ri dan A24 asal Belanda. Tank canggih itu rencananya akan didatangkan ke Indonesia mulai tahun ini.
Tank Leopard Ri dibanderol dengan harga USD 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4 miliar per unit. Kabarnya, Indonesia memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga USD 700 ribu atau Rp 6,7 miliar per unit.
Militer yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab, selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah negara di mata negara lain.
Namun, hal itu akan semakin lengkap jika Alutsista yang digunakan berasal dari hasil buatan sendiri, bukan hasil impor. Meski belum bisa memproduksi seluruh Alutsista yang diperlukan TNI, Indonesia nyatanya telah mampu menciptakan sejumlah senjata tempur.
Bahkan, Alutsista yang diciptakan putra-putri terbaik Tanah Air itu telah diminati oleh sejumlah negara di dunia. Berikut enam Alutsista produksi dalam negeri yang diekspor keluar negeri.

Sejarah dan Perkembangan Karabin (Carbine)

Karabin atau carbine adalah senjata api yang daya tembaknya tidak sebesar senapan laras panjang karena ukurannya lebih pendek. Banyak karabin yang dikembangkan dari senapan laras panjang. Meskipun menembakkan peluru/amunisi yang sama, namun kecepatan proyektilnya lebih rendah. Ada juga beberapa negara yang mengadopsi senapan laras panjang dan karabin yang secara teknis tidak berhubungan, misalnya amunisi yang digunakan berbeda atau sistem operasi internalnya berbeda. Namun karabin tetap berukuran lebih kecil dan daya tembaknya lebih lemah.
Pada era 1800-an karabin umumnya adalah senjata api untuk prajurit kavaleri (berkuda), sedangkan prajurit infanteri menggunakan senjata api yang lebih panjang dengan daya tembak yang lebih besar. Karabin yang lebih pendek dan ringan mudah dioperasikan untuk pertempuran jarak pendek (seperti pertempuran kota atau hutan) ataupun saat keluar dari kendaraan. Kelemahannya, bila dibandingkan dengan senapan laras panjang, adalah akurasi kurang bagus untuk sasaran jarak jauh dan jarak tembak efektif lebih pendek.

Malaysia Akan Beli 18 Pesawat Tempur




Malaysia telah membidik lima pabrik pesawat dalam upayanya membeli 18 pesawat tempur baru sampai 2015 demi memperbarui skuadron MIG-29 buatan Rusia yang dinilai sudah tua, demikian kementerian pertahanan Malaysia seperti dikutip Reuters.


Pilihan pabriknya jatuh di antara Typhoon buatan Eurofighter Inggris, JAS-39 Gripen buatan SAAB Swedia, Rafale buatan Dassault Aviation Prancis, F/A 18E/F Super Hornet buatan Boeing Amerika Serikat dan Su-30 buatan Sukhoi Rusia, kata Zahid Hamidi kepada Reuters.

PT. DKB Bangun Kapal Perang Jenis LST dan BCM


Model kapal BCM 5500 M2 dengan sistem RAS dipamerkan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari di Indo Defense 2012. (Foto: Berita Hankam)

, Jakarta: Angkatan Laut saat ini tengah membangun kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak) di galangan kapal PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari.

Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, Rabu (27/3), melaksanakan peninjauan di galangan I PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, Pondok Dayung, Jakarta Utara.

PT. DI Menjadi Ancaman Boeing Dan Airbus


Tidak sedikit yang masih meragukan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dalam membuat pesawat sekelas Airbus dan Boeing. Padahal sebenarnya PT DI yang memiliki banyak ahli-ahli pesawat terbang sangat bisa membuat pesawat seperti Airbus dan Boeing. Pertanyaannya boleh apa tidak?

"Siapa bilang kita tidak bisa buat pesawat seperti Airbus atau Boeing? Jawabannya sangat bisa. Tapi mau atau boleh kita buat? Siapa yang mau beli?," kata Vice President Corporate Communication PT DI, Sonni Ibrahim kepada detikFinance, di The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Para Pesaing Pesawat Produksi PT. DI


Total produksi pesawat PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sejak tahun 1976 hingga 2012 mencapai 347 unit, bukanlah angka yang sedikit, namun di luar sana, persaingan sangatlah ketat. Setidaknya ada 4 jenis pesawat yang menjadi pesaing berat PT Dirgantara, apa saja?

Dikatakan Vice President Corporate Communication PT DI Sonni Ibrahim ketika ditemui di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition, Kamis (28/3/2013), ada 4 pesaing berat PT DI saat ini.

Pesawat Tempur Made In Indonesia


Indonesia terus berusaha meningkatkan persenjataan militernya, termasuk juga membangung pesawat tempur sendiri. Saat ini Indonesia masih mengandalkan pembelian pesawat tempur dari Rusia yakni Sukhoi 30.

Vice President Corporate Communication PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Sonni Ibrahim mengatakan, sejak 2010 lalu Indonesia sudah mulai merancang pesawat tempur sendiri.

Kembali, Malaysia Berminat Akuisisi 4 Pesawat Produk PT. DI



Ikut berpertisipasinya PT Dirgantara Indonesia di Airshow The 12th Langkawi International Maritime & Exhibition ternyata membuat Malaysia berkeinginan membeli 4 pesawat buatan made in Bandung tersebut.

Vice President Sales and Marketing PT DI, Arie Wibowo mengungkapkan Malaysia akan membeli 4 pesawat buatan PT DI.

"Malaysia sudah menyatakan ingin membeli 4 pesawat PT DI," kata Arie ketika ditemui di Bandara Langkawi, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Dikatakan Arie, 4 pesawat tersebut yakni 2 CN295 MPA dan 2 pesawat CN235 ASW.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...