Saturday, November 17, 2012

SETELAH UAV, KINI F-16 ISRAEL DITEMBAK JATUH PEJUANG HAMAS




 Militer Israel mengkonfirmasikan lenyapnya sebuah pesawat F-16 bersama dua pilotnya di atas langit Gaza. Demikian dilaporkan FNA (16/11) mengutip televisi al-Manar Lebanon.
 
Sebelumnya, Brigade Izzuddin Qassam menyatakan, jet-jet tempur Israel terbang di pusat Jalur Gaza, menghalangi para pejuang Palestina mendekati lokasi jatuhnya pesawat Israel.
 
Al-Jazeera melaporkan, pesawat itu jatuh akibat tembakan roket dari darat ke udara milik Brigade Izzudin Qassam, sayap militer Hamas.
 
Muqawama Palestina juga berhasil menembak jatuh sebuah pesawat tanpa awak Israel di Jalur Gaza.

Dua Puluh Ribu Relawan Basij Iran Siap Dikirim ke Gaza

Pasukan relawan Basij Iran menggelar manuver bersandi "Muharram".
 
FNA (16/11) melaporkan, pasukan relawan Basij Isfahan yang jumlahnya mencapai 20 ribu orang itu menyatakan siap untuk dikirim ke Jalur Gaza guna menghadapi agresi rezim Zionis Israel.
 
Dalam manuver tersebut, para peserta mendapat pelatihan singkat terkait taktik militer.






Sumber : Irib

BELI ASTROS II, INDONESIA BUKAN YANG PERTAMA DI ASIA TENGGARA




Sejumlah koran hari ini memuat berita hangat kunjungan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin ke fasilitas Avibras di Brasil, terkait kesempatan pembelian 36 unit sista Astros II senilai 405 juta dollar. Sistem senjata roket yang mampu menjangkau jarak hingga 96 ini menurut rencana akan jadi dua batalyon kekuatan yang bernaung di bawah TNI AD. Berita ini tentu menggembirakan, tapi di Asia ternyata bukan Indonesia yang pertama menggunakannya. Negara pertama yang telah lebih dulu mengoperasikannya adalah Malaysia.

Merujuk Commando, Malaysia secara provokatif telah lebih dulu membeli Astros II dan menempatkannya di posisi yang bisa menjangkau Singapura. Kekuatan setara tiga baterai yang bernaung di bawah Army Field Command HQ ini operasional penuh sejak Januari 2006. Sista ini, seperti dikatakan petinggi militer Malaysia, akan dipergunakan sebagai respon pertama yang akan diturunkan seandainya Malaysia mendapatkan serangan dari musuh.

Tahun depan direncanakan roket ini sudah memperkuat sistem pertahanan Indonesia. Pembelian roket Astros dari Brasil, melengkapi kerja sama pertahanan Indonesia dengan Brasil setelh sebelumnya TNI AU memperoleh 16 unit pesawat EMB-314 Super Tucano. Total kontrak dengan Brasil untuk kedua sista ini mencapai 700 juta dolar AS atas sekitar Rp 6,7 triliun. Sejauh ini, selain Malaysia dan Indonesia, negara yang telah dicatat menggunakan sista Astros adalah Bahrain, Irak, Arab Saudi dan Qatar.

Roket sebagai alternatif alutsista artileri mengemuka sejak PD II. Di tangan Tentara Merah, kekuatan roket Katyusha mampu menyapu area (area saturation) dengan penghancuran lebih luas dan lebih cepat dibanding meriam howitzer, biarpun kalah dalam akurasi. Berpindah ke medan pertempuran modern, doktrin mengutub menjadi dua, antara AS yang mengandalkan Muntiple-Launch Rocket System (MLRS) canggih namun mahal, atau ikut doktrin Timur yang mengandalkan BM-21 Grad dan turunannya yang murah namun ketinggalan zaman.

Menyadari ada celah kosong di antara kedua seteru, pabrikan Avibras coba menawarkan sistem roket artileri yang terjangkau seperti Grad, namun akurat dan memiliki proteksi kru yang memadai seperti MLRS. Proyek yang dimulai dengan modal pribadi perusahaan dengan kode Astros II T-O Brucutu pada 1981 memilih sasis truk sebagai kendaraan pengusung sistem roket. Selain karena pertimbangan biaya, kemampuan lintas medan berat dan kemampuan diangkut pesawat sekelas C-130 Hercules menjadi pertimbangan utama.

Astros II unggul dalam hal roket yang dibawanya. Avibras sudah mendesain sistem roket Astros secara modular, sehingga mudah dikonfigurasi di lapangan sesuai kebutuhan. Roket-roket yang ada dimuat dalam kontainer roket yang pada gilirannya tinggal dimuat ke dalam kotak peluncur di atas sasis Astros II. Ada empat roket yang dipersiapkan Avibras, yang semua motor roketnya ditenagai oleh double-base propellant.

Kaliber terkecilnya 127mm SS-30, yang terpasang sebanyak 32 tabung per kotak peluncur. Roket berhulu-ledak HE (High Explosive) dengan panjang 3,9m dan berbobot 68 kg sebuahnya ini mampu menjangkau sasaran sejauh 30 km. Roket kedua, SS-40, memiliki kapasitas maksimal 16 roket dalam satu tabung peluncur. Selongsong roketnya memiliki empat sirip (fins) dengan panjang 4,2 m dan berbobot 152 kg sebuahnya. Jarak jangkaunya antara 15-35 km. Soal hulu ledak, SS-40 cukup fleksibel. Jika mau HE ada, bila memilih amunisi cluster/ bomblet (tandan) DP (Dual Purpose) antimaterial dan personel juga tersedia.

Khusus amunisi bomblet, dimensinya 39x13cm, dengan sumbu impak mekanis. Tiap bomblet dilengkapi pita-parasut yang berfungsi menahan dan menstabilkan arah jatuh. Kategori ketiga, SS-60 yang merupakan pengembangan dari SS-40. Punya sosok lebih besar sepanjang 5,6 m dan berbobot 595 kg, konsekuensinya SS-60 bisa menampung 65 bomblet. Jangkauannya antara 20-60 km dengan waktt tempuh 117 detik untuk mencapai jarak maksimal 60 km. Jadi di luar jangkauan artileri meriam 105-120 mm.

Roket terakhir, SS-80, lahir belakangan pada 1995, dengan sosok tak jauh beda dengan SS-60. Daya jangkaunya yang mencapai 90 km dimungkinkan berkat propelan baru. Selain itu, SS-80 bisa dimuati senjata kimia mematikan, walaupun belum pernah dipergunakan dalam pertempuran aktual.

Astros sudah battle proven. Perang Teluk II tahun 1991 menjadi saksi bagaimana Irak dan Arab Saudi saling mengadu Astros II yang mereka miliki, dengan Irak mempergunakan varian lokal dari SS-60 yang disebut Sajeel-60. Saking terkenalnya, AS sampai mempergunakan gambar Astros II yang dihajar F-15E Strike Eagle dalam pamflet propaganda yang meminta tentara Irak untuk menyerah tanpa perlawanan





Sumber : Angkasa

UPAYA TNI AU MENJADIKANNYA ELANG PENGINTAI





 Pensiunnya pesawat tempur A-4 Skyhawk, meninggalkan pula berbagai peralatan yang sejatinya masih bisa dan layak digunakan. Salah satunya adalah pod kamera pengintai Vicon 70. Dengan telah berakhirnya masa operasional pesawat A4 Sky Hawk, maka berakhir pula pengoperasian kamera pod Vicon 70. Hal tersebut berdampak pada menurunnya kemampuan TNI-AU dalam hal pengamatan udara.
 


Akan tetapi, bukan TNI-AU namanya kalau tidak kreatif. Pod kamera yang ada oleh Dislitbang TNI-AU kini sedang diteliti agar bisa dimanfaatkan di pesawat Hawk 109/209. 

Proses penelitian itu sendiri diantaranya mempelajari sistem wiring kamera pod Vicon 70 dan sistem wiring pesawat Hawk 109/209, memperbaiki dan mengoperasikan kembali kamera pod vicon 70, mempelajari sistem penempatan kamera pod vicon 70 pada pesawat Hawk 109/209 dan membuat simulasi aerodinamika kamera pod. 

Selain itu, turut dibuat pula switch on-off pengoperasian kamera pada kokpit pesawat.


Vicon 70 sendiri merupakan kamera pengintai yang biasa digunakan oleh pesawat tempur subsonik. Meski berusia lumayan tua, Vicon 70 sudah menganut konsep modular. Isi dari pod bisa diganti berbagai tipe kamera sesuai kebutuhan. Standarnya, Vicon 70 total mempunyai 4 kamera. Yaitu sebuah kamera oblique ke depan, 2 buah kamera vertikal serta sebuah kamera panoramic.



Diduga, sampai saat ini Pod kamera tersebut belum diuji terbang di pesawat Hawk 109/209.  Jika upaya ini berhasil, maka TNI-AU kembali mampu mengoperasikan Elang Pengintai. BRAVO TNI-AU..!!





Sumber : ARC

ANGKATAN LAUT IRAN UKIR PRESTASI DI TENGAH SANKSI




Komandan Angkatan Laut Iran Laksamana Habibollah Sayyari mengatakan, Republik Islam telah mengubah sanksi internasional menjadi peluang di ilmu maritim.
 
"Produksi kapal-kapal perusak modern oleh para pakar Iran menunjukkan bahwa sanksi telah berubah menjadi peluang," kata Sayyari pada hari Kamis (15/11).
 
Dia menjelaskan bahwa Iran telah mencapai kemajuan tinggi di bidang pengetahuan maritim setelah Revolusi Islam dan secara langsung mempengaruhi semua keputusan dan proyek di wilayah tersebut.
 
Sayyari mencatat bahwa para ahli Iran menciptakan kapal perusak canggih dan kapal selam dengan menggunakan teknologi terbaru yang hanya dikuasai oleh segelintir negara di dunia.
 
Angkatan Laut Iran telah memfokuskan diri di perairan internasional dalam beberapa tahun terakhir, mengerahkan kapal-kapal perang di Samudera Hindia dan Laut Mediterania.
 
Sejalan dengan upaya internasional anti-pembajakan, Angkatan Laut Iran telah melakukan patroli di Teluk Aden sejak November 2008 dalam rangka untuk melindungi kapal dagang dan tanker minyak yang dimiliki atau disewa oleh Iran atau negara lain. 





Sumber : Irib

CHINA UNVEILS YI LONG UAV




China has unveiled for the first time its Yi Long unmanned aerial vehicle (UAV) local media reported on Wednesday, which its makers claim is far cheaper than its Israeli and American analogs at less than $1 million.

The UAV, which was unveiled at the Air China aerospace show in Zhuhai on Tuesday, has been under development by the Chengdu aircraft-building institute since 2005, and made a first test-flight in 2008, and has only been previously shown in model form.

Yi Long can be used for military or civil tasks, the makers say, including geophysical or post-disaster survey work. The aircraft has a length of 9.34 meters, a wingspan of 14 meters and a mass of just over a ton. It has a ceiling of 5,300 meters and a range of 4,000 kilometers, with an endurance of up to 20 hours.

Pictures shown on Sky News show it has having a similar configuration to the US-made MQ-9 Reaper, with a pusher engine, V-tail, long-span straight wing, and fuselage shape configured for low radar cross-section. It was also shown armed with under-wing missiles, and an electro-optical sensor turret under the forward fuselage.

The Chinese say the UAV has “already successfully entered the international market,” but provided no further details.





Source : Defencetalk

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...