Monday, July 01, 2013

IFV TULPAR

Tulpar IFV,Otokar
Tulpar,kendaraan tempur infanteri ini dikembangkan oleh perusahaan swasta Otokar.ini merupakan kendaraan tempur lapis baja Turki yang diperkenalkan pada 2013.IFV dengan nama Tulpar merujuk kepada mitologis kuda bersayap.Baru baru ini Otokar memperkenalkan sejumlah kendaraan lapis baja baru.disamping itu juga bertanggung jawab bagi pengembangan MBT baru altay.Tulpar sendiri diperuntukkan bagi pengadaan alutsista Angkata Darat Turki dan juga pelanggan ekspor.Militer Turki mungkin akan membutuhkan sekitar 400 unit dari kendaraan tersebut.Azerbaizan sudah menyatakan niatnya untuk mengorder IFV ini.S

TOPOL ( SS-25 SICLE ) RUDAL BALISTIK ANTAR BENUA



TOPOL TEL ( SS-25 Sicle ) Rudal balistik antar benua
TOPOL RS 12M dengan julukan NATO SS-25 Sickle merupakan rudal balistik antar benua. Pembangunan rudal disetujui pada tahun 1977.ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari rudal balistik jarak menengah Pioneer RSD-10 ( SS-20 Sable ),uji coba dilakukan antara tahun 1983 dan 1987.Topol memasuki layanan Soviet Strategic Rocket Forces pada tahun 1988 dan ini merupakan rudal balistik Mobile pertama Soviet yang pada saat ini ada dalam pelayanan dengan Russia.Ada 360 rudal ini telah dibuat hingga 1996.Pada 2012 Russian Strategic Rocket Forces memiliki 120 rudal Topol operasional aktif.

Rapier : Andalan TNI 2 Dekade


Foto: L.I...

Req : Cece ( Melta Mariana Selviani )

Rapier : Berjaya di Malvinas Jadi Andalan TNI 2 Dekade

Dampak perang Malvinas yang terjadi pada tahun 1982 nyatanya ikut memicu perkembangan militer TNI (dahulu ABRI). Diantara beragam kisah unggulnya alutisista Inggris melawan militer Argentina, terdapat sista pertahanan udara (hanud) yang menarik hati pemerintah Indonesia pada masa itu, tak lain adalah rudal Rapier buatan pabrik British Aerospace.

Rapier adalah rudal darat ke udara (SAM/surface to air missile) yang berperan untuk menghancurkan sasaran pesawat tempur yang berkecepatan tinggi. Kecepatan luncur rudal ini bisa mencapai 2,5 Mach, terbilang handal untuk melahap target pesawat tempur yang bermanuver tinggi. Selama kancah perang Malvinas, setidaknya Rapier sudah merontokkan 14 pesawat tempur Argentina. Rapier sejatinya adalah rudal pertahanan udara jarak pendek (short range), maka itu Rapier amat pas menghajar sasaran yang terbang rendah dengan kecepatan tinggi.

Satu satuan tembak (satbak) Rapier umumnya terdiri atas peluncur berisi empat rudal, penjejak optik, panel kontrol, dan catu daya (genset). Mulanya sistem ini dirancang untuk menghadapi serangan pesawat yang terbang rendah dan cepat, dalam jumlah banyak di siang hari. Tapi, yang dibeli Indonesia nyatanya diberi perlengkapan tambahan berupada radar blindfire. Radar blindfire memungkinkan Rapier tetap ampuh pada melahap sasaran di malam hari. Keampuhan Rapier dengan blindfire ini, agaknya, cukup meyakinkan.

Rapier milik Arhanud TNI AD, terlihat peluncur ditarik dengan jip Land Rover

Rapier mulai dikembangkan pada tahun 1960-an sebagai proyek ET.316, dan mulai masuk operasional di AD Inggris pada tahun 1971. Saat pertama kali dicoba, akhir tahun 70-an, Rapier berhasil menghantam target yang terbang melaju pada kecepatan 0,6 Mach (0,6 kali kecepatan suara) di ketinggian 600 meter. Dalam operasionalnya, Rapier tak akan menghantam pesawat sendiri di tengah kekacauan perang. Sebab, rudal dengan bobot 42 kg ini memiliki sarana elektronik IFF (Identification Friend or Foe). Artinya, sistem Rapier dilengkapi dengan pengirim sinyal radio dalam bentuk kode yang harus dliawab secara otomatis, dengan kode yang telah ditentukan. Bila pesawat yang ditemukan radar memberi kode yang benar, radar pun akan bergerak mencari sasaran lain. Bila tidak, alarm berbunyi dan rudal pun siap ditembakkan.



Operator Rapier mempunyai dua pilihan, mengendalikan rudal dengan tangan atau menyerahkannya pada radar. Untuk pengendalian dengan tangan, tersedia tongkat yang dapat digerakkan ke segala arah yang diinginkan. Bila sasaran berada dalam jarak tembak, komputer akan memberi tanda, dan rudal pun ditembakkan. Melalui layar televisi, operator memastikan rudal menghantam sasaran dengan menggerakkan tongkat. Hulu ledak rudal ini hanya akan meledak bila mengenai sasaran. Keunggulan lain dari Rapier adalah sistemnya bisa digelar oleh tiga orang dalam tempo kurang dari 15 menit .

Rapier di Indonesia
Selain kepincut karena battle proven saat perang Malvinas, alasan TNI mengadopsi rudal ini karena Rapier telah banyak digunakan oleh banyak negara, terutama negara NATO. Dan dikawasan ASEAN, Indonesia adalah negara ketiga yang membeli Rapier, setelah Brunei Darussalam dan Singapura. Keseragaman di bidang persenjataan antar negara tetangga kala itu menjadi pertimbangan penting, diharapkan dengan memiliki standar alutsista yang sama, maka program kerjasama akan mudah dilakukan bila suatu saat diperlukan.

Menurut informasi dari Majalah Tempo (22 Desember 1984), kontrak pembelian Rapier dilakukan pemerintahh RI lewat Departemen Pertahahan pada bulan pertengahan bulan Desember 1984. Disebutkan kontrak pembelian Rapier saat itu sekitar Rp 125 milyar. Pihak British Aerospace akan mengirim sejumlah unit rudal Rapier mulai tahun berikutnya.

Menurut informasi tak resmi, Indonesia membeli sebanyak 51 launcher (peluncur) Rapier. Rudal canggih ini pun langsung ditempatkan untuk menjaga obyek vital, seperti di Arun (NAD), Cikupa (Jawa Barat), Karang Ploso (Malang-Jawa Timur), Bontang (Kalimantan Timur) dan Dumai (Riau). Untuk pengoperasian rudal ini dipercayakan pada Satuan Artileri Perthanan Udara (Arhanud) TNI AD. Unit Arhanud TNI AD yang mengoperasikan Rapier diantaranya Detasemen Arhanud (Denarhanud) Rudal 001 di Kodam Iskandar Muda, Denarhanud Rudal 002 di kodam VI/Tanjungpura, Denarhanud Rudal 003 di Kodam Jaya dan Denarhanud Rudal 004 di kodam I/Bukit Barisan. Rudal ini kabarnya baru mulai operasional di Indonesia pada tahun 1987.

Rapier Arhanud TNI AD dalam sebuah defile

Radar Blindfire

Setiap Denarhanud terdiri dari 11 (sebelas) satbak Rudal Rapier, komposisi ini dicontohkan pada Denarhanud Rudal 002. Setiap satbak Rapier terdiri dari :
1. Peluncur (Launcher).
2. Penjejak Optik (Optical Tracker).
3. Alat Bidik Bantu (Pointing Stick).
4. Unit Pengendali Taktis (SEZ = Selector Engagement Zone).
5. Sarana Peyakin Operator (OCF = Operator Confidence Facility).
6. Rudal (Missile).
7. Generator (GSGE = Generator Set Gasoline Engine).

Selain itu 1 (satu) satbak Rapier juga dilengkapi dua unit kendaraan penarik jenis Land Rover 110 yang terdiri dari 1 (satu) unit FUT (Firing Unit Truck) dan 1 (satu) unit DSV (Dettachment Support Vehicle). Tiap satbak Rapier diawaki oleh depalan orang personel, terdiri dari 1 (satu) orang Komandan Satuan Tembak (Dansatbak), 1 (satu) orang Bintara Satuan Tembak (Basatbak), 2 (dua) orang Bintara Penembak (Babak), 2 (dua) orang Tamtama Operator (Taop) dan 2 (dua) orang Tamtama Pengemudi (Tamudi).



Untuk menambah kemampuan deteksi, tiap Denarhanud dilengkapi satu unit Radar Radar Giraffe yang merupakan Radar Peringatan Setempat sekaligus Radar Pengendali Pertempuran bagi Satbak-Satbak Rudal Rapier. Radar Giraffe dapat menangkap 9 (sembilan) sasaran sekaligus, dan dapat membaginya ke Satbak-Satbak Rudal Rapier secara terintegrasi. Radar Giraffe yang ada di satuan Denarhanud Rudal-002 Dam VI/Tpr ditempatkan di atas kendaraan Truck 16 Ton merk Volvo.

Radar Giraffe milik satuan Arhanud TNI AD

Mengingat bahwa Satbak Rudal Rapier mempunyai sifat-sifat yang khusus, maka daerah gelar Satbak Rudal Rapier harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.Medan harus cukup luas dan keras untuk menggelar semua peralatan.
2. Jalan pendekat (masuk dan keluar) cukup baik.
3. Mempunyai sektor tembakan yang tidak terhalang.
4. Jauh dari tegangan tinggi minimal 300 meter.
5. Kemiringan tempat gelar daripada Launcher (Peluncur) tidak boleh lebih dari ± 90 mil (± 5º ).
6. Sudut elevasi antara Launcher dengan Optical Tracker tidak boleh lebih dari ± 180 mil (± 10º).
7. Jarak antara Launcher dengan benda-benda yang mudah terbakar atau gedung-gedung ± 10 meter.
8. Jarak antara Launcher dengan Runway dan Taxiway ± 30 meter.

Sudah Pensiun
Karena usian yang tua, kini arsenal Rapier telah dinyatakan pensiun dari kedinasan dan disimpan dalam depo TNI AD. Hal ini didasarkan Rapier telah melewati batas Lost Point maksimal sehingga sudah tidak aman lagi untuk ditembakkan, ini berdasarkan Surat Telegram Danpussenart Nomor ST/62/2002 tanggal 15 Agustus 2002 tentang larangan untuk menembakkan Missile Rudal Rapier yang masih tersisa. Sebagai penggantinya, tiap Denarhanud TNI AD kini mengoperasikan kanon 23 mm/Zur komposit dengan Rudal Grom yang merupakan senjata anti pesawat udara buatan Polandia.

Rapier kini sudah pensiun dalam kedinasan Arhanud, Rapier saat ini masih disimpan dalam depo

Rapier Next Generation
Melihat kisah sukses Rapier, pihak manufaktur rudal ini pun mengembangkan spesifikasi Rapier menjadi “Rapier 2000”. Rapier anyar ini ditawarkan oleh MBDA (perusahaan hasil merger dari British Aerospace, Aerospatiale Matra Missile dan Finmeccanica). Diantara fitur yang ditawarkan Rapier 2000 adalah integrasi sistem peluncur Jernas. Jernas menjadikan unit Rapier tampil lebih ringkas, dalam satu peluncur sudah terintegrasi generator dan optical tracker. Selain Inggris, Jernas saat ini digunakan oleh AD Malaysia. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Jernas Rapier 2000, peluncur dapat mengusung 8 rudal sekaligus

Spesifikasi Rapier
Mesin : Roket berbahan bakar padat
Berat : 45 Kg
Panjang : 2,235 meter
Diameter : 0.133 meter
Kecepatan : 2,5 Mach
Jangkauan : 400 – 6,800 meter
Ketinggian : 3000 meter
Hulu ledak : Peledak fragmentasi
Platform peluncur : kendaraan darat
Negara pengguna : Inggris, Indonesia, Turki, Malaysia, Swiss, Singapura, dan AustraliaDampak perang Malvinas yang terjadi pada tahun 1982 nyatanya ikut memicu perkembangan militer TNI (dahulu ABRI). Diantara beragam kisah unggulnya alutisista Inggris melawan militer Argentina, terdapat sista pertahanan udara (hanud) yang menarik hati pemerintah Indonesia pada masa itu, tak lain adalah rudal Rapier buatan pabrik British Aerospace.

Rapier adalah rudal darat ke udara (SAM/surface to air missile) yang berperan untuk menghancurkan sasaran pesawat tempur yang berkecepatan tinggi. Kecepatan luncur rudal ini bisa mencapai 2,5 Mach, terbilang handal untuk melahap target pesawat tempur yang bermanuver tinggi. Selama kancah perang Malvinas, setidaknya Rapier sudah merontokkan 14 pesawat tempur Argentina. Rapier sejatinya adalah rudal pertahanan udara jarak pendek (short range), maka itu Rapier amat pas menghajar sasaran yang terbang rendah dengan kecepatan tinggi.

QW-3 : Rudal Panggul Andalan Paskhas TNI AU


Foto: L.I...

Req : Cece ( Melta Mariana Selviani )

QW-3 : Rudal Panggul Andalan Paskhas TNI AU

Setelah cukup lama tak mengoperasikan rudal, akhirnya saat ini Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU kembali dipercaya mengoperasikan rudal anti serangan udara alias SAM (surface to air missile). Tapi beda dari tahun 60-an, kala itu TNI AU punya arsenal monster SAM SA-2 , yakni rudal berjangkauan jarak sedang yang punya kecepatan 3,5 Mach dan jadi momok menakutkan bagi pesawat tempur NATO.

Nah, lima dekade telah berlalu, saat ini Paskhas TNI AU sayangnya tak lagi mengoperasikan rudal hanud (pertahanan udara) jarak sedang. Konon sesuai kebutuhan strategis, Paskhas TNI AU kini justru mengusung alutsista berupa rudal SAM jarak pendek, rudal yang dimaksud tak lain adalah QW (QianWei)-3 buatan CPMIEC (China National Machinery Import and Export), RRC. QW-3 terbilang alutsista anyar di lingkungan TNI, rudal ringan ini kabarnya baru masuk ke arsenal alutsista TNI AU pada kuartal kedua tahun 2010 lalu. Salah satu kesatuan Paskhas yang pertama mengoperasikan QW-3 yakni Skadron Paskhas 463 di Madiun, Jawa Timur.

Ditilik dari spesifikasinya, QW-3 merupakan jenis rudal panggul hanud permukaan ke udara untuk menghadapi sasaran pesawat tempur berkecepatan tinggi/rendah dengan ketinggian rendah maupun sangat rendah. Sebagai rudal hanud berjangkauan jarak pendek, jarak tembak maksimumnya hanya sampai 8 Km dengan ketinggian maksimum 5 Km. Dilihat dari profilnya jelas QW-3 amat ideal menghantam pesawat tempur atau helikopter lawan yang terbang di ketinggian rendah.

Tak seperti rudal panggul (portable) yang ada saat ini, QW-3 yang pertama kali diperkenalkan pada Zhuhai Air Show di Cina tahun 2002, tak menggunakan sistem pemandu passive infra red. Rudal ini justru menggunakan pemandu semi aktif laser yang ditempatkan pada bagian moncongnya. Dengan pemandu laser, rudal ini relatif tahan terhadap flare (pengecoh panas) yang diluncurkan pesawat sasaran. Teknologi lain yang melengkapi QW-3 adalah anti jamming. Untuk mendukung manuver tinggi saat menguber dan menghancurkan, rudal ini dilengkapi teknologi mikro komputer.

Tak mudah bagi pesawat untuk lolos bila telah dikunci oleh rudal ini, kecepatan luncur rudal ini terbilang fantastis untuk kelas rudal panggul, yakni 750 meter per detik, atau sekitar 2,7 Mach. Hulu ledaknya mengadopsi jenis high-explosive fragmentation dengan radius mematikan 3 meter.

Keunggulan lain dari rudal ini dapat membuat analisa logis dari energi target dan karakteristik gerakan dari target serta mengenali target secara efektif tanpa hambatan. Adapaun sistem perlengkapan rudal QW 3 dan BCU (Battery Coolant Unit) tersimpan dalam wadah tertutup rapat (kedap udara, anti kelembaban tahan lama), ukurannya kecil dan portable, sehingga dapat diaplikasikan pada kendaraan tempur (tank, mobil tempur dan kendaraan lainnya).


Sebagai rudal panggul, pengoperasian QW-3 terbilang sederhana dan punya mobilitas sangat tinggi. QW-3 diawaki oleh seorang juru tembak dengan posisi menembak berdiri. Selain bisa dioperasikan lewat panggul oleh seorang prajurit, untuk menjaga ke stabilan rudal seberat 23 Kg ini juga dipasangkan pada dudukan tripod pada kendaraan jip.

Saat digunakan oleh Paskhas, QW-3 tercatat sudah beberapa kali diujicoba, seperi di Garut, Jawa Barat pada 9 Juli 2010. Rudal yang diujicoba sebanyak empat buah. Sasaran tembaknya adalah beberapa pesawat yang menggunakan remote control, “tujuan kegiatan ini untuk mengetahui ketepatan maksimal sasaran tembak. Hasil uji coba cukup berhasil karena tepat mengenai sasaran,” ujar Kepala Penerangan Pasukan Khas TNI AU Lanud Sulaeman, Letnan Kolonel Sus Ahmad Nairiza, dikutip dari Tempointeraktif.com (9/7/2010).


Selain di Garut, sebelumnya QW-3 juga diujicoba di pantai selatan kabupaten Pacitan pada kamis (10/6/2010) disaksikan oleh para pejabat TNI AU, Dephan, dan Mabes TNI. Kegiatan uji tembak tersebut dapat berjalan dengan lancar dan cukup berhasil ditandai dengan tembakan Rudal mengenai sasaran tembak berupa pesawat target drone. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi QW-3
Panjang : 2,1 meter
Berat : 23 Kg
Jangkauan : 0,8 – 8 Km
Ketinggian max : 5 Km
Kecepatan luncur : 750 meter per detik/2700 Km per jam
Hulu ledak : high-explosive fragmentation
Mesin : Roket berbahan bakar padat
Pemandu : semi aktif laserSetelah cukup lama tak mengoperasikan rudal, akhirnya saat ini Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU kembali dipercaya mengoperasikan rudal anti serangan udara alias SAM (surface to air missile). Tapi beda dari tahun 60-an, kala itu TNI AU punya arsenal monster SAM SA-2 , yakni rudal berjangkauan jarak sedang yang punya kecepatan 3,5 Mach dan jadi momok menakutkan bagi pesawat tempur NATO.

Jerman: AS Anggap Kami Seperti Musuh

BERLIN – Pemerintah Jerman tidak
percaya mereka disadap oleh intelijen
Amerika Serikat (AS). Mereka merasa
diperlakukan layaknya musuh.
Aksi itu terungkap dalam dokumen
yang dibocorkan Edward Snowden.
Selain Jerman, AS juga menyadap
negara anggota Uni Eropa (UE)
lainnya .

Sejarah Rudal S-300


 

Sejarah sistem hanud yaitu keluarga S-300. Sistahanud S-300 saat ini masih menjadi tulang punggung utama pertahanan udara Rusia dan negara-negara importir seperti China, Vietnam dan pecahan Uni Soviet seperti Polandia, Rep Ceko dan Ukraina.

Sekalipun belum pernah "mencicipi" medan tempur sesungguhnya namun performa keluarga S-300 sangat diperhitungkan, radar komando serang dan radar manajemen tempur Phased array, rudal dengan performa tinggi berkecepatan mach 6 dan kemampuan manuver 30-60 G dan sistem pemanduan SAGG (Seeker Aided Ground Guidance) serta mobilitas untuk seluruh komponen baterai merupakan fitur-fitur utama dari keluarga S-300 yang membuatnya mampu menggentarkan calon-calon penyerang negara pemilik.

Kevin Rudd Set to Give C-130H and Boats to Indonesia



RAAF C-130H Hercules (photo : Jubes474)

Kevin Rudd set to give planes and boats to Indonesia in visit this week

Kevin Rudd will take a kitbag of goodies to Indonesia this week as he seeks more help from that county to curb the boat flow.

The secondhand C-130 Hercules planes that Indonesia was going to buy at “mates rates” will now be a gift, and there will be patrol boats (customs not naval) thrown in. There could also be developmental aid.

The whole package could cost hundreds of millions of dollars.

Berita Foto : Kapal LST Dan BCM Produksi Anak Bangsa


Perusahaan pelat merah, PT DOK dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) saat ini tengah membangun kapal perang pesanan TNI AL dan Departemen Pertahanan RI.

Seperti yang terlihat miniaturnya di acara BUMN Innovation Expo & Award 2013 di JCC Senayan Jakarta.

Analis : Ini Alasan Indonesia Harus Memiliki Skuadron Su-35S


Jet Tempur SU-35 take off demonstrasi terbang di Le Bourget Airport dekat Paris, dua hari sebelum Paris Air Show (photo:REUTERS/Pascal Rossignol)
Jet Tempur SU-35 take off demonstrasi terbang di Le Bourget Airport dekat Paris, dua hari sebelum Paris Air Show

Pameran industri penerbangan dan kedirgantaraan Paris Air Show ke-50, muncul dengan berbagai kejutan sekaligus kekecewaan. Ketika negara negara lain tampil lesu hanya dengan penerbangan statik, jet tempur Sukhoi Su-35s Rusia meliuk-liuk, mencuri perhatian dan mengejutkan para pengunjung. Manuver tingkat tinggi dan akrobatik yang ekstrim dari Su-35s yang menghiasi langit Kota Paris berhasil memonopoli pembicaraan di ajang Paris Air Show 2013. Bahkan secara berseloroh mereka mengatakan UFO over Paris ?.
Setelah Rusia mempertontonkan jet tempur tercanggih mereka di Perancis, media-media barat setuju bahwa jet terbaru Rusia Su-35s buatan Sukhoi masuk ke kelas fighter terbaik dunia.

4 Unit Super Tucano Kembali Tiba Indonesia Agustus 2013




30 Juni 2013, Malang: Untuk merencanakan hal-hal yang berkaitan dengan alutsista yang baru maupun yang mengalami pergantian pada saat alutsista tiba dan diserahkan, perlu memikirkan pemeliharaan. Baik itu dari segi pembinaan personel maupun dari segi pembinaan materiel. Demikian penjelasan Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin, saat meninjau Skadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abd Saleh, Jum’at, (28/6).

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...