Tuesday, April 15, 2014

Menyongsong Kogabwilhan


Kesiapsiagaan Marinir Indonesia
Penghebatan dan pembagusan kekuatan pertahanan RI di era SBY yang akan berakhir beberapa bulan ke depan, akan “dipuncakpasskan” dengan pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan). Model pertahanan ini adalah komando integrasi matra AD, AL dan AU dalam ruang wilayah masing-masing dengan kemampuan reaksi cepat bersengat lebah jika ada yang berani mengancam dan mengganggu teritori.

Konsep pertahanan seperti ini sejatinya akan mengurai Java Centris dalam pola pemusatan kekuatan militer RI.  Lihat saja selama ini dimana sih alamat Divisi I dan II Kostrad.  Lihat saja dimana lokasi pangkalan utama AL dan komando kekuatan Marinir berada.  Meski beberapa skuadron jet tempur ada di luar Jawa tetap saja pergelaran kekuatan militer dan alutsista ada di jantungnya Indonesia, pulau Jawa.  Bahkan seluruh MBT Leopard dan Tank Marder yang akan datang dalam waktu dekat masih  juga diletakkan di Jawa.
Mengingat luasnya wilayah tanah air kita dan untuk merespon cepat pengamanan teritori Indonesia, sangat dibutuhkan model pertahanan wilayah gabungan. Kogabwilhan berbeda dengan Kowilhan yang dibubarkan pertengahan tahun 80an.  Kowilhan lebih berorientasi pertahanan darat meski membawahi Kodau dan Daeral di wilayahnya.  Maklum saja jumlah armada kapal perang hanya berkisar 80an, Marinir hanya 3 batalyon dan alutsista udara semacam pesawat tempur saat itu masih ditumpuk di Jawa dan hanya memiliki 3 skuadron.

Bushmaster Kopassus


 Kopasus bersama Rantis Bushmaster

Kopasus bersama Rantis Bushmaster
Thales Australia telah menjual kendaraan tempur Bushmaster 4×4 ke Indonesia dan Jepang. Penjualan ini sekaligus menandai penjualan pertama Bushmaster 4×4 ke negara Asia.
Menurut IHS Jane, tiga varian bushmaster telah dikirim ke Indonesia, untuk Kopassus pada bulan Februari 2014. Informasi ini diperoleh IHS Jane dari Kementerian Pertahanan Australia pada April 2014. Kontraknya telah dilakukan pada akhir tahun 2013.

Penjualan ke Pasukan Bela diri Jepang diumumkan 7 April 2014, meliputi empat unit dengan model yang sama, dengan rencana pengiriman di akhir tahun 2014. Hal ini disampaikan Thales Australia.

Bushmaster di Lanud Halim Perdanakusuma
Bushmaster di Lanud Halim Perdanakusuma

15 Perusahaan Industri Pertahanan Indonesia Unjuk Gigi di Malaysia


15 Perusahaan Industri pertahana‎n Indonesia pamer kekuatan dalam pameran produk 'Defence Service Asia (DSA) 2014' di Kuala Lumpur, Malaysia. Keikut sertaan mereka dalam rangka mempromosikan industri pertahanan Indonesia.

Dalam siaran pers Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Minggu (13/4/2014), DSA Malaysia ini merupakan ajang pameran produk industri pertahanan yang digelar 2 tahun sekali.

Perusahaan Indonesia yang ikut itu terdiri atas 5 perusahaan BUMN yakni PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT LEN Industri, dan PT Dok Kodja Bahari.

Sedang 10 perusahaan swasta yang ikut yakni PT Famatex, PT Lundin Industry Invest, PT Saba Wijaya Persada, PT Sari Bahari, PT Palindo Marine. PT Indo Guardika Cipta Kreasi, PT Infoglobal Teknologi Semesta, PT Garda Persada, PT Persada Aman Sentosa, dan PT Daya Radar Utama.

"Keikutsertaan industri pertahanan Indonesia dalam rangka DSA 2014 ini merupakan implementasi strategi pemerintah dalam memajukan industri pertahanan dalam negeri," tulis Kemenhan dalam siaran persnya.

Blaar! Dan Tank Retrofit itu pun Mengaum


http://arc.web.id/images/stories/AMXNEMBAK/amxnembak%201%20copy.jpg
Sedikit menjauhkan diri dari hiruk pikuk ibukota yang tengah mempersiapkan diri dalam menghadapi Pemilu Legislatif 2014, ARC  memperoleh kesempatan untuk ikut dalam uji tembak first article tank AMX-13 hasil retrofit yang dikerjakan Pindad. Setelah pada minggu sebelumnya diuji kemampuan olah otomotifnya, pada tanggal 7-8 April 2014 AMX-13/105 diuji kemampuannya dalam melontarkan munisi 105mm Perancis dari kanon CN105-57G1 yang terpasang di kubah FL-12 buatan perusahaan Perancis Fives Babcock Cail.

http://arc.web.id/images/stories/AMXNEMBAK/amxnembak%202%20copy.jpg

Tighter Budgets Limit Southeast Asian Plans


Vietnam shows its first Kilo-636 submarine on Jan. 3.
 

Vietnam shows its first Kilo-636 submarine on Jan. 3. (Agence France-Presse)

In much of Southeast Asia, budgets are smaller and ambitions more limited compared with neighbors to the north, and many countries are trying to rid themselves of much older equipment. But Singapore and Vietnam are generally better equipped and have more extensive plans.

Malaysia: Shifting Plans

Tight budgets are forcing Kuala Lumpur to alter some planned procurements.
“One casualty was a program to purchase a batch of up to 18 multirole combat aircraft,” said Carl Thayer, a specialist on Southeast Asian security issues at the Australian Defence Force Academy. “Malaysia is reportedly considering leasing options.”

In another example, the planned purchase of stealthy DCNS-designed Gowind corvettes is now classed as “a long-term procurement plan due to near-term budget constraints,” said Tony Beitinger, vice president of market intelligence for AMI International, a US-based naval analysis firm.
Still, the Malaysian Navy is procuring new frigates under its Second Generation Patrol Vessel program, and its leaders have recently asserted that they need at least three new submarines to augment the two Scorpene-class subs acquired in 2009, he said.

Malaysia force modernization programs have a larger focus than just dealing with the “China threat,” Thayer said. “But deterrent capabilities being acquired can certainly be deployed in contingencies involving China’s military.”
Meanwhile, Malaysia is repositioning naval and maritime air assets to protect its offshore oil-production platforms and islands in the South China Sea, and recently set up a marine unit, he said.

Sukhoi TNI AU: Siap Tempur!




  Berbagai persenjataan Sukhoi telah datang dan akan terus ditambah lagi. Jet tempur Su-27/30 kini menjadi alutsista paling berbahaya di barisan arsenal TNI AU.

 Kunjungan Angkasa ke Makassar bulan lalu untuk menghadiri upacara serah terima jabatan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II dari Marsda TNI Agus Supriatna kepada Marsma TNI Abdul Muis menjadi momen yang sangat berharga. Pasalnya, sehari sebelum pelaksanaan sertijab pada 25 Maret 2014 itu, Angkasa mendapatkan kesempatan eksklusif dari KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia untuk melihat langsung beragam persenjataan yang telah dibeli Pemerintah Indonesia untuk armada Su-27/30 Skadron Udara 11. Pesan KSAU sederhana, agar masyarakat Indonesia tahu bahwa Sukhoi TNI AU kini sudah bersenjata lengkap.

Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Dody Trisunu mengungkapkan, beragam persenjataan yang telah datang saat inimenjadikan armada Su-27/30 siap tempur. Kelengkapan persenjataan ini kemudian disempurnakan dengan kemampuan para penerbang Skadron Udara 11 yang sudah diasah langsung oleh para instruktur senjata dan penerbang tempur AU Rusia. Setiap tahun TNI AU rutin mengirimkan para penerbangnya ke negeri Beruang Merah untuk memperdalam ilmu dan kemahiran bertempur. Tahun ini saja, ada empat gelombang pengiriman penerbang ke Rusia.

Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Dedy Ilham S. Salam menerangkan, di Rusia para penerbang Sukhoi TNI AU mendapat selama empat bulan dari para suhu senjata dan pertempuran udara yang sudah sangat mumpuni sehingga mereka dijuluki profesor. “Mereka adalah para penerbang tempur AU Rusia yang sudah mencoba segala macam persenjataan Sukhoi,” ujarnya. “Bahkan, ketika kami di sana, ada satu profesor yang ilmunya sangat tinggi didatangkan khusus dari Siberika ke Moskwa, hanya untuk melatih kami,” ujarnya.

Landing Platform Dock TNI AL



KRI Banda Aceh 593
KRI Banda Aceh 593
Bisa dikatakan, jenis kapal LPD (Landing Platform Dock) adalah klasifikasiarsenal laut baru di lingkungan TNI AL, khususnya di pada Satuan Kapal Amfibi (Satfib). Sebelum kapal jenis ini hadir, semua tugas dan kegiatan yang berhubungan dengan operasi laut ke darat dilakukan dengan bantuan kapal jenis LST (Landing Ship Tank), seperti LST Kelas Teluk Semangka yang buatan Korea Selatan dan LST kelas Frocsh buatan Jerman Timur. Pastinya bukan tanpa alasan TNI AL untuk mengadopsi LPD.
Dengan dimensi yang lebih besar dan teknologi lebih maju, LPD mampu melaksanakan tugas seperti layaknya LST, dengan deck yang besar, jumlah helikopter yang dibawa juga lebih banyak. Bahkan dengan embel-embel kata dock, menyiratkan bahwa kapal ini punya dock khusus untuk bersandarnya kapal pengangkut sekelas LCU dan rantis maupun ranpur amfibi. Bahkan dalam kondisi tertentu kapal bisa dialihfungsikan untuk melakukan tugas-tugas lain, seperti kapal rumah sakit atau kapal komando (kapal markas).

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...