Saturday, January 05, 2013

UAV GUNA DUKUNG KONTROL UDARA NKRI




 Lapan merupakan lembaga non-kementerian yang fokus ke dunia kedirgantaraan. Lembaga tersebut kini tengah menciptakan roket, pesawat tanpa awak, dan satelit untuk keperluan pengawasan (surveillance). Langkah itu sudah dimulai melalui wahana terbang kecepatan rendah dengan menciptakan pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle -UAV).

“Radar penting untuk Angkatan Udara dan Laut.Kami bikin yang (mampu monitor) 8 jam tanpa awak untuk mendeteksi laut,” ujar Ketua LAPAN Bambang Setiawan Tejasukmana.


Semua teknologi peralatan terbang itu sudah tercapai sejak pertengahan 2011 hingga 2012, sehingga tak berlebihan jika tahun 2012 ini adalah tahun kebangkitan teknologi kedirgantaraan.Teknologi apalagi yang sudah berhasil dirampungkan lembaga tersebut, dan apa yang sedang dalam proses pembuatan?
 
Simak wawancara Isfari Hikmat dari majalah detik dengan Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Drs. Bambang Setiawan Tejasukmana, Dipl.Ing.

Apa makna 2012 bagi perkembangan teknologi kedirgantaraan nasional, dan apa harapannya di tahun mendatang?


Tahun 2012 merupakan tahun kebangkitan teknologi penerbangan. Sejak pertengahan 2011 hingga sekarang beberapa produk sudah ada roadmap-nya.


Tahun 2013 itu 50 tahunnya Lapan, keantariksaan di Indonesia. Kita siap melaksanakan satelit, UAV, dan roket. Roket RX 550 diluncurkan di Morotai, Lapan A2 diluncurkan di India. Kita tunggu India, dia bilang bulan Juni 2013, sampai sekarang belum ada perubahan dari mereka. India ini programnya agak susah, kita berharap mereka tidak berubah agar bisa segera.


Satelit ini untuk memotret Indonesia setiap hari. Nanti kita bisa melihat perubahan lahan kita seperti apa, misalnya ada pengurangan lahan pertanian, macam-macam. Kalau mencatat jalan darat, lama sekali, karena Indonesia luas sekali. Lapan Surveillance Aircraft atau pesawat tanpa awak untuk pengawasan (surveillance), roket untuk banyak hal. Sebelum untuk luncurkan satelit, kita gunakan dulu untuk mengukur atmosfer.



Teknologi radar kita masih bergantung sama negara luar, tapi kita mesti siapkan. Radar penting untuk Angkatan Udara dan Laut. Kami bikin yang (mampu monitor) 8 jam tanpa awak untuk mendeteksi laut.


Indonesia sudah mampu membuat drone, pesawat intai yang canggih itu. Apa sebenarnya manfaat pengembangan teknologi pesawat itu untuk kita?


Misalnya kalau ada banjir di Bintaro, luasnya daerah yang kena banjir ini bagaimana? Nah ini bisa menggunakan drone. Sedang disiapkan desainnya. Misalnya ada longsor di Jawa Barat, daerah longsornya seperti apa itu bisa menggunakan drone. Kalau Amerika untuk mencari Taliban, kita tidak begitu. Punya kita belum sampai, cuma untuk memotret saja. Terakhir kita sedang uji cobakan, jelajahnya bisa membawa muatan 10 kilogram, LSU03 saat ini paling canggih. Itu bikinan kita sendiri, kecuali mesinnya. Untuk mesin kita belum punya pabriknya, jadi beli mesin yang sudah ada. Efektif untuk surveillance.


Awal tahun 2012 kita sudah gunakan di Merapi untuk ambil gambar. Dia pakai kamera dan GPS, setiap dia memotret, kita bisa tahu posisinya. Dia hanya mampu menjelajah 3 kilometer, kameranya kecil. Terus dia diterbangkannya sangat mudah, tidak perlu airport.


Bedanya dia memotret berdasarkan program. Program itu daerah mana koordinat berapa dia ambil gambar dalam jarak satu kilometer. Terus dia balik setor gambar. Lalu gambar itu digabungkan, jadi kita dapatkan gambar yang luas. 


Bisa dijelaskan program LAPAN untuk prototipe pesawat N219?



Untuk (prototipe pesawat) N219 kita sudah disediakan dananya. Harapannya 2013 sudah muncul desainnya agar di Papua Barat yang tinggi-tinggi itu bisa terjangkau, kasihan selama ini. Lapan bikin prototipenya,research and development-nya. Kita bikin uji mesin untuk sertifikasinya, sehingga saat pesawat itu sudah jadi, pesawat itu diuji, digetar-getar guna mendapatkan sertifikasi dari Dirjen Kementerian Udara, Kemenhub.



Setelah dapat sertifikasi, langsung produksi 2014. Anggarannya Rp 302 miliar untuk bikin prototipe dan line produksinya, bikin cetakannya, itu dibiayai APBN.



Prototipe itu pesawat sudah terbang. Struktur PTDI. Target 40% kandungan lokal. Kita tidak bangun fasilitas baru, tapi menggunakan yang sudah ada. N219 itu mirip twin otter, karena twin otter sudah berusia 20-30 tahun, sudah setop produksi dari dulu. Inilah pesawat barunya, teknologinya juga baru. Twin otter kan teknologi 20 tahun lalu.


Apakah sudah ada pasarnya, karena itu juga menjadi bagian yang sangat penting?


Captive market kita belum punya, kita mesti bersaing bebas. Kalau sudah jadi, baru koordinasi. Komitmen awal, prototipe dari pemerintah, PTDI kan tidak ada investasi anggaran. Pesawat sejenis juga sedang diproduksi negara lain, Kanada, masuknya 2015. Jadi kalau 2014 akhir kita bisa masuk, kita bisa langsung merebut pasar dalam negeri.



Kalau kita terlambat setahun-dua tahun, mereka pasti akan masuk. Syaratnya barangnya jadi dulu, baru maskapai penerbangan swasta. Yang buat kami semangat, mereka pasti serbu itu 2015. Makanya 2014 akhir kita harus masuk duluan.


Bagaimana dengan keseriusan pemerintah mengembangkan pesawat nasional ini?


Kita optimistis Kemenhub akan membantu. N250 akan dimodifikasi mulai pada 2017 nanti kemungkinan pemerintah akan mengembangkan kembali, karena market-nya sudah ada. Dibandingkan twin otter, N219 mampu mengangkat lebih berat dengan teknologi sayap terbaru. Teknologi avionic-nya juga jauh lebih baru. Jarak tempuhnya seribuan kilo, dia mampu mendarat di landasan pendek. Tanpa diisi bahan bakar dia langsung balik lagi.
 
Biasanya pesawat harus isi bahan bakar dulu, ini dia tanpa refueling. Setelah itu direncanakan N245, lebih murah lagi biaya bikin prototipenya karena modifikasi dari CN235. Modifikasi pesawat militer jadi pesawat penumpang, menambah seat. Lapan yang membikinnya, yang menguji BPPT, terus Menristek yang mengoordinasi ke semuanya. 
Anggarannya kecil saja, tidak banyak juga untuk N219. Sekarang baru tahapan desain prototipe, belum sampai produksi. Tapi lumayanlah. N219 itu kecil, kapasitasnya cuma 9. 
Jadi khusus untuk melayani daerah-daerah yang tinggi, medan yang berat. Untuk daerah yang susah dijangkau, kayak Papua. Untuk barang bisa juga, tapi tidak terlalu banyak, supaya harga murah. Biasanya manusia dulu tapi sambil barang. Jadi yang utama manusia. Mudah-mudahan Harteknas tahun depan, bisa saya angkat. 
Kemudian roket, satelit. Apalagi UU Kedirgantaraan sedang digarap, tambah mantap kita. Satelit itu untuk motret Indonesia setiap jam. Penting itu. Roket itu untuk menaruh satelitnya. Bisa untuk menembak musuh juga, kalau ditaruh peluru kalau mau. Satunya lagi, pesawat tanpa awak. Rencana tahun depan.


Bagaimana nasib RUU Kedirgantaraan? Seberapa urgensinya?


Kemarin saya sudah menyerahkan ke DPR. DPR sekarang sudah membahas, termasuk dia belajar ke Brasil dan Amerika untuk memperdalam tentang kedirgantaraan. Selama ini kita punya ruang udara, masa orang pakai seenaknya. Misalnya ada kerusakan, atau negara orang ada nuklirnya kita kena, mau nggak begitu? Kalau kita mengatur, aman kita.



Termasuk kalau dia menerbangkan sesuatu, jatuh, gimana ganti rugi atau macam-macamnya kalau tidak diatur? Makanya kita perlu mengatur ruang yang kita miliki, jangan seenaknya, rugi kita kalau tidak bikin itu.

MENIMBANG PENAWARAN ITALIA BELANDA



:Kementerian Pertahanan sudah memesan kapal perang perusak kawal rudal (PKR)-tanpa peluncur rudal-dari galangan Damen Schelde, Belanda, pada 2012 seharga 220 juta dollar AS. Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi Pembelian Persenjataan mengkritik adanya penawaran serupa dari galangan Orisonte Sistemi Navali, Italia, yang lebih menguntungkan, tetapi tidak direspon Kemhan.

Poengky Indarti mewakili Koalisi Masyarakat Sipil dalam percakapan akhir Desember 2012 menjelaskan, galangan kapal Italia tersebut memberikan harga jual sama dengan Damen Schelde, tetapi kapal sudah lengkapi dengan peluncur rudal, peluncur torpedo, dan radar militer.

"Bahkan, pihak Italia bersedia membangun 100 persen di galangan kapal PT PAL Surabaya. Entah mengapa dari tiga penawaran, termasuk Rusia, justru tawaran Belanda disetujui, bahkan, pada tahun 2013 akan diadakan kontrak pembelian kedua," kata Poengky.

Poengky menambahkan, kapal yang dibeli dari Belanda membutuhkan tambahan biaya 75 juta dollar AS untuk melengkapi peluncur rudal dan torpedo. Pembelian dari Belanda tersebut diibaratkan membeli tank tanpa meriam. Tawaran pihak Italia, menjanjikan PT PAL mendapatkan 15 persen pengerjaan dari nilai kontrak.

Sepintas lalu, tawaran Belanda menawarkan 25 persen pengerjaan nilai kontrak lebih menguntungkan Indonesia. Namun, lanjut Poengky, dalam kenyataannya PT PAL, sesudah kontrak ditandatangani, hanya tiga persen nilai kontrak. Kondisi itu membuat PT PAL merugi. Apalagi, PT PAL harus menutup layanan usaha dry dock selama delapan bulan demi proyek PKR Belanda tersebut. Mereka juga tidak mendapatkan bayaran atas penggunaan dry dock tersebut.

Menanggapi kritik tersebut, Sekretaris Jendral Kemhan Marsekal Madya Eris Heryanto, seusai pertemuan General Border Commitee RI-Malaysia di Jakarta, menyanggah adanya kejanggalan dalam pembelian kapal PKR dari Belanda. “Kita mengirim 250 tenaga kerja PT PAL ke Belanda. Itu termasuk dalam nilai kontrak. Tidak benar PT PAL hanya mendapat pengerjaan senilai tiga persen. Para teknisi Indonesia turut bekerja di Belanda dan mendapatkan transfer teknologi,” ujar Eris.

Dia menegaskan pemilihan Damen Schelde sudah sesuai prosedur lelang. Dari tawaran Rusia, Italia, dan Belanda, pihak Damen Schelde lebih unggul sehingga dipilih. Kemhan memang akan mengeluarkan biaya untuk melengkapi rudal dan torpedo jika kapal sudah selesai. Itu dinilai Sekjen Kemhan sebagai hal yang wajar dan sesuai prosedur.

Anggota Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, mengingatkan, pembelian PKR dari Belanda tersebut sejak semula sudah dicermati DPR dan ada keganjilan. “Kami, sesudah masa reses, akan memanggil Kemhan pada Januari 2013. Belanda memang lebih unggul dibandingkan pesaing lain karena paham cara patgulipat di Indonesia,” kata Hasanuddin.

Dia menengaraj kontrak pembelian kapal PKR kedua dan ketiga dengan cara yang sama diduga akan merugikan Indonesia dan hanya menguntungkan segelitir orang. Bahkan, pihaknya mendengar dari PT PAL dan AL pun ada keberatan terhadap pembelian PKR dari Belanda tersebut. 





MAHASISWA UNTAN KEMBANGKAN ROBOT TERBANG QUADCOPTER




Pernah menonton film 3 Idiots? Dalam sinema produksi Bollywood yang sukses tersebut, ada adegan  seorang mahasiswa yang mati bunuh diri lantaran gagal membuat sebuah robot terbang yang dikendalikan dengan remote controller. Nah, kini mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura sudah mampu membuat robot terbang tersebut.

 Sirajuddin (22 tahun) yang menciptakan robot terbang yang dinamakan Quadcopter itu. Ternyata memang film “3 Idiots” lah yang menginspirasinya untuk membuat helikopter mini dengan 4 baling-baling tersebut. “Saya tertarik membuatnya setelah menonton film itu. Sekalian saja saya jadikan penelitian akhir saya (skripsi),” ujarnya, Kamis (3/1).

Quadcopter mahasiswa jurusan Teknik Elektro ini memiliki kemampuan untuk menjelajah di angkasa dan dilengkapi dengan mesin atau motor penggerak untuk mengatur daya jelajah robot tersebut. Menurut dia, kemampuan jelajah quadcopter di angkasa ini dapat diaplikasikan untuk membantu aktivitas manusia, seperti pemantauan lalu lintas, kebakaran hutan, demonstrasi atau aktivitas lainnya.

Sirajuddin menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan robot terbang selama 6 bulan dengan menghabiskan dana sekitar Rp3 juta. Namun diakui dia benda yang memiliki berat sekira 1 kilogram ini dibuat dalam skala laboratorium sehingga masih memiliki daya jelajah terbatas.

“Ini memang dirancang dengan dana terbatas, sehingga belum sempurna benar. Quadcopter saya hanya mencapai ketinggian maksimal 6 meter dan jangkuan sekitar 60 meter. Namun dengan berbasis pada mikrokontroler ATMEGA16 yang merupakan pengendalinya tentu robot terbang tersebut dapat dikembangkan menjadi robot terbang yang cerdas,” jelas dia.

Robot terbang ini dilengkapi dengan kamera CCTV, memiliki 4 motor DC jenis brushless, sensor gyroscope yang berfungsi untuk menstabilkan posisi robot terhadap sudut gravitasi bumi, propeller, kerangka badan dan remote control yang dapat mengendalikan robot dari jarak jauh karena menggunakan teknologi wireless radio frequency (RF). Sistem catu daya yang digunakan pada robot adalah batery jenis LIPO 11.1 volt.

“Sebagian besar peralatan elektronik pada robot ini saya beli di Jawa, karena memang tidak tersedia di sini,” ucapnya.

Dalam penyelesaikan Quadcopter ini, Sirajuddin dibimbing oleh dua dosen pembimbing, yaitu Elang Derdian MT dan Dr Eng  Ferry Hadary M.Eng. Hasil karyanya tersebut kemudian mendapat apresiasi dari para pengujinya dalam ujian skripsi. Dia lulus dengan nilai A, kemarin. Menurut Ferry Hadary, yang juga Pembantu Dekan III Fakultas Teknik Untan, pihaknya sangat mengapresiasi segala bentuk kreativitas mahasiswa. Dia juga menekankan agar dalam setiap tugas akhir mahasiswa diminta untuk menciptakan solusi dalam setiap permasalahan masyarakat.

“Agar masyarakat merasa terbantu akan peran serta mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Teknik Untan,” imbuhnya.

Dekan Fakultas Teknik Untan, Ir Junaidi MSc, yang ditemui di kampus juga mengucapkan selamat kepada Sirajuddin atas hasil kerja kerasnya sehingga dapat membanggakan civitas akademika Fakultas Teknik Untan. Dia berharap agar mahasiswa selalu termotivasi berkarya sehingga dapat memacu prestasi-prestasi lainnya.

Selain itu dia juga menambahkan bahwa prestasi mahasiswa Fakultas Teknik Untan semakin hari semakin menggembirakan, terbukti dari hasil-hasil prestasi, baik regional, nasional bahkan internasional.

“Semua hasil karya civitas akademika Fakultas Teknik akan dipamerkan pada ulang tahun emas Fakultas Teknik Untan yang ke-50 tahun yang akan jatuh pada 20 Mei 2013. Ini dimaksudkan agar masyarakat tahu akan peran serta baik dari mahasiswa, karyawan juga para dosen di Fakultas Teknik Untan,” pungkasnya.
Sumber : JPNN

Extended Endurance Could Get C295AEW Back On The Indonesian Radar


 Airbus Military has begun flight-testing a modification to add winglets to the C295 medium transport and surveillance aircraft – one of a series of product developments underway on the market-leading type.

By increasing the lift-drag ratio the winglets are expected to improve performance in the takeoff, climb and cruise phases of the flight. For the C295 these extensions would contribute to hot and high runway performance, increased range and endurance, and reduced fuel consumption – driving lower operating costs.

The first flight of the wingletted Airborne Early Warning (AEW) configured aircraft took place in Spain on 21 December. Data from the flight test program will help evaluate the potential benefit and feasibility to incorporate winglets into the C295 design.


Extending the mission endurance of this aircraft is considered a critical requirement for Airbus Military, in order to meet the Indonesian Air Force requirement for Airborne Early Warning aircraft. Indonesia is already shopping for such aircraft, and, according to Air Force Chief of Staff ACM Imam Sufaat, larger platforms would be required for the country’s AEW mission, particularly in terms of endurance. It is expected that the improvements gained by those winglets would be sufficient to get the C295 into the game. The Indonesian market is considered a strategic market for the aircraft. In early 2012 Indonesia placed an order for nine C295 aircraft, the first delivered by the end of last year. Airbus Military is also helping its local partner PT Dirgantara Indonesia (PT DI) to modernize its manufacturing facilities to enable local assembly of these planes.

Few months earlier Airbus Military and missile developer MBDA performed flight demonstration of an armed C295 maritime patrol aircraft, carrying an instrumented Marte MK2/S anti-ship inert missile installed under the left wing. The flight was the first of a series of trials planned in a joint Airbus Military – MBDA collaboration to validate the aerodynamic integration of Marte on the C295. Subsequent flights will include handling qualities tests and aircraft flight performance tests. The C295 will be the first fixed-wing aircraft configuration for the missile. Marte Mk2/S is already integrated on the AW-101 and the NFH-90 naval helicopters.

The MBDA Marte MK2/S missile is a fire-and-forget, all-weather, medium-range sea-skimming anti-ship weapon system, equipped with inertial mid-course guidance and radar homing terminal guidance, and capable of destroying small vessels and heavily damaging major vessels. The missile has a weight of 310 Kg and is 3.85 m long. In the anti-submarine warfare (ASW) role, the C295 is already in-service carrying the MK46 torpedo.




Source : DefenseUpdater

Segera.....T-50 Golden Eagle perkuat TNI AU


TNI Angkatan Udara akan segera diperkuat satu skuadron atau 16 pesawat T50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

pengadaan pesawat tersebut merupakan salah satu program pengembangan kekuatan TNI Angkatan Udara hingga 2024 berdasar kekuatan dasar minimum.

Pesawat latih T50 Golden Eagle rencananya menggantikan Hawk 53 MK buatan Inggris yang segera dipensiunkan,T50 adalah pesawat produksi perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI) dimana dalam proses pembuatan pesawat T50 dibantu Untuk pembiayaanya 13 persen dibiayai oleh  perusahaan dari Amerika yaitu Lockheed Martin , 17 persen oleh Korea Aerospace Industries ( KAI ) dan sisanya, 70 persen ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan.

T50 merupakan Pesawat tempur ringan dimana calon pilot pesawat tempur sukhoi harus melewati tes dengan T50,Karena kalau latihan pakai Sukhoi "cost operasional" nya cukup besar. Selain untuk latihan, pesawat ini bisa digunakan untuk operasi penyerangan ringan.

T50 Aerobatik TNI AU selain untuk Tim Aerobatik,digunakan juga untuk pesawat penyerang, dimana terdapat tulisan TT(Tempur Taktis) pada bagian Kode Pesawat dimana kode TT pada versi TNI AU untuk Pesawat Tempur yg role utamanya untuk Air to Ground

T50 bisa dipasang rudal "air to air" AIM-9 Sidewinder ( rudal udara ke udara ), rudal "air to ground" AGM-65 Maverick ( rudal udara ke darat ) serta mampu membawa beberapa Bomb seperti CBU-58 cluster, Mk 82, Mk 83/MK, dan Mk 20

 
Khusus untuk Tim Aerobatik, TNI AU memesan camo atau design warna biru kuning,camo ini mirip yang dipakai oleh tim aerobatic Elang Biru.dimana Tim Elang Biru ini menjadi kebanggaan TNI Angkatan Udara karena tim ini dapat disejajarkan dengan beberapa tim aerobatik kelas dunia seperti tim Red arrow (Inggris), Roulette (Australia), Golden Dreams (Inggris).
 
 
 
Desain pesawat yang dibuat khusus untuk T50 Golden Eagle ini sangat mirip dengan Elang Biru,apakah dengan pesawat T50 ini akan jadi penerus dari Elang Biru.Kita tunggu saja....!!!

 



Sumber : Kaskus

Analisis : Mencermati Dinamika Kawasan


Presiden SBY memberikan orasi lugas di hadapan civitas akademika dan Rektor Universitas Utara Malaysia yang sekaligus juga Raja Malaysia di Kuala Lumpur ketika menerima gelar Doktor HC tanggal 19 Desember 2012.  Beliau mengatakan tidak ada jaminan tidak ada perang di kawasan ASEAN di masa mendatang.  Ini merupakan statemen yang memiliki nilai diplomasi tinggi.  Pernyataan ini sekaligus kuat pesannya untuk mengantisipasi prakiraan cuaca kawasan yang bisa saja memburuk akibat konflik perbatasan darat dan laut di kawasan ini.

Bargaining untuk mengedepankan peran diplomasi high profile yang sewaktu-waktu diperlukan ukurannya adalah memiliki kekuatan militer yang disegani setidaknya untuk ukuran kawasan Asia Tenggara.  Jalan ke arah itu sedang dijalani.  Sampai tahun 2014 dengan kedatangan gelombang alutsista untuk mengisi persenjataan kesatrian TNI, meski sejatinya baru dalam tahap memulihkan kekurangan gizi alutsista setelah sekian lama berpuasa dan hanya menikmati sajian alutsista tua yang jumlahnya terbatas.

Titik tumpu menuju kekuatan gahar itu ada di ruang lima tahun berikutnya setelah tahun 2014.  Di ruang waktu itu jika kita konsisten dengan rencana strategis untuk memperkuat militer, disitulah kita mulai berhitung dengan menghadirkan kekuatan alutsista untuk menambah daya gempur yang lebih bergetar.  Di ruang waktu itu sudah pasti akan ada penambahan minimal 3 kapal selam baru hasil dari kesepakatan dagang dan magang tahun 2012 antara Korsel dan RI.  Dengan asumsi kapal selam ketiga selesai tahun 2017 diharapkan PT PAL dengan supervisi Korsel mampu membuat 2 kapal selam lagi sehingga tahun 2019 ada 5 kapal selam baru.
Jet Tempur Golden Eagle, segera datang tahun ini
Pertanyaannya untuk apa sih kita memperkuat alutsista militer kita.  Jawabnya adalah untuk mencermati situasi kawasan yang dinamis dengan berbagai konflik teritorial.   Perkuatan militer RI menuju kekuatan nomor satu ASEAN atau setidaknya setara dengan negara ASEAN yang lain misalnya Singapura dan Thailand adalah dalam upaya menggagahkan diri untuk tampil percaya diri dalam setiap urusan diplomasi dengan sedikit menggeretakkan geraham.  Cara ini tentu bisa dilakukan jika background kekuatan militer ada di belakangnya.  Bukan bermaksud untuk mengajak berkelahi tetapi bukankah setiap urusan sengketa tapal batas bisa diselesaikan dengan dialog kesetaraan.

Persinggungan teritorial dengan Malaysia misalnya, mestinya bisa diselesaikan dengan cara diskusi dan perundingan walaupun serialnya bisa mencapai 1000 kali diskusi. Tak mengapa asal suasananya dengan sikap bertetangga yang baik.  Blunder Angkatan Laut Malaysia di Ambalat adalah melakukan show of force, lalu menangkap pekerja Mercu Suar Karang Unarang sambil memukulinya. Ini yang memicu kemarahan militer Indonesia termasuk Presiden SBY yang langsung datang ke wilayah itu dengan kawalan kapal perang.  Kehadiran seorang Kepala Negara ke kawasan sengketa membawa pesan diplomatik yang kuat, jangan bermain api dengan kami. 

Mengapa Malaysia melakukan itu, karena dia merasa sudah lebih kuat militernya dari Indonesia.  Inilah poin penting yang kemudian menjadi pemicu bangunnya macan tidur bersama kemarahan rakyat Indonesia.  Pelajaran dari mata kuliah Ambalat adalah ternyata dia bukanlah tetangga yang baik, dia bukanlah jiran yang ramah, menggunting dalam lipatan.  Padahal selama tiga puluh tahun lebih cara gaul yang diperlihatkan RI selalu mengedepankan ruang harmoni dan tutur sapa diplomatik yang santun dan hangat.  Kasus terakhir adalah tulisan seorang mantan menteri Malaysia yang menghina Habibie dan Gus Dur untuk komoditi kampanye UMNO di pilihan raya Malaysia tahun 2013 ini.
BMP-3F batch 2 segera datang tak lama lagi
Dengan Australia, sikap yang ditunjukkan padanya sebaiknya adalah bergaul dengan bahasa santun tetapi tidak dalam rangka mudah mendikte kita atau tidak mudah bersepakat sesuai hasrat dia.  Begitu hasrat itu sudah ganti warna, dia tinggalkan kita.  Contohnya ketika Timor Timur hendak dikuasai ideologi kiri pada era perang dingin dulu, Australia dan AS setuju dengan pengerahan militer RI yang nota bene ongkos militernya ditanggung sendiri oleh RI.  Tetapi setelah perang dingin usai, negeri Kanguru itu balik kanan lalu melakukan manuver “serangan balik” hendak melepaskan Timtim dari NKRI dengan alasan HAM dan keinginan masyarakat setempat.

Untuk masalah Papua sejatinya Australia bermuka dua terhadap kita.  Di satu sisi mereka berikrar bahwa Papua merupakan bagian tak terpisahkan dari RI tetapi di sisi lain juga dengan alasan HAM dan kehendak rakyat Papua, Australia memberikan ruang ambigu dalam cara bergaul dengan RI. Negeri yang dijuluki Samuel P. Huntington sebagai negara asing di kawasan Asia, a torn country, geoculturally torn country, selalu merasa asing di lingkungannya, membuat dia merasa tidak nyaman dengan lingkungannya.  Ketidaknyamanannya itu memberikan rasa gerah pada dirinya lalu dengan gaya kultur Barat yang selalu merasa lebih dominan, pintar dan cerdas.  And then mendikte tetangganya yang nota bene selalu menampilkan cara gaul yang low profile, sebagaimana kultur Asia Timur Tenggara pada umumnya.
Rudal Yakhont yang menggentarkan itu
Keputusan Kemhan dan Mabes TNI untuk memagari Papua dan Indonesia Timur dengan menggelar secara bertahap 15.000 Marinir merupakan “serangan balasan” terhadap arogansi Australia yang secara sepihak bersedia menerima kedatangan 5.000 Marinir AS di Darwin.  Jelas sepihak karena dilakukan tanpa mengajak diskusi terlebih dahulu pada tetangganya.  Menlu Marty sempat melontarkan “kemarahan diplomatik” atas kepongahan Australia yang paranoid itu.

Jawaban dengan cara pandang militer diniscayakan menjadi jalan gentar yang lebih bergema.  Maka rencana menempatkan secara permanen 1 divisi pasukan Marinir di Papua adalah langkah tepat untuk menunjukkan pada tetangga kulit putih itu bahwa kita bisa melakukan strategi militer secara mandiri dan terukur.  Tidak pakai sekutu-sekutuan sebagaimana model keroyokan yang dilakukan oleh AS dan Australia terhadap musuh politik hegemoninya.  Papua adalah bagian tulang dan daging NKRI yang tak terpisahkan. RI berhak melakukan jawalan militer terhadap seluruh wilayah teritorinya termasuk  Papua.  Apakah kita pernah meributkan ketika Aborigin menyampaikan unjuk rasa kekecewaannya pada Pemerintah Australia.  Lha mengapa dia mesti repot-repot menjadi pahlawan kesiangan ngurusin soal Papua.

Mencermati dinamika perkembangan kawasan di sekeliling kita salah satu upaya yang dilakukan adalah memperkuat “infrastruktur” militer.  Oleh sebab itu upaya Pemerintah bersama DPR yang seia sekata untuk membangun alutsista TNI harus terus kita kawal dan kumandangkan.  Perkuatan militer adalah untuk menambah bobot kewibawaan dalam setiap diplomasi disamping memagari teritori dari setiap upaya untuk mengganggu apalagi melecehkannya.  Sudah saatnya kita menampilkan kewibawaan diplomasi dengan kekuatan tawar yang minimal setara.  Bobot kekuatan tawar itu ada pada kekuatan militer.  Sekali lagi bukan untuk mengajak berkelahi melainkan sebagai bagian dari kelengkapan postur diri yang tegap berwibawa tetapi tetap santun dalam bersikap dan bertutur sapa.  Bukankah selama ini kami tidak pernah memulai perkara.  Makanya jika anda ramah kami hormat, anda marah  kami lumat.
 
 
 
 
Sumber : Analisis

Iran Sukses Uji Coba Rudal Qader


Rudal Qader siap ditembakan. (Foto: IRNA/Mohammadreza Alimadadi)

3 Januari 2013, Tehran: Angkatan Laut Iran sukses menguji coba rudal pertahanan pantai Qader (Sangat Kuat) saat latihan peperangan laut Velayat 91, Selasa (1/1).

Rudal Qader mudah dioperasikan, mampu melumatkan kapal perang hingga jarak 200 km, dikembangkan oleh teknisi dan ahli pertahanan Iran.

Rudal pertama kali dipamerkan ke publik pada parade militer September 2011.

Kementerian Pertahanan Iran telah mengirimkan rudal Qader ke Angkatan Bersenjata dan Korps Pengawal Revolusi Iran untuk meningkatkan kekuatan pertahanan maritim.

(Foto: IRNA/Mohammadreza Alimadadi)

Pembentukan Kohanla Menunggu Persetujuan Presiden


Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono (tengah) melakukan salam komando dengan Laksamana TNI Soeparno (kiri) dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Marsetio (kanan) yang baru disela-sela upacara sertijab di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Kamis (27/12). Laksamana Madya TNI Marsetio menggantikan pejabat lama, Laksamana TNI Soeparno. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/mes/12)

4 Januari 2013, Jakarta: Pembentukan Komando Pertahanan Laut (Kohanla) dipastikan akan terwujud, menyusul adanya persetujuan di tingkat Markas Besar TNI dan menunggu proses persetujuan Presiden.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI (P) Untung Suropati menjelaskan, Kohanla nantinya akan membawahi tiga armada yaitu Armada Barat, Armada Tengah dan Armada Timur.

"Dalam forum apel komandan satuan kemarin sudah dipaparkan perubahan mendasar adalah validasi organisasi TNI AL. Ini sudah disetujui di tingkat Mabes TNI, mulai dari pengembangan armada, marinir, perkembangan atau penambahan organisasi baru," kata Kadispenal Untung Suropati di Jakarta, Jumat (4/1).

Pengembangan postur ini menurut Untung akan diikuti oleh strata kepangkatan. Untuk Kohanla akan dipimpin oleh pangkat Laksamana Madya (Laksdya). Sedangkan masing-masing armada dipimpin oleh Laksamana Muda.

Pemekaran postur yang juga disetujui oleh Mabes TNI yaitu pembangunan satu pasukan marinir (Pasmar) yaitu Pasmar III di Sorong. Meski mengaku belum dikaji lebih jauh, namun jumlah personel Pasmar di Sorong, menurut Kadispenal idealnya setara dengan satu divisi di angkatan darat.

Hingga kini pembangunan infrastrutur untuk Armada Tengah diakui Untung, belum dilakukan karena menunggu keputusan presiden terkait revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI. "Dari Mabes TNI yang sudah menyetujui akan diajukan ke pemerintah. Pembangunan menunggu persetujuan presiden terlebih dahulu," pungkasnya.

Sumber: Info Publik

KASAL: TNI AL Perbanyak Latihan Bersama dengan Luar Negeri


Pasukan AL Rusia dan Kopaska latihan bersama di Surabaya. (Foto: Kedubes Federasi Rusia)

3 Januari 2013, Jakarta: Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya TNI Marsetio, mengatakan TNI AL harus terbuka terhadap pandangan global dan memperbanyak latihan-latihan bersama dengan instansi terkait dari luar negeri. Apa yang sudah dilakukan selama ini akan diteruskan dan dipertajam.

"Program Kasal sebelumnya, yakni Laksamana Soeparno, akan saya teruskan dan pertajam. Selama menjadi Kasal, cita-cita saya adalah kita harus semakin membuka diri di era globalisasi sekarang ini," kata Marsetio saat acara pisah-sambut Kasal di Mabes TNI AL, Jakarta, Rabu (2/1).

Menurut dia, Laksamana Soeparno telah melakukan itu dengan baik. "Pak Soeparno telah mengawali latihan-latihan bersama dengan sejumlah angkatan laut negara lain. Saya akan mempertajam kebijakan itu," kata lulusan terbaik Akademi Angkatan Laut pada 1981 itu.

Dalam pidatonya, Marsetio mengaku mendapatkan banyak bimbingan dari seniornya, Soeparno, yang akan pensiun pada 1 Oktober mendatang. "Saya berharap, sambil menunggu masa pensiun, Bapak Soeparno tetap menjadi bagian dari TNI AL," kata dia.

Marsetio sudah mengenal Soeparno sejak masih di Akademi Angkatan Laut. Soeparno yang merupakan lulusan tahun 1978 kerap selalu membawa Marsetio membantu pekerjaanya di sejumlah satuan. "Beberapa kali saya menjadi staf beliau," ujar dia.

Saat menjadi Komandan Gugus Tempur Laut di Armada Timur, Marsetio menjadi bawahan Soeparno, termasuk saat ramai persoalan Ambalat pada 2005, hingga saat Soeparno menjadi Komandan Armada Bagian Barat. Terakhir, ketika Soeparno menjadi Kasal, Marsetio dipercaya menjadi wakasalnya. "Beliau selalu membimbing saya hingga sekarang saya menjadi Kasal," kata dia.

Lebih jauh, Marsetio menyatakan akan menyesuaikan program kerja TNI AL sesuai perkembangan dinamika. "Terutama disesuaikan dengan kebijakan pemimpin dan alokasi anggaran yang ada," kata dia.

Peremajaan Alutsista

Namun, yang jelas, Marsetio menyatakan dirinya akan tetap mengacu pada pencapaian kekuatan pokok minimal (minimun essential forces/MEF). "Tak hanya dalam hal peremajaan alat utama sistem senjata/alutsista, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan prajurit," jelasnya.

Prioritas perwujudan MEF, antara lain meningkatkan kemampuan mobilitas TNI AL, meningkatkan kemampuan satuan tempur (stiking force) dan menyiapkan pasukan siaga (standby force) untuk penanganan bencana alam, tugas-tugas perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya.

Marsetio juga menjelaskan pembangunan MEF diimplementasikan dalam tiga rencana strategis (renstra) hingga tahun 2024 yang diproyeksikan pada pencapaian MEF yang mencakup organisasi, personel, dan alutsista sesuai dengan alokasi anggaran pertahanan.

Menurut dia, percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya tidak layak pakai serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak.

Sejumlah persoalan yang mungkin akan dihadapi pada 2013, antara lain perkembangan situasi kawasan regional tentang Laut China Selatan, penyelesaian wilayah perbatasan yang berpotensi konflik, dan situasi kondisi nasional terkait perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. "Perlu penyesuaian untuk menjawab kecenderungan yang terjadi," katanya.

Dalam sambutan perpisahannya, Soeparno berharap Marsetio semakin mengibarkan TNI AL. Dia bahkan meminta Marsetio membawa TNI AL maju secara signifikan melalui alunan lagu. "Saya yakin dan percaya TNI AL akan lebih maju. Harapan saya, seluruh jajaran TNI AL ikut bekerja kerja keras mewujudkan cita-cita membangun postur TNI AL yang ideal," jelas dia.

Secara terpisah, Kepala Staf TNI AU (Kasau), Marsekal Madya Ida Bagus Putu Dunia, saat apel khusus menyambut 2013 di di Mabesau,mengatakan sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI AU terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis.

"Kekuatan Angkatan Udara merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi bargaining power dalam upaya menyelesaikan konflik antarnegara," kata Kasau.

Kebijakan pengembangan kekuatan TNI AU tetap mengacu pada rencana pengembangan yang telah dituangkan dalam renstra TNI AU 2010-2014 dengan tetap memperhatikan dinamika di lapangan. "Kemungkinan ancaman dan kontinjensi dapat muncul akibat situasi politik dan keamanan internasional yang makin intens akibat fenomena global dan adanya rehabilitas dari bencana alam, kebijakan operasi militer pengamanan perbatasan, dan daerah rawan pengamanan pulau-pulau terdepan," jelas dia.

Sumber: Koran Jakarta

KASAU: Kekuatan Udara Dapat Menjadi "Bargaining Power"


Model Super Tucano TNI AU dipamerkan pabrikan Embraer di Indo Defense 2012. (Foto: Berita HanKam)

2 Januari 2013, Jakarta: Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia, mengatakan, kekuatan udara adalah merupakan salah satu komponen kekuatan yang dapat menjadi "bargaining power" dalam upaya menyelesaikan konflik antarnegara.

"Sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI AU terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis," kata Kasau pada apel khusus tahun baru 2013 di Mabesau Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.

Kebijakan pengembangan kekuatan TNI AU, kata dia, tetap mengacu pada rencana pengembangan yang telah dituangkan dalam rencana strategis TNI AU 2010--2014 dengan tetap memperhatikan dinamika di lapangan. Kemungkinan ancaman dan kontijensi dapat muncul akibat situasi politik dan keamanan internasional yang makin intens akibat fenomena global dan adanya rehabilitasi dari bencana alam, kebijakan operasi militer pengamanan perbatasan dan daerah rawan pengamanan pulau-pulau terdepan.

"TNI AU akan menambah alat utama sistem senjata yang cukup signifikan. Sebanyak 102 pesawat baru yang terdiri dari F-16, T-50, Super Tucano, CN-295, Hercules, Helicopter Cougar, Grop, KT-1, Boeing 737-500, maupun radar akan segera memperkuat TNI AU. Hal ini tentunya akan menambah kebanggaan, sekaligus tantangan dalam upaya menyusun kekuatan maupun pemeliharaannya," papar Ida Bagus.

Kendati demikian, dirinya menyayangkan "Zero Accident" pada tahun 2012 belum berhasil diwujudkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih keras lagi, bukan saja dari para pelaksana di lapangan, melainkan juga dari pimpinan sebagai penentu kebijakan organisasi, perencana kegiatan, pengambil keputusan, pelayanan personel, pemeliharaan dan pendukung lainnya.

Selain itu, terkait dengan pencitraan TNI AU di masyarakat, Kasau berharap agar peristiwa kekerasan personel terhadap wartawan di Pekanbaru lalu tidak terulang.

"Personel TNI AU harus bertindak profesional berdasarkan SOP dan hukum yang berlaku, menyeimbangkan kebutuhan keamanan keselamatan, tidak mudah emosi, dan lebih persuasif dalam menghadapi wartawan maupun masyarakat," ujarnya.

Sumber: ANTARA News

Satgas Pembangunan Kapal Selam Berangkat ke Korsel Januari


Maket kapal selam yang dipesan pemerintah Indonesia ke DSME. (Foto: Berita HanKam)

2 Januari 2013, Jakarta: TNI Angkatan Laut memfokuskan pada peningkatan kemampuan satuan tempur dan mobilitas pasukan dalam mencapai kekuatan pokok minimum (MEF). Berkaitan dengan itu, tim dari TNI AL akan segera berangkat ke Korea Selatan untuk memulai pembangunan kapal selam pesanan TNI AL.

"Januari ini akan ada satgas yang berangkat ke Korea Selatan untuk mulai membangun kapal selam,"kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Madya TNI Marsetio usai acara pisah sambut KSAL di Jakarta, Rabu (2/1).

TNI AL memesan tiga unit kapal selam yang pelaksanaanya dilakukan dengan kesepakatan adanya transfer of technology dan joint production dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME). Nilai kontrak pembelian tiga unit kapal selam itu mencapai US$ 1 Miliar.

KSAL sebelumnya, Laksamana TNI Soeparno pernah mengatakan Korea Selatan dipilih dalam pengadaan kapal selam ini karena kemampuannya sama dengan Eropa dalam menyediakan kebutuhan kapal selam yang diperlukan TNI AL. "Tapi harganya lebih murah,"kata Soeparno September 2011 lalu. Dia pun berharap, pada 2014 mendatang kapal selam tersebut sudah dapat mengarungi wilayah perairan Indonesia.

Menurut Marsetio, pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk menjadikan TNI AL handal dan disegani tidak hanya dengan membangun kapal selam. TNI AL juga telah memesan alutsista lain seperti kapal freegat dari Inggris, dan PKR nasional.

Marsetio pun berharap, pada 5 Oktober mendatang yang bertepatan dengan HUT TNI, beberapa alutsista yang dipesan TNI AL dapat disaksikan masyarakat luas sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi atas anggaran yang digunakan.

Dalam hal percepatan pencapaian MEF di bidang alutsista, KSAL menjelaskan, semua diprioritaskan pada penggantian alutsista yang kondisinya kritis dan tidak layak pakai. "Serta pemenuhan kebutuhan untuk pelaksanaan tugas-tugas mendesak," tuturnya.

Marsetion menambahkan, pihaknya juga akan mempertajam program-program TNI Angkatan Laut, disesuaikan dengan dinamika, kebijakan pemimpin, dan alokasi anggaran yang ada dengan tetap mengacu pada MEF. "Tidak hanya alautsista, tapi juga peningkatan kesejahteraan prajurit," urai dia.

Sementara itu, mantan KSAL Laksamana TNI Soeparno menyatakan, TNI AL harus semakin baik ke depan untuk menghadapi ancaman dan tantangan yang semakin kompleks. Dia percaya, di bawah kepemimpinan KSAL yang baru, hal itu bisa dicapai.

Soeparno yang akan pensiun dalam beberapa bulan ke depan berpesan agar jajaran TNI AL solid dan kuat.

Sumber: Jurnas

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...