Tuesday, December 24, 2013

Rusia Kembangkan ICBM Baru untuk Menggantikan Rudal Satan

RS-20B Voyevoda (Satan)

Rusia akan menyebarkan rudal jarak jauh baru pada tahun 2018 untuk menggantikan rudal yang selalu siaga pada saat Perang Dingin yang dikenal oleh Barat sebagai rudal Satan (Setan), seorang komandan militer Rusia mengatakan pada Selasa,  17 Desember 2013, seolah memberi sinyal kepada Amerika Serikat bahwa arsenal nuklir Rusia telah membaik.

Rudal jarak jauh baru itu adalah rudal "Sarmat" yang merupakan Rudal Balistik Antar-benua (ICBM) yang saat ini masih dikembangkan untuk menggantikan rudal RS-20B Voyevoda (Satan), kantor berita Interfax mengutip pernyataan komandan Pasukan Roket Strategis Rusia, Jenderal Sergei Karakayev.

"Kami segera akan dipersenjatai dengan sistem rudal baru.... pada 2018-2020," katanya seperti dalam kutipan.

How A Mig-31 Repelled The World's Fastest Spy Plane From Soviet Skies



MiG-31 Russian Air Force


Even if no SR-71 was lost due to hostile actions during the entire Blackbird career, the Mach 3+ capable spyplane faced an adversary that could effectively intercept it: the MiG-31 Foxhound.

The SR-71's impressive mission record was reached thanks to some unique features of its airframe, such as its ability to fly at more than three-and-a-half times the speed of sound at 88,000 feet, its small (for the time) Radar Cross Section (RCS), and its sophisticated electronic countermeasures (ECM).

These flight characteristics made the Blackbird safe against any attempt of interception conducted by enemy fighters or surface-to-air missiles (SAM), during its reconnaissance missions in the Russian skies during the Cold War years.

The only aircraft that possessed the capabilities to shoot down an SR-71 was the F-14 Tomcat, which could use its AIM-54 Phoenix long range missile against the fast black plane.

In fact the Phoenix was developed to shoot down Soviet cruise missiles that flew at an altitude similar to the one reached by the Blackbird. Moreover, with a speed between Mach 4 and Mach 5, the AIM-54 was fast enough to cause serious problems for the SR-71.

LT-200: Kisah Pesawat Latih Buatan Dalam Negeri

Hampir empat puluh tahun yang lalu pernah ada usaha untuk membuat pesawat latih sendiri agar dapat memenuhi kebutuhan pilot sipil dan militer di Indonesia.

Pada awal 1970-an, Lipnur (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio) hampir menyelesaikan produksi 44 unit Gelatik, pesawat yang merupakan tahapan alih teknologi berdasarkan lisensi dari PZL-104 Wilga dari Polandia.

Direktur Lipnur saat itu Marsma Ir Sugito berpikir program apa selanjutnya setelah Gelatik untuk mengisi kegiatan unit produksi pesawat milik TNI AU ini.

Sayangnya kondisi politis dan ekonomi pada waktu itu tidak memungkinkan membuat program seperti Gelatik, mengingat untuk memroduksi pesawat lisensi, membutuhkan biaya sampai puluhan juta dolar ditambah lagi ada batasan produksi. Mendesain pesawat sendiri tentunya membutuhkan waktu lama dengan ada kemungkinan gagal.

BPPT Kembangkan Kapal Rawa untuk Patroli TNI


Patroli untuk perairan pedalaman tidak mungkin menggunakan kapal standar (photo : tomandcarolsykes)

Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan kapal rawa untuk operasi patroli keamanan TNI Angkatan Laut di wilayah pedalaman.

"Dibutuhkan sarana pengangkut pasukan untuk perairan pedalaman seperti di aliran sungai, danau, rawa atau daerah kotor lainnya yang tak mungkin dilalui oleh perahu atau kapal standar," kata Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Dr Erzi Agson Gani di Jakarta, Senin.

Menurut dia, prototipe kapal rawa pesanan TNI-AL dan PT Mega Perkasa Engineering (MPE) itu sedang diuji coba.

"Berbeda dengan kapal biasa yang baling-balingnya terendam di air, swamp boat digerakkan oleh mesin berbaling-baling yang berada di atas permukaan air," katanya. 

Penempatan 60% Tentara AS di Australia : 8 Tahun Lagi, Perang Beralih ke Asia Pasifik!



TGR :   Persiapan Tahun 2020: Penempatan 60% Militer AS di Australia Fokus ke Asia, Penyadapan Antar Negara Marak Pula, “Zona Perang” AS dari Timur Tengah Kini Beralih ke Asia.
Worst Case Scenario: Sudah Siap Perangkah Indonesia?

Peneliti: AS Fokus ke Asia, Beban Indonesia Kian Berat?


“Belum ada negara ASEAN yang punya kemampuan seperti Indonesia.!” (Professor Ann Marie Murphy, peneliti senior di Weatherhead East Asia Institute, Columbia University)
Langkah pemerintah Amerika Serikat mengubah fokus mereka ke Asia akan semakin membebani Indonesia sebagai negara berpengaruh di ASEAN. Indonesia dituntut memainkan peranan pendorong dan penyeimbang berbagai konflik di Asia.

Hal ini disampaikan oleh Professor Ann Marie Murphy, peneliti senior di Weatherhead East Asia Institute, Columbia University.

Menurut Murphy, Indonesia akan memiliki peran penting dalam menyokong ASEAN dari belakang.

“Amerika Serikat menganggap Indonesia adalah perekat yang menjaga persatuan Asia Tenggara. Sejak zaman Soeharto memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas regional dan menjaga kesatuan antar negara Asia,” kata Murphy pada Forum Terbuka USINDO, Jakarta, 24 Juni 2013.

Keterlibatan AS di Asia yang mendukung negara-negara sekutunya akan membuat konflik semakin panas. Penambahan pasukan AS di Asia juga membuat ketegangan meningkat.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...