Monday, October 08, 2012

Iran: Israel Tak Punya Nyali




Martin Meissner/AP
  
Iran: Israel Tak Punya Nyali
Ahmadinejad - Benjamin Netanyahu
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Israel diminta berpikir seribu kali untuk melakukan aksi militer terhadap Iran. Seorang pejabat Iran mengatakan, jika serangan itu terjadi, maka sedikitnya 10 ribu pasukan Israel akan tewas dalam serangan balik Iran.
"Jika mereka menyerang, kekuatan pertahanan Iran akan memberikan pukulan mematikan. Angka tewas di pihak pasukan Israel tidak akan kurang dari 10 ribu," kata sekjen dewan kemanfaatan Iran, Mohsen Rezaei seperti dikutip Press TV, Ahad (7/10).
Menurut dia, Israel sebenarnya sangat sadar dengan kapasitas militer Iran. Sehingga, ia mengaku optimistis  rezim Zionis pada dasarnya tidak memiliki keberanian untuk memulai peperangan. Ancaman-ancaman Israel tersebut, lanjut dia, merupakan langkah terkait pemilu Presiden Amerika Serikat, November mendatang.
"Kami tidak menginginkan perang, Tapi kami sangat siap untuk mempertahankan diri dari segala bentuk serangan. Tentu saja Zionis tidak berani menginvasi Irna dan hanya bisa mengancam lewat kata-kata untuk mendapatkan konsesi dari Presiden AS berikutnya," ujarnya.

PTDI mati suri dan hidup kembali



  |  Sumber: BBC Indonesia

TNI AL Akan Bangun Pangkalan Laut Di Pantai Selatan Jabar



antara
BANDUNG (bisnis-jabar.com)—TNI Angkatan Laut (AL) berencana membangun pangkalan laut skala B di kawasan pesisir Pantai Selatan Jawa Barat.
Komandan Lanal Bandung Kolonel Laut (P) Iswan Sutiswan mengatakan kehadiran pangkalan laut di wilayah selatan sudah sangat mendesak terkait banyaknya persoalan di perairan tersebut.
“Pembangunan belum akan dimulai. Saat ini baru dicari tempat-tempat strategis di daerah tersebut,” kata Iswan di Bandung.
Pangkalan laut itu sendiri kemungkinan akan berstandar pada type B yang nantinya akan didukung oleh dermaga dan tempat perawatan alutsita TNI AL. Pembangunan pangkalan menurutnya direncanakan akan dilakukan secara bertahap dari type C ke B.
“Tidak menutup kemungkinan menjadi type A. nanti yang memimpin setingkat kolonel,” katanya.
Dengan pangkalan type tersebut menurut Iswan, di masa mendatang kerawanan wilayah laut selatan Jabar bisa ditakar TNI AL. “[Selatan Jabar] Ke depan kayak apa? Sekarang selatan tidak terpantau, ke depan bakal rawan seluruhnya. Kita jangan berpikir sekarang ini, tapi 10-20 tahun akan makin rawan perairan di sana,” katanya.
Menurut Iswan, persoalan penyelundupan seperti manusia, ikan dan barang-barang terlarang sudah makin banyak melewati laut selatan. Dalam perencanaan yang sudah disusun TNI AL pangkalan laut akan merata dibangun sepanjang wilayah Pantai Selatan Jabar.
“Bukan hanya di Pangandaran [Ciamis] tapi di tiap titik akan ada,” katanya.
TNI AL memandang keberadaan pangkalan laut di pantai selatan Jabar sepanjang 500 kilometer sudah menjadi kebutuhan mengingat untuk wilayah sepanjang itu pos yang ada masih terbatas.
“Sementara pos di wilayah tersebut Cuma ada dua, Pangandaran dan Pelabuhan Ratu, sub-sub pos pun sangat terbatas,” katanya.
Menurutnya perairan paling rawan terdapat di Sukabumi dan Ciamis. Iswan menuturkan, pelaku kriminal saat ini menganggap daerah pantai selatan aman untuk melakukan hal-hal kejahatan. Hal ini terjadi karena sampai saat ini belum terpantau oleh pemerintah daerah dan aparat keamanan.
Persoalan kurangnya pemantauan juga terjadi karena minimnya kapal patroli yang dimiliki TNI AL.  “Kita punya alat utama terbatas juga, wilayah rawan banyak. Ke depan, dimana prioritas rawan, akan dikerahkan di sana, dan perlu ada kerjasama antara TNI-Polri,”
katanya. (ajz

PENGEMBANGAN INDUSTRI PERTAHANAN PERLU MENYESUAIKAN GEOPOLITIK




:Indonesia harus memfokuskan diri pada pengembangan industri pertahanan sesuai geopolitik yang ada. Jika hal itu dilakukan, diyakini industri strategis akan mapan dalam kurun waktu 20-30 tahun ke depan. Bahkan diprediksi, Indonesia dalam 50 tahun ke depan dapat kembali seperti Kerajaan Sriwijaya di masa lalu yang memiliki armada laut terkuat di Asia.

“Pengembangan industri alusista (alat utama sistem persenjataan), harus disesuaikan dengan kondisi geopolitik sebagai negara kepulauan. Jadi fokusnya seperti membuat kapal patroli cepat, kapal perang siluman. Dan jika sumberdaya manusianya cukup memadai, sekalian membuat kapal selam. Itu kalau berani visioner,” cetus pengamat pertahanan dari Universitas Indonesia, Aditya Batara, di Jakarta, Minggu (7/10).
 

Menurutnya, langkah ini sangat diperlukan. Pasalnya, hampir semua negara-negara maju juga menempatkan spesialisasi alutsista tertentu untuk dikembangkan. Terlebih lagi,  tidak pernah ada satu negara pun yang mampu memroduksi berbagai alutsista dengan kualitas mumpuni yang merata. 

“Misalnya Amerika mereka terkenal dengan pesawat tempurnya, Jerman dengan tanknya dan Israel dengan pesawat tanpa awaknya. Karena itu Indonesia juga jangan memroduksi semuanya. Karena sudah pasti mahal dan butuh riset yang lebih lama,” ulasnya. 


Hanya saja, katanya, diperlukan beberapa langkah yang mendesak untuk segera dilakukan dalam rangka mengembangkan industri strategis. Di antaranya, Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang diamanatkan UU Industri Pertahanan harus berperan aktif mendorong pengembangan industri strategis sesuai kebutuhan yang ada. 


Selain itu pemerintah juga harus pro-aktif mengajak para ilmuwan Indoensia yang banyak bekerja pada perusahaan-perusahaan besar di luar negeri untuk berperan serta. “Kalau hal-hal ini tidak segera dilakukan, maka revitalisasi industri strategis yang diimpikan Presiden, masih sebatas wacana saja, terlepas sudah ada UU Industri Pertahanannya,” ujarnya.



Sumnber : JPNN

SENJATA SS2-V4 PINDAD RESNI PERKUAT KOSTRAD




Modernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI terus dikembangkan. Kali ini, sejata jenis SS2-V4 menjadi kebanggaan Kostrad TNI AD. Senapan serbu ini dapat membunuh musuh dengan sekali tembakan.

Senapan Serbu 2 Varian 4 atau SS2-V4 bakal menjadi senjata andalan Kostrad. Yang berkesempatan pertamakali memanggul senjata seberat 3,1 Kg ini adalah Yonif Linud 503 Kostrad TNI AD. Senjata ini dapat digunakan di segala medan.

Dibandingkan dengan senapan generasi sebelumnya, SS1-V4, yang jarak tembaknya hanya 400 meter, beberapa kelebihannya SS2-V4 adalah, bisa menembak sasaran maksimum 500 meter masih sangat akurat.

Selain itu, para prajurit Kostrad bisa menembak sasaran dengan tepat karena senjata pabrikan PT Pindad ini menggunakan teleskop. Jika automatic diaktifkan, 15 detik bisa memuntahkan 30 butir peluru dalam magazine ke arah sasaran.

Ditemui di Markas Batalyon, Komandan Yonif Linud 503 Kostrad, Letkol Inf. Teguh Pudji mengatakan, rencana senjata ini akan digunakan untuk tugas di perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Atambua NTT pada Januari 2013 mendatang.

"Memang senjata baru ini baru diberikan langsung dari Mabes TNI ke Yonif Linud 503. Semua Batalyon belum memiliki senapan serbu ini," ujarnya kepada detiksurabaya.com di Lapangan Tembak Mayangkara, Minggu (7/10/2012) siang.

Rencananya, sekitar 650 prajurit Yonif Linud 503 Kostrad yang bertugas ke Atambua NTT akan menggukan senjata ini untuk menjaga keutuhan NKRI. "Semoga Alutsista TNI semakin maju untuk mengaja kedaulatan NKRI," pungkasnya.



Sumber : Detik

PROGRAM BESAR MODERNISASI ALUTSISTA TNI AD




Modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negara sudah menjadi komitmen bersama pemerintah dan DPR.

Bahkan, realisasi untuk tujuan itu pun sudah ada dengan menaikkan anggaran pertahanan hingga lebih 77 triliun rupiah. Khusus di lingkungan TNI AD, modernisasi alutsista sudah direncanakan. Bahkan dalam waktu dekat ini, TNI AD berencana memesan alutsista dari negara Eropa, di antaranya Jerman dan Prancis.

Beberapa prototipe alutsista yang terbaru itu, di antaranya multiple launcher rocket system (MLRS) Astros II dan meriam 155 mm Caesar, juga alat-alat lainnya, diperlihatkan dalam pameran alutsista TNI di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Sabtu (6/10). Penegasan tersebut dikemukakan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Pramono Edhie Wibowo, di sela-sela pameran.

Dalam pameran yang dibuka oleh Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, itu pengunjung yang berasal dari kalangan masyarakat umum diperbolehkan melihat dari dekat, berfoto, bahkan mencoba menaiki sebagian besar alutsista yang dipamerkan. Pramono mengatakan dalam rangka memperingati ulang tahun ke-67 TNI, khusus TNI AD ingin melaporkan diri peralatan apa saja yang digunakan dan akan digunakan dalam waktu segera oleh TNI AD. Pramono Edhie menyatakan melalui pameran ini, dia juga ingin memberikan pertanggungjawabannya selaku KSAD yang diberi amanat oleh Presiden dan rakyat untuk melakukan segala upaya dalam menjaga keutuhan bangsa.

Selain itu, lanjut Pramono Edhie, pihaknya berkenan menerima koreksi dari masyarakat setelah mereka melihat alutsista yang dipamerkan tersebut.

"Masyarakat bisa menilai sendiri melalui pameran ini, apakah kami melakukan langkah yang efi sien ataukah hanya menghabiskan anggaran yang dipungut dari pajak mereka. Setelah acara ini, saya berharap masyarakat semakin mengerti bahwa peralatan TNI AD seperti ini sehingga saya mohon dukung terus kepentingan untuk melengkapi alutsista AD sehingga akhirnya kami siap menjaga kedaulatan RI," papar Pramono.

Teknologi Militer 

Sementara itu, melalui Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang), Mabes TNI memperkenalkan sejumlah hasil teknologi alutsista yang berhasil mereka ciptakan, di antaranya senapan mesin multilaras (gatling gun) dan monitor serangan panas (heat stroke monitor).

Kepala Subdinas Materiil Utama TNI AD, Kolonel (Kav) Rihananto, saat ditemui Sabtu, mengatakan pengembangan teknologi dilakukan untuk memenuhi minimum essential force, yakni suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh TNI AD dengan batas minimum yang bisa digunakan untuk pelaksanaan tugas pokok dari TNI AD, baik masalah operasi perang maupun selain perang. Gatling gun diciptakan Dislitbang TNI-AD untuk digunakan oleh satuan-satuan manuver dalam rangka penyerangan maupun pertahanan diri.

"Karena memiliki kemampuan daya tembak besar, dilihat dari segi amunisi yang dimuntahkan itu banyak sekali, yaitu antara 3.000 - 3.500, maka ini akan cocok menjadi aplikasi dari kecabangan lain di TNI AD," ujar dia.

Rihananto memberikan contoh, untuk satuan Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad), dibutuhkan senjata yang memiliki kemampuan menembak tinggi. Sementara di kesatuan Kavaleri dan Infanteri bisa digunakan untuk pertahanan jarak dekat.

"Ketika mereka menemukan suatu objek yang menunjukkan indikasi untuk melakukan suatu gangguan, bisa langsung dipenetrasi dengan senapan ini. Untuk kaliber yang digunakan bisa dari 5,56 sampe 40 mm. Senjata ini pun dapat digunakan untuk pertahanan kelompok untuk menghadapi serangan dari udara," jelas dia.



Sumber : KoranJakarta

KSAD : TANK LEOPARD BATAL DIPAMERKAN




TNI Angkatan Darat melaksanakan pameran berbagai Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, 6-8 Oktober 2012. Pameran ini dibuka secara resmi oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Sabtu (6/10).

Persenjataan dan peralatan tempur prajurit TNI AD dari berbagai satuan dipamerkan dalam pameran ini mulai dari alutsista produk tahun 1950 sampai terkini. Namun untuk tank Leopard buatan Jerman gagal dipamerkan.

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Pramono Edhie Wibowo menjelaskan tank Leopard batal dipamerkan karena kedatangannya tidak tepat waktu pada 5 Oktober 2012. Sedangkan senjanta lainnya sudah bisa dilihat dalam pameran ini.

TNI AD berencana mengadakan persenjataan untuk satuan kavaleri yaitu tank Leopard 2A4 buatan Jerman tahun 1992 yang telah direkonstruksi persenjataan tahun 2012. Tank ini memiliki berat 62 ton dengan spesifikasi daya jelajah 55 km/jam, kecepatan maksimum 72 km/jam dan diawaki 4 personel menggunakan persenjataan Canon Rheinmetall 120 mm L 44 Smoothbore.

Selain itu, Leopard RI buatan Jerman tahun 2012 dengan spesifikasi senjata 120 mm, berat 61,5 ton, kecepatan maksimum 72 km/jam dan jarak tembak 5 km, serta tank Marder 1A3.

Sedangkan Panser ANOA buatan PT Pindad tahun 2006 menggunakan senapan mesin 12,7 mm dengan daya jelajah 600 km dengan berat 11 ton, juga dipamerkan.

“Dalam rangka HUT Ke-67 TNI, TNI AD mengadakan pameran sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat. Ini juga untuk memberikan informasi kepada rakyat mengenai alutsista TNI AD baik yang sudah digunakan maupun yang akan digunakan,” kata Jenderal Pramono Edhie.

KSAD mengakui bahwa TNI AD masih menggunakan persenjataan buatan tahun 1950-an, meskipun sudah ada lonjakan teknologi persenjataan yang harus digunakan oleh TNI AD.

Pada kesempatan itu, KSAD menegaskan untuk alutsista yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri wajib hukumnya untuk digunakan oleh infanteri, kavaleri dan satuan di jajaran TNI AD.

“Produk dalam negeri yang sudah digunakan adalah helm, baju, rompi, sepatu, senjata/senapan ringan termasuk tank ANOA buatan PT Pindad. Semuanya digunakan oleh prajurit TNI AD,” kata Jenderal Pramono Edhie.

Pada pameran kali ini, TNI AD memamerkan alutsista buatan tahun 1950-an sampai saat ini, antara lain meriam anti pesawat udara S-60 buatan Rusia tahun 1950 dengan spesifikasi kaliber 57 mm dan jarak efektif 6 km. Selain itu, rudal mistral buatan Francis tahun 1974 yang telah dimodifikasi dengan teknologi tahun 2012 memiliki jarak tembakan sejauh 6,5 km dengan tinggi lintasan maksimum 4 km dan perkiraan perkenaan sasaran 97 persen. Rudal ini mudah dioperasikan dengan mobilitas tinggi.

Alutsista TNI AD untuk artileri medan (Armed) juga dipamerkan yaitu meriam M-48 kaliber 76 mm buatan Yugoslavia tahun 1958. Meriam ini memiliki berat 680 kg dengan jarak tembakan 8.750 meter yang diawaki oleh enam personel. Juga meriam kaliber 105 mm M101A1 buatan Amerika Serikat tahun 1940 dengan berat 2.260 kg mampu menjangkau sasaran maksimum 11.270 meter. Meriam ini dibeli dalam kondisi bekas dari AS pada tahun 1982.

Selain itu, kendaraan tempur taktis dilengkapi meriam RL kaliber 130 mm adalah buatan Ceko tahun 1951. Peralatan ini dibeli pada tahun 1976, memiliki jumlah laras sebanyak 32. Saat ini digunakan oleh Satuan Batalyon Armed 9/Kostrad.

KSAD juga menyampaikan bahwa TNI AD berencana mengadakan alutsista untuk artileri medan antara lain meriam 155 mm Caesar buatan Francis tahun 1990 dengan modifikasi teknologi tahun 2012 memiliki berat 18,5 ton , kecepatan tembakan 6 meriam permenit dengan jarak tembakan 40-50 km.

Alutsista lainnya adalah kendaraan tempur dilengkapi roket MLRS Astros II Avibras buatan Brazil tahun 1983 dengan berat 10 ton memiliki daya jelajah 48 km/jam dengan kecepatan maksimum roket 90 km/jam. Roket ini memiliki beberapa varian yaitu SS-30 kaliber 127 mm, SS-40 kaliber 180 mm, SS-60 kaliber 300 mm, SS-80 kaliber 300 mm dan SS-150 kaliber 300 mm.

Tank Scorpion buatan Inggris tahun 1981 diawaki 3 personel dengan spesifikasi berat 8,07 ton, kecepatan di jalan 80 km/jam, dilengkapi senjata mesin Coaxial kaliber 7,62 mm L37A1 dengan jelajah 644 km dan dengan tenaga 190/142 kw.

Selain itu, Panser Ferret buatan Inggris tahun 1952 dengan spesifikasi berat 3,7 ton, panjang 3,7 meter, lebar 1,91 meter, senjata utama 7,62 mm, jarak tempuh 306 km, kecepatan maksimum 93 km/jam, bermesin Rolls Royce B60 6 silinder (mesin bensin). Panser Saracen buatan Inggris tahun 1952 dengan spesifikasi senjata 7,62 mm dengan jarak tempuh 306 km; Panser Saladin, produk pabrik Alvis, United Kingdom tahun 1959 dengan berat 11.600 kg.

Pada pameran kali ini juga dipamerakan peralatan dan persenjataan produksi PT Pindad. Selain itu, kendaraan tempur Panhard buatan Francis tahun 1978 memiliki kemampuan daya jelajah 600 km.



Sumber : Jurnas

INDONESIA LEBIH SERIUS KEMBANGKAN UAV SENDIRI




Indonesia terus mengembangkan teknologi kedirgantaraan. Salah satu yang tengah diteliti adalah teknologi pesawat nirawak.

Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta saat di Yogyakarta, Jumat (5/10), mengungkapkan pengembangan pesawat nirawak dinilai sangat mendesak karena daerah di Indonesia memiliki banyak gunung berapi.
 

Dengan daerah yang luas dan punya topografi pegunungan, kata Gusti, banyak wilayah yang sulit dijangkau manusia, terutama untuk melakukan sebuah penelitian. Sebab itu pesawat nirawak diperlukan.
 

Selain itu, lanjut dia, pembuatan pesawat tanpa awak sejalan dengan pengembangan pesawat tempur yang bekerja sama dengan Korea Selatan. "Pesawat ini nantinya juga dapat digunakan oleh Polri," jelas Gusti.
 

Gusti mengakui, secara keseluruhan pengembangan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Indonesia tertinggal dari negara lain. Itu terjadi lantaran perusahaan yang ada belum diberi kesempatan.
 

Namun, setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan membeli alutsista produk dalam negeri, terlihat perkembangan yang sangat pesat. Salah satu yang membanggakan, sambung dia, adalah panser Anoa buatan PT Pindad yang antara lain telah dipesan oleh Malaysia. 


"Itu suatu kemajuan yang cukup pesat bagi industri alutsista di Indonesia," tegasnya.



Sumber : Metrotvnews

INDONESIA PRODUKSI RUDAL BERSAMA CHINA UNTUK ANTISIPASI EMBARGO AMERIKA




Rencana untuk memproduksi bersama misil itu pertama muncul bulan Juli, pembicaraan yang kemudian dilanjutkan ketika Menteri Luar Negeri Tiongkok Yang Jiechi berkunjung ke Jakarta minggu lalu.

Kementerian Pertahanan Indonesia menegaskan bahwa perjanjian untuk produksi misil itu akan ditandatangani Indonesia dan Tiongkok bulan Maret 2013.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Michael Tene mengatakan, kerjasama itu merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas untuk meningkatkan kemampuan militer Indonesia.

“Kami membangun hubungan dekat dengan semua negara sahabat untuk mengembangkan kemampuan pertahanan kami, bukan hanya melalui perbekalan, tetapi juga investasi dan produksi bersama untuk meningkatkan kemampuan kami mengembangkan industri pertahanan dan tentu saja dengan Tiongkok juga, kami punya banyak kerjasama untuk mengembangkan industri di bidang itu,” papar Tene.

Rencana produksi misil bersama itu dikemukakan selagi ketegangan memuncak di Laut Cina Selatan.

Menteri-menteri ASEAN bulan lalu gagal menyepakati tata perilaku multilateral untuk menyelesaikan klaim-klaim teritorial yang tumpang tindih.

Para analis politik mengatakan kegagalan itu mengakibatkan tata perilaku multilateral itu lebih memperkuat posisi Tiongkok untuk mendominasi sengketa bilateral dengan negara-negara yang lebih kecil di kawasan itu.

Namun, Kementerian Pertahanan Indonesia menyangkal bahwa rencana untuk memproduksi misil laut berjangkauan 120 kilometer dengan bantuan Tiongkok adalah mengenai pembangunan aliansi yang lebih kuat terkait sengketa maritim itu.

Analis pertahanan Universitas Indonesia Yohannes Sulaiman mengatakan, Indonesia hanya berusaha mendesakkan tawaran terbaiknya yang bisa diperoleh dan tetap tergantung pada Amerika untuk piranti keras militernya.

“Jika hal yang tidak diinginkan terjadi di Papua, Amerika akan melakukan embargo militer dan kita akan kekurangan pasokan. Itulah sebabnya militer berusaha memperluas hubungannya, khususnya dengan Tiongkok, sebagai pemasok lain senjata,” ujar Sulaiman.

Amerika memberlakukan embargo militer enam tahun terhadap Indonesia tahun 1999 terkait isu HAM di Timor Timur.

Sulaiman mengatakan banyak perwira militer dan jenderal Indonesia menyampaikan keprihatianan bahwa tuduhan pelanggaran HAM di Papua Barat yang kaya mineral bisa memicu embarago lainnya.

Pada saat bersamaan, katanya, Indonesia hampir tidak punya strategi besar mengenai bagaimana menanggapi kekuatan regional saat ini yang dimainkan Amerika dan Tiongkok.

Sementara Indonesia mengembangkan hubungan dengan semua pihak yang terkait sengketa Laut Cina Selatan, Amerika minggu ini memperingatkan bahwa ada upaya untuk memecah belah dan menguasai Laut Cina Selatan, dan mengulangi dukungannya atas tata perilaku multilateral di jalur perdagangan global itu. 



Sumber : Voanews

MENHAN BUKA PAMERAN ALUTSISTA DI MONAS




 :Angkatan Darat menggelar pameran alat utama sistem senjata (Alutsista) di Halaman Monumen Nasional, Jakarta, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-67 TNI. Acara ini terbuka untuk umum dan akan berlangsung selama tiga hari ke depan.

Pameran alutsista TNI AD ini sengaja dibuka untuk umum agar masyarakat luas bisa melihat apa saja persenjataan yang selama ini dipakai oleh para tentara. Ini juga sebagai bentuk pertanggung jawaban TNI terhadap anggaran yang selama ini didapat untuk membuat atau membeli senjata.
 

Pameran ini tidak hanya menampilkan senjata-senjata perang para tentara, tapi juga alat-alat pendukung lainnya seperti radar, helicam, seragam, dan rompi anti peluru yang dibuat oleh perusahaan pendukung.
 

Acara dibuka langsung oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro. Dalam acara tersebut, Menhan mengatakan bangga dengan persenjataan TNI yang saat ini semakin berkembang baik dari segi teknologi, kecanggihan, maupun fungsinya.
 

Selain itu, Menhan juga datang untuk melihat sejata-senjata terbaru yang dihasilkan oleh anak bangsa. 

Antusiasme Masyarakat Sangat Tinggi

Pameran alat utama sistem senjata TNI AD yang dibuka secara resmi oleh Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, dan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Pramono Wibowo, disambut antusiasme ribuan orang.

Wibowo mengatakan, penyelenggaraan pameran sekaligus dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun TNI Ke-67. "Pameran ini juga sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala Staf TNI AD kepada rakyat. Apa saja peralatan yang dibeli dengan menggunakan uang rakyat," katanya.

Tujuan pameran itu, kata dia, agar masyarakat mengetahui apa saja alat yang digunakan TNI AD. Namun, dalam pameran ini masyarakat tidak bisa melihat tank utama Leopard yang dibeli  dari Jerman. Tank ini masih dalam proses perundingan pembelian dan pengiriman.

Wibowo menyatakan, alutsista baru yang dipamerkan kali ini, seperti dua unit meriam 155 mm Caesar buatan Perancis itu hanya sebagai contoh saja, sementara barang-barang yang telah dipesan belum sampai ke Indonesia.

Ia pun berharap, sejumlah alutsista yang sudah beli TNI AD, pada 2014 mendatang sudah lengkap. Seperti, dua batalion roket MLRS Astros dari Brasil, dua batalyon meriam Caesar, 100 unit Leopard dan helikopter serang.

Ribuan pengunjung memadati pameran alutsista milik TNI AD yang di gelar di Lapangan Monas, Jakarta, Sabtu. Tak jarang para pengunjung pameran membawa keluarganya untuk dapat melihat langsung alutsista TNI AD itu. Bahkan, mereka seringkali foto bersama keluarganya di atas atau di depan alat-alat perang yang dibeli dari dana APBN itu.

Alutsista yang dipamerkan TNI AD sendiri adalah yang baru dan lama. Alutsista baru yang dipamerkan itu, yakni dari artileri medan, seperti roket Multiple Launch Rocket System (MLRS) Astros dari Brasil dan meriam 155 mm artileri bergerakCaesar buatan GIAT Nexter, Perancis.

Selain dua senjata baru itu, TNI AD juga memamerkan senjata artileri lain, seperti meriam 76 milimeter Trk buatan Yugoslovakia, meriam 155 milimeter FH 2000buatan Singapura dan meriam 105 AMX dari Perancis. 

Untuk kavaleri, TNI AD memamerkan tank Scorpion buatan Inggris, AMX-13 buatan Perancis (paling banyak yang dimiliki Indonesia), panser VAB NG dan Anoa buatan Pindad, panser V 150 buatan Cadillac-Amerika Serikat. Helikopter serbu yang dipamerkan helikopter Bell 412 dan helikopter Mil Mi-17.

Keingintahuan masyarakat alutsista terbarukan milik TNI AD ini juga tampak di stand tank Scorpion, AMX-13, ketiga tipe panser itu, dan helikoper Mil Mi-17 dan Mi-35P dari Rusia. Stand itu terus dipenuhi pengunjung, bahkan anak-anak banyak menaiki panser, Scorpion hingga Mi-35P.

Salah seorang pengunjung, Nurfaindah (30), mengaku, sengaja datang dari Jakarta Timur untuk melihat pameran alat persenjataan TNI AD secara langsung. 

"Selama ini anak saya hanya melihat gambar dan bentuk mainan saja. Oleh karenanya, saya membawa anak agar bisa melihat secara langsung tank dan helikopter yang dimiliki TNI kita," katanya.
Sumber : Metrotvnews

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...