Monday, October 01, 2012

: TAI rolls out Turkey's first Hurkus trainer


Turkish Aerospace Industries (TAI) has rolled out its first manned aircraft design in Ankara, with the Hurkus trainer expected to make its flight debut in April 2013.
 
Tolga Ozbek
Launched in 2006 and supported by 27 Turkish companies, the $150 million Hurkus programme covers the manufacture of four prototypes - two flight-test examples and two aircraft for static testing.
TAI has worked on the design of three variants so far, including a civilian-targeted Hurkus A, a B-model military trainer and a C-variant close air support design.
Powered by a 1,600hp (1,180kW) Pratt & Whitney Canada PT-6 turboprop engine, the Hurkus is expected to reach a maximum cruise speed of 310kt (570km/h) and be capable of manoeuvring from +7g to -3.5g. Service ceiling will be 34,700ft (10,600m) and the Hurkus have a maximum endurance 4h and 15min.
TAI expects to secure certification for the Hurkus from the European Aviation Safety Agency by the end of 2015, following a flight test programme lasting 18-24 months.
A first production order could come from the Turkish air force, potentially in place of an option for 15 more locally-assembled Korea Aerospace Industries KT-1s.
The Turkish army has expressed interest in the Hurkus C to provide support for its attack helicopters.
The close air support version (below) will have a maximum weapons load of 3,300lb (1,500kg) and also carry a forward looking infrared (FLIR) sensor. As the Hurkus will capable of operating from unprepared runways, it could also attract export orders, TAI believes.
 
Turkish Aerospace Industries
TAI plans to offer another version of the Hurkus to support the Turkish coast guard's maritime patrol activities. The aircraft's back seat would be occupied by an operator for a FLIR sensor

Rafale BUKAN pesawat mahal untuk TNI-AU




RAFALE bukan pesawat mahal

Becermin dari kontrak MMRCA antara Prancis dan India , kita tahu bahwa sebuah Rafale dihargai USD 119 juta dengan embel2 ToT berupa perakitan 108 unit Rafale di India plus lisensi spares parts di India selama 20 tahun yang akan mengakibatkan India ke depannya akan menerima kembali 50% dari harga tersebut. (maap koreksi harga kontrak India itu USD 10.4 milyar jadi perunit jatuhUSD 82.5 juta bukan 119 juta)

Loh, terus apa kaitannya dengan TNI-AU? nah ini mumpung karena jumlah pesawat kita yang serba sedikit dan hanya bertulang punggung pada Hawk 200. maka apa salahnya kita melirik Rafale untuk dengan mengambil opsi ToT ala India plus menegosiasikan dengan Prancis agar PT DI dapat memproduksi spares Airbus atau minimum ATR series. Jadi dengan sekali langkah kita bisa menuai dua keuntungan. Sekalipun kemungkinannya kecil untuk meminta offset ke PT DI, namun kita tahu Prancis kadang rada sableng dalam negosiasi dagangnya

Tentunya jika kita melirik Rafale akan ada masalah yang akan timbul, loh ini khan tidak sesuai dengan doktrin TNI-AU yg menggarisbawahkan pada konsep hi-lo bukan hi-medium-lo. Percaya atau tidak saat ini konsep TNI AU yang mengoperasikan 4 jenis pesawat berpatokan pada konsep hi-med-lo yaitu Su-27 (hi) F-16 (med) serta Hawk 200 & F-5E (lo). Hal ini menunjukkan bahwa kita SDM kita tidaklah kalah dengan 3 Besar AU ASIA; RRT, India dan Korsel. Ketiga negara ini mengoperasikan pesawat tempur mereka dengan konsep hi med lo

RRT: Su-27/J-11 dan JH-7A (hi), J-8 dan j-10 (med) dan J-7 & Q-5(lo). Jika nantinya RRT menggunakan JF-17 maka konsep ini akan bertahan

India : Su-30 MKI (hi), M2K dan MiG-29 (med), MiG-21, MiG-27, Jaguar (lo) nantinya sepertinya Tejas akan mengisi versi lo India

Korsel : F-15K (hi), F-16 (med) dan F-5 (lo), F-5 akan digantikan oleh F/A 50

Selain dua negara ini ada dua besar Asia yg menggunakan pakem lain

Jepang dengan hi- med: F-15 (hi) dan Phantom dan f-2 (Med)

Pakistan dengan konsep Medium-Low: f-16 dan J-10 (Med) dan F-7, Mirage dan JF-17 (lo)

Bagaimana dengan Asia tenggara?
ternyata Asia tenggara pun menganut konsep hi-med lo juga

Vietnam : Su-27/30 (hi), MiG-23 (Med) dan MiG-21 & Su-22 (lo)
Singapura : F-15 (Hi), F-16 (med) dan F-5 (lo)

Malaysia memiliki konsep Hi - Lo yaitu MKM (hi) dan F-5 & Hawk 200 (lo)

Sementara Thailand mengikuti konsep Pakistan yaitu Medium Low : F-16 & JAS 39(med) F-5 & L-159 (lo)

Pertanyaan kedua, lah bukannya kemampuan Rafale di bawah Su-30 dalam radius dan daya angkut senjatanya? Ternyata jika dilihat spekya daya angkut rafale malah melebihi Su-30MKI yaitu 9.5 ton vs 8 ton (lihat di spesifikasi) demikian juga dengan jarak tempuh yaitu 3.700 km vs 3.000 km.
hasil uji tanding Rafale dengan MKI India di Red flag 2011, menunjukan, bahwa kemampuyan radar BVR Rafale setingkat di atas MKI, sementara untuk kecepatan menanjak dan ketinggian seimbang yaitu 300m/detik sementara ketinggian yg sanggup dicapai oleh keduanya adalah 17km. Namun fakta yg mengejutkan adalah ongkos BBM MKI adalah 2x Rafale, Rafale membutuh 0.27km/l sementara MKI membutuhkan 0.58km/l
(sumber: http://www.aviatia.net/versus/rafale-vs-su-30mki/)

Dalam uji tanding tersebut faktor lain menunjukkan bahwa Rafale memiliki manuverbilitas yang lebih tinggi dari MKI. Faktor terpenting lainnya adalah kemampuan radar ECM Rafale yang lebih tinggi dari MKI.

Nah, faktor yang terakhir tentunyalah harga . Berapa sih kemungkinan yang harus kita keluarkan tentunya jika melihat harga kontrak 6 Sukhoi yang kita beli terakhir, nilainya USD 80juta tentulah kita beranggapan bahwa Su-30MKK jauh lebih murah, Namun dengan kemungkinann ToT dimana ada offset 40-50% kembalilah plus mengangkat PT DI kembali untuk meraih kepercayaan internasional sebagai partner Airbus membuat Rafale pantas dilirik.
Jika melihat di diskusi mimpi jika kita hendak memiliki 60 Su-30MKK setidaknya kita harus merogoh kocek 48T (80juta dollar x 60),



Sementara Rafale dengan asumsi harga India (USD 82,5juta x 60) harganya 49.5T alias lebih mahal 1.5T dr Su-30. Namun kemahalan 1.5T rasanya tak ada artinya jika nantinya nilai offset tersebut kembali . Offset 40% artinya sekitar 19.T (40%x 49.5T) akan kembali ke kita, masih untung khan dr selisih 1.5T (19.T-1.5T=17.5T profit Indonesia).Dan yg terpenting nama Indonesia menjadi harum kembali dalam dunia kedirgantaraan dunia (ini berlaku jika pemerintah bersedia melakukan reinvestasi di PT
D

China delivers remote sensing satellite to Venezuela

China sent into space a remote sensing satellite, the "VRSS-1", for Venezuela from northwestern China's Gobi dessert at noon Saturday, the Jiuquan Satellite Launch Center said in a statement.
The delivery marks China's first in-orbit delivery of a remote sensing satellite to an international customer, it says.
In 2008 China launched Venezuela's first satellite - the Venesat-1, or "Simon Bolivar" - to carry communications facilities.
Venesat-1, which was a jointly built telecommunication satellite, made Venezuela the fourth Latin American country to own a satellite after Mexico, Brazil and Argentina.

China sends into space a remote sensing satellite, the "VRSS-1," for Venezuela from the Jiuquan Satellite Launch Center in northwestern China on Sept 29, 2012. [Photo/Xinhua



TNI TAMBAH LAGI SATU BATALYON INFANTERI DI DAERAH PERBATASAN




Panglima Komando Daerah Militer VI Mulawarman Mayjend Subekti mengungkapkan, tahun 2013, pihaknya akan menambah satu batalion lagi untuk wilayah perbatasan RI-Malaysia di Kalimantan. Tujuannya untuk menambah pengawasan di garis perbatasan yang sering terjadi praktek ilegal, termasuk illegal logging.

"Biar pengawasan semakin rapat, jadi tak ada lagi pencurian (kayu) di perbatasan," kata Mayor Jenderal Subekti di Samarinda, Ahad, 30 September 2012.

Ia mengungkapkan, penambahan batalion nantinya akan difokuskan untuk menjaga garis antara Malinau-Kutai Barat. Saat ini, menurut dia, ada 44 pos jaga di Kalimantan yang menjaga wilayah perbatasan sepanjang 2.004 kilometer, membentang dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur. Tapi, untuk garis batas di Kutai Barat, menurut Subekti, masih terlalu jauh jaraknya. "Tahun depan juga akan dibangun 29 pos baru," katanya.

Soal pergeseran patok perbatasan, kata dia, sejak enam bulan terakhir tak pernah terjadi. Memang ada pergeseran, tapi terjadi karena faktor alam, seperti longsor, sehingga patok bergeser. Itu pun, katanya, dikembalikan ke koordinat awal secara bersama-sama. "Kalau digeser tidak ada," ujarnya.

Subekti menambahkan, kondisi perbatasan yang terisolasi sampai sekarang memang menjadi masalah sosial di sepanjang perbatasan. Warga masih sangat bergantung pada Malaysia untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk BBM. "Harganya jadi mahal, tapi mau gimana lagi, mereka, ya beli juga," katanya.

Ia berharap pemerintah bisa menerapkan program yang menjawab kebutuhan rakyat. "Bangun infrastruktur di perbatasan sangat mendesak. Jangan dibandingkan dengan Malaysia, jauh tertinggal kita," katanya.




Sumber : Tempo

ANALISIS : TERIMA KASIH, PANGLIMA TERTINGGI...........!!!!




Engkau telah jadikan hulubalang kami menjadi layak pakai, menjadi siap pakai, tidak lagi sekedar menggapai asa melainkan sudah mendapat asa dengan kehadiran beragam jenis alutsista. Kegembiraan kami adalah kegembiraan bernafas kebanggaan manakala sang hulubalang berbaju loreng kembali memperlihatkan otot utuhnya dengan kombinasi kemampuan adu gelut personal dan keterampilan menggunakan teknologi alutsista.  Engkau lengkapi pasukanmu dengan berbagai jenis alutsista segala matra.

“Kemarahanmu” beberapa tahun silam karena ulah arogansi negara jiran yang hobi mengklaim benar-benar membuahkan hasil nyata.  Engkau nyatakan kemarahanmu bukan dengan kata-kata sumpah serapah atau retorika melainkan dengan menyusun rencana besar yang terukur dan terstruktur untuk mempersiapakan kekuatan pukul yang membanting.  Tidak dalam rangka masuk dulu baru digebuk tetapi banting dulu sebelum masuk.  Engkau nyatakan dengan perbuatan, engkau nyatakan dengan jalan yang jelas, karena engkau seorang jenderal yang cerdas yang tak perlu menjual statemen.  Dan engkau memang tidak pernah menjual statemen keras sebelum hulubalangmu dilengkapi dulu persenjataannya. Ketika berbagai alutsista mulai berdatangan, engkau pun secara lantang berkata di depan jenderal-jenderalmu pada buka bersama Ramadhan lalu: Kita akan menuju sebagai macan Asia.
Ketika Meninjau latihan Brigade Marinir
Begitulah memang karakter sejati seorang pemimpin militer yang memiliki segudang ilmu strategi.  Ketika bicara dalam bahasa diplomasi mengedepankan konten bicara tanpa harus merusak hubungan pertemanan, hubungan perjiranan. Hubungan antar negara tetap saja baik dan akrab.  Namun di sisi yang lain diformulakan dengan adonan kekuatan harga diri bangsa, kedaulatan yang dijunjung tinggi untuk jangan coba bermain lagi di wilayah pelecehan teritorial. Negeri ini menjunjung kuat nilai-nilai persahab`tan antar negara dan selalu mengedepankan kualitas diplomasi untuk kenyamanan dalam interaksi antar rumah tangga masing-masing negara.  Tetapi negeri ini yang memilik karakter dan nilai kejuangan tidak ingin rumah besarnya, rumah gadangnya menjadi obyek pelampiasan nafsu keangkuhan jiran yang merasa lebih bertamadun menurut dia.

Engkau pun telah menunjukkan kekuatan kepemimpinan di negeri ini karena mampu menahan gejolak emosi meski caci maki terlalu sering dikumandangkan oleh petualang politik dalam negeri yang hanya pintar mencari kesalahan.  Sudah banyak buktinya, engkau bawa negeri ini dalam nilai ekonomi yang gemilang meski rakyatmu belum semua sejahtera.  Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,4 % terbaik kedua setelah Cina, pendapatan per kapita mencapai US$ 4.000,- dan ini yang lebih dahsyat, kekuatan beli negeri ini mencapai nilai 1600 trilyun per tahun yang mampu membungakan dada dan mencerahkan wajah.  Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN, terbesar ke 16 di dunia, masuk negeri idola bersama 3 negeri lain dalam MIST (Meksiko, Indonesia, South Korea dan Turki), pengaruh kepemimpinan adalah kunci semua prestasi, itu kalau kita membacanya dengan hati bening, bukan dengan hati busuk seperti yang dikoar-koarkan “ahli ekonomi sirik” di layar kaca.

Ketika masih menjadi Kolonel
Panglima, kami berterimakasih kepadamu karena tanggal 5 Oktober ini parade kewibawaan hulubalang republik mampu memberikan nilai langkah tegap yang sesungguhnya.  Meski belum semua alutsista yang dipesan datang namun gegap gempita menyambut kedatangannya  terasa nian dalam parade dan defile pengawal republik.  Langkah tegap yang diderukan adalah testimoni sebuah konser harga diri, nilai juang dan semangat berbangsa untuk diperlihatkan kepada siapa saja.  Bahwa bangsa ini mampu bertarung dengan taring tajam demi sebuah harga diri dari negara kepulauan terbesar di dunia, negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.

Berbagai jenis alutsista modern yang sudah dan segera mengisi kesatrian pengawal republik sejatinya adalah sebuah penghormatan terhadap nilai kepahlawanan sepanjang perjalanan bangsa ini.  Nilai penghormatan itu adalah kesediaan kita untuk selalu mengasah kemampuan bertarung dengan alutsista modern.  Karena sebagai pewaris tanah air, wasiat dari pendiri republik adalah mempertahankan setiap jengkal teritori negara ini dari segala jenis ancaman.  Itulah harga matinya, tidak ada tawar menawar karena air laut pun tidak ingin tawar.  Kita tidak ingin menjual persoalan atau persengketaan dengan rumah tetangga namun dalam etika pergaulan yang bernama harga diri jika ada yang menjual persengketaan kita pun patut membelinya.  Apalagi jika sampai melakukan show of force dengan memamerkan kekuatan militer di depan mata kita.

Begitulah Panglima, episode perjalanan bangsa ini sesungguhnya bisa mencapai sampai di batas ini tidak terlepas dari pengawalan yang terus menerus dari garda republik. Maka ketika engkau kembali mendandani dan mempertajam taring pasukanmu, itu adalah sebuah kewajiban yang harus terus digemakan.  Karena rumah yang besar ini harus mempunyai pagar yang kuat untuk menghadapi kondisi terburuk dalam dinamika kawasan.  Untuk itu sebagai anak bangsa, ucapan terimakasih dan penghargaan pantas dilayangkan kepada Panglima Tertinggi yang telah memberikan semangat dan harga diri hulubalang republik.  Kesatrian-kesatrian pengawal republik saat ini memberikan penghormatan bergelora kepada Panglima Tertinggi yang bersama komponen perwakilan rakyat dan seluruh rakyat telah memberikan dukungan penuh untuk perkuatan militer.

Selamat ulang tahun tentaraku,-
 
 
 
Sumber : Analisis

Sukhoi TNI AU Intercept Pesawat Asing



Aksi heroik dilakukan tim penerbang pesawat tempur Sukhoi dari Skuadron 11 Lanud Hasanuddin, Makassar. Mereka berhasil menghentikan pesawat asing yang tanpa izin melintas di wilayah udara Indonesia kemarin (30/9). Pesawat jenis Cessna 208 dengan nomor ekor N-354 RM itu dicegat dan dipaksa mendarat di Lanud Balikpapan, Kalimantan Timur. "Terpaksa kami lakukan airborne (peluncuran) dua Sukhoi karena pilot itu tidak merespons komunikasi radio dari ATC," ujar Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas) Marsekal Muda Bambang Soelistyo kepada Jawa Pos kemarin. Sukhoi itu digerakkan langsung atas perintah Bambang. Awalnya, satuan radar Kohanudnas memantau pesawat asing yang melintas pada pukul 12.30 Wita. Setelah dicek, rupanya pesawat ini tak punya clearance (izin melintas). "Kami punya sistem FCIS yang sangat akurat, online 24 jam," kata Bambang. FCIS adalah singkatan dari flight clearance information system. Dalam FCIS langsung diketahui apakah sebuah pesawat terjadwal atau tidak. Rute mereka pun akan terpantau. "Karena tidak tercatat, dilakukan komunikasi radio. Dia kami minta mendarat di Makassar," katanya. Rupanya, pilot pesawat Cessna itu ngeyel. "Saya tidak melihat berapa jumlah penumpangnya. Kalau ada yang melanggar kedaulatan hukum udara di Indonesia, saya harus bertindak," kata mantan Deputi Menko Polhukam ini. Maka, setelah diperingatkan beberapa kali, tim Sukhoi yang selalu siaga, langsung dikomando untuk terbang. "Intercept atau pencegatan sukses. Pesawat kami paksa landing di Balikpanan," kata Bambang. Setelah mendarat, baru diketahui bahwa pilotnya bernama Michael E. Boyd. Dia terbang seorang diri, tanpa penumpang lain. "Saya belum mendapatkan detail paspornya. Tapi, dari informasi sementara, dia berkewarganegaraan AS," kata Bambang. Pesawat asing itu berangkat dari Palau (sebuah negara kecil di kawasan Pasifik, tepatnya di utara Papua) dengan tujuan Singapura. "Soal motifnya apa, investigasi masih dilakukan Lanud Balikpapan," ujarnya. Bambang menegaskan, langkah Kohanudnas dilindungi undang-undang. "Kami tegakkan kedaulatan di wilayah udara, pesawat apa pun, dari mana pun, berapa pun penumpangnya , kalau tidak ada izin, kami hentikan," katanya. Cessna 208 adalah pesawat dengan kapasitas maksimal 14 penumpang. Panjangnya hanya 12,67 meter dengan jarak jelajah 2.000 kilometer tanpa harus refueling (pengisian bahan bakar). Insiden ini bukan yang pertama. Pada 2011, tim Kohanudnas juga berhasil mencegat pesawat tanpa izin. Saat itu pesawat jet P2-ANW Dassault Falcon 900EX yang ditumpangi Wakil Perdana Menteri Papua Nugini Belden Namah distop Sukhoi. Pesawat tempur itu menguntit tumpangan VIP tersebut selama 37 menit pada November 2011. Kedua pesawat tempur baru membebaskan Falcon setelah diperintahkan oleh Kohanudnas sekitar pukul 11.17 Wita. Kejadian itu mencuat ke publik setelah Perdana Menteri Papua Nugini Peter O"Neil, melalui media massa, mengancam mengusir Duta Besar RI Andreas Sitepu dari Port Moresby, ibu kota negaranya. Tegang di Bandara Sepinggan Pendaratan pesawat asing itu di Bandara Sepinggan, Balikpapan, sempat membuat suasana bandara tersebut tegang. Sebelum pesawat mendarat, sekitar 30 prajurit Angkatan Udara (AU) bersenjata SS-2 P1 siaga di landasan. Tak lama kemudian, pesawat Cessna 208 yang dikawal dua Sukhoi Tempur Strategis (TS) 2705 dan 3004 mendarat. "Kru yang ada di pesawat dimohon keluar dari pesawat dengan posisi tangan di atas," ujar Kolonel (Pnb) Djoko Senoputro, Danlanud Balikpapan.Sebelum turun pilot digeledah, lalu digiring menuju ruang interogasi Base Ops Lanud Balikpapan. Pesawat Cessna 208 itu diketahui berangkat dari Wichita, Kansas, AS, pada 25 September 2012. Dari sana pesawat meneruskan penerbangan ke California (27/9) - Honolulu, Hawaii (29/9)- Korsje, Macronesia (30/9) " lalu Koro Palau (30/9)-Singapura. Berdasar hasil interogasi sementara, sang pilot mengaku tersesat masuk ke wilayah udara Indonesi`. "Menghindari cuaca jelek di frekuensi 122.2 Req 10 derajat left," kata Djoko. Misi pilot adalah mengantar pesawat Cessna terbaru yang dipesan Hawker Pasifik Jet melalui operator Globeflyers ke Singapura. "Barang-barang yang dibawa hanya kelengkapan pakaian pribadi dan kamera yang isinya foto dan video. Isinya sedang kami analisis. Untuk flight plan sesi rute dari Palau-Singapura pasti melalui Flight Information Regional (FIR) Indonesia," lanjut Danlanud. Karena itu, penerbangan terpaksa dihentikan sampai pilot mengurus administrasi. "Pilot kami amankan, kini berada di mes Lanud Balikpapan dalam keadaan sehat," ucapnya. Sumber : JPNN

Indonesia harus bangun poros baru pertahanan




Sumber (ANTARA News) -Indonesia sebagai negara yang bebas aktif harus membangun jalur atau poros baru dalam bidang pertahaan, kata anggota Komisi I DPR RI, Tjahjo Kumolo. "Seyogianya Indonesia tidak terpaku pada ASEAN saja dan Amerika Serikat, tetapi perlu dipertimbangkan membangun poros Jakarta-Peking, Jakarta-India, Jakarta-Rusia, dan negara-negara Arab," ujarnya kepada ANTARA News di Semarang, Minggu, jelang hari ulang tahun ( HUT) kee-67 Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 5 Oktober 2012. Wakil rakyat asal Daerah Pemilihan Jawa Tengah (Dapil Jateng) 1 itu menegaskan bahwa posisi Indonesia di kawasan Asia-Pasifik secara geopolitik sangat strategis dan harus jeli menempatkan posisi tawarnya di antara negara-negara besar yang sedang mencari pengaruh di Asia-Pasifik. Kompetisi regional dari skenario global dan dampaknya terhadap Indonesia, menurut Tjahjo, harus diantisipasi agar RI, khususnya TNI yang sedang memodernisasi alat utama sistem senjata (alutsista), tidak terjebak pada negara besar yang sebetulnya bisa jadi monster bagi Indonesia. Menyinggung ASEAN Security Community (ASC), Tjahjo mengutarakan, "Bagaimana rencana strategis pertahanan RI? Kemelut Laut China Selatan saja, Indonesia dan ASEAN belum bisa memainkan bidak-bidaknya dengan strategis." Ia menegaskan, "Minimum essential force (MEF) yang kita inginkan harus tercapai dan terencana sampai 2014. Hal ini tidak bisag berdiri sendiri, tetapi harus diiringi dengan kebijakan-kebijakan perencanaan ekonomi Indonesia ke depan yang terstruktur dan terencana." Di lain pihak, anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan itu mmengatakan bahwa Markas Besar (Mabes) TNI harus memprioritaskan program penggunaan kekuatan pertahanan integratif dan progran modernisasi alutsista. Di samping itu, lanjut Tjahjo, meningkatkan profesionalisme prajurit dan memantapkan penyelenggaraan manajemen dan operasinalisasi modern serta meningkatkan kesejahteraan prajurit dan keluarganya. "Ini yang harus konsisten dilaksanakan oleh Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan, baik untuk matra Angkatan Laut, Angkatan Darat, maupun Angkatan Udara," demikian Tjahjo Kumolo. (*)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...