Thursday, September 20, 2012

RUU Industri Pertahanan Alihkan Pembinaan BUMNIS ke Kemhan



Anoa 6x6 Canon, Pindad Indonesia. (Foto: Berita HanKam)

19 September 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan mengklaim jika disetujui dan disahkan menjadi undang-undang, maka RUU Industri Pertahanan akan memangkas habis agen dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) di Indonesia. "Salah satu tujuannya memang untuk menghalangi agen yang merugikan negara," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Hartind Asrin saat dihubungi oleh Tempo, Rabu, 19 September 2012.

Dia meminta masyarakat tidak langsung curiga dengan RUU ini. Sejumlah pihak misalnya mempersoalkan rencana pengalihan tanggungjawab pembinaan industri pertahanan, dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara menjadi ke Kementerian Pertahanan. Ada yang menganggap rencana itu akan membuka kembali peluang para purnawirawan TNI berbisnis. "Pengalihan itu hal yang wajar, orang militer lebih paham masalah-masalah militer," kata Hartind.

Hartind mengakui bahwa sejumlah pasal dalam RUU Industri Pertahanan masih perlu dibahas lebih lanjut. "Belum final, masih ada banyak masukan lain terkait hal itu," kata dia. RUU ini sendiri merupakan inisiatif DPR dan rencananya disahkan Desember 2012 depan.

Industri Pertahanan Memang Harus Dekat TNI

Rencana pemerintah mengalihkan tanggung jawab pembinaan industri pertahanan dari Kementerian BUMN ke Kementerian Pertahanan dinilai positif. Dengan perubahan ini, maka industri pertahanan tidak dibebani kewajiban untuk menghasilkan profit dan dividen semata.

"Industri pertahanan harus dikembalikan pada bisnis intinya, dan tidak boleh dibebani lini produksi lain," kata Andi Widjajanto, pengamat pertahanan Universitas Indonesia, Rabu, 19 September 2012. Apalagi, katanya, pasar untuk industri macam ini amat spesifik.

Andi kemudian mencontohkan bisnis PT. Pindad yang terpaksa mengembangkan produksi mobil listrik sebagai upaya menambah profit. "Jadi untuk memastikan industri pertahanan ada di jalur yang benar, pelibatan TNI memang dibutuhkan," kata dia.

Andi tak mempermasalahkan jika pasca pengalihan ke Kementerian Pertahanan, banyak jabatan komisaris di industri pertahanan ditempati para purnawirawan TNI. "Itu praktek yang banyak terjadi di seluruh dunia," ujarnya. Selama bukan perwira aktif, Andi menilai hal itu lazim saja.

Wacana pengalihan industri pertahanan ke Kementerian Pertahanan muncul pada Rancangan Undang-Undang Industri Pertahanan yang sedang dibahas di DPR. Sejumlah kalangan menilai rencana itu bakal mengembalikan TNI pada kegiatan bisnis, sesuatu yang sudah dilarang oleh UU TNI.

Sumber: TEMPO

PT DI INCAR PROYEK SKUADRON TEMPUR FILIPINA




 :Meski sempat dipandang sebelah mata oleh masyarakat sendiri, PT Dirgantara Indonesia ternyata terus eksis. Kini mereka mengincar pengembangan penjualan.

Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, menyatakan pada periode 2013-2014, pihaknya membidik proyek pembuatan pesawat bagi sejumlah negara. Antara lain Brunei Darussalam, Filipina, dan Botswana di Afrika. Nilai proyeknya mencapai Rp2,5 triliun.

“Proyek yang siap dikerjakan antara lain 11 unit pesawat untuk skuadron perang, 8 unit pesawat serbu, 3 unit helikopter Bell. Kemudian, 4 unit CN 235, dan 2 unit NC 212,” katanya di Bandung, Selasa (18/9/2012).

Saat ini, PT DI juga konsentrasi menyelesaikan pembuatan pesawat CN235 pesanan Turki. Negara tersebut memesan 10 unit CN235 sejak tahun 2006 dan dalam dua tahun ini diyakini akan diselesaikan. “Kami optimistis bisa mengejar sisa target pemesanan CN235 oleh Turki dalam dua tahun kedepan,” ujar Sonny.

Dia menjelaskan saat ini pihaknya tengah bersiap melakukan flight test (uji coba) pesawat kedelapan. Pesawat CN235 ini rencananya akan difungsikan sebagai pesawat patroli maritim. “Nilai kontraknya cukup besar. Kontrak engineer-nya mencapai US$2 juta/tahun,” katanya.


Sumber : Inilah

KEBANJIRAN ORDER, PT. DI BELI MESIN BARU PEMBUATAN PESAWAT




:PT Dirgantara Indonesia (Persero) membeli mesin-mesin produksi baru guna memenuhi pesanan pembuatan pesawat setelah banyak masuk pesanan (order) pembelian akhir-akhir ini.

"Kami kebanjiran pesanan, makanya permesinan yang sudah berusia rata-rata 30 tahun kami revitalisasi," kata Kepala Humas PTDI Rakhendi Triyatna.

Selain derasnya pesanan itu, kata Rakhendi, PTDI sedang dalam jadwal pembenahan sesuai dengan program restrukturisasi dan revitalisasinya, sehingga selain melaksanakan penyiapan SDM sesuai kebutuhan masa depan, juga pengadaan mesin-mesin baru guna kelancaran proses produksi.

Mesin-mesin baru yang sudah dioperasikan yaitu sebanyak delapan unit dan lima unit lainnya dalam proses kedatangan.

Mesin tersebut adalah mesin CNC (Computerized Numerical Control), di antaranya Quaser MV 18C, Haas VF6-50, Haas VR 11 B Deckel Maho DMU 100 mB dan mesin Gantry Jobs LINX30 serta Gantry Matec 30 P.

Mesin-mesin berteknologi tinggi dalam kondisi baru tersebut didatangkan dari beberapa pabrik di antaranya dari Jerman, Itali dan Taiwan.

Rakhendi menjelaskan, kemampuan mesin CNC dapat diandalkan dan pengalaman selama ini menunjukkan di samping mampu menyelesaikan pembuatan komponen untuk pesawat-pesawat produk sendiri, juga PTDI mampu memasok dalam jumlah besar komponen-komponen pesanan Airbus, Boeing dan Bombardier.

"Sebagaimana sering kami ungkapkan, PTDI merupakan pemasok tunggal untuk bagian tengah, depan, sayap pesawat A380, pesawat terbesar di dunia yang berlantai dua," kata Rakhendi sembari menambahkan pihaknya saat ini memiliki lebih dari 100 unit mesin CNC dan TNC.

Mesin-mesin yang ada itu sebelumnya telah beroperasi dengan sangat produktif dan rata-rata dioperasikan sedikitnya 15 jam per hari guna memenuhi target produksi yang sudah dijadwalkan penyelesaiannya secara sangat ketat.

Guna menyambut program CN295, saat ini pembangunan Assy (Assembling) CN295 sedang disiapkan oleh PTDI.

Dasar pembuatan pesawat CN295 adalah hasil pengembangan dari pesawat CN235 oleh Airbus Military, di antaranya dengan menambah panjang badan pesawat sekitar3 (tiga) meter, landing gearnya diperkuat dan power enginenya ditambah.

Persiapan yang dilakukan untuk pekerjaan Assy (Assembling) pesawat CN295 yang akan dilakukan, PTDI menyiapkan badan pesawat (fuselage) yang lebih panjang, semua sedang dalam pengerjaan.

Dengan terus mempromosikan pesawat CN235, CN295, NC212-400 serta pesawat N219 (dalam tahap rancang bangun), PTDI saat ini terus berbenah diri dalam segala hal untuk menyambut prospek pasar di kawasan Asia Pasifik yang semakin meningkat, demikian Rakhendi. 



Sumber : Antara

INDONESIA TAKES DELIVERY OF FIRST TWO AIRBUS MILITARY C295 AIRCRAFT


Indonesia has taken delivery of two Airbus Military C295 transport aircraft ordered in February this year. The aircraft are the first of nine to be delivered to the Indonesian Ministry of Defence under the terms of a contract signed by Airbus Military and PT Dirgantara Indonesia (PT DI).


The delivery took place in the Airbus Military San Pablo site in Seville, where the C295 final assembly line is located, at a ceremony attended by the Indonesian Vice Minister of Defence, Lt. Gen. (ret) Sjafrie Sjamsoeddin, and Airbus Military Vice President Head of Programmes Light & Medium and Derivatives, Rafael Tentor. 



The aircraft will be operated by the Indonesian Air Force and known in service as the CN295. It will perform a wide variety of roles including military, logistical, humanitarian and medical evacuation missions throughout the huge territory of Indonesia, which includes around 17,000 islands. The delivery of the ninth and last aircraft ordered is scheduled for summer 2014.



Rafael Tentor said: “The delivery of these aircraft is an important step in Airbus Military´s collaboration with the Indonesian aerospace industry and we greatly look forward to increasing our level of co-operation in the years ahead.” To date, Airbus Military has sold 114 C295s. After the entry in service of these aircraft there will be 88 C295s in operation in 15 countries all over the world.The attached photograph shows the delivery ceremony held in Seville.


http://3.bp.blogspot.com/-wLN67icU0tw/UFiCKNAK2FI/AAAAAAAAQ0M/mVKr72ys0qU/s1600/C295_TNI+AU.jpg-large
C295 A2901 (TNI AU)

About C295
 
 
The new generation C295 is the ideal aircraft for defence and civic mission to the benefit of society, such as humanitarian actions, maritime patrol, and environmental surveillance missions, amongst others. Thanks to its robustness and reliability, and with simple systems, this medium sized tactical airlifter provides wide versatility and flexibility, necessary for personnel, troop and bulky/palletized cargo transportation, casualty evacuation, communication and logistic duties or certified air-dropping capabilities.  Its mix of dual technology civil/military equipment ensure success on demanding tactical mission, growth potential for future equipment as well as compatibility with the latest civil airspace environment. The C295 is part of Airbus Military’s family of light and medium airlifters which also include the smaller C212 and CN235 platforms.  



Source : AirbushMilitary

PT. DI KERJAKAN 11 HELIKOPTER AKS PESANAN TNI AL

Superpuma Anti Kapal Selam

 :Selain pesawat sayap tetap versi patroli maritim, minat terhadap helikopter produksi PT Dirgantara Indonesia juga terus menunjukan peningkatan. Kebanyakan heli tersebut ditujukan untuk kepentingan militer.

Pemesannya memang didominasi Kementerian Pertahanan guna memperkuat alutsista TNI. Meski demikian, secara kuantitas, heli yang dipesan relatif signifikan termasuk bagi pendapatan perusahaan. 

Ditambah pesanan terhadap pesawat sayap tetap terutama CN-235 MPA dan anti kapal selam, nilai kontrak yang diraih PT DI mencapai Rp 8,2 triliun. Ini di luar pencapaian tahun 2011 yang mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

Berdasarkan keterangan Asisten Direktur Utama PT DI Bidang Sistem Jaminan Mutu, Sonny Ibrahim Saleh, sejak 2012, BUMN strategis itu akan menggarap 11 unit heli anti kapal selam AL dan delapan unit heli serang AD. 

"Untuk anti kapal selam jenisnya adalah Superpuma karena faktor peralatan pendukung sedangkan untuk tujuan serang bukan lagi NBO-105 tapi kemungkinan Ecureuil," tandasnya di Bandung, Selasa (18/9).  

Kemungkinan yang dimaksudkan Sonny adalah Eurocopter AS350 Ecureuil. Di saat yang sama, PT DI juga tengah memenuhi pesanan 7 unit heli buatan pabrikan asal Eropa berjenis lainnya. Enam di antaranya untuk AD. 

Jenisnya adalah EC-725 Cougar varian Combat SAR and Personal Recovery. Pengerjaan tersebut di luar jumlah pesanan atas heli angkut personil Bell 412 EP untuk kepentingan TNI.



Sumber : SuaraMerdeka

Kebangkitan PT Dirgantara Indonesia



Bandung - Setelah terpuruk dalam beberapa tahun terakhir, PT Dirgantara Indonesia (Persero) kini mulai bangkit. Order pembuatan pesawat, komponen dan jasa datang dari berbagai negara. PTDI mulai merevitalisasi struktur dan SDM untuk mengimbangi meningkatnya pesanan dan kontrak pembuatan pesawat. Bagaimana itu dilakukan? Berikut wawancara wartawan FAJAR, Hasbi Zainuddin, dengan Direktur Umum & SDM PT Dirgantara Indonesia (Persero), Sukatwikanto, di ruang redaksi Harian FAJAR, 12 September lalu. PTDI lebih cenderung memproduksi pesawat untuk militer. Bagaimana perkembangannya? Klaster pesawat yang dibuat PTDI itu memang lebih kepada military, karena memang sejak awal didirikan, PTDI itu memang memproduksi pesawat militer. Orientasinya sebagai transportasi sipil dan membantu pertahanan. Meskipun kita belum memproduksi pesawat tempur. Pembiayaannya bagaimana? Jika dihitung, total nilai kontrak itu mencapai Rp8 triliun, hingga tahun 2016. Untuk modal dan pembiayaan pesawat ini, kita ambil dari APBN melalui bank pemerintah. Pembeli itu datang dari mana saja? Untuk pesawat-pesawat military ini, pembeli kita tahun ini semakin meningkat. Kita bahkan sudah punya kontrak pembuatan pesawat dengan beberapa pembeli dalam negeri dan negara luar. Baik itu berupa unit pesawat, maupun komponen dan jasa. Selain dari dalam negeri, pemesan kita yang sudah deal itu datang dari beberapa negara, di antaranya Korea Selatan, UAE (Uni Emirat Arab), Pakistan, Jepang, Malaysia, Brunei, Thailand, Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Irlandia. Turki, Burkinafaso, dan Senegal. Negara-negara ini membangun kontrak pembelian pesawat, komponen, dan jasa. Selain beberapa negara itu, kami juga sementara mengikuti proses tender penjualan pesawat di Filipina. Pesawat tersebut antara lain tiga unit jenis CN 295, 4 unit CN235 untuk seri maritim transport, dan satu unit NC212 untuk seri 200 untuk maritim patroli. Tendernya sementara berlangsung di Finance State. Kita berharap tahun ini ada beritanya menang. Nah, di Thailand, kita sudah memenangkan tender satu unit NC 212-200. Penjualan di Thailand dan Filipina ini menambah nilai kontrak Rp8 triliun itu. Pesawat yang dipesan jenis apa saja? Macam-macam. Salah satu pemesan kita, Korea, itu menggunakan salah satu jenis pesawat CN235 sebagai pesawat kepresidenan. Sementara Malaysia, menggunakannya sebagai pesawat VIP, setingkat di bawah presiden. Untuk pesawat, kita mengandalkan N295. Pesawat ini ordernya sudah sembilan unit sampai tahun 2014, oleh TNI Angkatan Udara. Tahun ini sudah ada dua yang jadi dan kita delivery. CN295 ini adalah pesawat hasil pengembangan CN235 yang dilakukan Airbush Military. Bedanya, badan pesawat ini lebih panjang tiga meter, sehingga mampu membawa penumpang sampai 50 orang, dengan menggunakan mesin Turboprop Pratt & Whitney yang lebih besar. Pesawat ini juga mampu mengangkut satu unit mobil tank. PT Dirgantara bekerjasama dengan berbagai pihak dalam hal produksi beberapa pesawat. Apa kerjasama yang paling strategis? Jadi, pertama yang harus dipahami tentang konsep industri pesawat, tidak ada industri yang memproduksi sendiri pesawat secara utuh. Untuk PTDI, ada tiga jenis produksi kita. Pertama, pesawat yang kita diciptakan sendiri, dan hak kita untuk memproduksi dan menjualnya. Produk itu misalnya, pesawat CN235 yang pembuatannya kita kerjasama dengan CASA. Pesawat jenis ini adalah buatan Indonesia. Ada juga produk yang underlisence. Kita buat, tapi bukan kita pemiliknya. Itu seperti pesawat NC212-200 dan 400. Kita hanya berhak memodifikasi, mengubah sedikit hidungnya, dan sayap. Ketiga, industrial cooperation. Artinya, kita hanya membuat komponennya. Nah, untuk ini, PTDI merupakan satu-satunya pembuat komponen untuk bahu pesawat Airbush A380. Untuk komponen itu, kita mendapat order sampai 10 tahun ke depan. Nah, untuk pemasaran, kami saat ini juga bekerjasama dengan Airbush Military, yang dulunya bernama CASA, dengan ikut membantu mengelola pasar pesawat jenis NC 212-400, CN 235, dan CN 295, di Asia dan Pasifik. Selain itu? PTDI juga terlibat dalam pengembangan pesawat tempur multi roles IFX-KFX, kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan. Pesawat ini merupakan pesawat tempur generasi 41/2, setara dengan F16++. Dari kerja sama ini, kita target mulai beroperasi tahun 2020 mendatang. Komposisi saham Indonesia-Korea dalam kerja sama ini sebesar 20-80 persen. Selain PTDI, beberapa pihak yang terlibat dalam pengembangannya antara lain Kementerian Pertahanan (Kemhan) sebagai koordinator, Kementerian Ristek (Riset dan Teknologi), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), ITB, dan Balitbang Kemhan. Nah, dengan kerjasama ini, kita tentu memiliki hak untuk memodifikasi, mendesain, dan membangun dua skuadron di Bandung. Meskipun, kalau ada pembeli dari luar negeri, kita dan Korea tentu harus duduk bersama, karena modalnya berdua. Selain itu, tentunya masih banyak lagi kerjasama dan kontrak yang kita lakukan, yang mencukupkan nilai kontrak itu sebesar Rp8 triliun. PTDI saat ini menunjukkan prestasi yang baik, dan mampu bangkit dari keterpurukan sejak krisis 1998 silam. Apa faktor yang mendukung prestasi besar ini? Tentu dari sisi kebijakan pemerintahan. Dulu, kita kesulitan karena barang yang dipesan itu bisa kita delivery dalam waktu paling cepat 36 bulan. Kenapa, karena kita dilarang stok. Jumlah barang yang ingin dibuat, harus berdasarkan order, dan pembiayaannya melalui APBN yang diputuskan setiap tahun. Sementara, pemesan maunya 12 sampai 18 bulan sejak ditandatangani kontrak. Sekarang, pemerintah sudah membolehkan stok, sehingga, pesawat itu bisa kita kirim lebih cepat, bisa sekitar 12 sampai 18 bulan. Pemerintah juga memberi kebijakan, khusus produksi pesawat, pembiayaannya melalui APBN multiyear, bisa sampai tiga tahun sekaligus. Pemerintah juga sudah lebih terbuka memberlakukan kredit impor. Target keuntungan dari order itu? Kita sampai sekarang sebenarnya masih menggendong utang. Kita tahun kemarin telah menyelesaikan utang masa lalu terhadap pemerintah yang manfaatnya sebagian sudah kita nikmati. Nah, sekarang masih punya utang riil. Berupa utang bisnis, yang sehari-hari kita gunakan membeli berbagai perangkat industri. Kita perkirakan tahun 2014, dengan order tersebut, utang riil itu bisa kita selesaikan. Apa harapan Anda? Untuk itu, yang kami butuhkan adalah tenaga SDM. Kita sedang mencari sarjana teknik yang punya idealisme dan integrasi yang tinggi, yang sanggup bekerja keras, meskipun gaji minim. Kita siap untuk melatih. Perekrutan SDM ini kita lakukan, karena dari sekitar 2.300 tenaga di PTDN, sekitar 70 persen di antaranya akan pensiun sampai tahun 2016 mendatang. Sumber : Fajar 

jerman-mendukung-pembelian-alutsista

jakarta - Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, mengadakan kunjungan kerja ke Jerman, Perancis dan Spanyol dari Tanggal 17 sampai dengan 24 September 2012. Dalam kunjungan kerja Wamenhan sebagai Ketua High Level Committee (HLC) Kemhan ini didampingi Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan Marsda TNI Sunaryo, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Aslog Kasad Mayjen TNI Joko Sriwidodo, Aslog Kasau Marsda TNI JFP Sitompul. Kunjungan ini dimaksudkan untuk melaksanakan negosiasi dalam proses pembelian atau pengadaan Alutsista TNI sesuai dengan Rencana Strategi 2010-2014. Mengenai kunjungan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin dan tim HLC ke Jerman, Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan memberikan dukungan kepada Indonesia dalam pembelian Alutsista Jerman. Pernyataan tersebut dimuat di beberapa media Jerman menanggapi kunjungan Wamenhan bersama tim HLC ke Jerman. Kanselir memberikan tiga alasan dukungan terhadap Indonesia dalam pembelian Alutsista Jerman tersebut yaitu ; Indonesia bukan negara yang memiliki banyak hutang, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat, dan Indonesia bukan merupakan negara pelanggar HAM. Kanselir Jerman Angela Merkel juga menegaskan bahwa tidak ada negara lain yang mendikte Jerman dalam penjualan Alutsistanya. Kunjungan Wamenhan di Jerman, Wamenhan dijadwalkan bertemu dengan CEO Rheinmetall, CEO Grob, dan CEO Luersen. Turut serta dalam kunjungan kerja tersebut Deputi Menteri Negara PPN/Ka Bappenas Bid. Polhukhankam Ir. Rizky Ferianto MA, dan Dirut PT. Dirgantara Indonesia Budi Santoso. Dalam kunjungannya ke Spanyol, Wamenhan direncanakan akan mengunjungi Kementerian Pertahanan Spanyol dan bertemu dengan Menhan Spanyol D. Pedro Morenes Eulate, serta melaksanakan pertemuan dengan State Secretary Bidang Industri Pertahanan Spanyol. Sumber : DMC 

PT DI Menyelesaikan CN 235 Pesanan Turki yg ke 8



CN-235 ASW Meltem II. 18 September 2012, Bandung: Tingkat kepercayaan dunia internasional kepada PT Dirgantara Indonesia (DI) cukup tinggi. Itu terlihat pada jalinan kontrak antara lembaga BUMN yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan berbagai negara, baik Asia maupun Eropa. Satu di antaranya, adalah Turki. Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, mengemukakan, sejak 6 tahun silam, pihaknya bersepakat dengan Turki untuk mengerjakan 10 unit CN-235. Pemesanan itu merupakan modifikasi. "Turki memfungsikan CN-235 tersebut menjadi pesawat Maritim Patrol," ujar Sonny di PT DI, Selasa (18/9). Dalam perkembangan pembuatan pemesanan Turki itu, kini, pihaknya siap melakukan flight test (uji coba) pesawat ke-8. Sonny mengatakan, pihaknya optimistis, dalam dua tahun mendatang, pihaknya siap menuntaskan proyek pemesanan Turki tersebut mengingat kontraknya berdurasi 8 tahun atau hingga 2014. "Nilai kontrak dengan Turki itu tergolong besar. Angka kontrak engineer-nya mencapai 2 juta dolar AS per tahun. Jadi, selama 8 tahun kontrak, nilainya sejumlah 16 juta dolar AS (sekitar Rp 151 miliar.RED)," sebut Sonny. PT DI Bidik Negara di Asia dan Afrika Kepala Tim Komunikasi PT Dirgantara Indonesia (DI), Sonny Saleh Ibrahim, mengatakan, pada 2013 pihaknya memproyeksikan terjalinnya sejumlah kerjasama dalam bentuk proyek pembuatan pesawat, dengan berbagai negara. Pihaknya memproyeksikan nilai kerjasama pada 2013 mencapai Rp 2,5 triliun. "Saat ini, masih dalam tahap penjajakan. Itu kami lakukan dengan beberapa negara. Misalnya, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, dan Botswana," ujar Sonny di PT DI, Selasa (18/9). Proyek yang siap dikerjakan PT DI pada periode 2013-2014, ujar dia, antara lain, 11 unit pesawat untuk skuadron perang, 8 unit pesawat serbu, 3 unit helikopter Bell. "Juga, 4 unit CN 235, dan 2 unit NC 212," ujar pria yang tengah berbusana batik tersebut. Sumber: Tribun Jabar 

ANALISIS : MEMANDANG DIRI SENDIRI


 : Reformasi persenjataan dan perkuatan milter Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di dunia selama tiga tahun terakhir ini.  Itulah sebabnya tiba-tiba saja negeri ini berubah wajah menjadi sosok gadis manis berambut sebahu yang banyak ditaksir negara produsen alutsista, menawarkan madu, ginseng, membawa seikat kembang merah, menyematkan seuntai kalung berlian, agar si gadis manis yang anggun itu bersedia menerima lamarannya berupa order alutsista atau bahkan bersekutu dengannya lewat aliansi pertahanan.

Namun kecerdasan gadis manis itu memberikan nilai tambah dalam tatacara bergaul yang mencerminkan kedewasaan bersikap untuk tidak gampang terbuai dalam rayuan manis. Lebih memilih bersahabat dengan semua yang menjual senyum rayuan, lebih memilih semua adalah teman, tidak ada yang khusus di hati.  Yang lebih penting adalah si gadis ingin lebih mandiri dalam membangun eksistensi dirinya terutama dari sisi pengadaan alutsista dengan mengedepankan pola transfer teknologi atau buat sendiri jika sudah mampu.  Kalau belum bisa keduanya ya beli murni saja tanpa ada ikatan bathin berupa persekutuan militer atau yang sejenis dengannya.
MBT Leopard Revolution yang ditunggu
Perkuatan militer Indonesia tidak lepas dari pantauan intelijen asing utamanya dari kiri kanan rumah tetangga.  Uji coba peluncuran roket saja menimbulkan kehebohan di ruang intelijen mereka apalagi ketika mengetahui ada pendirian “sekolah rudal” antara Indonesia dan Cina.  Bisa dipastikan hal itu menjadi bahan diskusi yang hangat di kalangan mereka bahkan mungkin saja ada disposisi agar sekolah rudal itu dihambat atau bahkan digagalkan dengan berbagai cara yang softly tentunya.  Itulah yang mesti kita waspadai karena salah satu upaya intelijen adalah memecah kekompakan barisan kita, menghasut dan mengadu domba di kalangan internal.  Kalau cara ini tak berhasil biasanya lalu memakai tangan adidaya lewat tekanan diplomasi.  Ah kayak gak tau aja.

Soalnya walaupun sekolah rudal itu baru setingkat “madrasah ibtidaiyah” setidaknya dari kacamata negeri-negeri penghasil rudal di dunia, namun uji kreativitas dan diversifikasi produk yang dilakukan ilmuwan RI pada tingkat “tsanawiyah” dan “aliyah” sudah mampu menggetarkan lingkungan dengan kemampuan jarak tembak diatas 150 km dan daya ledak satu kampung.  Apalagi jika ilmuwan tingkat “kuliyah” mampu mengedepankan dan mengembangkan jarak tembak menjadi 300 km dengan katagori anti kapal permukaan, darat ke darat, darat ke udara dan udara ke darat, sungguh memberikan nilai getar dan gentar bagi siapapun yang hendak mengganggu kewibawaan teritori NKRI.

Berbagai dinamika dalam pengadaan alutsista selama tiga tahun ini semakin memberikan kedewasaan peran bagi kita sekaligus hikmah.  Salah satu contohnya adalah pembelian MBT Leoprad yang menghebohkan ranah publik beberapa waktu yang lalu.  Namun dibalik keriuhan pengadaan MBT itu hikmah yang didapat sungguh diluar prediksi kita semua yang selama ini “berkonsentrasi penuh” dengan 100 MBT Leopard. Setelah berbulan-bulan hujan argumen akhirnya tibalah saat yang dinantikan, menunggu kedatangan 163 Tank dari Jerman dengan rincian 61 MBT Leopard Revolution, 42 MBT Leopard 2A4, 50 Medium Tank Marder 1A3 dan 10 MBT support berupa tank jembatan dan tank penarik.   Nilai kontraknya mencapai US$ 280 juta.
Tank medium Marder 1A3 Jerman
Oleh sebab itu sudah saatnya kita memandang diri sendiri dengan percaya diri, tidak merasa tidak setara dengan rumah jiran.  Toh ekonomi kita menunjukkan kinerja terbaik kedua di dunia dengan pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, sementara terbaik pertama diraih Cina dengan pertumbuhan 7,2%.  Kekuatan beli yang terkandung dalam APBN kita tahun 2013 mencapai 1.658 trilyun, sementara APBN berjalan tahun ini mencapai 1.548 trilyun rupiah.  Rasio utang dengan PDB hanya 24 %, cadangan devisa mencapai diatas 100 milyar dollar AS, pendapatan perkapita saat ini mencapai US$ 4.000, merupakan kekuatan ekonomi terbesar di ASEAN dan nomor 16 di dunia.  Yang membanggakan negeri ini masuk dalam kategori negara idola baru dari sisi kemajuan pertumbuhan ekonomi, namanya kelompok negara MIST (Meksiko, Indonesia, South Korea dan Turki).

Yang masih kurang greget dalam perjalanan bangsa ini adalah masalah penegakan hukum dan korupsi. Untuk masalah korupsi meski sudah banyak yang dijatuhi hukuman namun masih lebih banyak juga yang belum tersentuh penyelesaian hukum. Tetapi percayalah, nilai perjalanan bangsa ini akan semakin berkilau dengan kemajuan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang makin baik.  Dan sejalan dengan itu kita meyakini bahwa KPK dan institusi penegak hukum lainnya mampu membawa dan menjalankan amanah yang diemban di bahu mereka untuk menegakkan hukum, memberantas korupsi yang menimbulkan efek jera.

Dari sisi militer perkuatan alutsista TNI merupakan kewajiban yang harus terus dikumandangkan dan dikembangkan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita ingin menegakkan kewibawaan teritori negara kita sekaligus sebagai payung kekuatan diplomasi untuk memberikan rasa aman bagi kawasan regional.  Dengan kekuatan militer yang setara dan disegani, upaya diplomasi untuk mendamaikan konflik di Laut Cina Selatan misalnya, akan memberikan nilai tambah kebagusan dalam etika pergaulan, sekaligus kewibawaan diplomasi RI karena dalam konflik ini RI tidak berpihak ke siapapun.  Ini posisi yang sangat kuat.
2 KRI di Sail Morotai September 2012
Meskipun ada berbagai upaya diplomasi dari Cina dan AS serta Australia dengan membawa seikat kembang merah agar  negeri ini masuk dalam pelukan aliansinya namun sejauh ini RI tetap berdiri di tengah dengan senyum dan sapa.  Menerima tamu diplomasi yang datang berkunjung dengan ramah, kalau pun ada yang bawa kado ya diterima saja, namanya juga diberi.  Kalau ada yang mau ngajak latihan militer bersama, ya dilakoni saja hitung-hitung menambah ketrampilan milter kita sekaligus memperbanyak sahabat.  Inilah kecerdasan yang digenggam erat dalam setiap upaya diplomasi disamping terus memperkuat alutsista TNI untuk mengantisipasi kondisi terburuk.

Bagaimanapun kondisi terburuk mesti diskenariokan dalam menyambung perjalanan eksistensi bangsa.  Ketika konflik Laut Cina Selatan berkembang menjadi gesekan militer antara Cina dan AS atau antara Cina dan negara anggota ASEAN, maka pilihan perkuatan militer itu yang sudah dimulai dari sekarang diniscayakan akan menjadi pagar pelindung bagi kedaulatan teritori NKRI.  Pagar pelindung itu boleh jadi menjadi bumper jua untuk tidak masuk dalam konflik perang terbuka karena jika sampai militer Indonesia ngamuk, dipastikan peta kekuatan militer dua blok yang berseteru itu akan berubah drastis.  Cina akan menahan diri jika RI masuk blok ASEAN dan AS demikian juga sebaliknya jika RI masuk persekutuan dengan Cina, ASEAN akan tahu diri dan AS berhitung ulang.



Sumber : Analisis

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...