Tuesday, September 11, 2012

INDONESIA RENCANAKAN BANGUN PUSAT NUKLIR DI KALIMANTAN BARAT


 Pemerintah pusat mewacanakan untuk membangun pusat nuklir di Provinsi Kalimantan Barat karena di daerah tersebut ditemukan sumber daya alam uranium yang cukup besar.

Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin yang juga ketua Forum Percepatan Pembangunan dan Revitalisasi Kalimantan di Banjarmasin, Senin mengatakan, beberapa waktu lalu dia bersama dengan perwakilan Gubernur wilayah Kalimantan melakukan pertemuan dengan beberapa kementerian antara lain, Kementerian Ekonomi, ESDM dan terkait lainnya.

Salah satu hasil pembahasan dalam pertemuan tersebut adalah rencana pembangunan pusat pengembangan nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dan sumber energi lainnya.

"Kalimantan adalah wilayah cukup kaya, bukan hanya tambang batu bara, emas dan lainnya tetapi juga uranium di Kalbar," katanya.

Karena bahan baku utama energi nuklir tersebut banyak di temukan di Kalbar, sehingga diwacanakan untuk mengembangkan energi tersebut untuk pembangunan pemenuhan energi masa depan Kalimantan.

Rencana tersebut, kata dia, juga menjadi salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang kini masih kurang, sehingga pelaksanaan MP3EI serta Permen ESDM tentang larangan bahan baku energi keluar dari Indonesia bisa segera diwujudkan.

"Kami sangat berharap berbagai infrastruktur, jalan, jembatan dan bandara udara, pelabuhan laut dan energi di wilayah Kalimantan bisa diselesaikan pada 2014," katanya.

Tanpa dukungan infrastruktur dan energi yang memadai, tambah dia, pelaksanaan MP3EI dan Permen ESDM tersebut akan sulit untuk direalisasikan.

Apalagi, kata dia, beberapa negara importir tambang seperti Jepang, China, dan beberapa negara lainnya, kini sudah mulai mengurangi permintaan karena ditemukannya gas yang cukup besar di Amerika dan Australia.

Kondisi tersebut, kata dia, dikhawatirkan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di daerah, walaupun kini tambang bukan lagi satu-satunya tumpuan perekonomian Kalsel.

"Kedepan kita akan mengembangkan sektor perekonomian dalam arti luas, selain juga mendorong tumbuhnya investasi terutama industri skala besar," katanya.

Kini, tambah Gubernur, yang sudah siap untuk beroperasi adalah tiga perusahaan bijih besi di Kabupatan Tanah Laut dan Tanah Bumbu, sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan MP3EI. 



Sumber : Antara

MEGA PROYEK PT DIRGANTARA INDONESIA


Memproduksi helikopter hingga komponen pesawat Airbus. Triliunan Rupiah.
 

:Lama mati suri, Dirgantara Indonesia bikin kejutan. Perusahaan itu mendapat proyek triliunan rupiah. Itu proyek terbesar semenjak perusahaan itu berdiri tahun 1976. Diharapkan dengan proyek raksasa itu, mesin perusahaan ini kembali menderu.

Soal proyek besar itu disampaikan Menteri Badan Usaha Negara (BUMN) Dahlan Iskan kepada para wartawan Jumat 7 September 2012. Setelah lunglai bertahun-tahun, Dahlan menyebut perusahaan itu kini dalam masa rawat jalan, setelah sebelumnya rawat nginap.

Perusahaan itu sedang mengerjakan kontrak pekerjaan senilai di atas Rp7 triliun. Semua proyek itu harus tuntas dalam tiga tahun. Ada banyak jenis proyeknya. Dari membuat helikopter, pesawat CN-212 hingga pembuatan komponen Airbus.

Tentu saja petinggi perusahaan itu gembira dengan kepercayaan itu. "Mereka melaporkan bahwa belum pernah dalam sejarah PT Dirgantara Indonesia mendapatkan pekerjaan sebanyak sekarang ini, termasuk sejak waktu masih bernama IPTN," kata Dahlan Iskan.

Perusahaan itu memang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Nyaris bangkrut ketika krisis ekonomi menggulung Indonesia tahun 1998. Awal tahun 2000 perusahaan ini direstukturisasi dan berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia.

Dahlan menganjurkan agar perusahaan itu sebaiknya fokus menuntaskan semua pesanan yang sudah ada, sebelum merencanakan pengembangan perusahaan lebih lanjut. Sebagai pasien rawat jalan, kata Dahlan, Dirgantara Indonesia jangan disuruh lari marathon dulu. Nanti bangkrut di tengah jalan. “Biarlah senam dulu kemudian jogging dulu baru kelak di suruh lari," katanya.

Kelak ketika sudah sembuh total, dia bisa diajak berlari kencang. Dahlan menyarankan agar perusahaan itu membangun CN-295. Persiapan je arah sana sedang dilakukan. 

Saat ini terdapat 25-50 engineer perusahaan itu berada di Spanyol untuk mendalami teknologi CN-295. Pemerintah memang berencana membeli 9 pesawat CN-295 dari PT DI untuk operasional TNI senilai US$325 juta.

Dalam Negeri dan Luar Negeri

Tiga tahun belakangan perusahaan ini memang sedang kebanjiran proyek dan kerjasama. Dari dalam negeri dan juga luar negeri. Dua tahun lalu, misalnya, mendapat komitmen kontrak pengadaan helikopter. Jenis Bell-412 EP sejumlah 10 unit.

Nilai kontrak ini cukup besar. US$115 juta atau sekitar Rp1,14 triliun. Enam dari helikopter itu adalah pesanan Tentara Nasional Indonesia dan empat lain pesanan Badan SAR Nasional. Perusahaan ini, kata Vice President Marketing & Sales Aircraft Integration PTDI Arie Wibowo saat itu, juga sedang melakukan pendekatan dengan TNI Angkatan Laut. Pendekatan juga dilakukan dengan banyak kalangan.

Ongkos produksi untuk pembuatan satu unit helikopter, kata Arie saat itu, mencapai 60-70 persen dari nilai kontrak. Untuk diketahui bahwa satu unit helikopter diperkirakan bernilai sekitar US$11,5 juta, sebab kontrak 10 helikopter itu senilai US$115 juta.

Darimana dananya? Untuk pembiayaan, kata Arie saat itu, bersumber dari kredit ekspor yang bersumber dari APBN sebesar 15 persen dan sisanya sebesar 85 persen dari pinjaman. Sejumlah bank yang dibidik saat itu adalah Bank Exim Amerika dan institusi pembiayaan di Eropa. Juga dari bank di dalam negeri.

Perusahaan ini sesungguhnya dalam keadaan siap produksi. Peralatan cukup lengkap dengan tenaga ahli yang mumpuni. Perusahaan ini bahkan sanggup memproduksi helikopter jenis Bell-412 EP sedikitnya  4-6 unit per tahun. Helikopter sebanyak itu bisa diproduksi 18 setelah kontrak pengadaan ditandatangani.

Perusahaan ini  juga telah memperoleh kontrak pengadaan pesawat CN-235 sebanyak tiga unit dari TNI AL dan empat unit dari Korea Selatan. Total kontrak pembelian pesawat tersebut mencapai US$ 100 juta. "Tahun 2010, mulai deliver," katanya. Selain Korea Selatan, negara yang juga berminat memesan pesawat CN-235 adalah Spanyol.

CN-235 merupakan pesawat angkut turboprop bermesin dua, yang masuk kategori kelas menengah. Pesawat turboprop merupakan pesawat terbang dengan turbin gas yang terhubung ke baling-baling, untuk menggerakkan pesawat. Memiliki nama sandi Tetuko (nama lain Gatotkaca), CN-235 merupakan pesawat hasil kerja sama IPTN dulu dengan CASA dari Spanyol.

Selain itu, PT Merpati Nusantra Airlines juga berencana memborong 20 pesawat N-212 buatan PT Dirgantara Indonesia seharga US$7 juta atau Rp66,03 miliar per unit. Pesawat N-212 merupakan produk CASA yang lisensinya telah dibeli PT DI untuk diproduksi di Indonesia.

Untuk mendukung bisnisnya, PT DI di awal tahun mendapat dana pinjaman sebesar Rp1 triliun untuk pembuatan pesawat pesanan Kementerian Pertahanan. Pinjaman tersebut untuk menalangi operasional agar pekerjaan dari Kemenhan tetap berjalan. "Supaya dapat kerja. Toh dana itu nantinya akan dapat penggantian dari APBN kalau sudah turun," ujar Dahlan.

Apalagi anggaran Kementerian Pertahanan mendapatkan kucuran dana paling tinggi diantara semua Kementerian/Lembaga. Dalam RAPBN 2012 disebutkan anggaran Kemenhan sebesar Rp72,93 triliun atau naik 5,95 persen dibanding anggaran tahun lalu.

Negara seperti Kazakhstan juga tertarik bekerjasam memproduksi bersama pesawat N-219. Menko Perekonomian Hatta Rajasa pernah menyatakan PT DI bersama perusahaan dari Kazakhstan bekerjasama memproduksi pesawat N-219.

Pesawat N-219 sendiri tengah dikembangkan PT DI untuk melayani penerbangan di wilayah Papua. Spesifikasi N-219 cocok dengan karakteristik landasan di Papua.

Direktur Aerostruktur PTDI, Andi Alisjahbana, menjelaskan N-219 akan dikembangkan khusus untuk membuka wilayah-wilayah remote di Indonesia bagian timur. Papua saat ini memiliki 310 bandara, di mana 285 bandara atau 91 persen di antaranya hanya memiliki panjang landasan di bawah 800 meter. Untuk itu dibutuhkan pesawat-pesawat berukuran kecil. Pesawat-pesawat sejenis Boeing 737 tak bisa masuk karena butuh landasan 2.000 meter.

N-219, lanjutnya, dapat memenuhi syarat landasan tersebut. N-219 yang didesain mengangkut 17 penumpang ini sedang dalam tahap pengembangan. Pada 2014 diharapkan 15 pesawat prototype N-219 sudah dapat diluncurkan. Untuk membangun satu pesawat prototype ini membutuhkan US$4 juta.



Sumber : Vivanews

ANALISIS : KETIKA AS TERUSIK CHINA


:Suatu hari, Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, bilang begini:”Kami tak takut kepada China.”

Ucapan ini disampaikan Obama di Darwin, sehari setelah diteken kesepakatan dengan Pemerintah Australia,November tahun lalu. Kesepakatan itu adalah soal penempatan 2.500 marinir AS di Darwin, Australia.

Obama boleh berkelit, tapi fakta di lapangan berbicara lain. Mau tahu, saat ini sejumlah pangkalan militer AS di Jepang, Guam, dan Australia melingkari wilayah China.

Jadi, kalau Obama bilang AS tak khawatir kepada China, itu tentu saja menggelikan. Soalnya, China sekarang, beda dengan China yang dulu. Sekarang, negeri berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu maju sangat pesat, baik di bidang ekonomi, politik, maupun pertahanan.

Nah, tiga pilar kekuatan itulah yang saat ini begitu memengaruhi negara-negara di Asia. Lihat saja misi yang dibawa Menteri Luar Negeri AS, Hillary Rodham Clionton, dalam kunjungan 3-4 September lalu ke Jakarta. Selain meningkatkan hubungan kemitraan bilateral dengan Indonesia, Hillary juga mengangkat isu yang belakangan ini mulai membuat risau Washington, yakni ketegangan di Laut China Selatan.

Dan, yang tak kalah menarik, menurut banyak pihak, Hillary juga membawa agenda ekonomi untuk mengamankan kepentingan AS di Indonesia. Maklum, AS begitu khawatir atas dominasi ekonomi China di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Apalagi, saat ini perekonomian AS sedang morat-marit.

Dominasi China

Memang, sejak Perjanjian Perdagangan Bebas Cina-Asean (Asean-Cina Free Trade Agreement/ACFTA) diberlakukan 1 Januari 2010, barang-barang China mulai dari peniti hingga mesin modal membanjiri pasar Indonesia. Maklum, dengan bea masuk 0%, barang-barang China leluasa masuk ke Indonesia. Sebelumnya, barang China sudah membanjiri pasar Indonesia dengan harga yang sangat murah.

ACFTA memang membuat China makin bergairah menyerbu pasar Indonesia. Bahkan, beberapa perusahaan raksasa China terus hadir dalam berbagai pameran teknologi dan produk China. Hingga saat ini lebih 1.000 perusahaan China beroperasi di Indonesia, baik bidang infrastruktur, kelistrikan, energi, komunikasi, agrikultural, manufaktur dan sektor lainnya.

China juga dikabarkan sedang mengincar pertambangan di pegunungan Grasberg dan Ertsberg di Mimika, Timika, Papua, yang belum semuanya dieksploitasi oleh PT Freeport Indonesia. Di pegunungan ini masih terkadung biji tembaga, uranium, dan emas. Inilah salah satu alasan yang dikabarkan kenapa AS mendirikan pangkalan militer di Darwin.

Dalam beberapa tahun terakhir, boleh dibilang China merupakan investor paling agresif di sektor migas Indonesia. Pada awal 2002, CNOOC mengakuisi seluruh operasi migas Repsol-YPF senilai US$ 585 juta sehingga menjadikannya produsen minyak lepas pantai terbesar di Indonesia dengan output 125.000 barel per hari.

Selanjutnya September 2002, CNOOC juga menandatangani kontrak US$ 500 juta untuk membeli 2,6 juta ton per tahun gas alam dari Tangguh, Papua. Pada saat hampir bersamaan dengan akuisisi CNOOC atas Repsol-FPF, PetroCina juga berhasil membeli seluruh aset Devon Energy (AS) di Indonesia seharga US$ 262 juta.

Beberapa saat kemudian, PetroChina sudah mendapatkan kontrak kerja sama migas dengan Pertamina di Sukowati dan Tuban, lapangan migas yang bertetangga dengan Blok Cepu.

Sebelumnya, perusahaan-perusahaan raksasa AS mendominasi proyek migas, emas dan tembaga di Indonesia. Di minyak, ada ExxonMobil yang mengelola ladang-ladang minyak di negeri ini. Salah satu ladang minyak yang sempat mengundang kontroversi adalah blok Cepu, Bojonegoro.

Sebelum mereka malah sudah berdiri PT Freeport Indonesia, perusahaan emas dan tembaga kelas dunia yang beroperasi di komplekstambang pegunungan Grasberg dan Ertsberg di Mimika, Timika, Papua.

Di sektor pertambangan lain juga ada raksasa Newmont. Lewat PT Newmont Nusa Tenggara, perusahaan tambang emas asal AS ini beroperasi di Lapangan Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

Di bisnis jasa keuangan, beroperasi Citigroup lewat Citibank yang sudah cukup lama bermain di pasar Indonesia. Tahun lalu, Citibank masuk jajaran 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia, serta menjadi bank asing teratas di Indonesia. Citibank juga memiliki jaringan di kota-kota besar di Indonesia.

ACC dan TPP

Perebutan pengaruh dua negara raksasa ini, yang paling kentara adalah ketika berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean ke-19 di Nusa Dua Bali, 17-19 November tahun lalu. Yakni, ikutnya AS dan China dalam hajatan besar 11 negara anggota Asean.

China, misalnya. Negeri Tirai Bambu ini merangkul negara-negara anggota Asean untuk meresmikan Asean-China Centre (ACC). Untuk mendirikan ACC, China rela menjadi penyumbang terbesar hingga 90%, sementara sisanya dibagi rata 11 negara anggota Asean. Tujuan utama ACC adalah memperkuat perdagangan dua arah antara negara-negara Asean dan China.

Bila China merangkul Asean lewat jalinan ACC, AS datang dengan konsep Trans Pacifik Partnership (TPP) yang digagasnya. Inti dari konsep tersebut adalah menjadikan pasar Asean sebagai pasar baru bagi tujuan ekspor AS. “Kami berkomitmen total, all in, untuk hadir di Asean dalam bentuk TPP ini,” ujar Hillary saat itu. TPP juga dimaksudkan untuk mengimbangi Asean-Cina Free Trade Agreement (ACFTA) dengan kebijakan penghapusan bea masuk.

Posisi Asean memang sangat penting bagi ekonomi dunia. Dengan jumlah penduduk 558 juta jiwa dan sumber daya alam yang sangat berlimpah, Asean bakal menjadi penentu bagi masa depan Asia Timur dalam menggeser hegemoni ekonomi dunia. Asean juga akan menjadi pendukung ekonomi negara-negara industri Asia, seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

Nah, kini tinggal Indonesia harus bermain jeli melihat dua negara raksasa ini bertarung. Bila salah, Indonesia bisa terseret dalam konflik.



Sumber : Inilah

PRAJURIT KRI SHN-366 BERI PELATIHAN PERSONEL LAF


 :Disela-sela kegiatan operasi di Area of Maritime Operation(AMO) Laut Mediterane, prajurit KRI Sultan Hasanuddin (SHN)-366 memberi pelatihan kepada personel Angkatan Laut Lebanon (Lebanese Armed Force Navy), Minggu (2/9). Personel berpangkat bintara tersebut adalah Petty Officer First Chief (POFC) Georges Khoeri. Onboard di KRI Sultan Hasanuddin-366 selama satu hari untuk mengikuti berbagai kegiatan latihan secara teori maupun praktek.

Materi latihan antara lain meliputi pengetahuan permesinan kapal, kelistrikan kapal, prosedur perawatan dan pemeliharaan kapal, pelaksanaan dinas jaga di ruang mesin dan pengetahuan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Selain itu, personel yang mempunyai spesialisasi kelistrikan ini dilibatkan langsung dalam latihan peran penyelamatan kapal  (Nuclear, Biology, and Chemical Damage Controle) yang meliputi  latihan peran kebakaran maupun peran kebocoran kapal.

Dalam latihan ini, prajurit George dengan mengenakan pakaian PEK KRI Sultan Hasanuddin-366 ikut bersama-sama Tim PEK KRI Sultan Hasanuddin-366  menanggulangi kebakaran yang disimulasikan terjadi di Lounge Room Tamtama. Setelah itu dilanjutkan dengan latihan peran kebocoran yang disimulasikan terjadi di steering gear. Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih LAF Navy sesuai materi latihan agar dapat diterapkan di kapal perang yang mereka awaki. Hal ini  sesuai dengan mandat Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 tahun 2006 bahwa selain sebagai peace keeper, MTF UNIFIL juga bertugas memberikan pelatihan kepada LAF Navy.

Selanjutnya pada tanggal 3 September 2012, KRI Sultan Hasanuddin-366 menerima kunjungan dua orang observer dari France Coastal Radar (FCR) Security Team yang terdiri dari CPT. Benoit Pons danLance SergeantClemence Ridel. Kedatangan tim ini bertujuan untuk melaksanakan survey dan pengamatan daerah latihan berkaitan dengan rencana latihan Steel Storm I-12 di perairan perbatasan Israel dan Lebanon. Latihan Steel Storm I-12 adalah latihan penembakan (Live Firing Ammunition Exercise) dengan menggunakan meriam kaliber 12,7 mm, 20 mm dan 40 mm antara UNIFIL dengan LAF Navy yang dilaksanakan pada tanggal 4 September 2012 keesokan harinya. Dalam kegiatan pengamatan ini personel FCR juga melaksanakan pengecekan pesawat komunikasi yang dibawa dengan stasiun FCR yang berada di darat.

Dalam rangka penyiapan latihan Steel Storm I-12 ini KRI Sultan Hasanuddin-366 melaksanakan tugas sebagai unsur  pengamanan wilayah laut dan udaraMaritime Temporary Prohibited Area (MTPA). Selanjutnya pada hari Selasa tanggal 4 September 2012 KRI Sultan Hasanuddin-366 merapat di pelabuhan Beirut untuk melaksanakan bekal ulang logistik dan maintenance rutin. Selama melaksanakan tugas operasi selama empat hari di AMO (1 - 4 September 2012), KRI Sultan Hasanuddin-366 berhasil melaksanakan hailing sebanyak 21 kontak kapal permukaan dan mendeteksi adanya kegiatan pesawat udara militer sebanyak 3 kali.


Selama sandar di pelabuhan Beirut, KRI Sultan Hasanuddin-366 menerima kunjungan MTF COE Inspection untuk pemeriksaanContingent Owned Equipment (COE) dariUnited Nations Department of Peace Keeping Operation (UNDPKO). Inspeksi ini merupakan yang kedua kalinya, kunjungan pertama yaitu pada tanggal 20 Juni 2012 yang lalu. Inspeksi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali, bertujuan untuk mengecek perlengkapan dan peralatan yang ada di KRI Sultan Hasanuddin-366, antara lain kelengkapan permesinan, alat komunikasi, observasi & positioningself protection, perlengkapan dapur, loundry, akomodasi prajurit, fungsi alarm, lifecraft, fasilitas internet, kelengkapan fasilitas medis level 1 dan lain sebagainya.

Hasil dari inspeksi tersebut menyatakan bahwa perlengkapan dan peralatan yang ada di KRI Sultan Hasanuddin-366  sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh United Nations Security Council dalam rangka menjadi peace keeper di Lebanon. Hal ini ditandai dengan penandatangan berita acara hasil inspeksi antara Komandan KRI Sultan Hasanuddin-366 Letkol Laut (P) Dato Rusman SN dengan Commander Neelsen dan Nikolay Voynov dari MTF COE Inspection.



Sumber : Koarmatim

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...