Tuesday, April 10, 2012

ITS Mendapatkan Dana Riset Pengembangan Kapal dengan Material Anti Radar


Bahan anti radar yang telah diteliti sejak 2005 oleh ITS akan diterapkan pada kapal perang (photo : Kaskus Militer)

ITS Buat Kapal Perang 1,8 Miliar

Kampus ITS, ITS Online - ''ITS menjadi leader Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional,'' ujar Subchan MSc PhD, salah satu anggota dari tim riset kapal perang. Dengan digarap oleh dosen dari beberapa jurusan di ITS, riset kapal perang ini ditargetkan akan selesai dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.

ITS tak bekerja sendiri, mengingat riset ini adalah riset nasional, maka ITS dibantu oleh beberapa perguruan tinggi negeri lain. Yaitu Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Surabaya (UNS), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Akademi Angkatan Laut (AAL).

Tak hanya itu, sejumlah perusahaan besar pun turut bekerja sama guna merealisasikan kapal perang tersebut. Seperti PT PAL Indonesia, PT Terafulk Group dan PT Len Industri. ''Harapannya nanti kapal perang ini dapat diproduksi di Indonesia dalam jumlah besar,'' imbuh Subchan.

Konsorsium ini bermula dari workshop inisiasi bidang kapal perang yang dilaksanakan Agustus 2011 lalu. Dari workshop itulah ITS mengambil langkah lebih lanjut terkait penelitian kapal perang tersebut. Termasuk pembuatan proposal untuk kemudian diajukan ke pemerintah. ''Pembuatan proposal untuk konsorsium ini telah selesai sejak akhir tahun 2011,'' ungkap Hendro Nurhadi Dipl Ing PhD, Ketua KPKPN. Baru seteleh itu, digelar workshop nasional bidang kapal perang pada akhir Februari lalu.

Penggarapan kapal perang ini dibagi menjadi tujuh kelompok kerja berdasarkan bagian kelengkapan kapal. Ketujuh kelompok kerja tersebut masing-masing menangani karakterisasi komposit, metalurgi fisik, ship standard, auto pilot, steering control, material untuk radar dan Combat Material System (CMS). Dari pembagian tersebut, UNS akan turut membantu dalam pembuatan karakterisasi komposit. Sedangkan metalurgi fisik ditangani oleh Prof Dr Ir Bondan Tiara Sofyan dari UI.

"Kapal perang tersebut akan dilengkapi dengan prosessor persenjataan, sehingga dapat membentuk suatu armada,'' papar Prof Dr Ir Gamantyo Hendrantoro MEng saat ditemui dalam konferensi pers diskusi ilmiah di Nasdec (22/2). Gamantyo juga menerangkan bahwa selama ini Indonesia hanya membeli kapal dari luar negeri.

Kapal yang dibeli itupun merupakan produk lama. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika Indonesia terus menerus bergantung pada negeri lain padahal potensi dalam negeri sangat besar.

Kapal Perang Anti Radar

Keunggulan kapal perang ini yaitu dibuat dengan material anti radar. ''Anti radar baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur Amerika. Konon wartawan tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,'' jelas Drs Mochamad Zainuri MSi yang juga ditemui saat konferensi pers diskusi ilmiah di Nasdec (22/2).

Zainuri yang telah meneliti bahan anti radar sejak tahun 2005 itu mengungkapkan bahwa material anti radar yang digunakan pada kapal tersebut dibuat dari pasir besi. Hingga saat ini, material tersebut telah berhasil dibuat dan dapat menyerap radar hingga 99 persen.

Pembuatan kapal perang ini juga tak lepas dari campur tangan mahasiswa. Beberapa mahasiswa semester akhir pun turut meneliti bidang pertahanan melalui Tugas Akhir (TA) yang mereka buat. Selain itu, program Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pun menjadi ajang mahasiswa mengangkat penelitian seputar kapal perang.

Tak hanya konsen di pembuatan kapal perang. Di bidang pertahanan, ITS pun terlibat dalam Komite Kebijakan Industri dan Pertahanan (KKIP). Salah satu tugasnya yaitu merevitalisasi industri pertahanan yang hampir kolaps. KKIP juga bertugas untuk membuat kebijakan lain di industri pertahanan. Seperti keinginan pemerintah untuk bekerja sama dengan Cina membangun industri roket di Indonesia. (sha/fz)

(ITS)

Radar Militer dan Sipil Diintegrasikan


Perusahaan swasta nasional dalam bidang elektronika dan sistem informasi PT Infoglobal dilibatkan dalam proyek integrasi radar militer dan sipil tersebut (photo : Infoglobal)
JAKARTA, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia mengintegrasikan radar militer dan sipil di bandara-bandara untuk menjaga kedaulatan wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengurangi blank spot atau daerah yang tidak terpantau radar.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat mengatakan hal tersebut seusai Upacara Ulang Tahun Ke-66 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (9/4). Imam mengatakan, pihaknya tidak bisa mengungkapkan daerah yang belum terpantau radar di Indonesia. "Itu untuk alasan keamanan," katanya.

Imam menambahkan, pihaknya mengoptimalkan operasional radar untuk mengawasi ruang udara RI. Saat ini, TNI AU terus menambah Satuan Radar (Satrad) terutama di daerah-daerah terluar Indonesia.

Untuk menunjang operasional, kesiapan operasional (serviceable) pesawat dan helikopter TNI AU juga ditingkatkan. Imam optimistis, di tahun 2014, tingkat serviceable pesawat dan helikopter TNI AU mencapai 80 persen. Saat ini tingkat serviceable baru mencapai 50 persen. Beberapa tahun silam, kesiapan armada TNI AU sempat berada di kisaran 40 persen dari 200 armada yang ada.

Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan modernisasi pembelian pesawat dan helikopter baru tidak bisa ditawar-tawar bagi negara seluas Indonesia "Angkatan Udara mencakup 100 persen wilayah Indonesia. Mereka harus diberi peralatan modern, tetapi tentu saja pengadaan harus transparan dan kesejahteraan pilot serta prajurit ditingkatkan," ujar Dudi.

Imam mengatakan, hingga 2014 diperkirakan akan ada tarnbahan sejumlah pesawat baru.
Ada enam Sukhoi, pesawat latih jet tempur T-50 Golden Eagle, dan lima Super Tucano yang dipersiapkan untuk menggantikan OV-10 Bronco, dan sembilan CN 295, serta dua heli Super Puma dan enam heli Combat & SAR.

Selain itu juga ada empat radar peringatan dini dan Ground Control Interception (GCI), serta rudal pesawat udara.

"Kami sudah hitung cermat, pembelian Sukhoi memang sudah direncanakan sesuai dengan dasar operasi sebelumnya," kata Imam.

Terkait dengan datangnya banyak pesawat baru tersebut, Imam mengatakan, akan ada program percepatan pengadaan penerbang. Sekolah penerbang dinaikkan kapasitasnya dari 30 orang menjadi 40 orang per tahun. Selain itu, kuota untuk ikatan dinas ditambah 10 orang.

Dalam peringatan HUT TNI AU tersebut, dikerahkan 64 pesawat dan helikopter dalam pelbagai atraksi udara. Puluhan atase militer asing turut menyaksikan demonstrasi pesawat ternpur, latih, helikopter, dan Pasukan Khas TNI AU. (ONG/EDN)

(Kompas)

TNI AU Persiapkan Modernisasi Alutsista



TNI AU Persiapkan Modernisasi Alutsista
Alutsista (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat, mengatakan TNI AU mempersiapkan diri untuk modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista). Cara yang dilakukannya adalah dengan meningkatkan dedikasi dan profesionalisme prajurit.

"Kita akan tingkatkan persiapan personel dan satuan TNI AU untuk menyongsong modernisasi alutsista," kata Imam dalam sambutannya pada peringatan HUT Ke-66 TNI AU di Halim Perdanakusuma Jakarta di Jakarta, Senin (9/4). Selain sebagai penjaga dan pelaksana alutsista, katanya, TNI AU harus memelihara dan mengoperasikan alutsista secara optimal karena operasi penerbang tidak lepas dari risiko.

"Risiko itu jika gagal dikelola akan menimbulkan potensi terjadinya insiden atau 'accident' yang secara langsung akan menurunkan kesiapan operasi tempur yang saat ini sangat terbatas. Kita sadari bahwa untuk mencapai "zero accident" bukan pekerjaan yang mudah, perlu ada upaya yang sungguh-sungguh, terpadu, bersinergi terus menerus dan berkelanjutan," katanya.

Selain itu, katanya, hal yang perlu diperbaiki menyangkut budaya safety yang berdasarkan kepada kejujuran, keterbukaan, dan profesionalitas para perwira TNI. Ia meminta para prajurit mengembangkan dan meningkatkan budaya disiplin dalam berbagai lingkup kegiatan, khususnya berkaitan dengan operasional penerbangan sehingga terwujud keselamatan untuk semua.

Selain itu, katanya, prajurit TNI harus meningkatkan soliditas sesama angkatan udara, TNI, dan polri untuk menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI. Ia mengatakan, prajurit TNI AU harus meningkatkan disiplin, dedikasi, loyalitas, dan motivasi sebagai insan dirgantara yang mengabdi kepada bangsa dan negara.
Redaktur: Dewi Mardiani
Sumber: Antara

RI-China Mantapkan Mekanisme Alih Teknologi Rudal



BEIJING - Pemerintah Indonesia dan Republik Rakyat China terus memantapkan mekanisme alih teknologi teknologi untuk produksi bersama peluru kendali (rudal) C-705 yang akan digunakan TNI Angkatan Laut.

"Pemerintah China sepakat untuk melakukan alih teknologi dari proses awal, dan kini tengah dimantapkan agar ke depan Indonesia juga benar-benar mampu memproduksi rudal tersebut," katanya Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI di Beijing, Kolonel Lek Suryamargono, Selasa (10/4).

Surya mengatakan Indonesia selalu mensyaratkan alih teknologi dalam setiap pembelian alutsista dari mancanegara, termasuk dalam pembelian rudal C-705 untuk TNI Angkatan Laut.

Dia menjelaskan pula bahwa rencana pemerintah membeli rudal C-705 dari China merupakan bagian dari kerja sama industri pertahanan kedua negara.


Rudal anti kapal permukaan, C-705

Menurut kesepakatan kerja sama industri pertahanan antara kedua negara, pembelian senjata tertentu harus dilakukan antarpemerintah dan disertai alih teknologi peralatan militer yang antara lain mencakup cara perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, dan pelatihan.

"Ada pula produksi bersama dan pemasaran bersama atas produk persenjataan tertentu yang disepakti. Antara lain peluru kendali C-705," ungkap Suryamargono.

Tentang siapa pihak Indonesia yang akan menjalankan alihteknologi tersebut, Surya mengatakan,"belum tahu apakah PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad atau PT PAL. Yang jelas, China telah sepakat untuk melakukan alih teknologi dan prosesnya kini terus dimantapkan mekanismenya."

Sumber : ANTARANEWS.COM

Gelombang Pertama Pasukan Marinir AS Tiba di Darwin, Australia


AUSTRALIA - Kontingen pertama marinir Amerika Serikat berjumlah 200 personil telah tiba di Darwin, Australia.

Pasukan marinir AS ini akan berada di Australia selama enam bulan sebelum digantikan pasukan baru. Selama di Australia, mereka akan berlatih bersama angkatan bersenjata negeri itu.

Kedatangan pasukan AS ini disambut Menteri Pertahanan Stephen Smith dan kepada ABC News mengatakan sambutan di Australia Utara sangat hangat.

Dalam jumpa pers bersama Menhan Smith, Perdana Menteri Julia Gillard dan Menteri Utama Northern Territory Paul Henderson mengatakan penempatan pasukan AS itu adalah sebuah evolusi dari kegiatan dan pelatihan yang sudah dilakukan angkatan bersenjata kedua negara.

Ketiga pejabat itu juga mengatakan peristiwa ini merupakan babak baru dalam 60 tahun kerja sama pertahanan Australia-AS. Mereka juga menegaskan tidak akan pernah ada pangkalan militer AS di Australia.

Kedua negara telah mengikat kerja sama pertahanan dan Amerika Serikat akan menempatkan 2.500 prajuritnya di Australia pada 2017. Rencana ini mengganggu Cina namun para pemimpin AS dan Australia menekankan bahwa kerjasama kedua negara bukan untuk mengimbangi kekuatan Cina.

Dukungan Indonesia

Menhan Smith mengatakan negara-negara tetangga, terutama Indonesia dan Cina, tertarik dengan prospek latihan militer gabungan. "Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa ia berpikir itu [latihan gabungan] adalah hal yang baik," kata Smith pada radio ABC.

"Ia [Yudhoyono] juga mengatakan bahwa ia melihat adanya prospek latihan gabungan tidak hanya dengan Australia tetapi juga dengan AS dan wilayah-wilayah lain seperti Cina," kata Smith.


Pangkalan militer AS di sekitaran Laut China Selatan (Foto: gettheflick.blogspot.com)

Sebagai bagian dari ekspansi hubungan militer tersebut, pekan lalu Australia mengatakan akan mengizinkan AS menggunakan teritori mereka untuk mengoperasikan pesawat pengintai jarak jauh.

Washington juga dilaporkan menempatkan pesawat-pesawat dan kapal selam penyerang bertenaga nuklir di kota Perth, Australia Barat.

Prospek Jangka Panjang


Pekan lalu, Australia membantah sejumlah laporan terkait rencana pembangunan pangkalan Angkatan Udara AS di Pulau Cocos, Samudera Hindia. Surat kabar Washington Post mengabarkan rencana tersebut dan menilai pangkalan tersebut bisa menjadi titik strategis untuk mengirim pesawat pengintai ke Laut Cina Selatan.

Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith mengatakan rencana pangkalan AS di Pulau Cocos itu sebagai prospek jangka panjang. Pengerahan pasukan di Australia Utara sudah disampaikan PM Gillard pada November 2011 saat Presiden Barack Obama berkunjung ke Australia.

Rencana itu terlihat sebagai upaya kedua negara mengimbangi meningkatkan pengaruh Cina di Asia-Pasifik sekaligus memperkuat sekutu AS dalam sengketa Laut Cina Selatan.

Cina, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan saling berebut wilayah di Laut Cina Selatan yang diyakini kaya persediaan minyak dan gas. Australia merupakan sekutu lama Amerika Serikat, namun kini Cina adalah mitra dagang terbesar Australia.

Sumber : BBC.CO.UK

66 TAHUN, TNI AU SOSNGSONG MODERNISASI ALUTSISTA



Sejumlah Jet tempur Sukhoi melakukan "Flying Pass" pada peringatan Hari Angkatan Udara ke-66 di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (9/4). Peringatan Hari Angkatan Udara yang melibatkan 2.560 Personel TNI AU itu dilanjutkan dengan demo udara dan keterampilan prajurit. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/12)

9 April 2012, Jakarta: Genap diusia ke-66 tahun yang jatuh hari ini, Senin (9/4), TNI AU berkomitmen menyongsong modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan memanfaatkannya secara maksimal untuk mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta penegakan hukum di udara bersama segenap komponen kekuatan pertahanan lainnya.

“TNI AU harus memelihara dan mengoperasikan alutsista secara maksimal serta mempunyai nilai manfaat tinggi bagi terselenggaranya tugas TNI AU,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat saat memimpin upacara HUT TNI AU yang ke-66 di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (9/4).

Namun begitu, operasi penerbangan yang dilakukan TNI tidak mungkin lepas dari resiko. Resiko itu, jelas K_AU, akan menimbulkan potensi terjadinya insiden yang secara langsung akan menurunkan kesiapan operasi tempur yang saat ini sangat terbatas, jika gagal di kelola dengan baik.

“Kami menyadari untuk mencapai zero eksiden bukan perkerjaan yang mudah, perlu ada upaya yang sungguh-sungguh, terpadu, bersinergi terus menerus dan berkelanjutan,” katanya. Dia berharap personel TNI AU tidak mudah terpancing isu negatif yang berkembang di masyarakat yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

Selain itu, personel TNI diminta mengembangkan dan meningkatkan budaya disipilin dalam berbagai lingkup kegiatan, khususnya yang berkaitan dengan operasional penerbangan sehingga terwujud keselamatan untuk semua. Hal lain yang juga dinilai penting adalah peningkatan soliditas sesama angkatan udara, TNI dan Polri guna menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI.

“Tingkatkan disiplin, dedikasi, loyalitas, dan motivasi sebagai insan dirgantara yang mengabdi pada bangsa dan negara. Tingkatkan persiapan personel dan satyan untuk menyongsong modernisasi alutsista,” ujar KSAU. Peringatan HUT TNI AU ini dimeriahkan atraksi udara dari berbagai pesawat milik TNI AU yang di antaranya akrobat helikopter EC-120 Collibri, aksi terjun payung, fly pass dan formasi 3 pesawat boing 737 diapit dua pesawat tempur F 16, empat pesawat Sukhoi SU-27/30.

Tampil juga atraksi manuver enam pesawat latih KT 1-B, fly pass CN 235, Casa C 212 dan pesawat latih T -34C. Sedangkan demonstrasi darat, atraksi disuguhkan di antaranya drum band Gita Dirgantara, serta simulasi tempur pasukan anti teror Den Bravo.

TNI AU Tambah Jumlah Penerbang 

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) akan menambah jumlah penerbang mengingat TNI AU akan membeli sejumlah pesawat untuk memperkuat alat utama sistem senjata (Alutsista) hingga 2014 nanti.

"TNI AU butuh penerbang yang cukup. Perencanaan sudah kami mulai dengan menambah jumlah siswa penerbang dari 30 menjadi 40 orang," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat usai menyaksikan gladi bersih peringatan HUT TNI AU Ke-66 pada 9 April 2012 di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.

Tak hanya itu, TNI AU juga membuka program ikatan dinas pendek bagi para penerbang untuk pengoperasian pesawat-pesawat yang akan datang.

Selain membeli enam pesawat Tempur Sukhoi dari Rusia, kata Imam, TNI AU juga akan melakukan pengadaan pesawat latih supersonik, jet tempur T-50 Golden Eagle.

Super Tucano yang dipersiapkan menggantikan OV-10 Bronco masih mengantre untuk pemasangan mesin, meskipun air frame-nya sudah siap.

"Tahun ini sudah datang sekitar 4-5 unit," katanya.

Selain itu, untuk pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), TNI AU akan membangun satu skadron F-16 yang akan ditempatkan di Pekanbaru, Riau. Sembilan unit pesawat CN-295 juga akan memperkuat TNI AU tahun ini.

"Kami juga akan melakukan pengadaan untuk pesawat intai tanpa awak, dua helikopter Superpuma, enam combat C-725, pesawat CN-235, serta rudal anti pesawat," kata KSAU.

Terkait pelaksanaan HUT TNI AU sendiri, kata dia, persiapannya sudah lebih dari 50 persen, dengan dilakukannya latihan udara sejak beberapa hari ini.

"Latihan operasi udara ini sebenarnya latihan yang tidak bisa sehari-hari disaksikan masyarakat. Ada dua latihan operasi udara, yakni "air to ground" dan "air to air"," kata Imam.

Namun, lanjut dia, pada demo atau atraksi kali ini pihaknya tidak menampilkan pertempuran udara (air to air) karena sangat riskan, apalagi ini di tengah pemukiman padat penduduk.

"Kita lakukan demo operasi udara ke darat. Dalam operasi yang sesungguhnya tidak sesederhana ini, tapi karena ini hanya demo, maka dibuat agar bisa disaksikan semua masyarakat," paparnya.

Sumber: Jurnas/ANTARA News

Bangun Skadron Baru untuk Amankan Perbatasan


JAKARTA -
 Mabes TNI AU genap berusia 66 tahun hari ini (09/04). Pasukan biru langit itu terus berbenah. Termasuk melakukan penambahan prajurit, penerbang dan skuadron tempurnya. 
    
"Sedang dimatangkan rencana skadron baru F-16 di Pekanbaru, Riau," ujar Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus di Jakarta, Minggu 08/04). Skadron F-16 Riau diharapkan jadi garda depan menangkal ancaman riil di perbatasan. 
    
Menurut Azman, TNI AU menargetkan penambahan penerbang tahun ini. Salah satunya dengan memperbesar kuota penerimaan siswa penerbang yang dilatih di wingdik Terbang Lanud Adisucipto Jogjakarta. "Kapasitasnya ditingkat dari 30 orang menjadi 40 orang per tahun," katanya. 
    
Untuk urusan belanja pesawat dan persenjataan, TNI AU berkoordinasi dengan Kementerian Pertahanan karena pembelian alutsista bersifat satu pintu. Selain Sukhoi, yang segera datang adalah pesawat Super Tucano dari Brasil dan pesawat latih supersonic T-50 Golden Eagle. 
      
Korps yang bersemboyan Swa Bhuwana Paksa ini berencana melengkapi skadron Sukhoi dengan membeli simulator jet tempur tersebut saat ini TNI AU masih terus menjajaki tiga negara penyedia simulator tersebut. Ada tiga negara yang dibidik, yakni Rusia,Tiongkok dan Kanada. 
      
Simulasi ini penting untuk menekan biaya pelatihan pilot di luar negeri. "Juga kalau disekolahkan ke luar negeri, kemampuan pilot pilot itu bisa terekspose," katanya. 
      
Ulang tahun hari ini dilakukan besar-besaran dengan mengerahkan 64 pesawat berbagai jenis. Selain itu juga akan dilakukan peragaan penyelamatan korban perang dengan helikopter tempur. Acara yang terbuka untuk masyarakat umum ini juga akan dihadiri perwakilan pimpinan angkatan udara negara-negara sahabat

TNI AU Siap Songsong Modernisasi Alutsista





Pentak Halim PerdanakusumaIlustrasi: Lima pesawat Sukhoi saat melakukan atraksi udara di area Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta.


JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, TNI AU siap menyongsong modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dengan meningkatkan dedikasi dan profesionalisme prajurit.

"Kami akan tingkatkan persiapan personel dan satuan TNI AU untuk menyongsong modernisasi alutsista," kata Imam dalam sambutannya pada peringatan HUT Ke-66 TNI AU di Halim Perdana Kusuma Jakarta di Jakarta, Senin (9/4/2012).

Selain sebagai penjaga dan pelaksana alutsista, katanya, TNI AU harus memelihara dan mengoperasikan alutsista secara optimal karena operasi penerbang tidak lepas dari risiko.

"Risiko itu jika gagal dikelola akan menimbulkan potensi terjadinya insiden atau accident yang secara langsung akan menurunkan kesiapan operasi tempur yang saat ini sangat terbatas. Kami sadari bahwa untuk mencapai zero accident bukan pekerjaan yang mudah, perlu ada upaya yang sungguh-sungguh, terpadu, bersinergi terus menerus dan berkelanjutan," katanya.

Selain itu, kata Imam, hal yang perlu diperbaiki menyangkut budaya safety yang berdasarkan kepada kejujuran, keterbukaan, dan profesionalitas para perwira TNI.

Pada kesempatan itu Imam mengharapkan, seluruh prajurit TNI AU tidak terpancing isu negatif yang berkembang di masyarakat, yang akan berdampak kepada pecahnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Imam meminta para prajurit mengembangkan dan meningkatkan budaya displin dalam berbagai lingkup kegiatan, khususnya berkaitan dengan operasional penerbangan sehingga terwujud keselamatan untuk semua.

Selain itu, katanya, prajurit TNI harus meningkatkan soliditas sesama angkatan udara, TNI, dan polri untuk menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI.

Imam mengatakan, prajurit TNI AU harus meningkatkan disiplin, dedikasi, loyalitas, dan motivasi sebagai insan dirgantara yang mengabdi kepada bangsa dan negara.

Peringatan HUT TNI AU kali ini dihadiri Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Kapolri Jendral Timur Pradopo. 

Peringatan HUT Ke-66 TNI AU juga diwarnai berbagai atraksi udara di antaranya akrobat enam pesawat latih KT-1B, helikopter EC-120 Collibri, 66 penerjun di antaranya tujuh Srikandi TNI UN dari Wanita Udara (Wara), fly pass, dan formasi tiga pesawat boing 737 diapit dua pesawat tempur F 16 dan empat pesawat Sukhoi SU-27/30, fly pass CN 235, Casa C-212, dan pesawat latih T -34C, serta dua pesawat Hawk yang melakukan perlindungan pelaksanaan Combat SAR.

Demonstrasi darat di antaranya atraksi kemampuan tempur Den Bravo yang merupakan pasukan elit Paskhas Angkatan Udara.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...