YOGYAKARTA
(Suara Karya): Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam
Sufaat menyatakan kekuatan dirgantara menjadi tulang punggung
pembangunan nasional, karena sekarang ini terjadi pergeseran karakter
ancaman yakni perang modern yang mengandalkan teknologi.
"AU sangat berperan dalam perang modern karena perang modern bentuknya
mengandalkan teknologi tinggi. Karenanya TNI AU membuat perencanaan
pengadaan alutsista sesuai MEF yakni dengan mengisinya dengan
pesawat-pesawat terbaik dan radar yang berkualitas canggih," demikian
dikatakan KSAU pada upacara peringatan HUT ke-65 Hari Bakti TNI AU di
Yogyakarta, Minggu (29/7).
Disampaikan KSAU bahwa pembangunan kekuatan udara didukung teknologi
alat utama sistem senjata (alutsista) canggih harus tetap menjadi
prioritas tanpa menabrak kebijakan kekuatan pokok minimum (minimum
essential force/MEF).
Lebih lanjut, katanya, kekuatan dirgantara sebagai bagian pertahanan
negara banyak memengaruhi aspek kepentingan nasional di kancah global.
Itu artinya, menurut KSAU, pengelolaan kedirgantaraan nasional harus
dilakukan dengan baik sebagai bagian dari komponen kekuatan nasional di
bidang pertahanan militer.
"Kekuatan dirgantara kita harus dapat membantu upaya komponen kekuatan
negara lainnya seperti diplomasi, ekonomi, dan informasi untuk
menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam membela kepentingan
nasional di kancah global antar negara," ujar KSAU.
Dia menyebut, untuk pesawat tempur sekarang ini teknologi tercanggih
ada pada pesawat F-22 Raptors milik Amerika Serikat. Pesawat ini
memiliki kemampuan untuk tidak terlacak radar (stealth). Pesawat dengan
kemampuan yang tak jauh beda adalah F-35 yang digunakan beberapa negara
sekutu Amerika Serikat.
"Kita belum ke sana, tapi untuk pesawat antiradar ini kita sekarang
sedang membuatnya bekerja sama dengan Korea Selatan, yaitu KFX/IFX. Itu
pesawat generasi 4,5," beber Imam.
Terkait realisasi program MEF tersebut, pada 28 Agustus mendatang akan
tiba di tanah air empat unit pesawat tempur ringan Super Tucano. Empat
unit lainnya akan menyusul dalam kurun tiga bulan setelahnya. Pesawat
ini akan berhome base di Sakdron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh,
menggantikan pesawat OV-10F/Bronco.
Namun, Imam tak mengesampingkam membangun sebuah angkatan udara yang
kuat, diperlukan SDM yang handal. "Juga didukung sumber dana atau
anggaran yang tidak sedikit dan pengetahuan akan teknologi tinggi dan
modernisasi," sebutnya.
Saat ini, aspek personel dan anggaran serta kebutuhan akan penguasaan
teknologi tinggi masih menjadi tatangan tersendiri dalam membangun
kekuatan kedirgantaraan, khususnya TNI Angkatan Udara. Tantangan
tersebut, kata KSAU, harus dapat dijawab oleh jajaran TNI AU ke depan.
Lebih lanjut dia menuturkan, TNI AU berharap pa-da realisasi kebijakan
MEF melalui rencana strategis lima tahunan. "MEF merupakan jawaban tepat
dalam memenuhi kebutuhan modernisasi TNI AU. Melalui pelaksanaannya
kita berharap TNI AU yang modernisasi setahap demi setahap mampu kita
wujudkan," terang Imam.
No comments:
Post a Comment