Tuesday, March 13, 2012

TWITTER


Apa itu "Revolusi 140 Karakter"?


Orang-orang, lewat Twitter, juga jejaring sosial lain, begitu mudah dan cepat untuk merespon sesuatu. Dan mereka bisa bersuara lepas menumpahkan perasaan dan pikiran mereka: bersimpati, memuji, mengecam, mengkritik, bahkan memaki. Tak heran jika ada yang menganggap jejaring sosial, termasuk twitter, bisa membahayakan.foto
Sejumlah negara, dengan berbagai alasan, lalu memblokir twitter dan jejaring sosial lainnya seperti Pakistan, Bangladesh, Aljazair, dan terakhir Mesir. Bahkan Mesir sempat memblokir jaringan internet secara keseluruhan. Di Mesir, twitter menjadi salah satu mesin penggerak solidaritas untuk menurunkan Presiden Hosni Mubarak.
Selain menjadi mesin penggerak dalam ranah sosial dan politik, tweeter juga menjadi jembatan bagi seseorang untuk "naik panggung". "Twitter memungkinkan orang biasa menjadi seperti selebritas," kata Dr David Lewis, neuropsikolog kognitif dan direktur penelitian berbasis di University of Sussex, Inggris. "Ini fenomena mikro-selebriti."
Tak heran kalau Lewis pun mengatakan: "Saat ini kita memasuki era paling narsis." Mengungkapkan diri menjadi kebutuhan sosial utama manusia. Tidak hanya lewat twitter, juga lewat beragam jejaring sosial yang muncul, seperti facebook, Jaiku, Yammer, Mim dan lainnya.
Lewis menyatakan, berpatok pada teori kebutuhan manusia yang digagas Abraham Maslow pada 1943 tentang A Theory of Human Motivation, usai memenuhi kebutuhan primernya, manusia akan beranjak semakin ke atas dengan kebutuhan yang sifatnya lebih sosial dan psikologis. "Kebutuhan untuk dihargai, berprestasi dan aktualisasi diri," ujarnya seperti dikutip laman Psychologytoday.
Sosial media seperti twitter memang dimaksudkan untuk kebutuhan sosial, seperti keterlibatan dalam sosial, komunitas atau kelompok. Perasaan yang terhubung kepada orang lain melalui media itu membantu manusia memenuhi kebutuhannya yang terkait dengan harga diri dan pengakuan sosial.
Tak kalah penting adalah sebagai sarana penyampaian informasi, sekaligus pikiran dan sikap orang terhadap informasi itu. Tak peduli seberapa penting informasi yang diunggah, ketika menarik perhatian sebagian besar pengguna twitter, maka informasi ini akan direspon pengguna lain. "Rasa ingin tahu itu disalurkan dengan respon masing-masing," ujar Bloger Enda Nasution.
Beragam respon yang muncul itu, misalnya retweet, menulis ulang kata kunci informasi tersebut, atau bahkan menanyakan informasi tersebut. Saking banyaknya kata kunci informasi itu ditulis pengguna twitter, jadilah informasi membesar bak bola salju. Jadilah ia trending topic.
Sumber : tempointeraktif.com

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...