Thursday, March 07, 2013

Separatis pun Bermain di Dunia Maya

Beberapa waktu lalu, penulis pernah mengemukakan opini tentang Sudah Waktunya TNI Memiliki Tentara Dunia Maya atau Cyber Army (http://www.kompasiana.com/darah.pribumi). Mengingat, internet telah mencipta-kan dunia baru dengan segala kemudahan dan pengaruh besarnya, yakni dunia maya atau cyberspace yang merupakan sebuah dunia komunikasi berbasis komputer dan menawarkan realitas berbentuk virtual (secara tidak langsung dan tidak nyata).
Pengaruh besar dari pemanfaatan dunia maya sebut saja diantaranya, kala Timor Leste bergolak menuntut dilaksanakannya referendum, melakukan penggalangan opini masyarakat internasional melalui dunia maya. Kala itu, Agustus 1997, dengan bantuan hackers dari Portugal, berhasil merubah (defaced) tampilan situs resmi dari Mabes ABRI (sekarang Mabes TNI). Mereka melakukan perubahan terhadap isi dari situs tersebut (defaced) serta meluncurkan opini dan pernyataan yang menyudutkan ABRI (TNI) dengan tujuan akhir politisnya kemerdekaan bagi Timor Timur (east timor)

Kemudian juga saat merebaknya sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan. Ketika itu Malaysia yang meng klaim kedua pulau tersebut sebagai bagian dari wilayahnya, melakukan satu upaya pembentukan opini melalui website yang mereka bangun (http://www.sipadan-kapalai.com). Di situs tersebut, dipampang berbagai fasilitas pariwisata yang “seolah” kedua pulau itu memang sudah menjadi bagian dari negeri Jiran.
Sementara di Srilanka, pada Agustus 1997, sebuah organisasi yang bernama the Internet Black Tigers yang berafiliasi kepada gerakan pemberontak macan tamil (the Liberation Tigers of Tamil Eelam) menyatakan bertanggung jawab atas kejahatan email (email bombing, email harrasment, email spoofing, etc.) yang menimpa beberapa kedutaan serta kantor perwakilan pemerintah Srilanka di manca negara. Tujuan akhirnya adalah kampanye untuk melepaskan diri dari Srilanka dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat Tamil.
Tidak bermaksud menguak pengalaman pahit yang pernah dialami negara kita tercinta, fakta-fakta dari sejumlah peristiwa di atas seyogyanya dapat menjadi pembelajaran untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Dan.. patut menjadi perhatian, saat ini kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) juga memanfaatkan dunia maya sebagai jembatan aksi propaganda dalam mencari simpati masyarakat internasional (www.wpnla.net).
Dalam situsnya yang diluncurkan pada 1 Desember 2012 tersebut, OPM menampilkan seluruh aktivitas mereka yang disajikan dalam versi bahasa Indonesia dan Inggris serta menyediakan link situs jejaring sosial. Mereka juga memanfaatkan media massa asing untuk menyuarakan eksistensinya serta secara sporadis memunculkan “isu” adanya tindak kekejaman TNI/Polri yang nyata-nyata bertugas di Papua menjaga keutuhan NKRI. Bahkan secara terbuka memuat surat yang ditujukan kepada Presiden RI berjudul “TPN-OPM PERINGATKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (SBY)” (baca http://www.wpnla.net/tpn-opm-peringatkan-presiden-republik-indonesia-sby.html)
Mengamati aktivitas yang dilakukan oleh gerakan separatis OPM di dunia maya, ada baiknya tidak dilakukan pembiaran. Layaknya permainan catur, untuk mencapai “skak mat” harus berstrategi mengantisipasi manuvra pion ataupun para punggawanya. Artinya, perlu aksi nyata seluruh elemen bangsa dalam merespon website OPM sebelum membesar dan menjadi bola panas yang sulit dikendalikan. Sehingga pengalaman lepasnya wilayah tidak lagi kita alami, sekaligus menyelamatkan citra dan nama baik negara di dunia internasional, agar pengorbanan para prajurit TNI/Polri yang sudah gugur maupun saat ini tengah bertugas rela meninggalkan keluarga, tidak menjadi sia-sia.

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...