Monday, March 18, 2013

Coming Soon Apache Longbow + Blackhawk

Apache AH 64D Longbow III
Pemikiran di bawah ini tampaknya benar adanya. Tanda tanda TNI AD akan membeli Apache plus Blackhawk semakin mendekati kenyataan:
Mengapa TNI AD harus membeli helikopter Apache AH 64D dan juga Blackhawk UH 60:
Satrio:

Dalam perang modern, kavaleri heli serang sangat dibutuhkaan. Skenario dalam theater blitzkrieg modern atau serangan dadakan, sortie 1, .Apache maju ke depan dengan radar longbow-nya mendeteksi MBT lawan dan menghancurkannya.
Apache terus maju hingga menjebak dan mengepung mbt lawan, kemudian pilot Apache memberikan titik kordinat kepada MBT Leoprad RI untuk menghabisi  MBT lawan yg terjebak.

Sortie 2, Blackhawk dan MI-35 ikut menghabisi MBT lawan dan juga MLRS mereka.  Menurunkan Pasukan Tontaipur atau Raider guna memecah konsentrasi infanteri lawan dan memberikan informasi kondisi lapangan musuh.  Suport udara bisa dibantu oleh UAV yang menentukan posisi strategis lawan dan memberikan data..


TNI tidak mungkin mengorbankan heli angkut yang dipersenjatai, dengan cara  maju ke depan untuk dirontokan lawan.




WH:
Setahu saya Blackhawk yang dipersenjatai berangkat dari niat untuk mempertahankan diri saat melakukan tugas transportasi. Dari pada mengirim selusin pasukan khusus ke garis depan menggunakan dua helikopter (trasnporter dan serang), 2 pilot, 2 co pilot, dan seterusnya, maka muncul opsi pakai satu helikopter saja tapi yang heavily armed.

Lebih baik mana heli transporter yang dipersenjatai atau murni attack?
Banyak plus minus nya. Untuk mencapai probability tinggi keberhasilan misinya, tetap kembali ke masing-masing peruntukannya.

1- Untuk deliver pasukan di garis depan atau di belakang garis musuh, maka ini spesialisasi Blackhawk yang dipersenjatai, karean bisa mandiri. Tapi kurang ok seandainya Super Puma, Bell,  dan lain-lain dikawal Apache — repot kalau sampai terpisah dengan pengawalnya.

2- Untuk Close Air Support yang menyingkirkan halangan di depan agar gerak maju di kendaraan tempur daratan bisa lancar, penghancuran jaringan radar, dan lain-lain, sangat ok kalau pakai Apache Longbow III. Tapi bila menggunakan Blackhawk yang dipersenjatai akan:

- Masih bisa menyerang sasaran dengan roket, senapan mesin, dan lain-lain yang dibawanya. Tapi probability kesuksesannya berapa persen dibanding Apache Longbow III ?
Untuk tugas ini Apache Longbow III memiliki kemampuan yang jauh lebih lengkap untuk meningkatkan peluang keberhasilan.

- Ada iddle capacity yang tidak terpakai: ukuran engine dan body terlalu besar, yang tetap harus dibayar cost nya untuk maintenance. Ibarat pesawat penumpang B-737 yang hanya bawa bagasi saja, sementara kursi penumpangnya kosong.

Dengan ini saya berpendapat TNI-AD akan ambil dua-duanya, bedanya hanya soal waktu dan dana, mana duluan yang akan diambil. Trik ini sebetulnya juga membingungkan military planner negara sebelah. Ucapan Pak Kasad sudah jelas, TNI AD menginginkan alutsista yang juara satu. Kalau dicermati, bukan berarti Battlehawk disuruh diadu dengan Apache Longbow III, karena memang beda disiplin. Bagi TNI AD, juara 1 nya MBT adalah Leopard, dan juara 1 nya IFV ya Marder. Dan di udara, Apache Longbow III ibarat Leoaprd 2, sementara Blackhawk yang heavily armed ibarat Marder. Anti tank Javelin diambil, NGLAW juga diambil, karena dipandang TNI AD juara 1 di area disiplin jarak jangkaunya.

(JKGR).

No comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...