Jakarta
: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) dan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengembangkan dan membuat
pesawat terbaru yaitu N245 dan N270. Proyek ini akan dikerjakan setelah
proyek pesawat ringan N219 selesai dikerjakan tahun 2016.
"Setelah
ini akan ada N245 dan N270 yang segera dimulai pada pertengahan tahun
2016 kita buat desain. N245 itu untuk 45 penupang, N270 untuk 70
penumpang dan kedua pesawat ini pakai 2 mesin. Diharapkan cita-cita kita
adalah R&D (penelitian dan pengembangan) ada di LAPAN, produksinya
ada di DI," kata Kepala Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN Gunawan S
Prabowo saat ditemui di Kantor LAPAN Rawamangun Jakarta, Selasa
(25/02/2014).
Saat ini, LAPAN menganggarkan Rp 400 miliar untuk
mengembangkan pesawat N-219 yang diserahkan kepada PTDI. Namun apaila
pesawat itu sudah jadi dan dijual secara komersial, LAPAN tidak
mendapatkan keuntungan penjualan.
Indonesia
punya ambisi besar dalam bidang antariksa: bisa membawa satelit buatan
sendiri ke luar angkasa dengan menggunakan roket karya anak negeri. Tak lagi harus 'digendong' wahana peluncur satelit milik asing yang menuntut bayaran mahal.
Untuk
itulah, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terus
mengembangkan teknologi roket. Jika ini berhasil dikuasai, ke depan,
bukan tak mungkin Indonesia mampu membuat peluru kendali jarak jauh atau
rudal balistik sebagai bagian dari sistem pertahanan udara nasional.
Lebih
dari itu, Indonesia akan bisa menyejajarkan diri dengan negara lain
yang sudah lebih dulu menembus belantara angkasa: Amerika Serikat, Uni
Eropa, Rusia, Jepang, China, Korea Selatan, bahkan India -- negara
berkembang yang baru-baru ini meluncurkan satelit Mars Orbiter Mission
(MOM) ke Planet Merah. Lapan terus
mengembangkan roket RX-550, yang memiliki diameter 550 mm -- setelah
keberhasilan uji coba sejumlah roket dengan ukuran lebih kecil, termasuk
RX-420 dan RX-320.
Namun, membangun sendiri teknologi roket
peluncur satelit dari nol, bukan perkara gampang. RX-550 masih bergulat
dengan serangkaian uji statis karena berbagai kendala yang muncul belum
terselesaikan.
Apapun, Lapan tetap optimistis mampu menerbangkan
roket RX-550 -- setelah sebelumnya mengalami kendala pada tabung motor
dan nosel.
Jakarta : PT INTI (Persero) salah satu BUMN dibidang teknologi, mampu membuat
produk radar canggih untuk menjaga perairan Indonesia yang dapat
mengawasi pantai dari penyusup seperti kapal perang negara lain.
"Kami
menyediakan sistem radar batas pantai. Radar ini kita desain dengan
bekerjasama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi),"
ujar Humas PT INTI, Andy Nugroho, Minggu (23/2/2014).
Andy mengungkapkan, radar ini dibuat untuk mengawasi pantai dan pengaturan lalu lintas pelabuhan.
"Kelebihan
radar ini dapat bekerja dengan daya listrik rendah, tidak terdeteksi
oleh radar pemindai, dan dalam kategori radar tenang," ucapnya.
Jakarta
: Pemerintah RI telah membeli tiga unit kapal perang jenis Multi Role
Light Frigate (MRLF) dari Inggris senilai US$385 juta . Ketiga kapal itu kini telah rampung dibuat di galangan kapal di
Inggris.
Demikian ungkap Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Untung Suropati saat dihubungi VIVAnews, Senin, 24 Februari 2014. Menurut Untung, ketiga kapal masih membutuhkan beberapa proses sebelum berlayar ke Indonesia.
"Harus
ada pelatihan terlebih dahulu dari kru AL Indonesia di Inggris. Jadi,
nanti pengiriman kru TNI AL pun secara bertahap dan menggunakan
perwakilan. Untuk saat ini yang dikirim adalah perwakilan KRI Bung
Tomo," kata Untung.
Tim perwakilan yang berangkat, lanjut
Untung, dimulai dari kru ahli di bagian senjata, radar, mesin dan bagian
lainnya dari kapal itu.
Helikopter EC-725 Cougar (photo : Laurence M Bean)
EC-725 Cougar, Pengisi Squadron Helikopter Baru TNI AU
Liputan6.com,
Jakarta TNI Angkatan Udara terus mengembangkan kemampuannya untuk
menjaga pertahanan Tanah Air, baik melalui pelatihan rutin maupun
pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista). Selain itu, TNI AU juga
menambah satuan dalam angkatan udara (Squadron), salah satunya Squadron
9.
Rencananya
Squadron 9 (skad) akan ditempatkan di Subang/Kalijati, Jawa Barat untuk
tugas SARPUR (Safe and Resque Tempur). Untuk alutsista yang dipilih
adalah 16 helikopter canggih EC-725 Cougar asal Eurocopter.
"Skad 9 adalah
skad baru yang berkedudukan di lanud SDM Subang/kalijati dengan kekuatan
16 pesawat cougar full combat," ucap Kadispen TNI AU Marsekal Pertama
Hadi Tjahjanto yang dihubungi Liputan6.com di Jakarta.
Jakarta
: Delegasi Federasi Rusia berkunjung ke Indonesia menghadiri Sidang
Komisi Bersama ke-9, untuk penguatan kerja sama bilateral di lima
sektor.
Beberapa proyek unggulan yang jadi pembahasan utama: Pembangunan
smelter bauksit, Kereta batu bara, Pengembangan industri pesawat
terbang, hingga proposal proyek pembangkit nuklir.
Pemimpin delegasi Rusia Wakil Perdana Menteri Dmitry O. Rogozin
menilai, pengusaha negerinya sangat antusias menanamkan modal di
Indonesia. Kerja sama bisa dikembangkan ke sektor teknologi tinggi,
karena persahabatan kedua negara sangat erat.
“Tidak ada persaingan di bidang apapun antara Rusia-Indonesia, kita
bukan merupakan lawan dalam perkembangan geopolitik di Asia Pasifik,”
ujarnya dalam jumpa pers usai sidang komisi di Jakarta, Selasa
(25/2/2014).
Pesawat latih Grob G-120TP (photo : Militaryphotos)
Tim Aerobatic JAT
TRIBUNNEWS.COM,
SLEMAN - Tim akrobatik udara TNI AU Jupiter Aerobatic Team (JAT), tiba
kembali di home base Landasan Udara (Lanud) Adisutjipto, Kamis
(20/2/2014). Delapan pesawat KT-01 Wong Bee ini selanjutnya akan
menempati shelter Wingdik di Skadik 102.
Kedatangan JAT
ke Lanud ini merupakan pertama kali sejak mengikuti ajang Singapore
Airshow 2014, yang berlangsung di Bandara Changi 11 hingga 16 Februari.
Dan mengisi acara Gebyar Dirgantara Selasa (18/2/2014) di Palembang.
Pesawat ini
sempat tertahan beberapa hari di pangkalan TNI AU Halim Perdana Kusuma.
Hal ini dikarenakan guyuran abu yang mendera DI Yogyakarta beberapa
waktu lalu.
Kedatangan
pesawat yang didominasi warna merah putih yang dipimpin oleh Kol Pnb
Wahyu Anggono, SE. Serta Flight Leader adalah Mayor Pnb Ferry Yunaldi
ini, disambut oleh Komandan Wingdik Terbang Kol Pnb Ir Bob H Panggabean.
Jakarta : Indonesia tercatat sebagai negara pertama di luar Amerika Serikat yang mengoperasikan C-130 Hercules. Latar
belakangnya adalah Allan Pope, pilot swasta Amerika Serikat yang bisa
ditembak jatuh dan ditangkap seturut PRRI/Permesta pada 1958. Skuadron Udara
31 Hercules Sang Penjelajah terbitan TNI AU, menuturkan, bermula dari
kunjungan Presiden Soekarno kepada koleganya, Presiden Amerika Serikat,
John F Kennedy, akhir 1959. Kennedy
berterima kasih atas kesediaan Indonesia melepas Pope, pilot CIA
berstatus sipil itu yang memperkuat AUREV-Permesta, yang ditembak jatuh
Kapten Udara Penerbang Dewanto, dalam pertempuran udara. Ini juga satu-satunya dog fight bersenjata dan menang oleh penerbang tempur TNI AU hingga kini. Kennedy
menawarkan "pengganti" Pope kepada Soekarno, dan berdasarkan "keperluan"
dari Panglima AU, Laksamana Madya Udara Suryadarma, AURI memerlukan
pengganti pesawat transportasi de Havilland Canada DHC-4 Caribou.
Riset propelan akan memungkinkan Indonesia untuk membuat rudal sendiri dalam 2-3 tahun ke depan (photo : Defense Studies)
Liputan6.com,
Jakarta : Perang di era modern tak lagi saling berhadapan. Tapi
melibatkan persenjataan canggih, termasuk rudal. Sekali tembak, nyawa
ribuan orang di posisi target, yang jauhnya ratusan hingga ribuan
kilometer, niscaya terancam.
Maka dari itu,
rudal penangkal sebagai sistem pertahanan alternatif, menjadi wajib
dimiliki. Saat ini, TNI Angkatan Udara, Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan), dan PT Dahana, sedang mengembangkan rudal
Penangkis Serangan Udara (PSU) jarak sedang. Senjata anti-rudal ini akan
dikembangkan dari roket-roket yang telah berhasil dibuat Lapan.
Jakarta
: PT
Dirgantara Indonesia (PT KAI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (Lapan) menargetkan pesawat N 219 mengudara pada 2016. Itu
artinya, pesawat buatan anak negeri tersebut ditargetkan lolos
sertifikasi paling lambat tahun tersebut.
Kepala Program N 219 Lapan Agus Aribowo mengatakan walau masih dalam
tahap pengembangan, pesawat tersebut sudah banyak di pesan. Pemesannya
beragam, mulai dari maskapai penerbangan, pemerintah daerah, hingga
negara tetangga.
Menurut Agus, Lion Air
telah berkomitmen memesan 100 pesawat, Nusantara Buana Air (NBA)
sebanyak 30 pesawat. Lalu, pemda Papua dan Papua Barat sebanyak 15
pesawat.
Sebagai negara yang memiliki luas wilayah yang besar, Indonesia perlu
membangun kekuatan pertahanan yang memadai guna menjaga kedaulatan NKRI.
Peningkatan kekuatan pertahanan sudah menjadi keharusan karena ini
menunjukkan kekuatan pertahanan sebuah negara. Negara yang memiliki
militer lemah dan tidak memiliki sekutu yang kuat akan mudah
diintimidasi oleh negara lain.
Kulitas dan kuantitas alutsista yang dimiliki Indonesia akan sangat
mempengaruhi kedudukan Indonesia dalam kancah politik Internasioal.
Sebuah negara dengan kekuatan militer besar akan lebih didengarkan
pendapat dan tindakannya ketimbang negara yang militernya lemah.
Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki potensi ancaman
keamanan nasional yang besar. Seperti pelanggaran wilayah perbatasan
laut, gangguan keamanan di laut, pelanggaran wilayah yurisdiksi laut,
penggunaan ruang udara secara ilegal hingga pengerukan sumber daya alam
secara ilegal dan klaim wilayah yang dilakukan negara lain. Untuk itulah
Indonesia melalui Kementerian Pertahanan dalam beberapa tahun
belakangan gencar membangun kekuatan pertahanan Indonesia.
Jakarta : PT Pindad dan FNSS Turki rencananya akan
menyelesaikan pengembangan prototipe tank medium nasional, pada awal
tahun 2016.
Pengembangan design tank ini tidak mengacu pada ACV-300 atau
tank-tank buatan Turki lainnya seperti yang disampaikan Kadispen TNI AD
Brigjen Andika Perkasa.
“Sedangkan design-nya tidak merujuk ke tipe ACV-300 tapi
di design sendiri oleh PT Pindad dengan mempertimbangkan kebutuhan user
(TNI AD),”
Pindad dan FNSS akan merampungkannya dalam Forum Intergrated Planing
Team Meeting. Dari situ juga akan dilakukan riset dengan TNI AD agar
bisa digunakan sesuai dengan kondisi geografis negara Indonesia.
JKGR :Berbicara tentang tawaran Saab Swedia terhadap pesawat tempur Gripen
NG plus ToT-nya, pemerintah akan realistis di mana tidak akan
menggangarkan begitu besar biaya untuk pembelian alutsista strategis
demi transfer of technology (tot), tapi dengan syarat jumlah pembelian
besar menurut info minimal 30 unit gripen saab.
Di luar itu semua (pemenuhan alutsista dalam rentang renstra)
pemerintah juga sedang mengubah skala prioritas untuk menciptakan
kemandirian energi nasional mengingat konflik kawasan yang kian
bergejolak.
Salah satunya dengan membangun tempat penimbunan BBM cadangan
nasional (tahap 1 untuk 30 hari, estimasi 1 miliar barel), kemudian
pemerintah juga sedang merencanakan penciptaan kilang minyak baru yang
akan menelan biaya sekitar $ 1 miliar dengan margin keuntungan 2-3 % /
tahun (dan ini konon yagn bikin RI tidak punya kilang baru di mana modal
terlalu besar dan untung tipis).
Jakarta : TNI Angkatan Udara akan menambah Skadron baru di Jawa Barat. Skadron
baru ini akan diisi oleh helikopter combat SAR buatan Eurocopter, EC 725
Cougar.
“Skad 9 adalah sebagai skad baru berkedudukan di lanud SDM
Subang/Kalijati dengan kekuatan 16 pesawat cougar full combat,” ucap
Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto di Jakarta, Jumat
(14/02/2013).
Untuk membentuk satu Skadron, Hadi menuturkan, TNI AU akan memesan
kembali pada renstra berikutnya. Pada Maret 2012 TNI AU menandatangi
kontrak pembelian 6 helikopter multi-role EC 725 dengan Eurocopter
melalui PT. Dirgantara Indonesia. Ke-enam heli akan selesai pada 2014.
Surabaya : Tiga
kapal perang tersebut yaitu KRI Lambung Mangkurat-374, KRI Teluk
Sampit-515 dan KRI Teluk Ende-517. Setelah melaksanakan perbaikan dan
pemeliharaan tingkat depo selama 274 hari, KRI Lambung Mangkurat-374
kembali memperkuat jajaran Satkor Koarmatim sedangkan KRI Teluk
Sampit-515 dan KRI Teluk Ende-517 memperkuat jajaran Satfib Koarmatim.
Acara penyerahan ketiga KRI tersebut dilaksanakan di KRI Teluk Ende-517,
Jum’at (14/2) oleh Kadismatal Laksma TNI Ir. Bambang Nariyono, M.M.
yang diwakili oleh Kasatharmatim Kolonel Laut (T) Tugas Eko kepada
Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono, S.H., M. Hum yang dalam hal ini
diwakili oleh Asisten Logistik Pangarmatim Kolonel Laut (T) Ir. Aziz
Ikhsan Bachtiar.
Apakah dalam waktu 5 tahun ke depan Macan Asia dapat segera bangkit dari tidurnya ????? Melihat hasil belanja alutsista MEF 1 saja masih banyak pihak yg mengatakan belum puas dan masih banyak kekurangan…
Coba kita melihat sekeliling wilayah Negara kita Indonesia.
Kita skenariokan serangan dari selatan bagaimana bila 64 F18 super
hornet + 24 F35 lighting Australia menerobos masuk
papua+makassar+maluku, Dari barat 36 F15 strike eagle + 48 F16 blok 52 Singapura menerobos masuk pekanbaru dan Jakarta. Ditambah 18 Su30 mkm + F18 dan Mig29 Malaysia. Dan ingat CSG 7th Fleet (=280 fighters) sudah berada di utara natuna. Maka apakah secara teory, 4-5 skadron fighter Su 27/30 , F16 blok 32 serta Hawk lawas (equiv. 50-60 units) Indonesia hasil pengadaan MEF 1 dg angka "publikasi" mampu membendung gelombang serangan tsb?...
Sejak adopsi rudal Yakhont pada salah satu frigat kelas Van Speijk, otomatis TNI AL memasuki babak baru dalam teknologi peluncuran rudal. Pasalnya, Yakhont yang menyandang predikat rudal jelajah anti kapal (ASM/anti ship missile) diluncurkan secara VLS (vertical launching system). Sebelum hadirnya Yakhont, armada TNI AL hanya berkutat pada pola peluncuran rudal secara konvensional, yaitu platform rudal terpasang kearah tertentu (heading) yang biasanya ke sisi atau kanan lambung kapal dengan besaran sudut tertentu terhadap cakrawala.
Pola peluncuran rudal secara konvesional di lingkungan TNI AL, mencakup pada model peluncuran setiap rudal anti kapal (ASM) dan rudal anti serangan udara (SAM/surface to air missile). Contohnya bila platform SAM terpasang pada heading kiri lambung kanan sudah habis, sementara target datang dari arah kiri lambung kanan kapal, maka SAM yang tersisa pada heading kanan lambung harus diputar arahnya, dan adakalanya badan atau struktur kapal yang menjadi penghalang, alhasil tidak memungkinkan bagi pos peluncur SAM yang terpasang pada sisi lain untuk menghadang target yang datang dari sisi lainnya. Kasus ini nampak kentara pada sistem peluncur rudal Sea Cat, Strela, dan Mistral, termasuk rudal Mistral dalam peluncur Tetral yang terpasang pada korvet SIGMA Class. Khusus di SIGMA Class peluncur ditempatkan di atas anjungan dan buritan, digerakan secara otomatis, namum terbatas dalam sudut cakrawala.
Salah satu Nakhoda Ragam class dalam proses docking
Nah, mengatasi keterbatasan pola konvensional diatas, maka jawabannya adalah lewat pola VLS. Dengan peluncuran posisi vertikal, maka dimanapun datangnya target, SAM dapat melakukan penyesuaian arah setelah rudal meluncur ke udara. Tentu tidak semua SAM bisa dilontarkan secara vertikal, pihak manufaktur umumnya telah mendesain sedari awal pola peluncurannya. Bila untuk rudal anti kapal TNI AL sudah diperkenalkan VLS lewat Yakhont. Selanjutnya segmen sista SAM untuk armada kapal perang TNI AL akan kedatangan rudal anti serangan udara dengan pola VLS.
Hadir Lewat Korvet Nakhoda Ragam Class Di tahun 2014 ini, Satuan Kapal Eskorta TNI AL akan kedatangan 3 unit korvet (light fregate) kelas Nakhoda Ragam (F2000) buatan BAE Systems Marine, Inggris. Terdiri dari KRI Bung Tomo 357, KRI Usman Harun 358 dan KRI John Lie 359. Meski dari bobot masuk kelas korvet (1.940 ton), tapi kapal perang yang bisa melaju hingga 30 knots ini punya bekal sistem senjata yang cukup canggih untuk ukuran armada TNI AL.
Perbandingan ukuran antar SAM VLS, salah satunya rudal Aster MBDA yang dioperasikan oleh Formidable Class AL Singapura
Sebelum membedah spesifikasi Mica, perlu diketahui, bahwa aslinya korvet ex pesanan Brunei ini mengusung SAM VLS jenis Sea Wolf buatan British Aerospace. Tapi lantaran usia Sea Wolf sudah uzur (pertama diproduksi tahun 1979), dan pihak pabriknya sudah tidak memproduksi lagi, maka Indonesia memilih Mica buatan MBDA, konsorsium manufaktur senjata dari Eropa Barat. Soal pemilihan Mica bisa disebabkan beberapa faktor, diantaranya MBDA sudah menjadi rekanan TNI untuk memasok beberapa rudal sebelumnya. MBDA (Aerospatiale) – Perancis menjadi vendor untuk rudal Exocet MM-38/MM-40, Mistral Tetral, dan Mistral Simbad untuk TNI AL. Sementara TNI AD juga menggunakan rudal Mistral dengan peluncur Atlas untuk Arhanud.
Rudal Mica Naval Total ada 16 peluncur rudal Mica di korvet Nakhoda Ragam Class, posisi penempatannya berada diantara anjungan dan di belakang kanon OTO Melara pada haluan kapal. Oleh MBDA rudal ini dirancang untuk bisa dioperasikan dalam waktu singkat (rapid reaction), mampu beroperasi di segala cuaca, dan mampu menyesuaikan dengan arah datangnya target hingga 360 derajat.
16 peluncur rudal Mica
Rudal ini dioperasikan secara otomatis dari Combat Management Systems(CMS) yang berada di PIT (Pusat Informasi Tempur). Untuk pasokan data dan arah datangnya target dipasok dari radar surveillance 3D. Saat rudal berhasil diluncurkan, tidak diperlukan dedicated target tracker, artinya Mica dapat melaju menghantarkan maut secara fire and forget. Untuk sistem pemandu, rudal ini mengusung teknologi IR (infrared) atau radio frequency homing head. Target favorit rudal ini adalah pesawat tempur, UAV, helikopter dan menyergap rudal anti kapal, termasuk sasaran dalam modus sea skimming. Sistem CMS Mica dapat meng-handle multi target secara simultan. Guna menghadapi skenario serangan dari beragam target secara bersamaan, Mica dapat diluncurkan dalam tembakan salvo.
Bicara soal jangkauan, Mica dapat menyergap sasaran sejauh 20.000 – 25.000 meter dengan ketinggian 30.000 feet (setara 9.144 meter). Kalau kepepet, Mica bisa saja ditembakan dengan jarak minimum sasaran sejauh 1 km. Soal kecepatan, Mica dapat melaju hingga Mach 3. Rudal ini punya bobot total 112 kg dengan berat hulu ledak 12 kg. Aktivasi hulu ledak didasarkan proximity radar fuze. Sementara untuk panjang rudal 3,1 meter dengan diameter 0,16 meter. Yang patut diacungi jempol, Mica sanggup menghadapi target yang punya kemampuan manuver tinggi. Semisal berhadapan dengan jet tempur, rudal ini sanggup meladeni G-force hingga 50G pada jarak 7 km, dan 30G pada jarak 12 km.
Pola tempur Mica Naval
Di dalam kapal perang, Mica dikemas dalam sealed container untuk melindungi beragam komponen elektroniknya dari bahaya lingkungan eksternal. Masa aktif rudal dirancang hingga 25 tahun. Bisa dibilang Mica adalah rudal yang low maintenance, dengan segala kecanggihannya hanya dibutuhkan satu kali pengecekan setiap 5 tahun.
Bila ada Mica Naval, maka ada juga versi Mica Land. Yang disebut terakhir adalah peluncur rudal Mica dalam pola ground based. Penempatannya mengusung platform truk. Dimana setiap truk dapat membwa 4 unit rudal Mica. Untuk gelar full deployment hanya butuh waktu 10 menit. Dan peluncur dapat di-reload dalam waktu 15 menit oleh 2 personel. Setiap unit peluncur Mica Naval dioperasikan oleh 3 awak operator. Dalam hal spesifikasi, Mica Land dan Mica Naval setali tiga uang.
Pola Tempur Mica Land
Frigat SIGMA 10514 TNI AL yang akan dibekali Mica VLS
MBDA baru memperkenalkan sosok Mica Land dan Mica Naval pada tahun 2010. Namun sebelumnya, Mica lebih kesohor namanya sebagai rudal udara ke udara (AAM). Sebagai AAM, Mica digunakan sejak 1996, dan sudah lumrah dipasang pada jet Mirage 2000, Rafale, dan F-16E Block 60. Uniknya, sebagai AAM, Mica disebut sebagai rudal udara ke udara jarak menengah, sementara Mica SAM VLS dikategorikan sebagai SAM SHORAD(Short Range Air Defence).
Selain hadir untuk memperkuat 3 unit korvet, kabarnya Mica Naval juga didapuk sebagai SAM untuk PKR (Perusak Kawal Rudal)/frigat SIGMA 10514 TNI AL yang sedang memasuki awal produksi di Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda. Hadirnya SAM VLS untuk TNI AL jelas merupakan angin segar dalam update teknologi alutsista. Adopsi ini menjadikan kekuatan rudal SAM TNI AL dapat sejajar dengan Singapura dan Malaysia, yang sudah jauh lebih dulu mengoperasikan SAM VLS untuk frigat-frigatnya.
Spesifikasi Mica VLS Panjang : 3,1 meter Diameter : 0,16 meter Berat total : 112 kg Berat Hulu Ledak : 12 kg Kecepatan Luncur : Mach 2.5 – Mach 3 Jangkauan : 20.000 meter – 25.000 meter Jangkauan Minimum : 1.000 meter Ketinggian : 9.144 meter Platform Peluncur : Naval dan Land based (truk min 4 ton)
Duta besar rusia untuk indonesia Mikhail Yurievich Galuzin
Duta besar rusia untuk indonesia Mikhail Yurievich Galuzin kepada TVRI saat di temui dikantor kedutaan di jakarta mengatakan bahwa indonesia itu adalah negara sahabat kami,sahabat yang telah lama menjalin hubungan baik,tahun 2013 lalu adalah puncak keakraban Indonesia - rusia,indonesia membeli berbegai senjata dan peralatan dari Rusia,pesawat tempur,rudal, dan beberapa senjata perang lain nya yang tidak di publikasikan dan rusia menghargai itu,terkait hubungan yang memanas indonesia dan singapura."Rusia akan terus mengikuti perkembangan nya,hal terburuk jika akhirnya terjadi perang antara singapura dan indonesia rusia tidak akan khawatir sama sekali,sebab singapura hanya melihat senjata milik TNI yang di publikasikan
sementara tidak mengetahui senjata TNI yang menjadi bagian rahasia operasi tapi rusia tau betul kekuatan Indonesia saat ini,indonesia bukan tandingan
Hellfire II missile (photo : AviationNews) HELLFIRE SYSTEMS, LLC, Orlando, Fla., was awarded a $157,362,903 modification (P00068) to firm-fixed-price contract W31P4Q-11-C-2042, to exercise option for fiscal 2014 Hellfire II missile production requirements. This contract involves foreign military sales to Saudi Arabia, Jordan and Indonesia. Fiscal years 2012, 2013 and 2014 funds in the amount of $157,362,903 are being obligated on award. The performance location is Orlando, Fla., with an estimated completion date of Nov. 30, 2016. The U.S. Army Contracting Command – Redstone Arsenal (Missile), Redstone, Ala., is the contracting activity.
Weeks Marine, Inc., Covington, La., was awarded a $9,570,000 firm-fixed-price contract for work consisting of furnishing one fully crewed and equipped ‘cutterhead’ dredge, with a dredge discharge size of 30-inches inside diameter complete in all respects, including all attendant plant and crew. Fiscal 2014 operations and maintenance funds in the amount of $9,570,000 are being obligated on award. The contract was solicited via the Web with two bids received. The performance location is Pilottown, La., with an estimated completion date of July 25, 2014. The U.S. Army Corps of Engineers – New Orleans District, New Orleans, La., is the contracting activity (W912P8-14-C-0023). US DoD
UEA (Uni Emirat Arab) dan perusahaan pertahanan Amerika Serikat Raytheon tengah berupaya memasarkan rudal 70 mm laser guided (dipandu laser) yang mereka kembangkan pada tahun 2009 sebagai sistem senjata untuk pesawat. Tidak hanya untuk pesawat, sebuah versi baru dari rudal 70mm ini juga dibuat untuk kapal perang kecil. Versi baru ini menggunakan peluncur yang sudah ada sebelumnya yaitu LAU-68, untuk roket 70mm, namun sudah terhubung dengan sistem kontrol tembak yang menempatkan laser pada kapal atau boat memandu rudal 70mm untuk menemukan dan memukul target.
Ditembakkan dari permukaan, rudal 70mm ini memiliki jangkauan sekitar 5 kilometer. Peluncur LAU-68 diisi dengan tujuh rudal 70mm yang total beratnya sekitar 227 kilogram, kecil, dan cukup ringan untuk dipasang pada kapal-kapal kecil. Namun permasalahannya adalah bahwa sudah banyak terdapat model rudal dan autocannon semacam ini di pasaran. Tentu akan sulit menemukan pelanggan.
Dalam dua dekade terakhir, beberapa perusahaan rudal dunia telah berhasil mengkonversi roket 70mm unguided menjadi rudal laser guided. Sebagian besar rudal ini didesain untuk tetap menggunakan sistem kontrol tembak rudal Hellfire. Sangat sulit untuk mendapatkan dana pengembangan proyek semacam. Banyak produsen dan pemerintah yang tidak tertarik untuk mengembangkannya. Lalu mengapa Raytheon tertarik? Tentu saja karena program ini didanai sepenuhnya oleh UEA, dan rudal 70mm yang dihasilkan adalah TALON yang sejak tahun 2010 sudah siap untuk dijual dan selanjutnya dilengkapkan pada helikopter serang AH-64. Namun, satu-satunya pengguna rudal 70mm dari proyek ini adalah UEA sendiri, yaitu untuk AH-64 nya.
Kenapa? Gak suka dengan judulnya? Kan suka-suka Mimin kasih judul he... Kadang-kadang Mimin ngasih judul yang nggak sinkron dengan isi artikel, kadang juga artikel sudah basi tapi Mimin kasih judul baru dan akhirnya sobat pun TERTIPU he... Cuma bercanda dan jangan diambil hati.
Beberapa hari ini ramai pemberitaan soal protes Singapura terkait TNI AL yang menamai salah satu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dengan nama KRI Usman Harun. Nama itu diambil untuk mengenang Sersan Usman Haji Muhammad Ali dan Kopral Harun Said, keduanya adalah prajurit dari Korps Komando Operasi (KKO) TNI AL (sekarang Korps Marinir) yang dieksekusi dengan hukuman gantung di Singapura atas aksi mereka yang membom MacDonald House di Orchard Road, Singapura pada 10 Maret 1965.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan tak akan mengubah nama KRI Usman-Harun. Pria kelahiran Kediri itu menjelaskan, pemberian nama "Usman-Harun" untuk kapal perang TNI AL tersebut sudah sesuai prosedur. Pemilihan nama untuk kapal perang TNI AL diambil dari nama-nama para tokoh atau pejuang yang memiliki jasa tinggi untuk Indonesia.
"Tidak ada yang berubah dari penamaan itu (KRI Usman-Harun)," ujar Moeldoko. Pemberian nama itu sendiri dilakukan melalui proses yang cukup panjang.
Analisis : Akhir bulan Maret mendatang, jika tidak aral melintang Presiden SBY akan meresmikan batalyon Marinir 10 di Batam Riau. Begitu penting kah sehingga peresmian sebuah satuan tempur berkualifikasi serbu harus diresmikan oleh orang nomor satu di negeri ini. Lalu adakah kaitannya dengan kegalauan Singapura mempermasalahkan KRI Usman Harun dengan kehadiran satuan tempur “hantu laut” di depan rumahnya.
Penempatan satuan tempur secara permanen di batas terdepan negara yang langsung berhadapan dengan halaman tetangga memiliki arti penting dan strategis. Pembangunan batalyon Marinir 10 di pulau Setoko Batam adalah atas instruksi langsung panglima tertinggi SBY. Sehingga suka atau tidak suka batalyon ini memiliki aura yang berbeda dengan satuan lain meski personil yang akan mengisi satuan ini diambil dari sejumlah batalyon Marinir di Jawa. Inilah satu-satunya batalyon tempur Marinir yang berhadapan langsung dengan rumah sebelah. Ke depan sangat dimungkinkan pengembangan satuan tempur ini menjadi setingkat Brigade.
Tank Amfibi BMP3F Marinir
Bagi Singapura sangat dimungkinkan kehadiran batalyon serbu pantai ini menjadi beban mental. Karena sejarah Singapura tentu mencatat kisah heroik 2 KKO (Korps Komando Operasi) Indonesia yang menjalankan tugas one way ticket di negeri itu pada masa konfrontasi tahun 60an.
Boleh saja kita memahaminya seperti ini: Dengan 2 KKO saja mereka merasa tercabik apalagi dengan 1 batalyon penuh. KKO yang sekarang bernama Marinir sangat luar biasa perkembangannya.
JAKARTA : Indonesia’s defense authority is leaning toward a plan to purchase 16 of the latest generation of Russian twin-engine Sukhoi Su-35 multirole fighters to replace its F-5 Tigers.
The decision to purchase the Russian fighters came after a meeting between Defense Minister Purnomo Yusgiantoro and Indonesian military top brass, including Military Commander Gen. Moeldoko and Air Force Chief of Staff Marshal Ida Bagus Putu Dunia in mid-January.
Speaking to reporters, Yusgiantoro said they also considered other options to replace the aging Tigers beyond the Su-35 purchase.
Moeldoko said the Air Force will hold further evaluations of other fighters prior to making a final decision. Other fighters under evaluation are the Saab JAS 39 Gripen, Lockheed Martin F-16 Block 60, Boeing’s F-15 Silent Eagle and F/A-18 Super Hornet, and the Dassault Rafale.