Saturday, August 31, 2013

TNI Pesan 3 Pesawat Tanpa Awak Buatan BPPT


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPiFe3_KJdu9nZ_nIq0UJHqmQ1Mh6blnQU4dCcepeJ3qZQ6NTZ1RSkOlx9FXSEn9HZ54Pz3FRvNmDUk76VbLL-DU-BaO2qrXkP9sKr593Bw8f40g_hgu7goaVeT1M7h60DMYExu-K4zw5D/s640/puna-wulung-mampu-terbang-200-km.jpg
UAV BPPT
Jakarta - Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) berhasil mengembangkan pesawat tanpa awak canggih buatan dalam negeri. Sebanyak 3 pesawat yang diberi nama Puna Wulung itu telah dipesan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk keperluan pengawasan.

Chief Engineer BPPT Muhammad Dahsyat menjelaskan, pesawat ini bisa bertahan terbanga selama 4 jam dengan radius hingga 120 Km, dan mencapai ketinggian hingga 12.000 kaki. Pesawat tersebut dikendalikan dengan sensor remote kontrol yang canggih.

Komodo" dan Roket Karya Anak Bangsa Diluncurkan


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-cbbhzV8orqocc0FAucQVz94vJtaGhclzc5I4P73UEGGpzAUwsQVAbQN3ccZ-WpRpvKYe8kbVw2q0-iOZHOHVHI4QEG4ZI7Xrubrr7TqOWL9_vOA6ixwmy3wnSKLhcAZr2pTejcfJoa8/s1600/batteringramkopassus.pngKEMENTERIAN Riset dan Teknologi (Kemristek) meluncurkan produk terbaru hasil pengembangan industri pertahanan dalam bentuk Kendaraan Multifungsi “Komodo”, Senapan Snipar Kal 12,7 dengan silencer oleh PT Pindad dan Roket R-Han 122.

Peluncuran hasil pengembangan industri pertahanan itu berlangsung pada acara puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke-18 tahun 2013 di Gedung Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), Jakarta Timur, Kamis (29/8).

[pics] Memenuhi Undangan ke KRI Makassar


Hari Selasa, 27 Agustus 2013, 4 kapal perang TNI AL jenis LPD merapat di sebuah dermaga di Tanjung Priok Jakarta. Untungnya, keempat kapal angkut ini bukanlah dalam persiapan perang. Namun dalam rangka mendukung kegiatan Sail Komodo di kawasan NTT. Tim ARC sendiri mendatangi KRI Makassar untuk memenuhi undangan seorang sahabat yang kebetulan menumpang kapal tersebut.


Akhirnya, jadilah kami seolah peserta tour singkat. Hampir semua ruangan dan lantai kami jelajahi. Mulai dari Tank Deck, Hangar, Helipad hingga Anjungan. Nah, sebagai oleh-olehnya berikut hasil jepretan ARCers.

(pics) : Pameran Alutsista Di Taman Mini Indonesia Indah




 

Kamis, 29 Agustus 2013,sejumlah alutsista berjejer di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Mulai dari panser, roket, hingga pesawat tanpa awak buatan dalam negeri. 
Ya, di tempat wisata kawasan Jakarta Timur ini tengah berlangsung pameran riset dan teknologi, sebagai bagian dari puncak kegiatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-18. 
Acara sendiri dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden juga kemudian berkeliling meninjau pameran serta mencoba menaiki kendaraan tempur Komodo buatan PT.Pindad. Pameran akan berlangsung hingga hari Minggu 1 September. Nah, bagi anda yang ingin jalan-jalan sambil namun mendidik, silahkan wisata ke TMII.

Antara Hakteknas Dan BUMNIS



Hari kebangkitan teknologi nasional merupakan salah satu agenda yang selalu ada di catatan redaksi ARC. Pasalnya, pada acara puncaknya biasanya dilakukan berbagai pameran hasil capaian teknologi anak bangsa. Lebih dari pada itu, pada hari itu juga biasanya para petinggi Kemhan, TNI dan Bumnis berkumpul, sehingga tepat menjadi ajang mencari informasi terbaru mengenai alutsista Indonesia.


Dimulai dari PT.PAL. Perusahaan galangan kapal plat merah ini kini tengah sibuk melakukan sea trial Tug Boat pesanan TNI-AL. Lantaran sudah dalam proses sea trial, maka bisa dipastikan dalam waktu dekat akan dilakukan serah terima. TNI AL sendiri memesan 2 unit kapal tunda ke PT.PAL. 

TNI-AU Uji Coba Pesawat Grob


https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRbHdfyBby5VY4Sn03N8whYfRbAJ_Dkh7Hk4STD0sO6p0ZOieOB
LD 1204 TNIAU
Yogyakarta • Setelah melalui proses assembly, TNI Angkatan Udara mulai melakukan uji coba terbang pesawat Grob G120 TP.

Empat pesawat buatan Jerman ini menjalani uji coba pada Rabu (28/8) untuk pesawat bernomor registrasi LD-1201 dan LD-1202. Sedang pada Kamis (29/8) uji dilakukan terhadap pesawat nomor registrasi LD-1203 dan LD-1204.

Presiden SBY Resmi Lantik Jenderal Moeldoko Jadi Panglima TNI



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik Jenderal Moeldoko menjadi Panglima TNI menggantikan Laksamana TNI Agus Suhartono dan Letjen TNI Budiman menjadi KSAD menggantikan Jenderal Moeldoko di Istana Negara, Jakarta.

Moeldoko dilantik Presiden Yudhoyono setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tersebut menjadi Panglima TNI.

Moeldoko dan Budiman mengucapkan sumpah di Istana Negara, dalam upacara pelantikan yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, Jumat (30/8).

Roket Meluncur dari Garut


[VIDEO] Roket Meluncur dari GarutGarut • Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil meluncurkan sejumlah roket dengan daya jelajah hingga 100 kilometer. Peluncuran dilakukan di Kawasan Cilautereun, Garut, Jawa Barat.

Dalam tayangan Liputan 6 Terkini SCTV, Kamis (30/8/2013), roket-roket dengan daya jangkau 30 dan 100 kilometer ini berhasil mengangkasa dengan baik.

Menhan tempatkan Squadron Apache di dekat Laut China Selatan


https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRnJDeARDt0O0ZAal_uB7_ADbsxaLPwBe0I1aPboVPzpZgw1ivAAmerika Serikat (AS) telah sepakat untuk menjual helikopter serbu Apache tipe AH-64E kepada Indonesia. Persetujuan itu dilakukan saat Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel melakukan kunjungan ke Tanah Air beberapa waktu lalu.

Dengan adanya pembelian itu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meyakinkan penempatan squadron baru itu tak akan ditempatkan di Papua. Pembelian itu dilakukan hanya untuk menjaga kedaulatan Republik Indonesia, bukan menekan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Helikopter Serang Pertama China Berhasil Luncurkan Rudal AAM



Helikopter serang WZ-10


Helikopter WZ-10 yang merupakan helikopter serang pertama yang dikembangkan oleh China telah berhasil meluncurkan rudal udara-ke-udara (AAM) dan berhasil mengintersep target di ketinggian rendah untuk yang pertama kalinya.

WZ-10 yang merupakan akronim dari "Wuzhuang Zhishengji 10" yang berarti "helikopter bersenjata", melakukan penembakan rudal itu saat latihan tempur yang melibatkan personel dari pasukan penerbangan dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di perairan timur Provinsi Guangdong, China Selatan, pekan lalu.

SS2 M1 Senjata Pindad Pesanan Timor Leste


Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen senjata PT Pindad (Persero) terus memproduksi dan memasarkan produk senjatanya. Tak hanya untuk keperluan di dalam negeri, produk Pindad pun dikirim ke luar negeri, salah satunya Timor Leste.

Salah satu Engineer Produksi dan Design Pindad, Budi menyebutkan, sudah sejak lama produk dari Pindad ini dipesan oleh pemerintah Timor Leste. Awalnya, senjata berjenis laras panjang rifle ini dipesan 75 pucuk.

"Awalnya 75 pucuk. Tapi kalau masalah pesanan kadang-kadang mereka bertahap, nggak bisa dikerjakan semua," ungkap Budi saat ditemui di Pameran Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, di TMII, Jakarta Timur, dikutip Jumat (30/8/2013).

Langit Biru Di PT DI Bandung


AS565 MB Panther
AS565 MB Panther
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) terus mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Pertahanan dan militer Indonesia. Tentu hal ini tidak terlepas dari semangat pemerintah yang mendorong penggunaan alutsista dalam negeri. Dan memang seperti itulah seharusnya, jika Indonesia yang besar ini mau mandiri.

TNI AL akhirnya memesan 11 unit helikopter jenis Anti-Kapal Selam (AKS) kepada PT DI. Pembelian ini sekaligus menepis kemungkinan pembelian Heli AKS Seasprite yang memang menuai kontroversi.

Peluru MU 3PB Kal 12,7 Milimeter Pindad Penembus Baja Tank



Indonesia sudah sejak lama mampu memproduksi senjata melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pindad (Persero). Salah satu produk inovasi Pindad adalah peluru yang mampu menembus tank baja.

Engineer Produksi dan Desain Pindad, Budi mengungkapkan, peluru yang berjenis MU 3PB kaliber 12,7 milimeter tersebut diproduksi Pindad di Jawa Timur, daya ledaknya lebih kuat dibanding peluru yang selama ini biasa diproduksi perseroan.

"Peluru ini bisa tembus tank. Materialnya tetap alumunium dan tembaga, tapi daya ledaknya lebih besar," kata Budi di Pameran Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, dikutip Jumat (30/8/2013).

TNI AL Incar 10 Kapal Selam Rusia


TNI sangat serius dalam melakukan penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.

Setelah TNI AD membeli MBT Leopard 2A6 dan helikopter serang Apache, TNI AU membentuk satu skuadron Sukhoi dan F-16, kali ini TNI AL bakal memperkuat armadanya.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah Republik Indonesia (RI) mendapat tawaran dari Rusia berupa bantuan 10 kapal selam. Saat ini, TNI AL hanya memiliki dua kapal selam yang terbilang berumur. Hingga tiga tahun ke depan, TNI AL bakal kedatangan tiga kapal selam baru hasil kerja sama dengan Korea Selatan.

Presiden SBY Melawat ke Tiga Negara Eropa


SBYJakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan melakukan serangkaian kunjungan kenegaraan ke Kazakhstan, Polandia, dan Rusia pada 1-7 September 2013.

Presiden akan didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono beserta sejumlah delegasi dalam kunjungan tersebut.

Wednesday, August 28, 2013

US Hopes Apache Sales Will Keep Indonesia On Side



Indonesia will buy eight Apache attack helicopters off the United States, it was announced on Monday, as US Defense Secretary Chuck Hagel met Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono in Jakarta in what analysts said was a diplomatic bid to check the rise of China.

During the meeting, Yudhoyono said that Indonesia-US cooperation could enhance the prosperity of both nations, as well as have important implications for the peace and stability of Asia, according to a spokesman.

The world’s largest economy is in the process of shifting resources in Asia and the Pacific as part of a “pivot” with a view to the emergence of China.

Pasukan Anti Teror 18 Negara Berkumpul di Sentul


 Latihan ini pertama kali diselenggarakan di kawasan Asia Pasifik. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYHwPbDEST7D6CmHbnIEIO_Tnwm5C93czhRy3i4Ct5Ns09q5V7SAX-LQJ7zg9BkHq0pYb9z9fcdWOyeYHwLnH2kj581W7otm6Txa91BwtSa7mvIC42ZX7HVcn7FWYWwsaFxhaUNNpW5wLi/s1600/DSC_7367a.jpgIndonesia dan Amerika Serikat menjadi tuan rumah bersama penyelenggaraan forum latihan penanganan aksi tindak terorisme (CTX). Acara yang rencananya dihadiri oleh 18 negara itu akan diselenggarakan pada 9-13 September 2013 di Pusat Misi Perdamaian, Sentul, Bogor, Jawa Barat.

Hal itu diungkapkan Menteri Pertahanan RI Poernomo Yusgiantoro ketika menerima kunjungan kenegaraan Menhan AS Chuck Hagel di Gedung Kementeria Pertahanan RI pada Senin malam, 26 Agustus 2013. Poernomo mengatakan latihan ini merupakan yang pertama kali yang diselenggarakan di kawasan Asia Pasifik.

Percepatan Modernisasi Alutsista Diharap Bisa Mulai 2014



Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq memprediksi dalam 20 tahun ke depan tidak akan ada perang militer secara terbuka. Sementara, menurut dia, Indonesia kini dihadapkan pada ketegangan di regional.

"Dalam buku putih kita diproyeksikan tidak ada perang militer terbuka," kata politisi PKS ini saat menghadiri Rapat Paripurna pengambilan keputusan soal persetujuan Panglima TNI yang baru Jenderal TNI Moeldoko, menggantikan Laksamana Agus Suhartono yang memasuki masa pensiun Agustus ini.

Kemhan memborong sejumlah alutsista. Apa saja?




Rudal anti-tank Javelin buatan perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin di Amerika Serikat
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengungkapkan, pembelian peluncur rudal antitank (ATGM) Javelin masih dalam proses negosiasi. Dia pun enggan membeberkan lebih lanjut soal pembelian alutsista tersebut.

Menurut Sjafrie, alutsista yang sudah pasti dibeli adalah alat peluncur antirudal (MLRS) buatan Brazil. "Untuk Javelin, karena masih dalam tahap negosiasi sehingga masih belum dapat diinformasikan detail soal jumlah dan nilainya," kata Sjafrie.

Moeldoko : TNI Akan Konsen Pada Program Modernisasi Alutsista


Moeldoko, jenderal yang akan menggantikan Laksamana Agus Suhartono sebagai Panglima TNI, menjamin netralitas militer dalam Pemilu 2014. Ia akan konsen pada program kerja seperti modernisasi alutsista dan peningkatan kesejahteraan prajurit.
Jenderal TNI Moeldoko menegaskan dirinya akan membawa militer bersikap netral dalam Pemilu 2014. Namun, ia juga meminta pihak mana pun agar tidak menarik-narik militer ke arah politik.


"Seluruh prajurit dalam pesta demokrasi memberikan kontribusi terbaik dan ada pada posisi sangat netral, tidak hanya netral," ujar Moeldoko saat tiba di Kompleks Parlemen Senayan untuk memenuhi undangan Sidang Paripurna DPR, Selasa (27/8).
Moeldoko mengaku akan konsen melanjutkan program kerja di lingkungan TNI ketimbang berpikir soal politik. Di antaranya, modernisasi alutsista, menjaga disiplin personil, dan meningkatkan kesejahteraan prajurit. Program kerja itu akan ia laksanakan segera setelah dilantik menggantikan Panglima TNI Agus Suhartono.

Heli Apache dan Arah Baru Pembelian Senjata RI


 Kini RI beli senjata tak cuma dari Amerika Serikat tapi juga Rusia.

Dalam kunjungannya ke Jakarta awal pekan ini, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Chuck Hagel, melontarkan pengumuman istimewa: pemerintahnya merestui penjualan helikopter tempur canggih AH-64E Apache kepada Indonesia. Ini tanda hubungan kedua negara di bidang pertahanan kian erat, dan AS kini menjadikan Indonesia sebagai pasar strategis bagi produk-produk persenjataannya.

Tuesday, August 27, 2013

Indonesia Resmi Tandatangani Pembelian 8 Helikopter Apache



Amerika Serikat akan menjual delapan helikopter serbu jenis Apache ke Indonesia dengan kesepakatan penjualan senilai US$ 500 juta atau setara Rp 5,4 triliun. Pembelian helikopter dalam bentuk paket, termasuk radar, pelatihan serta pemeliharaan.
 
Kesepakatan penjualan senjata disampaikan pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (26/8). "Kami sedang merinci lebih lanjut pengiriman dan waktu pelatihannya dari sekarang," kata pejabat yang enggan disebut namanya.

Mabes AU Berharap Wara menjadi Penerbang Pesawat Tempur


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5eYxdaOPmZRwWNUOwZHJnQ8iZF11-_6V2fY6gbBxwAKJP2VQvP-LZ96E1f6qSkwQVhYjXT2XlRzkAALC7xRlkUvEbT_5hHKfmHG5a2quLpOvgzCSFXSbtCkJNL3Sq-qvhzrDS-_PnBpU/s1600/Dog+Fight+Sukhoi+with+Hornet.png
Check Your six!
Jakarta - Markas Besar TNI Angkatan Udara mengharapkan prajurit wanita TNI AU (Wara) bisa menjadi penerbang pesawat tempur, mengingat TNI AU telah menerima 12 taruni yang saat ini menjalani pendidikan integratif di Akademi Militer Magelang bersama dengan taruna dari angkatan yang lain.

Indonesia Penting Bagi Amerika



Kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel ke Indonesia semakin menegaskan posisi Indonesia yang penting di mata negeri adi daya tersebut.
 
Hal itu, terutama dalam menjaga kepentingannya di kawasan Asia. Bagi AS, Asia memiliki posisi strategis dalam kebijakan luar negerinya.

Dengan posisi strategis seperti itu, AS ingin terus meningkatkan hubungan kerja sama dengan negara-negara regional termasuk Indonesia yang merupakan negara terbesar di Asia Tenggara. Hagel menilai, Indonesia adalah negara terbesar dan memiliki pengaruh cukup besar di kawasan ASEAN dan dunia.

Analisis : Tawaran Yang Mendebarkan

Tepat di perayaan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 2013, Menhan Purnomo Yusgiantoro menghentak publik tanah air khususnya seluruh komunitas forum militer di negeri ini dengan mengumumkan adanya penawaran 10 kapal selam bekas Rusia kepada Indonesia. Inilah tawaran paling spektakuler dari perjalanan perkuatan alutsista TNI sejak tahun 2010 karena yang ditawarkan adalah alutsista bawah air yang paling ditakuti dan memiliki efek gentar yang luar biasa.

Indonesia merasa sangat perlu untuk menambah kuantitas kapal perang pemukul bawah air.  Selama ini kepemilikan alutsista strategis  itu kita hanya punya  2 biji dari Cakra Class, setidaknya itu yang terpublikasi.  Sementara negara jiran Vietnam sebentar lagi memiliki 6 kapal selam Kilo dari Rusia.  Malaysia sudah punya 2 Scorpene berencana menambah 2 lagi. Singapura punya 6 kapal selam eks Swedia dan berencana menambah 4 unit lagi.  Australia dengan 6 Collins Classnya dan sedang mempersiapkan kapal selam tercanggihnya. Belum lagi bicara tentang punya Cina yang belakangan ini menjadi penganggu ketenteraman Laut Cina Selatan.
KRI Cakra melakukan patroli di laut Ambalat
Logikanya sederhana.  Jika memang sekarang kita punya 2 kapal selam lalu 3 tahun ke depan ada tambahan 3 kapal selam jenis Changbogo dari Korsel, artinya tahun 2018 kita punya 5 kapal selam.  Tetapi sesungguhnya 2 kapal selam kelas Cakra pada saat itu sudah uzur dan perlu rawat inap lagi atau di museumkan saja.  Jadi jumlah efektifnya tak beranjak dari 2-3 kapal selam padahal pada saat yang sama kekhawatiran tentang situasi kawasan “muka belakang” halaman rumah RI makin dinamis dan perlu penjagaan lebih ketat.

Analisis : Ada Udang Di Balik Apache...?

Seperti sudah bisa ditebak, kedatangan Menteri Pertahanan Amerika Serikat ke Indonesia membawa kabar baik. Seusai pertemuannya dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, diumumkan pula kesepakatan penjualan helikopter AH-64E Apache Guardian kepada Indonesia. Nilai penjualan pun melorot drastis menjadi 500 juta dollar, dari sebelumnnya 1,4 Milyar dollar sesuai pengumuman DSCA. Bahkan disebutkan pula, harga tersebut mencakup radar Longbow serta pelatihan.

Indonesia Delapan Helikopter Serang AH-64E Apache Buatan AS



Indonesia membeli skuadron helikopter serang AH-64E Apache buatan Boeing, Amerika Serikat. Helikopter ini rencananya akan tiba memperkuat untuk TNI AD.

Penandatanganan pemesanan helikopter serang itu dilakukan antara Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, dan koleganya, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Chuck Hagel, di Jakarta, Senin (26/8).

Hagel ke Jakarta dalam rangkaian kunjungan ke Malaysia dan Brunei Darussalam; di negara terakhir ini, Hagel akan menghadiri Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN Plus, yang juga melingkupi Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Australia, Selandia Baru, India, dan Korea Selatan.

Kerja Sama dalam Penanganan Kejahatan Transnasional Perkuat Hubungan Bilateral RI-Kanada







Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Marty Natalegawa, dan Menteri Luar Negeri Kanada, John Baird, telah menyaksikan penandatanganan memorandum saling pengertian di bidang Penanggulangan Terorisme yang dilakukan di Ottawa, Kanada oleh Deputi BNPT, Dubes Harry Purwanto dengan Assistant Deputy Secretary Departemen Luar Negeri, Perdagangan dan Pembangunan Kanada (DFATD), Mr. Peter McGovern, Jumat, (23/08/2013)

Monday, August 26, 2013

India Teken Kontrak Pembelian Rudal Tank T-90 Buatan Rusia







REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI-- Kementerian Pertahanan India meneken satu kontrak dengan Bharat Dynamics Limited untuk pengiriman peluru kendali tank T-90 yang diproduksi di bawah lisensi Rusia kepada militer India. Kabar itu dilaporkan harian "The Hindu" Selasa (20/8).

Sesuai dengan kontrak, diperkirakan 470 juta dolar AS, pengiriman rudal Invar akan diletakkan pada tank T-90, yang akan selesai dalam lima tahun ke depan.

Penempatan Militer Amerika Di Australia Bisa Ganggu Hubungan Dengan Asia



Seorang pakar keamanan Australia mengemukakan kekuatiran hubungan dekat Australia dengan Amerika bisa berdampak negatif pada hubungan dengan negara-negara Asia, termasuk Indonesia.


Sejumlah pakar pertahanan dan keamanan menghadiri simposium di Darwin hari ini (Jumat 23/8), tentang pembinaan kekuatan militer Amerika di Australia utara.
2500 orang marinir Amerika diperkirakan akan dirotasi di Australia utara selambatnya tahun 2016.
 

Amerika Fokus Ke Asia



Dijadwalkan Hari Ini Menhan Amerika Chuck Hagel Bertemu Dengan Presiden SBY Dan Menhan Indonesia 
Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Chuck Hagel, mengatakan pembaharuan fokus mereka ke Asia akan berdampak pada perkembangan ekonomi di kawasan itu. Oleh sebab itu, dalam kunjungan safarinya ke beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, AS memiliki misi untuk mendorong lebih banyak kerja sama multilateral dengan beberapa negara di Asia. 


Demikian ungkapan Hagel dalam jumpa wartawan yang digelar pada Minggu 25 Agustus 2013, di Gedung Kementerian Pertahanan Malaysia, seperti dikutip laman Wall Street Journal. Menurut dia, daripada berfokus kepada konflik sengketa lahan, lebih baik berinvestasi kepada kemitraan keamanan. 

Panglima TNI Terima Pangab Thailand


Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono menerima Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) Thailand General Tanasak Patimapragon, di Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Jumat (23/8).

Dahlan : BUMN Siap Persenjatai TNI Dan Jualan Ke Luar Negeri



Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan kesiapan perusahaan BUMN untuk melengkapi persenjataan TNI mulai dari darat, laut maupun udara. Menurut Dahlan, perusahaan pelat merah seperti PT PAL, PT Pindad maupun PT Dirgantara Indonesia sangat mampu menyediakan semua kebutuhan TNI.
"PT PAL, Pindad, PT DI harus bisa memberi kepercayaan. Ini kesempatan bagi semuanya. Melayani sebaik-baiknya melayani kebutuhan TNI," ucap Dahlan di Kupang, NTT, Sabtu (24/8).
Mantan dirut PLN ini menuturkan, PT PAL saat ini bisa memenuhi kebutuhan kapal-kapal untuk TNI Angkatan Laut, sedangkan PT Pindad sudah mampu membuat senjata dan tank untuk memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Darat.

Sea Trial Kapal patroli Bakorkamla 4801 dan 4802


Batam • Kalakhar Bakorkamla Laksdya TNI Bambang Suwarto melaksanakan uji coba (sea trial) dua kapal patroli Bakorkamla 4801 Bintang Laut dan 4802 Singa Laut yang merupakan produksi galangan kapal PT. Pelindo Marine Shipyard dan PT. Citra Shipyard. Dalam kegiatan sea trial tersebut 4801 dan 4802 membawa rombongan Kalakhar Bakorkamla didampingi oleh Seslakhar Laksma Maritim Dr. Ir. Dicky R. Munaf, Kapus Ops Laksma Maritim Roedy Santoso dan Kapus Pusipjak Laksma Maritim Satria F. Maseo beserta pejabat eselon III di Bakorkamla. Kalakhar beserta Kapus Siapjak berada di kapal 4801 dan Seslakhar beserta Kapus Ops berada di kapal 4802.

Indonesian Strategic Reserve Awaits Arrival Of Leopard 2s


Members of the Indonesian Army's Strategic Reserve Command (Kostrad) stated on 21 August they were awaiting the imminent arrival of the first batch of ex-German Leopard 2A6 main battle tanks.

TNI AU Segera Terima Dua CN-295


CN 295 diparkir di apron Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta beberapa waktu lalu. (Foto: JIBI/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat)

26 Agustus 2013, Jakarta: Kolonel dari Komite Kebijakan Industri Pertahanan Gita Amperiawan mengatakan TNI Angkatan Udara akan kembali menerima pesawat transportasi teknis jenis CN-295 pada bulan depan. "Dari sembilan pesawat CN-295 yang kita pesan untuk skuadron dua TNI AU tahun ini, sebanyak dua pesawat sudah datang dan sudah dipakai. Dua lagi akan datang 35 hari mendatang, atau kira-kira bulan depan," kata Kolonel dari Komite Kebijakan Industri Pertahanan Gita Amperiawan, kepada wartawan dalam perjalanan dari Jakarta menuju Kupang menumpang pesawat CN-295, bersama rombongan Kementerian BUMN, Jumat (23/8) malam.

Saturday, August 24, 2013

Pengadaan Satelit Militer Indonesia

Contoh Jaringan Satelit Militer Amerika Serikat
 Jaringan Satelit Militer Amerika Serikat
Dalam latihan maupun operasi sehari-hari, TNI mempunyai jaringan komunikasi satelit yang operasionalnya dikendalikan oleh Mabes TNI. Namun satelit ini masih menyewa transponder milik PT Telkom dengan frekuensi C-Band. Padahal teknologi C-Band belum bersifat “all weather proof”, sehingga kurang mendukung operasi militer yang membutuhkan komunikasi handal di segala cuaca.
Sebagian teknologi komunikasi TNI, masih menggunakan teknologi radio dan belum terintegrasi. Pos Komando dan Pengendalian (kodal) TNI AL, belum bisa terhubung ke kapal. Kondisi itu memunculkan kesulitan di lapangan. Andai saja ada kapal perang asing yang melanggar kedaulatan negara, maka keputusan menembak atau tidak, sulit diperoleh dalam waktu cepat. apal tidak memiliki komunikasi langsung ke Pos Kendali Pusat di Jakarta.

DPR Dukung Indonesia Pengadaan Satelit Pertahanan


Selama ini, satelit yang digunakan untuk kebutuhan pertahanan negara, masih menyewa, sehingga rentan dari segi keamanan dan rawan pencurian data oleh pihak lain.
 Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Golkar (F-PG) Agus Gumiwang Kartasasmita mendukung rencana pengadaan satelit untuk keperluan militer. Selama ini, satelit yang digunakan untuk kebutuhan pertahanan negara, masih menyewa, sehingga rentan dari segi keamanan dan rawan pencurian data oleh pihak lain.

"Kami akan mendukung pengadaan satelit untuk militer itu, guna mengakhiri ketergantungan dari pihak lain. Karena selama ini satelit untuk sistem pengamanan negara masih sewa," ujar Agus Gumiwang Kartasasmita kepada JurnalParlemen, Kamis (22/8).

Agus pun berharap, pengadaan satelit untuk kepentingan militer itu menggunakan buatan dalam negeri sendiri. Sebab, jika ditinjau dari keamanannya, akan lebih aman daripada membeli satelit dari negara lain.

"Kami dengar putra-putri dalam negeri sudah mampu membuat satelit sendiri, yang kualitas dan speknya tidak kalah dengan satelit buatan negara lain. Karena itu, kami akan mendukung pengadaan satelit untuk militer itu, jika menggunakan bauatan dalam negeri sendiri. Karena dari segi keamanannya juga terjamin."

Agus pun optimistis rencana pengadaan dan pembelian satelit untuk militer itu dapat segera terwujud, seiring dengan anggaran Kementerian Pertahanan pada RAPBN  2014, yang mencapai lebih dari 83 triliun, di luar dana tambahan dan dana on top. "Saya kira soal anggaran tidak masalah. Dapat menggunakan anggaran di RAPBN 2014, di luar anggaran rutin yang bersifat operasional. Karena kita juga dukung adanya penambahan anggaran di luar pagu yang ada," katanya.
Sumber : Jurnamen

Indonesia Bahas Tahapan ToT Dan Joint Production Rudal C-705


Indonesia bekerjasama dengan China membuat Rudal C-705 (photo:istimewa)
Indonesia bekerjasama dengan China membuat Rudal C-705.

Indonesia dan China menggelar pertemuan lanjutan di Beijing, China, untuk membahas mekanisme transfer teknologi Rudal C-705 yang akan digunakan oleh Angkatan Laut Indonesia. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan  Pos M Hutabarat mengatakan kedua pihak  harus memenuhi persyaratan hukum negara masing-masing, agar transfer teknologi rudal itu bisa dilakukan.

Pernyataan ini disampaikan Pos M Hutabarat setelah melakukan pertemuan putaran kedua,  Kerjasama Industri Pertahanan Indonesia- China di Beijing, Selasa 21 Agustus 2013.

KASAD Kukuhkan Tiga Batalyon Raider Baru


Kasad Jenderal TNI Moeldoko tengah memeriksa barisan pada peresmian tiga batalyon raider baru di Lapangan Tembak Brigif 15 Kujang Siliwangi di kawasan Gunung Bohong Kota Cimahi, Kamis. (Foto: ANTARA Jawa Barat)

22 Agustus 2013, Bandung: Kepala Staf TNI AD (Kasad) Jenderal TNI Moeldoko meresmikan tiga batalyon raider baru di lingkungan TNI AD yang dilaksanakan di kompleks Lapangan Tembak Gunung Bohong, Kota Cimahi, Kamis.

Tiga batalyon raider baru itu adalah Batalyon 111 Kodam Iskandar Muda sebelumnya Yon 111/Karma Bhakti, Batalyon 411 Kostrad sebelumnya Yon 411 Beruang Hitam dan Batalyon 641 Kodam XII Tanjungpura sebelumnya Batalyon 641 Pendawa.

TNI AD Selain Apache Juga Tertarik Helikopter Chinook


  Belum lama ini, delegasi pejabat tinggi Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan perwira tinggi TNI AD, mengunjungi fasilitas rotocraft Boeing di Mesa, Arizona, Amerika Serikat (AS). Kunjungan ini terutama untuk melihat produksi dan kemampuan model baru helikopter tempur Apache AH-64E.
 
Sebagaimana disampaikan melalui rilis hari ini, Kamis (22/8), dalam kesempatan itu, beberapa anggota rombongan menerbangkan langsung versi terbaru helikopter Apache yang diproduksi di fasilitas itu. Termasuk di antaranya KSAD Jenderal Moeldoko, Sekjen Kemhan Letnan Jenderal Budiman, serta beberapa anggota rombongan lain, yang total berjumlah sekitar 14 perwira TNI AD.

Diketahui, Indonesia sendiri telah menyampaikan minat untuk membeli sedikitnya 8 helikopter Apache AH-64E dari militer AS, melalui perjanjian Penjualan Militer Luar Negeri. Pemerintah Indonesia bahkan telah mengirimkan Surat Permohonan untuk Surat Penerimaan, serta telah mendapatkan izin dari Pemerintah AS untuk membeli helikopter AH-64E tersebut.

Yonarmed 1/015 Brawijaya Siap Operasikan MLRS Astros II


Dua anggota pasukan Yon Armed bersiap melakukan penembakan dengan Meriam 105 saat simuladi tempur di lapangan Batalyon Armed 1/105 Singosari, Malang, Jawa Timur, Kamis (22/8). Mabes TNI akan mendatangkan Military Rocket Laser System (MLRS) Astros II dari Brasil dan menggantikan Meriam Howitzer 105 untuk meningkatkan kekuatan TNI Angkatan Darat (AD). (Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/Koz/pd/13)

22 Agustus 2013, Malang: Komandan Yonarmed 1/105 Brawijaya, Letkol Arm Arya Yudha menyatakan, pihaknya siap menerima alutsista baru berupa roket Artilery Saturation Rocket System (Astros) II yang akan tiba 2014 mendatang. Sebanyak 14 garasi untuk truk roket Astros II dari darat ke darat pun sudah disiapkan.

Thursday, August 22, 2013

Apache Momentum Continues as Military Visits US


An AH-64 Apache from the US Army's 101st Aviation Regiment in Iraq. Wikimedia Commons
Apache (Photo courtesy of Wikimedia Commons)
Representatives from Indonesia’s armed forces visited a Boeing production center in the US state of Arizona to view eight AH-64E Apache combat helicopters, which Indonesia has been trying to buy for over a year, the aircraft manufacturer said on Thursday.

“The Apache is expected to be a key part of Indonesia’s continuing efforts to improve its strategic defense capabilities,” said Dave Brostrom, a Boeing business development manager.

Amerika-Inggris-Australia-Belanda, Mata-Rantai Gerakan Internasionalisasi Untuk Papua Merdeka








Penulis : Hendrajit - Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sekarang secara gencar mengembangkan manuver internasionalnya lewat Free West Papua Campaign, kiranya perlu dicermati secara intensif dan penuh kewaspadaan. Betapa tidak. Pada 28 April 2013 lalu, kantor perwakilan OPM di Oxford, Inggris secara resmi dibuka. Tak pelak lagi, hal ini mengindikasikan semakin kuatnya tren ke arah internasionalisasi isu Papua tidak saja di Amerika Serikat, melainkan juga di Inggris, Australia dan Belanda.

Bayangkan, pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris dihadiri oleh Walikota Oxford Mohammaed Niaz Abbasi, anggota Parlemen Inggris,Andrew Smith, dan mantan Walikota Oxford, Elise Benjamin. Bagaimanapun juga hal ini secara terang-benderang menggambarkan adanya dukungan nyata dari berbagai elemen strategis Inggris baik di pemerintahan, parlemen dan tentu saja Lembaga Swadaya Masyarakat.
Mari kita simak pernyataan anggota parlemen Andrew Smith, dalam acara pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris tersebut. “Kami akan bekerja sama dengan orang-orang di kantor baru kami di Port Moresby, PNG pada strategi menuju tujuan penentuan nasib sendiri bagi Papua Barat.”
Pernyataan Andrew Smith harus dibaca sebagai isyarat bahwa gerakan internasionalisasi Papua sedang gencar dilakukan baik di lini pemerintahan maupun  parlemen di Amerika, Inggris, Australia dan Belanda. Penekanan Andrew Smith terkait upaya melibatkan PNG, harus dibaca sebagai bagian integral dari aliansi strategis Amerika Serikat-Inggris-Australia untuk meng-internasionalisasi isu Papua, sebagai langkah awal menuju kemerdekaan Papua, lepas dari Indonesia.
Kekhawatiran tersebut kiranya cukup beralasan, karena dua bulan setelah peresmian kantor perwakilan OPM di Oxford, Inggris, kelompok Jhon Otto Ondawame dan Andy Ayamiseba melalui organisasi West Papua National National Coalition for Liberation (WPNCL) diundang ke KTT ke-19 forum negara-negara rumpun Melanesia (Melanesian Spearhead Group/ MSG) di Noumea, New Caledonia. Tindak lanjut dari KTT MSG itu, mereka akan mengirimkan delegasi para Menlu ke Jakarta dan Papua untuk memantau perkembangan kondisi HAM.

Gerakan Internasionalisasi Papua Bermula dari Washington
Ini bukan rumor ini bukan gosip. Sebuah sumber di Kementerian Luar Negeri RI mengungkap adanya usaha intensif dari beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke arah kemerdekaan Papua secara bertahap. Gerakan ini sudah bermula sejak awal 2000-an.
Informasi ini kiranya masuk akal juga. Dengan tampilnya Presiden Barrack Obama di tahta kepresidenan Gedung Putih sejak 2008 lalu,  praktis politik luar negeri Amerika amat diwarnai oleh haluan Partai Demokrat yang memang sangat mengedepankan soal hak-hak asasi manusia. Karena itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi Demokrat yang punya agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya memang akan diberi angin. Maka kejadian pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris April lalu, sudah seharusnya dipandang sebagai bukti nyata bahwa gerakan internasionalisasi Papua yang dirintis oleh beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat di Washington, memang tidak bisa dianggap enteng.
Beberapa fakta lapangan lain juga cukup mendukung. Sejak pertengahan 2000-an, US House of Representatives, telah mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan FOREIGN RELATION AUTHORIZATION ACT (FRAA) yahg secara spesifik memuat referensi khusus mengenai Papua.
Kalau RUU ini lolos, berarti ada beberapa elemen strategis di Washington yang memang berencana mendukung sebuah opsi untuk memerdekakan Papua secara bertahap. Dan ini berarti, sarana dan perangkat yang akan dimainkan Amerika dalam menggolkan opsi ini adalah, melalui operasi intelijen yang bersifat tertutup dan memanfaatkan jaringan bawah tanah yang sudah dibina CIA maupun intelijen Departemen Luar Negeri Amerika. Bukan melalui sarana invasi militer seperti yang dilakukan George W. Bush di Irak dan Afghanistan.
Maka Kementerian Luar Negeri RI haruslah siap dari sekarang untuk mengantisipasi skenario baru Amerika dalam menciptakan aksi destabilisasi di Papua. Berarti, KementerianLuar Negeri harus mulai menyadari bahwa Amerika tidak akan lagi sekadar menyerukan berbagai elemen di TNI maupun kepolisian untuk menghentikan adanya pelanggaran- pelanggaran HAM oleh aparat keamanan.
Dengan kata lain, Undang-Undang Foreign Relation Authorization Act (FRAA) akan dijadikan Pintu Masuk Menuju Papua Merdeka. Melalui FRAA ini, Amerika akan menindaklanjuti UU FRAA ini melalui serangkaian operasi politik dan diplomasi yang target akhirnya adalah meyakinkan pihak Indonesia untuk melepaskan, atau setidaknya mengkondisikan adanya otonomi khusus bagi Papua, untuk selanjutnya memberi kesempatan kepada warga Papua untuk menentukan nasibnya sendiri.
Skenario semacam ini jelasnya sangat berbahaya dari segi keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan sialnya kita juga lemah di fron diplomasi maupun fron intelijen. Padahal, skema di balik dukungan Obama dan Demokrat melalui UU FRAA, justru diplomasi dan intelijen menjadi strategi dan sarana yang dimainkan Washington untuk menggolkan kemerdekaan Papua.

Waspadai Modus Kosovo Untuk Papua Merdeka
Dalam teori operasi intelijen, serentetan kerusuhan yang dipicu oleh OPM dengan memprovokasi TNI dan Polri, maka tujuannya tiada lain untuk menciptakan suasana chaos dan meningkatnya polarisasi terbuka antara TNI-Polri dan OPM yang dicitrakan sebagai pejuang kemerdekaan.
Skenario semacam ini sebenarnya bukan jurus baru bagi Amerika mengingat hal ini sudah dilakukan mantan Presiden Bill Clinton ketika mendukung gerakan Kosovo merdeka lepas dari Serbia, dan bahkan juga mendukung terbentuknya Kosovo Liberation Army (KLA).
Seperti halnya ketika Clinton mendukung KLA, Obama sekarang nampaknya hendak mencitrakan OPM sebagai entitas politik yang masih eksis di Papua dengan adanya serangkaian kerusuhan yang dipicu oleh OPM sepanjang 2009 ini.
Lucunya, beberapa elemen LSM asing di Papua, akan menyorot setiap serangan balasan TNI dan Polri terhadap ulah OPM memicu kerusuhan, sebagai tindakan melanggar HA Tapi sebenarnya ini skenario kuno yang mana aparat intelijen kita seperti BIN maupun BAIS seharusnya sudah tahu hal akan dimainkan Amerika ketika Obama yang kebetulan sama-sama dari partai Demokrat, tampil terpilih sebagai Presiden Amerika.
Isu-isu HAM, memang menjadi ”jualan politik” Amerika mendukung kemerdekaan Papua. Karena melalui sarana itu pula Washington akan memiliki dalih untuk mengintervensi penyelesaian internal konflik di Papua.
Di sinilah sisi rawan UU FRAA jika nantinya lolos di kongres. Sebab dalam salah satu klausulnya, mengharuskan Departemen Luar Negeri Amerika melaporkan kepada kongres Amerika terkait pelanggaran- pelanggaran HAM di Papua.
Maka, kejadian tewasnya 8 anggota TNI, jangan dibaca semata sebagai konsekwesnsi Perang antara TNI dan OPM, tapi lebih dari itu, untuk membenturkan antara TNI dan warga sipil Papua, yang nantinya seakan semua warga sipil Papua adalah OPM.

Rand Corporation Rekomendasikan Indonesia Dipecah Jadi 7 Wilayah
Dalam buku saya, Tangan-Tangan Amerika (Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia), terbitan Global Future Institute pada 2010, bahwa dalam skema yang dirancang Pentagon melalui rekomendasi studi Rand Corporation, Indonesia harus dibagi 8 wilayah, yang mana salah satu prioritas jangka pendek adalah memerdekakan Papua. Ini yang kemudian saya istilahkan dalam bukut saya sebagai BALKANISASI NUSANTARA.
Melalui skema Presiden Obama sejak 2008, dengan menggunakan jargon demokrasi dan penegakan HAM sebagai isu sentral, maka masalah masa depan Aceh dan Papua bisa menjadi duri dalam daging bagi hubungan Indonesia-Amerika ke depan.
Rekomendasi macam ini jelas tidak main-main mengingat kenyataan bahwa Rand Corporation merupakan sebuah badan riset dan pengembangan strategis di Amerika yang dikenal sering melayani secara akademis kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) dan atas dukungan dana dari Pentagon pula. Sehingga bisa dipastikan rekomendasi-rekomendasi studi Rand Corporation ditujukan untuk menyuarakan kebijakan strategis Pentagon dan Gedung Putih.
Dengan demikian, internasionalisasi Papua dan Bahkan Aceh, yang sudah menerapkan otonomi daerah, ternyata masih merupakan isu sentral dan agenda mereka hingga sekarang. Bahkan dalam scenario building yang mereka gambarkan, wilayah Indonesia harus dipecah menjadi 7 bagian.
Sekadar informasi, rekomendasi Rand Corporation ihwal memecah Indonesia jadi 8 bagian tersebut dikeluarkan pada tahun 1998. Artinya, pada masa ketika Presiden Clinton masih menjabat sebagai presiden. Berarti rekomendasi Rand Corporation atas sepengetahuan dan sepersetujuan Presiden Clinton dan Pentagon.

Dengan demikian, menjadi cukup beralasan bahwa rekomendasi Rand Corporation tersebut akan dijadikan opsi oleh Obama. Karena rekomendasi Rand Corporation dikeluarkan ketika suami Hillary masih berkuasa.
Dalam skenario Balkanisasi ini, akan ada beberapa negara yang terpisah dari NKRI. Yang sudah terpisah Yaitu Timor Timur yang terjadi pada 1999 masa pemerinthan BJ Habibie. Lalu Aceh, sepertinya sedang dalam proses dan berpotensi untuk pecah melalui “sandiwara” MoU Helsinki dan kemungkinan (telah) menangnya Partai Lokal di Aceh pada Pemilu 2009 tahun ini. Kemudian Ambon, Irian Jaya, Kalimantan Timur, Riau, Bali. Dan sisanya tetap Indonesia.
Anggap saja skenario ini memang sudah ditetapkan oleh pemerintahan Obama, maka besar kemungkinan skenario ini akan dijalankan Amerika tidak dengan menggunakan aksi militer. Dalam skema ini, Diplomasi Publik Menlu Clinton, yang di era kedua kepresidenan Obama diteruskan oleh Menlu John Kerry,  akan menjadi elemen yang paling efektif untuk menjalankan skenario Balkanisasi Nusantara tersebut.
Dengan kata lain, mengakomodasi dan menginternasionalisasi masalah Aceh atau Irian Jaya, akan dipandang oleh Amerika sebagai bagian dari gerakan demokrasi dan penegakan HAM.
Menyadari kenyataan ini, rencana OPM berikutnya untuk membuka kantor perwakilannya di Belanda Agustus ini, kiranya menjadi satu hal yang logis. Berarti, Uni Eropa berperan besar dalam gerakan internasionalisasi Papua ini.
Dan hal ini, sudah terbukti melalui MOUS Helsinki untuk Aceh. Uni Eropa memang sejauh ini memang sudah menjadi pemain sentral di Aceh pasca MoU Helsinki. Misalnya saja Pieter Feith, Juha Christensen sementara dari persekutuan Inggris, Australia dan Amerika, mengandalkan pemain sentralnya pada Dr Damien Kingsbury dan Anthoni Zinni.
Mereka semua ini dirancang sebagai agen-agen lapangan yang tujuannya adalah memainkan peran sebagai mediator ketika skenario jalan buntu terjadi antara pihak pemerintah Indonesia dan gerakan separatis. Ketika itulah mereka-mereka ini menjadi aktor-aktor utama dari skenario internasionalisasi Aceh, Irian Jaya, dan daerah-daerah lainnya yang berpotensi untuk memisahkan diri dari NKRI. Motivasi para penentu kebijakan luar negeri Amerika memang bisa dimengerti. Karena dengan lepasnya daerah-daerah tersebut, Amerika bisa mengakses langsung kepada para elite daerah tanpa harus berurusan dengan pemerintahan di Jakarta seperti sekarang ini. Dorongan untuk memperoleh daerah pengaruh nampaknya memang bukan monopoli kepresidenan Bush. Obama pun pada hakekatnya bertujuan sama meski dengan metode yang berbeda.
 
Beberapa Sosok Asing di balik Gerakan Pro Papua Merdeka

Salah satu sosok yang harus dicermati adalah Eni Faleomavaega, Ketua Black Caucuses Amerika yang mengkampanyekan Irian Jaya sebagai koloni VOC bukan koloni Belanda di Kongres Amerika. Kabarnya, perwakilan Partai Demokrat dari American Samoa ini memimpin sekitar 38 anggota Black Caucuses yang mengklaim bahwa cepat atau lambat Papua akan merdeka.
Pengaruh tokoh satu ini ternyata tidak bisa dianggap enteng. Mari kita berkilas-balik sejenak.
Pada 2002, tak kurang dari Departemen Luar Negeri AS terpaksa menerbitkan Buku Putih Deplu tentang Papua pada 2002. Disebutkan bahwa Irian Jaya masuk Indonesia pada 1826. Sementara Pepera merupakan pengesahan atau legalitas masuknya Irian Jaya ke NKRI pada 1969.
Bayangkan saja, Departemen Luar Negeri AS sampai harus meladeni seorang anggota parlemen seperti Eni Faleomavaega. Dan ternyata manuver Eni tidak sebatas di Amerika saja. Melalui LSM yang dia bentuk, Robert Kennedy Memorial Human Right Center, Eni dan 9 orang temannya dari Partai Demokrat, melakukan tekanan terhadap Perdana Menteri John Howard, agar memberi perlindungan terhadap 43 warga Papua yang mencari suaka di di Australia. Alasannya, mereka ini telah menjadi korban pelanggaran HAM TNI.
Di Australia, Bob Brown, politisi Partai Hijau Australia, juga santer mendukung gerakan pro Papua Merdeka, dengan mendesak pemerintahan Howard ketika itu untuk mendukung proses kemerdekaan Papua. Tentu saja usul gila-gilaan itu ditampik Howard, namun sebagai kompensasi, pemerintah Australia memberikan visa sementara kepada 42 pencari suaka asal Papua.
Tentu saja hubungan diplomatik Australia-RI jadi memanas, apalagi berkembang isu ketika itu bahwa ke-43 warga Papua cari suaka ke Australia itu sebenarnya merupakan “agen-agen binaan” Australia yang memang akan ditarik mundur kembali ke Australia. Artinya, permintaan suaka itu hanya alasan saja agar mereka tidak lagi bertugas menjalankan operasi intelijen di Papua. Mungkin kedoknya sebagai jaringan intelijen asing di Papua, sudah terbongkar kedoknya oleh pihak intelijen Indonesia.

Dan isyarat ini secara gamblang dinyatakan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan waktu itu, Widodo AS. Menurut Widodo, pemberian visa sementara kepada warga Papua oleh Australia, telah membenarkan adanya spekulasi adanya elemen-elemen di Australia yang membantu usaha kemerdekaan Papua.

Menurut penulis, dan kami-kami di Global Future Institute, pernyataan Widodo sebenarnya sebuah sindiran atau serangan halus terhadap gerakan asing pro Papua merdeka. Bahwa yang sebenarnya bukan sekadar adanya elemen-elemen di Australia yang membantu kemerdekaan Papua, tapi memang ada suatu operasi intelijen dengan target utama adanya Papua Merdeka terpisah dari NKRI.

Selain Amerika dan Australia, manuver Papua Merdeka di Inggris kiranya juga harus dicermati secara intensif. 15 Oktober 2008, telah diluncurkan apa yang dinamakan International Parliaments for West Papua (IPWP) di House of Commons, atau DPR-nya Kerajaan Inggris.
Misi IPWP tiada lain kecuali mengangkat masalah Papua di fora internasional. Meski tidak mewakili negara ataupun parlemen suatu negara, namun sepak-terjang IPWP tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab IPWP bisa menjadi kekuatan penekan agar digelar referendum di Papua, penarikan pasukan TNI dari Papua, penempatan pasukan perdamaian di Papua di bawah pengawasan PBB.
Jelaslah sudah ini sebuah agenda berdasarkan skema Kosovo merdeka. Apalagi ketika IPWP juga mendesak Sekjen PBB meninjau kembali peranan PBB dalam pelaksanaan penentuan pendapat rakyat (pepera) 1969, sekaligus mengirim peninjau khusus PBB untuk memantau situasi HAM di Papua.
Agar kita sebagai elemen bangsa yang tidak ingin kehilangan provinsi yang kedua kali setelah Timor Timur, ada baiknya kita mencermati skenario Kosovo merdeka.

Kosovo terpisah dari negara bagian Serbia pada 17 Februari 2008. Dengan didahului adanya tuduhan pelanggaran HAM di provinsi Kosovo. Papua Barat dianggap mempunyai kesamaan latarbelakang dengan Kosovo. Yaitu, Indonesia dan Serbia dipandang punya track record buruk pelanggaran HAM terhadap rakyatnya. Sehingga mereka mengembangkan isu bahwa Kosovo perlu mendapat dukungan internasional. Inilah yang kemudian PBB mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB 244 .

Seperti halnya juga dengan Kosovo yang memiliki nilai strategis dalam geopolitik di mata Amerika dan Inggris, untuk menghadapi pesaing globalnya, Rusia. Begitu pula di Papua, ketika perusahaan tambang Amerika Freeport dan perusahaan LNG Inggris, merupakan dua aset ekonomi mereka untuk mengeruk habis kekayaan alam di bumi Papua. Sekaligus untuk strategi pembendungan AS terhadap pengaruh Cina di Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara.

Waspadai Balkanisasi Nusantara
1.Indonesia ada rencana hendak dibelah dengan memakai model Polinesia (negara pulau) di Lautan Pasifik. Sehingga mulai beredar pengguliran Isu Negara Timor Raya di Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai santer terdengar.
2. Indonesia akan dibelah jadi tiga negara dengan berdasar pada klasifikasi provinsi ekonomi kuat dengan rincian sebagai berikut:
a. Aceh, Riau dan United Borneao(Kalimantan).
b. Pusat wisata dan seni dunia semacam Bali, Flores, Maluku dan Manado,
c. Jawa, Sunda dan Daerah Khusus Jakarta.


MODUS OPERANDI
Dengan melihat perkembangan terkini berdasarkan prakarsa dua anggota Kongres AS untuk menggolkan seruan resolusi agar Baluchistan diberi hak sejarah menentukan nasib sendiri dan negara sendiri, lepas dari Pakistan, maka Global Future Institute merasa perlu mengingatkan kemungkinan langkah langkah dua tahap yang akan ditempuh Amerika Serikat dan Sekutu-sekutu Eropanya:

1. Melakukan Internasionalisasi Isu Provinsi yang bermaksud ingin merdeka dan lepas dari negara induknya. Keberhasilan prakarsa dua anggota Kongres AS menggolkan resolusi Baluchistan, bisa jadi preseden bagi langkah serupa terhadap Papua.

2. Seiring dengan keberhasilan gerakan meng-internasionalisasi provinsi yang diproyeksikan akan jadi merdeka, maka REFERENDUM kemudian dijadikan pola dan modus operandi memerdekakan sebuah provinsi dan lepas dari negara induk.

Demikian, semoga menjadi perhatian dan kewaspadaan semua elemen bangsa, dan pemegang otoritas pemerintahan.
Prakarsa Anggota Kongres Dana Rohrabacher, Bukti Nyata Gerakan Sistematis Washington Merdekakan Baluchistan Lepas dari Pakistan
Kalau Amerika Serikat berniat memecah Indonesia jadi 7 bagian, seperti sempat dirilis oleh Rand Corporation pada 1998 lalu, kasus Baluchistan bisa jadi bukti nyata bahwa gerakan separatism memang bagian dari rencana strategis Washinton.

Baru-baru ini, Dana Rohrabacher, anggota Kongres dari Partai Republik asal negara bagian California, telah mengajukan sebuah resolusi yang pada intinya menegaskan bahwa Baluchistan mempunyai hak sejarah untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa. Dengan kata lain, Dana Rohrabacher mendukung berdirinya Baluchistan sebagai negara merdeka.
Seperti kita ketahui bersama, Baluchistan saat ini terbagi menjadi daerah yang masuk dalam kedaulatan Pakista, Iran dan Afghanistan. Mengingat nilai strategis Baluchistan sebagai daerah jalur sutra yang kaya sumberdaya alam seperti minyak, gas dan tambang, bisa dimengerti jika Washington secara sistematis sedang membantu elemen elemen pro kemerdekaan Baluchistan untuk jadi negara tersendiri yang bebas dari orbit pengaruh Iran, Afghanistan dan Pakistan.
Terbukti bahwa prakarsa Dana Rohbacher tersebut kemudian mendapat dukungan dari dua anggota Kongres lainnya seperti Louie Gohmert dari negara bagian Texas, dan Steve King, dari negara bagian Iowa, keduanya juga dari Partai Republik.
Manuver Washington untuk mendorong kemerdekaan Baluchistan nampaknya memang cukup serius mengingat fakta bahwa Dana Rohrabacher saat ini menjabat sebagai Ketua Sub-Komite Kongres bidang luar negeri khusus bidang pengawasan dan investigasi.
Karena itu masalah sepertinya akan semakin krusial karena Rohrabacher menegaskan bahwa salah satu pertimbangan mengapa dirinya memprakarsai resolusi Kongres Amerika agar mendukung kemerdekaan Baluchistan, karena adanya bukti bukti kuat tindak kekerasan dan korban pembunuhan diluar jalur jalur hukum (Extra Judicial Killing).
Pada 1947, Baluchistan memang sempat bermaksud memerdekakan diri, namun kemudian berhasil digagalkan oleh Pemerintah Pakistan. Maka menghadapi gerakan Washington melalui prakarsa Dana Rohrabacher dan kawan-kawan di Kongres ini, Pakistan lah pihak yang paling duluan merasa kebakaran jenggot.
Tentu saja menghadapi manuver Rohrabacher Cs ini, Pakistan mengecam prakarsa ini sebagai bentuk campur tangan  terhadap urusan dalam negeri Pakistan. Betapa tidak. Pakistan beranggapan bahwa Baluchistan merupakan salah satu provinsi yang menjadi bagian dari Pakistan.
Mengingat masalah separatism ini sangat sensitif, nampaknya Gedung Putih, dalam hal ini Departemen Luar Negeri, belum berani secara langsung membuka fron terhadap pemerintah Pakistan.
Terlepas adanya berbagai pandangan yang melihat Baluchistan selama ini memang menjadi obyek eksploitasi para elit politik suku Pastun dan Punjabi di Pakistan, rasa rasanya penilaian Pakistan bahwa Amerika Serikat sedang melakukan campur tangan urusan dalam negeri Pakistan, untuk mendorong gerakan kemerdekaan Baluchistan, memang benar adanya.
Kiranya ini bisa menjadi early warning signal bagi pemerintah Indonesia, bahwa gerakan kaukus Papua di Kongres Amerika untuk mendukung Organisasi Papua Merdeka (OPM) memerdekakan Papua, cepat atau lambat akan diagendakan kembali. Atau setidaknya, mengkondisikan Papua agar bisa diangkat ke forum internasional (Internasionalisasi Papua).

BEBERAPA REFERENSI PUSTAKA TULISAN SAYA SEBELUMNYA TERKAIT ISU PAPUA:
1.    http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=11257&type=99#.Ug3v0axP1kg
2.    http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=9915&type=2#.Ug3wAKxP1kg
3.    http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=7596&type=99#.Ug3waKxP1kg



LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...