RAFALE bukan pesawat mahalBecermin dari kontrak MMRCA antara Prancis dan India , kita tahu bahwa sebuah Rafale dihargai
USD 119 juta dengan embel2 ToT berupa perakitan 108 unit Rafale di India plus lisensi spares parts di India selama 20 tahun yang akan mengakibatkan India ke depannya akan menerima kembali 50% dari harga tersebut.
(maap koreksi harga kontrak India itu USD 10.4 milyar jadi perunit jatuhUSD 82.5 juta bukan 119 juta)Loh, terus apa kaitannya dengan TNI-AU? nah ini mumpung karena jumlah pesawat kita yang serba sedikit dan hanya bertulang punggung pada Hawk 200. maka apa salahnya kita melirik Rafale untuk dengan mengambil opsi ToT ala India plus menegosiasikan dengan Prancis agar PT DI dapat memproduksi spares Airbus atau minimum ATR series. Jadi dengan sekali langkah kita bisa menuai dua keuntungan. Sekalipun kemungkinannya kecil untuk meminta offset ke PT DI, namun kita tahu Prancis kadang rada sableng dalam negosiasi dagangnya
Tentunya jika kita melirik Rafale akan ada masalah yang akan timbul, loh ini khan tidak sesuai dengan doktrin TNI-AU yg menggarisbawahkan pada konsep hi-lo bukan hi-medium-lo. Percaya atau tidak saat ini konsep TNI AU yang mengoperasikan 4 jenis pesawat berpatokan pada konsep hi-med-lo yaitu Su-27 (hi) F-16 (med) serta Hawk 200 & F-5E (lo). Hal ini menunjukkan bahwa kita SDM kita tidaklah kalah dengan 3 Besar AU ASIA; RRT, India dan Korsel. Ketiga negara ini mengoperasikan pesawat tempur mereka dengan konsep hi med lo
RRT: Su-27/J-11 dan JH-7A (hi), J-8 dan j-10 (med) dan J-7 & Q-5(lo). Jika nantinya RRT menggunakan JF-17 maka konsep ini akan bertahan
India : Su-30 MKI (hi), M2K dan MiG-29 (med), MiG-21, MiG-27, Jaguar (lo) nantinya sepertinya Tejas akan mengisi versi lo India
Korsel : F-15K (hi), F-16 (med) dan F-5 (lo), F-5 akan digantikan oleh F/A 50
Selain dua negara ini ada dua besar Asia yg menggunakan pakem lain
Jepang dengan hi- med: F-15 (hi) dan Phantom dan f-2 (Med)
Pakistan dengan konsep Medium-Low: f-16 dan J-10 (Med) dan F-7, Mirage dan JF-17 (lo)
Bagaimana dengan Asia tenggara?
ternyata Asia tenggara pun menganut konsep hi-med lo juga
Vietnam : Su-27/30 (hi), MiG-23 (Med) dan MiG-21 & Su-22 (lo)
Singapura : F-15 (Hi), F-16 (med) dan F-5 (lo)
Malaysia memiliki konsep Hi - Lo yaitu MKM (hi) dan F-5 & Hawk 200 (lo)
Sementara Thailand mengikuti konsep Pakistan yaitu Medium Low : F-16 & JAS 39(med) F-5 & L-159 (lo)
Pertanyaan kedua, lah bukannya kemampuan Rafale di bawah Su-30 dalam radius dan daya angkut senjatanya? Ternyata jika dilihat spekya daya angkut rafale malah melebihi Su-30MKI yaitu 9.5 ton vs 8 ton (lihat di spesifikasi) demikian juga dengan jarak tempuh yaitu 3.700 km vs 3.000 km.
hasil uji tanding Rafale dengan MKI India di Red flag 2011, menunjukan, bahwa kemampuyan radar BVR Rafale setingkat di atas MKI, sementara untuk kecepatan menanjak dan ketinggian seimbang yaitu 300m/detik sementara ketinggian yg sanggup dicapai oleh keduanya adalah 17km. Namun fakta yg mengejutkan adalah ongkos BBM MKI adalah 2x Rafale, Rafale membutuh 0.27km/l sementara MKI membutuhkan 0.58km/l
(sumber:
http://www.aviatia.net/versus/rafale-vs-su-30mki/)
Dalam uji tanding tersebut faktor lain menunjukkan bahwa Rafale memiliki manuverbilitas yang lebih tinggi dari MKI. Faktor terpenting lainnya adalah kemampuan radar ECM Rafale yang lebih tinggi dari MKI.
Nah, faktor yang terakhir tentunyalah harga . Berapa sih kemungkinan yang harus kita keluarkan tentunya jika melihat harga kontrak 6 Sukhoi yang kita beli terakhir, nilainya USD 80juta tentulah kita beranggapan bahwa Su-30MKK jauh lebih murah, Namun dengan kemungkinann ToT dimana ada offset 40-50% kembalilah plus mengangkat PT DI kembali untuk meraih kepercayaan internasional sebagai partner Airbus membuat Rafale pantas dilirik.
Jika melihat di diskusi mimpi jika kita hendak memiliki 60 Su-30MKK setidaknya kita harus merogoh kocek 48T (80juta dollar x 60),
Sementara Rafale dengan
asumsi harga India (
USD 82,5juta x 60) harganya
49.5T alias lebih mahal 1.5T dr Su-30. Namun kemahalan
1.5T rasanya tak ada artinya jika nantinya nilai offset tersebut kembali .
Offset 40% artinya sekitar 19.T (40%x 49.5T) akan kembali ke kita, masih untung khan dr selisih 1.5T (19.T-1.5T=17.5T profit Indonesia).Dan yg terpenting nama Indonesia menjadi harum kembali dalam dunia kedirgantaraan dunia (ini berlaku jika pemerintah bersedia melakukan reinvestasi di PT
D