Tuesday, March 19, 2013
Perkuat Selat Malaka, F-16 Disiapkan di Pekanbaru
Metrotvnews.com, Pekanbaru: Demi memperkuat kekuatan tempur di kawasan strategis Selat Malaka, Pangkalan Udara (Lanud) TNI Angkatan Udara Roesmin Nuryadin Pekanbaru bersiap menyambut satu skuadron pesawat tempur F-16 blok 52 lengkap dengan persenjataan mutakhir.
Penambahan 24 pesawat F-16 dari Amerika Serikat itu sebagai bagian dari pembaruan armada tempur yang sudah ada di pangkalan TNI AU tipe B itu yaitu satu skuadron Hawk 100/200.
”Berarti pada awal 2014, Lanud Roesmin Nuryadin akan memiliki dua skuadron tempur yang terdiri dari satu skuadron Hawk 100/200 dan satu skuadron pesawat F-16 dengan blok 52 lengkap dengan persenjataan mutakhir,” ungkap Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud TNI AU Mayor Sus Filfadri kepada Media Indonesia di Pekanbaru, Selasa (19/3).
Kopaska TNI AL Dan US Navy Seal Latihan Pertempuran Jarak Dekat
Berita Foto : Pesawat T-50i Pesanan Indonesia Terbang Perdana
Tanggal 14 maret lalu, pesawat latih lanjut T-50i pesanan Indonesia
sukses melakukan terbang perdana. Uji terbang dilakukan di Korea Selatan
dengan pilot uji dari KAI selaku produsen T-50. Indonesia sendiri
memesan sebanyak 16 buah senilai 400 juta dollar.
Pesawat R80, The Next N-250 yang Siap Ungguli ATR China
Anak sulung mantan Presiden Republik Indonesia BJ Habibie, Ilham Habibie
mempunyai ambisi untuk melanjutkan impian ayahnya yakni memproduksi
pesawat Regio Prop 80 (R80).
Seperti diketahui, proyek pesawat N-250 yang dikomandani BJ Habibie dihentikan oleh International Monetary Fund (IMF) pada 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Jadi bagaimana R80 dibangun, bagaimana prospeknya? Apakah pesawat R80 sama dengan N-250? Berikut petikan wawancara detikFinance dengan Ilham ketika ditemui di kantornya di Kawasan Mega Kuningan, akhir pekan lalu.
Seperti diketahui, proyek pesawat N-250 yang dikomandani BJ Habibie dihentikan oleh International Monetary Fund (IMF) pada 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Jadi bagaimana R80 dibangun, bagaimana prospeknya? Apakah pesawat R80 sama dengan N-250? Berikut petikan wawancara detikFinance dengan Ilham ketika ditemui di kantornya di Kawasan Mega Kuningan, akhir pekan lalu.
Soal Bikin Pesawat, Indonesia Masih Di Atas China
China boleh bangga bisa produksi pesawat MA 60 yang saat ini digunakan
Merpati Nusantara Airlines, namun soal kualitas pesawat Indonesia masih
jauh di atas China.
Seperti kata Ilham A. Habibie, anak sulung mantan Presiden RI BJ Habibie mengatakan soal membuat pesawat dan kualitas pesawat itu sendiri, Indonesia masih di atas China.
"Soal buat pesawat kita masih lebih bagus dan jauh di atas China, dari segi kualitas kita masih oke," kata Ilham pekan lalu di kantornya di Kawasan Mega Kuningan, seperti dikutip, Senin (18/3/2013).
Kata Ilham, saat ini China boleh bangga punya MA 60 yang saat ini digunakan Merpati.
"Tapi pada dasarnya desain MA 60 itu mesinnya memang digunakan untuk militer, namun karena digunakan untuk sipil mereka menurunkan sedikit kualitasnya, karena dasarnya untuk militer sehingga boros, militerkan ngak mikirin boros apa tidak yang penting tahan banting dan menang perang," ucapnya.
MA 60 sendiri kata Ilham diakui sendiri oleh Dirut Merpati Rudy Setyopurnomo kalau pesawat tersebut sangat boros.
Seperti kata Ilham A. Habibie, anak sulung mantan Presiden RI BJ Habibie mengatakan soal membuat pesawat dan kualitas pesawat itu sendiri, Indonesia masih di atas China.
"Soal buat pesawat kita masih lebih bagus dan jauh di atas China, dari segi kualitas kita masih oke," kata Ilham pekan lalu di kantornya di Kawasan Mega Kuningan, seperti dikutip, Senin (18/3/2013).
Kata Ilham, saat ini China boleh bangga punya MA 60 yang saat ini digunakan Merpati.
"Tapi pada dasarnya desain MA 60 itu mesinnya memang digunakan untuk militer, namun karena digunakan untuk sipil mereka menurunkan sedikit kualitasnya, karena dasarnya untuk militer sehingga boros, militerkan ngak mikirin boros apa tidak yang penting tahan banting dan menang perang," ucapnya.
MA 60 sendiri kata Ilham diakui sendiri oleh Dirut Merpati Rudy Setyopurnomo kalau pesawat tersebut sangat boros.
Jangan Setengah Hati Bangun Teknologi
Ketangguhan
pertahanan negara merefleksi kemapanan industri strategis berbasis
pertahanan yang dimiliki. Semakin berkembang industri pertahanan, maka
semakin tangguhlah negara itu.
Indonesia sendiri memiliki industri pertahanan, antara lain PT
Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT LEN, dan PT Pindad.
Perusahaan-perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini
seperti segan hidup, namun mati tak mau. Kurun waktu lima tahun
terakhir, penjualan industri pertahanan sulit mencapai target 80 persen,
apalagi 100 persen.
Keuntungan yang diperoleh masih minim, bahkan di antara unit bisnis
masih merugi. Itu artinya, peran industri pertahanan untuk menopang
pertumbuhan ekonomi dan pertahanan negara Indonesia juga masih sangat
kecil.
"Sangat ironi, sedemikian pentingnya sektor industri strategis bagi
sebuah negara, tapi yang kita miliki terus terpuruk dalam 10 tahun
terakhir," ujar Koordinator Staf Pribadi (Koorspri) Panglima TNI,
Kolonel Laut (S) Ivan Yulivan dalam perbincangannya dengan Suara Karya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Taiwan Kuasai Teknologi Rudal Jarak Menengah
Taiwan
mengembangkan peluru kendali pertama jarak menengah, yang dapat
digunakan melawan mantan pesaingnya China, kata mantan menteri
pertahanan Michael Tsai dalam buku baru, yang dikutip media pada Sabtu.
Michael Tsai, politikus menjadi menteri pertahanan dalam pemerintahan skeptis terhadap Partai Progresif Demokratik China (DPP), mengungkapkan dalam bukunya, yang diterbitkan pada Minggu, bahwa militer berhasil mengembangkan rudal kembali pada 2008, kata "Liberty Times".
Dalam menanggapi laporan kementerian pertahanan negara mengenai Tsai, dia mengatakan kepada AFP bahwa pengungkapan informasi itu "dapat membahayakan keamanan nasional".
The Times mengatakan, Tsai sengaja menggunakan istilah "rudal jarak menengah" dalam bukunya - yang berjudul "God bless Taiwan" - sangat berbeda dengan rudal jelajah yang sudah ada di gudang pulau itu.
Taiwan pada 2010 mengonfirmasi bahwa pihaknya memproduksi secara massal rudal Hsiungfeng 2E, sebagai jawaban pulau itu kepada Tomahawk buatan AS, meskipun terjadi pemanasan cepat dalam hubungan dengan China.
Michael Tsai, politikus menjadi menteri pertahanan dalam pemerintahan skeptis terhadap Partai Progresif Demokratik China (DPP), mengungkapkan dalam bukunya, yang diterbitkan pada Minggu, bahwa militer berhasil mengembangkan rudal kembali pada 2008, kata "Liberty Times".
Dalam menanggapi laporan kementerian pertahanan negara mengenai Tsai, dia mengatakan kepada AFP bahwa pengungkapan informasi itu "dapat membahayakan keamanan nasional".
The Times mengatakan, Tsai sengaja menggunakan istilah "rudal jarak menengah" dalam bukunya - yang berjudul "God bless Taiwan" - sangat berbeda dengan rudal jelajah yang sudah ada di gudang pulau itu.
Taiwan pada 2010 mengonfirmasi bahwa pihaknya memproduksi secara massal rudal Hsiungfeng 2E, sebagai jawaban pulau itu kepada Tomahawk buatan AS, meskipun terjadi pemanasan cepat dalam hubungan dengan China.
Subscribe to:
Posts (Atom)