Monday, March 24, 2014
Panglima Evaluasi Penempatan Tank di Perbatasan
Jakarta : Persoalan keamanan akan berkorelasi dengan kesejahteraan. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan penguatan keamanan tak akan berarti jika kesejahteraan di perbatasan tak ditingkatkan.
"Kita semua bersepakat bagi masyarakat perbatasan yang perlu dititikberatkann adalah persoalan kesejahteraan, infrastruktur untuk membuka keterisolasian, dan meningkatkan akses pendidikan serta kesehatan," kata Moeldoko seperti dalam rilis yang diterima Republika, Kamis (20/3).
Panglima menambahkan persoalan keamanan tak akan muncul jika masyarakat di perbatasan sejahtera. "Saya kira sektor ekonomi harus menjadi concern kita di perbatasan, bukan masalah keamanan," katanya.
Meski begitu, TNI saat ini terus mengevaluasi pengenai penguatan pertahanan di perbatasan, khususnya perbatasan Indonesia dengan negara lain. Untuk alat utama sistem senjata (alutsista) misalnya, TNI berencana mengevaluasi penempatan alutsista di perbatasan. "Contohnya, penempatan tank di sana mungkin perlu kita lihat kembali apakah perlu ada penyesuaian atau tidak. Saat ini kita sedang evaluasi," kata Panglima.
"Kita semua bersepakat bagi masyarakat perbatasan yang perlu dititikberatkann adalah persoalan kesejahteraan, infrastruktur untuk membuka keterisolasian, dan meningkatkan akses pendidikan serta kesehatan," kata Moeldoko seperti dalam rilis yang diterima Republika, Kamis (20/3).
Panglima menambahkan persoalan keamanan tak akan muncul jika masyarakat di perbatasan sejahtera. "Saya kira sektor ekonomi harus menjadi concern kita di perbatasan, bukan masalah keamanan," katanya.
Meski begitu, TNI saat ini terus mengevaluasi pengenai penguatan pertahanan di perbatasan, khususnya perbatasan Indonesia dengan negara lain. Untuk alat utama sistem senjata (alutsista) misalnya, TNI berencana mengevaluasi penempatan alutsista di perbatasan. "Contohnya, penempatan tank di sana mungkin perlu kita lihat kembali apakah perlu ada penyesuaian atau tidak. Saat ini kita sedang evaluasi," kata Panglima.
Opini : Tabah Sampai Akhir
Analisis : Adakah yang salah dengan semboyan kesatuan Hiu Indonesia ini. Jawabnya tentu tidak. Bahkan jika kita melihat perjalanan pasukan dan alutsista kapal selam kita itu sepanjang setengah abad ini maka sebutan Tabah Sampai Akhir (Wira Ananta Rudira) itu memang layak disandang. Karena sepanjang setengah abad itu, sejak tahun 70 an hanya 2 kapal selam yang menjaga laut luas republik ini dengan satu pergantian generasi.
Serah terima jabatan pergantian generasi kapal selam itu dilakukan tahun 80 an. KRI Bramastra dan KRI Pasopati buatan Rusia tak mampu lagi meneruskan langkahnya lalu diganti dengan kapal selam dengan teknologi bagus pada dekade itu yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala buatan Jerman. Khusus untuk KRI Pasopati agar tidak terkubur bersama jaman maka jasadnya diabadikan sebagai monumen kapal selam di Surabaya.
Hampir 40 tahun perjalanan Cakra Class malang melintang. Selama kurun itu tak pernah ada pertambahan kekuatan. Dan selama itu pula tidak pernah ada keluhan dari awak Hiu Kencana dalam menjalankan tugas mulianya mengawal tanah air tercinta. Karena dalam menjalankan tugas semboyan itu melekat di hati mereka, tabah sampai akhir.
Subscribe to:
Posts (Atom)