Wednesday, November 07, 2012

PT. Len Industri (Persero) Konsisten Dukung Pembangunan Industri Pertahanan

Jakarta, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerima Direktur Utama PT. Len Industri (Persero) Abraham Mose, Selasa (6/11) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama PT. Len Industri (Persero) Abraham Mose yang didampingi sejumlah jajaran Direksi PT. Len Industri (Persero) yang baru menyampaikan bahwa di PT. Len Industri (Persero) akan tetap konsisten mendukung pembangunan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
“PT. Len Industri (Persero) setelah organisasi baru tetap konsisten, karena PT. Len Industri (Persero) mempunyai satu unit bisnis tersendiri khusus mengurus defence”, tutur Abraham Mose kepada Menhan. Abraham Mose yang sebelumnya menjabat Direktur Pemasaran PT. Len Industri (Persero) periode 2007-2012, baru menjabat sebagai Direktur Utama PT. Len Industri (Persero) pada tanggal 28 Agustus 2012.
Saat menemui Menhan, dalam kesempatan tersebut Abraham Mose memperkenalkan beberapa Direksi yang baru di jajaran PT. Len Industri (Persero) antara lain Direktur Pemasaran Adi Sufiadi Yusuf Abdurrajak, Ir. M.Eng., Direktur Teknologi & Produksi Darman Mappangara, M.Eng.Sc. dan Direktur Administrasi & Keuangan Andra Yastrialsyah Agussalam, Drs. MBA.
Selain dalam rangka memperkenalkan diri, Abraham Mose juga menyampaikan beberapa program - program strategis PT. Len Industri (Persero) dan kesiapannya sebagai Led Integrator di bidang defence electronic sesuai dengan peraturan pemerintah terkait dengan industri pertahanan.
Dijelaskannya, bahwa kegiatan PT. Len Industri (Persero) selain sudah melakukan pekerjaan yang sifatnya maintenance dan dukungan dengan TNI, PT. Len Industri (Persero) juga melaksanakan kegiatan – kegiatan yang sifatnya kerjasama baik di bidang penelitian, pengembangan dan rekayasa maupun manufacturing.
Turut mendampingi Menhan dalam kesempatan tersebut, Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Pothan Kemhan) Dr. Pos M Hutabarat, Ph.D, Staf Ahli Menhan Bidang Teknologi dan Industri Dr. Ir. Anne Kusmayati, M.Sc. dan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kapuskom Publik Kemhan) Kolonel Kav. Bambang Hartavan, M.Sc.
Sumber : DMC

Pesawat C-295 TNI AU Dilirik Thailand



Pesawat C-295M/CN-295  TNI AU (photo : Peter Tonna)

Sindonews.com - Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) atau Royal Thai Air Force (RTAF) Thailand Marshal Prajin Juntong melakukan kunjungan ke Angkatan Udara (AU) Indonesia, di Mabes AU.
Dalam kunjungan tersebut, Marshal Prajin Juntong memuji armada udara yang dimiliki Indonesia, khususnya pesawat angkut sedang C-295.
"Pada hari pertama telah melakukan kunjungan di Mabes AU, diterima Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, serta melakukan kunjungan di Mabes TNI diterima Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono," demikian keterangan pers yang diterima Sindonews dari Penerangan Lanud Halim, Selasa (6/11/2012).
Pada hari ke dua Prajin Juntong didampingi Marsekal TNI Imam Sufaat dan Komandan Lanud Halim Marsma TNI Adang Supriyadi, melakukan kunjungan di Lanud Halim Perdanakusuma.
Sebelum terbang kembali ke Thailand, Marshal Prajin menyempatkan melihat langsung pesawat C-295 dari Skuadron Udara 2 Wing 1 Lanud Halim.
Dalam kesempatan itu, dia dan Imam Sufaat menaiki C-295 di dalam kokpit, serta menerima penjelasan tentang pesawat C-295 dari Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Elistar Silaen. 
Selesai kunjungan di Halim, Kasau Thailand tersebut bersama rombongan kembali ke Thailand menggunakan Pesawat Udara Air Bus A 310-300 HS-TYQ Royal Thai Air Force.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat angkut sedang C-295 merupakan pesawat produksi Airbus Military, buatan Spanyol.

[Opinion] Indonesian Military No Longer Pariah in US Eyes

John McBeth - Straits Times

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwGyISjiH51S_YvFSN0W60p9Uc89MWIuRiZIooak2Y3QzzDVcCCWWfFm_ujt6j1hUqEmnNpxfE2wsxP5dWoU2_-VCIOixQhYFpt6pB4yt9KMPEmYDE5p06ulAcd3ECDMCN5U6LrbTG3UU/s1600/ah6409.jpg
Apache AH64D
The evolving military relationship between the US and Indonesia is there for all to see in the decision by US Congress to allow the sale of at least eight heavily armed AH-64D Apache attack helicopters to an army Washington once saw as a regional pariah.

But while the 50-day notification period for the US$ 700 million (?) deal expired without formal objection, there was still strong resistance behind the scenes from two implacable foes — the State Department's Human Rights Bureau and seven-term Democrat Senator Patrick Leahy.

Some officials didn't want the issue to go to the Senate Armed Services Committee at all, and Leahy aide Tim Reiser raised amused eyebrows by asking during an otherwise tough questioning session whether the two-man gunship could ferry troops into Papua.

Still, with a full Senate resolution required to forestall the proposed sale, and a presidential election looming large, few senators would have been willing to prevent the sale of US-made hardware and be accused of risking jobs.

Not long ago, supplying the Indonesian military with such leth`l weaponry would never have happened. Now it joins an exclusive club of 11 Apache-armed nations, most of which are either treaty allies or provide facilities for American forces.

It was only in 2009, four years after the Republican administration lifted a 14-year arms ban imposed after the 1991 East Timor churchyard massacre, that the Senate Appropriations Bill did not contain any specific restrictions on military aid to Jakarta.

But Leahy kept up the pressure, sending a letter to President Susilo Bambang Yudhoyono that same year demanding an accounting of military human rights abuses committed in East Timor, Aceh and Papua. The retired general never responded.

The senator and Reiser, a paid staff member who at times has taken a harder line than Leahy himself, almost single-handedly stood in the way of removing the ban — even though neither had ever been to Indonesia.

President Barack Obama's election changed the dynamics to some degree, marked earlier this year by the uncontested decision to gift Jakarta with 24 mothballed F-16 fighters. Indonesia will pay US$ 600 million to upgrade the jets, giving the air force the biggest front-line punch it has had in decades.

Bigger and uglier, the Apache is different. But for those Americans who think about such things, the main argument for selling it to Indonesia may well have been its perceived role in ensuring the free flow of shipping through the Malacca Strait.

If it can overcome its funding squeeze, Indonesia will be only the second Asean country after Singapore to receive the Apache, providing what the US Defense Security Cooperation Agency calls "interoperability" with American forces in the region.

That's a Pentagon buzz word which has rarely been applied to the Indonesians, but it comes at a time when the United States is building Guam into a strategic hub, rotating littoral combat ships through Singapore and preparing to train 2,500 Marines in northern Australia.


http://rumaniamilitary.files.wordpress.com/2012/07/agm-114r3-hellfire-ii-missile.jpgPacking 140 AGM-114R3 Hellfire missiles, a 30mm chain gun and state-of-the- art avionics and fire-control systems, the Apaches will join eight Russian-built Mi-35 Hind gunships which first entered service with the army in 2003.

The only objection to the deal in Jakarta has been from parliamentary foreign affairs commission chairman Mahfudz Siddiq, who prefers buying the twin-rotor Ch-47 Chinook instead.

He and other legislators have argued that disaster-prone Indonesia has a greater need for the heavy-lift Chinooks, which carry 13,000 kg of cargo or double that of the 16 rugged Russian-built Mi-17s delivered to the army over the past two years.

The only other military helicopters with significant cargo capacity are six newly acquired Eurocopter-725s, capable of lifting 5,700kg, nine EC-332 Super Pumas and 11 aging AS-330 Pumas that are basically troop carriers.

For all the media focus on corruption in the procurement process, Indonesian defense officials have made it clear to the Americans they want to eliminate middlemen and acquire the gunships under a government-to-government arrangement.

But now it is down to working out a final Letter of Authorization and Acceptance, the Indonesians appear to be wrestling with a funding gap in their effort to modernize an army inventory whose origins in one case go back to the Battle of Stalingrad.

Some of the problem stems from confusion over the Apache price tag, with Boeing initially understating the cost and the State Department basing its jaw-dropping US$1.4 billion estimate on the supposition that Jakarta will be ordering more than the eight helicopters.

Indonesia has already scrapped the planned purchase of the precision-guided M-42 Himars multiple-rocket system, settling instead for Brazil's less-expensive Astros II. But it is believed to be going ahead with a request to buy US anti-tank missiles.

Reprinted courtesy of The Straits Times
© The Jakarta Globe

RosoboronexporRosoboronexport Tawarkan Buk-M Dan Pantsir S1 Kepada Indonesia

Jakarta - Perusahaan Rosoboronexport Rusia akan menampilkan 200 sampel senjata dan peralatan militer dalam Pameran Internasional Senjata dan Peralatan Militer Indo Defense 2012 yang akan digelar tanggal 7 sampai 10 November di Indonesia.

"Dalam pameran ini perusahaan Rusia akan membahas isu-isu mengenai militer-teknis kerjasama dengan baik dengan Indonesia dan semua mitra di Asia-Pasifik", pernyataan dari Rosoboronexport, eksportir terbesar senjata Rusia.


Selain peralatan militer, perusahaan Rusia akan mengusulkan kepada mitranya di Asia-Pasifik untuk melakukan produksi bersama dan mengembangkan model senjata dan peralatan teknis militer yang dirakit di bawah lisensi.


"Ini berarti mentransfer sejumlah teknologi yang saat ini sangat penting bagi Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan industri pertahanan nya," wakil direktur Rosoboronexport, Victor Komardin, yang memimpin delegasi Rusia di pameran.


Dia menambahkan bahwa perusahaan mengharapkan antipesawat sistem pertahanan seperti "Buk-M2E", "Pantsir-S1" dan "Igla-S" akan menarik masyarakat di acara itu.


Rosoboronexport datang ke Indonesia juga akan menawarkan pertahanan udara yang kompleks yaitu sistem rudal jarak menegah dan sistim rudal jarak pendek yaitu "Buk-M2E" dan "Pantsir-S1".
Rosoboronexport will present more than 200 items of Russian armaments and military equipment at Indo Defence 2012 Expo & Forum

BUK-M2E Missile system
(Foto Rosoboronexport)
In addition to military equipment Rosoboronexport will offer its partners in the Asia Pacific region joint projects relating to item development and licence assembly.

The 5th International INDO DEFENCE 2012 Expo & Forum will be held from 7 to 10 November 2012 at Jakarta, Indonesia. The exhibition is one of the most important trade events of this kind in the Asia Pacific region. This year more than 500 companies from 40 countries are expected to take part in it.

Rosoboronexport plans to discuss all outstanding issues of military technical cooperation with both Indonesian and other regional partners.

"Indonesia is one of Russia's major partners in the region, and it is only natural that we expect progress in many areas of our military technical cooperation with this country, following our talks in Jakarta. We offer our Indonesian partners various projects. It can be licence assembly, joint item development, or assistance in refining products developed by Indonesia. This also involves technologies transfers, which is now especially important for Indonesia striving to develop its own defence industry", - said Viktor Komardin, deputy director general of Rosoboronexport and head of the delegation to the exhibition.

Rosoboronexport expect that Russian air defence systems, such as the Buk-M2E missile system, Pantsir-S1 gun/missile system, and Igla-S man-portable air defence missile system, will draw special attention this year.

Rosoboronexport proposes to Indonesia a concept of integrated air defence system based on the Buk-M2E medium-range air defence missile systems and Pantsir-S1 short-range air defence gun/missile systems. Russian experts believe that the system in such configuration will be able to effectively protect country's vital military and administrative installations from all existing air attack weapons of potential enemy, including from massive air strikes.

Highly popular in the region Russian aircraft will also be at the centre stage of the exhibition. Besides promoting new defence products such as the Ka-52 and Mi-28NE combat helicopters, Mi-26Т2 heavy-lift transport with the upgraded avionics suite and Ka-226T light multipurpose helicopters, Rosoboronexport intends to discuss with its partners all issues related to the organisation of an efficient after-sales servicing system for Russian aircraft and helicopters as well as conditions for establishing service centres.

Indonesian partners will display a BMP-3F infantry combat vehicle (ICV) operated by the Indonesian Marine Corps. The BMP-3F ICVs have earned an excellent reputation with the Indonesian armed forces. Other countries in the region are showing interest in armoured vehicles from the BMP-3 family. Russian armoured materiel in general, and the T-90S main battle tank (MBT) with its latest upgraded version in particular, show good sales prospects in this region’s market. The T-90S MBT has demonstrated excellent performance meeting its high combat and running specifications during most exacting trials in one of the countries in the region.

In the naval sector Rosoboronexport offers a wide variety of surface ships and boats, submarines, various weapon systems. Considering extended maritime borderlines of states in the region, one of the most important problems is to ensure effective protection of their 200-mile economic zones. For this purpose Rosoboronexport offers a set of facilities for establishing an integrated littoral sea control system.

ROSOBORONEXPORT, a subsidiary of the Rosteknologii State Corporation, is the sole state company in Russia authorized to export the full range of defense and dual-use products, technologies and services. ROSOBORONEXPORT is ranked among the major companies on the global arms market and accounts for over 80% of Russia’s annual arms sales. Russia maintains military-technical cooperation with over 70 countries worldwide. ROSOBORONEXPORT cooperates with more than 700 enterprises and organizations of Russia’s defense industrial complex.

ROSTEKNOLOGII is Russian corporation established in 2007 for high-technology industrial goods of civil, military and dual-purpose development, producing and exportation facilitation. It comprises 663 companies which are to form 12 defence-industry complex and 5 civil industry sector holdings. The ventures of Rostekhnologii are located in 60 regions of Russia and cater for markets of over 70 countries. CEO of the corporation is Sergey Chemezov. Net profit in 2011 amounted to 1.55 billion rubles, tax liabilities totaled 100 billion rubles.

Rosoboronexport Press Office
Natalia Shlyupkina
Phone: + 7 (495) 739-61-03
shlyupkina@post.rusarm.ru

Indodefece 2012 Resmi Dibuka Wapres Boediono


Belanja Militer Indonesia Amat Rendah

Wakil Presiden Boediono mengatakan, belanja militer nasional sangat rendah, hanya 0,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini menempatkan Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara lain di dunia.

"Indonesia masih belum masuk 'radar', walau beberapa tahun ini meningkat pesat untuk memenuhi kebutuhan minimal pertahanan kita," kata Wapres Boediono di Jakarta, Rabu (7/11).


Wapres meny`mpaikan itu saat membuka "Indo Defence, Indo Aerospace and Indo Marine 2012 Expo and Forum" ke-5, 7-10 November 2012 di Jakarta Internasional Expo Kemayoran.


Wapres mengatakan, angka itu sangat kecil bila dibandingkan dengan belanja Amerika Serikat (4,7 persen dari PDB), atau bahkan Arab Saudi (10 persen dari PDB). Padahal, kata Boediono, industri pertahanan adalah industri berprofit tinggi mengingat perputaran uang di sekitarnya yang sangat besar.


Wapres mengutip data belanja militer (military expenditure) 2011 berdasarkan riset "Stockholm International Peace Research Institute" yang sebesar 1.738 miliar dolar AS.


"Ini bahkan 2,5 kali PDB kita, bahkan 10 kali jumlah APBN. Ini jumlah yang sangat besar untuk produk-produk yang jumlahnya sebetulnya tidak banyak," kata Wapres.


Wapres juga mengutip statistik impor alat pertahanan Indonesia yang mencapai peringkat 15 dari negara-negara lain di dunia. "Ini artinya kita masih punya banyak peluang untuk menempatkan produk-produk dalam negeri dan memaksimalkan industri pertahanan kita," katanya.
Industri Pertahanan Tidak Dapat Tumbuh Sendiri
KF/IF-X Program
Pameran industri pertahanan Indonesia kembali digelar dalam Indodefence, Indo Aerospace, dan IndoMarine 2012 di Kemayoran, Rabu (7/11).

Pameran Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) terbesar di Asia Tenggara yang kelima ini diikuti oleh 42 negara. Penyelenggara menargetkan 18 ribu pengunjung datang ke pameran ini.

Wakil Presiden yang datang membuka acara pameran industri pertahanan ini sempat berkelakar, "Mudah-mudahan alutsista kita tidak akan macet." Lontaran Boediono ini muncul ketika mikrofon yang akan dipakai untuk pidato mati beberapa saat.

Menurut Boediono industri pertahanan tidak dapat tumbuh sendiri. Umumnya pertumbuhan industri pertahanan bersamaan dengan industri lain. Karenanya membutuhkan integrasi dengan industri yang tangguh, seperti supporting industri dan riset R&D.

Selain Wapres Boediono, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro juga hadir dalam acara ini.  
Indondsia Berpeluang Besar Kembangkan Industri Pertahanan
Wakil Presiden Boediono mengatakan, Indonesia masih mempunyai peluang untuk mengembangkan industri pertahanan dalam negeri. Dalam mengembangkan industri pertahanan harus terintegrasi dengan industri pendukung di dalam negeri.

"Pengalaman di banyak negara yang sukses industri pertahanan karena umumnya mereka tumbuh dengan industri lain di dalam negeri, sebab yang juga didukung oleh penelitian dan pengembangan industri," kata Wapres Boediono saat membuka Pameran internasional industri peralatan pertahanan Indo Defence 2012 Expo and Forum di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, Rabu (7/11).

Selain melakukan integrasi dengan industri dalam negeri, industri pertahanan Indonesia juga perlu melakukan kerja sama dengan industri luar negeri yang sudah mapan. "Tentu sekarang masalahnya gimana ini diterjemahkan dan direalisasikan dalam program yang lebih operasional dan kongkrit," ujar Wapres.

Wapres mengatakan, pameran ini penting terselenggara karena memberikan inspirasi bagi pelaku industri pertahanan dalam negeri untuk meningkatkan peluang mengembangkan industri di dalam negeri. "Selain itu, juga memberikan pendidikan dan informasi kepada masyarakat mengenai kemajuan pertahanan nasional," ujar Wapres.

Lebih dari 550 perusahaan dari 42 negara seperti Indonesia, Singapura, Rusia, Inggris, Ceko, Jerman, Turki, Prancis, Korsel, Australia, China, Brasil, India, Portugal, Kanada, Jepang, Spanyol serta Ukraina ambil bagian dalam acara ini.

Modersinsasi Alutsista, Doktrin Pertahanan Perlu Disesuaikan


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, doktrin pertahanan TNI tetap akan difokuskan untuk menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun TNI AD kini sudah diperkuat tank tempur utama berkemampuan ofensif Leopard.
“Doktrinnya untuk menjaga kedaulatan negara kita ini. Soal penempatan tank Leopard, nanti akan diserahkan kepada TNI AD dengan tetap berkoordinasi dengan Kemhan,” kata Purnomo, Selasa, saat ditanya soal rencana penempatan tank-tank tempur canggih itu.
Menhan mengatakan, saat ini baru dua tank yang datang untuk dipamerkan di Indo Defence yang akan dibuka Rabu (7/11/2012) di Jakarta International Expo, Kemayoran. “Kedatangan tank Leopard akan membuat tank kita menjadi komplit,” ujarnya.
Pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Widjajanto sebelumnya mengatakan sudah saatnya Indonesia merumuskan ulang doktrin pertahanannya. Untuk kedatangan Leopard itu, Indonesia belum memiliki doktrin untuk tank berat. “Selama ini kita menggunakan doktrin infanteri. Tank hanya digunakan untuk membantu pasukan infanteri,” katanya. Doktrin kavaleri berat, kata dia, yang bisa bertempur mandiri juga harus dibentuk. Dengan rencana pembelian helikopter serang Apache, pemerintah juga harus mengubah doktrin.
Menurut Andi, saat ini tinggal Angkatan Darat yang belum memperkuat doktrin, sementara Angkatan Laut dan Udara dinilai sudah mapan dalam pembentukan doktrin. Kemudian, Kemhan juga harus mengembangkan doktrin gabungan ketiga matra agar senjata masing-masing angkatan bisa dikerahkan dalam operasi militer gabungan. “Senjata masing-masing angkatan itu harus bisa dikerahkan dalam satu operasi militer gabungan,” katanya.
Seperti diketahui, Indonesia sudah merevisi dua kali doktrin pertahanannya. Pertama saat era reformasi dimulai dan terakhir pada 2007. “Sekarang sedang direvisi. diharapkan segera diluncurkan karena revisinya sudah selesai,” kata Andi. Setelah revisi doktrin pertahanan selesai barulah dilakukan revisi doktrin angkatan dan diperkirakan semua doktrin selesai pada 2014 mendatang.
Sumber : Solopos

UGM Akan Kerjasama Dengan TNI AL Kembangkan UAV Kapal Cepat


Robot kapal tanpa awak karya mahasiswa UGM berhasil meraih juara II dalam Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) 2012 yang diselnggarakan Universitas Diponegoro (UNDIP) di Pantai Kartini Jepara pada 30 Oktober lalu.

Diikuti lebih dari 40 perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya seperti Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Universitas Hasanuddin, UGM, dan Universitas Indonesia. Dalam kontes tersebut mempertandingkan dua kategori yaitu autonomous dan remote controle

Robot yang diberi nama Safinah One ini berhasil menang dalam kategori Autonomous. Dikembangkan dari kolaborasi antara mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik dan Jurusan Elektronika dan Instrumentasi FMIPA yaitu Tito Garry Surya (ELINS), Ardi Wiranata (T. Mesin), Malik Khidir (ELINS), Erwhin Irmawan (ELINS), Iqro Kurniawan(ELINS), Singgih Adhi Susila(T. Mesin), Ardi Wiranata (T. Mesin), M. Irfan Riyadi (T. Mesin), dan Febry Mulia Wardhana (T. Mesin).

Ketua tim robot, Malik Khidir menyebutkan robot Safinah One merupakan robot kapal tanpa awak yang dirancang untuk dapat digunakan memantau serta menjaga pertahanan dan keamanan wilayah perairan laut Indonesia. Robot ini dapat melaju hingga jangkauan 1 kilometer “ Idenya kami membuat robot yang bisa dipakai sebagai media untuk mengawasi wilayah laut Indoensia terutama wilayah perbatasan menggantikan prajurit yang berpatroli,” ungkapnya Senin (5/11) di Lembah UGM saat melakukan demo uji coba robot dihadapan para wartawan.

Robot Safina One dirakit dari berbagai komponen seperti single board computer (SBC), motor Brushless, elektronic speed control (ESC) dengan daya 2.200 kilovolt, mikrokontroler mbed, serta radiator. Juga lengkapi dengan dua buah kamera untuk melihat kondisi sekitar. “Untuk bahan bakar menggunakan3 buah baterai litium poliner dengan tegangan 12 volt,” jelasnya sembari menambahkan bahwa robot dapat dijalankan dengan dua menu yaitu dengan maupun tanpa remote controle

Menurut penuturan Malik penggunaan SBC sebagai pemroses data dan citra menjadi keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki oleh tim lainnya. Dengan memakai SBC selain bersifat efisien karena tidak memakan tempat juga mengurangi berat beban dan tentunya lebih murah. “Kalau tim yang lain masih menggunakan laptop, jadi memakan tempat,” katanya.

Disebutkan Malik dalam kontes tersebut robot diharuskan melewati dua tahapan tes yakni tes lintasan speed dan maneuver. Dalam lintasan speed robot Safinah One merupakan satu-satunya robot yang berhasil sampai hingga garis finish. “ Speed tes dilakukan di laut yaitu di Pantai Kartini. Tantangannya cukup berat, selain cuaca yang tidak bersahabat, ombaknya juga besar dan anginya cukup kencang jadi sangat mempengaruhi kestabilan kapal. Tapi, alhamdulilah robot kita satu-satunya yang bisa mencapai finish dalam waktu 24 detik,” urainya.

Robot buatan mahasiswa UGM tersebut memiliki berat sekitar 11 kilogram. Dengan bobot yang cukup berat tersebut, menurut Malik menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan robot kapal.

Ditambahkan Tito Garry , rangka robot Safina One terususn dari fiber yang memanfaatkan fiber sisa dari mobil Semar UGM. Sementara untuk komponen utama seperti SBC, motor dan ESC masih diimpor dari Amerika Serikat. “ Beberapa komponen memang harus didatangkan dari luar negeri karena belum diproduksi di Indonesia,” terangnya sembari menambahkan pembuatan robot menghabiskan biaya riset sebesar Rp. 10 juta.

Kini Tito dan kawan-kawan tengah menjajagi kerjasama dengan TNI AL untuk mengembangkan robot kapal tanpa awak yang dapat digunakan untuk mengawasi wilayah perairan Indonesia. Robot tersebut akan dimodifikasi dengan melakukan sejumlah penambahan komponen dan diharapkan dapat menjangkau seluruh wilayah pantai Indonesia. “Kedepan akan kita tambahkan teropong, radar, dan menggunakan bahan bakar yang harapannya bisa menjangkau hingga 30 kilometer,” ujar Tito.

Robot yang telah dimodifikasi tersebut rencananya akan dilombakan dalam kontes robot internasional yang akan digelar Juli 2013 mendatang di Virginia. 




Sumber : UGM

Up Close And Personal With Leopard II Revolution


Kedatangan MBT Leopard 2 Revolution yang penuh misteri akhirnya terkulminasi pada kehadiran sosok monster lapis baja Jerman ini di Kemayoran. 
Proses kedatangannya dipenuhi oleh intrik, trik, dan disinformasi sehingga ARC kesulitan untuk mendeteksi tanggal pasti kemunculannya.

Namun hanya beberapa jam terhitung sejak kehadirannya di Indonesia, ARC bisa mendokumentasikan kehadirannya di Kemayoran, masih diatas trailer dan siap diturunkan. 
Untuk sedikit menyegarkan ingatan pembaca, kami coba ‘bacakan’ paket-paket upgrade yang terpasang di Leopard 2A4. Psssst, menurut info awal, konon Leopard 2 RI yang kita beli paketnya tidak selengkap yang dibawa oleh model demonstrator milik Rheinmetall yang dipamerkan di Kemayoran. Untuk lengkapnya, yuk simak rinciannya berikut:
REVOLUTION BEGUN!
Paket-paket dari sistem Revolution yang akan diterapkan secara lengkap terdiri dari:

( ket: AMAP )
Inti dari perlindungan yang ada pada Revolution adalah lapisan blok komposit AMAP (Advanced Modular Armour Protection) buatan IBD (IngenierBüro Deisenroth)-Deisenroth. Konsepnya adalah perlindungan 360o, dimana Leopard 2 Revolution harus bisa dilindungi dari segala sisi. 
IBD Deisenroth membagi sistem AMAP kedalam dua tipe proteksi, yaitu proteksi aktif/hardkill berbasis sensor yaitu AMAP-ADS (Active Defence System) dan proteksi pasif alias proteksi balistik. Bobot keramik nano ini saat dikonfigurasikan menurut standar proteksi NATO STANAG 4569 Level 3 atau 4/ AEP 55 Level 3. Keping AMAP dibangun dan disusun menjadi blok AMAP-B (Ballistic) yang dipasangkan ke side skirt, glacis, dan keseluruhan kubah termasuk sisi atas dan pangkal laras. Uniknya, pemasangan AMAP-B tidak diteruskan sampai ke belakang. Di bagian ini Rheinmetall justru memasang slat armour alias sangkar/teralis pagar yang mampu mengalahkan sumbu piezoelectric dari RPG-7.
 
(ket: slat armour belakang dan ROSY)
FACTCHECK: Pada spyshot yang diambil oleh rekan ARC, terlihat bahwa beberapa bagian (skirt kiri, glacis) sedang dibongkar oleh teknisi Rheinmetall. Kita bisa melihat bahwa lapisan AMAP dipasang dengan rangka tubular sebagai titik sandar pelat luar, dan dipasang dalam segmen-segmen rangka. Antara pelat luar dan dalam terdapat ruang hampa yang amat efektif untuk memencarkan atau mendispersi efek ledakan dari munisi shaped charge. Penulis 100% yakin bahwa Revolution kebal terhadap hantaman munisi sekelas M72 LAW, RPG-7, ataupun AT4.
Selain perlindungan berbahan pasif, untuk Revolution Rheinmetall memasang sistem perlindungan aktif. Yang pertama adalah modul smoke discharger/ jammer  pintar bernama ROSY (Rapid Obscuring System). Pada dasarnya sistem ROSY merupakan gabungan integral antara IR Jammer/ decoy dan pelontar granat asap.
FACTCHECK: Pada demonstrator yang dibawa Rheinmdtall ke Indonesia, anda bisa melihat ROSY di tiap sudut kubah. Terlihat modul kamera di sisi bawah, dan diatasnya terdapat pelontar granat asap yang disusun seperti kerang. Pada bagian depan, pelontar granat asapnya tersusun dua lapis.
(ket: SAS)
Untuk seluruh kru disediakan SAS (Situational Awareness System), yang menyediakan pandangan panoramik disekeliling tank berkat keberadaan kamera-kamera SAS. 
Problem deteksi terhadap ancaman jarak sangat dekat, yang biasanya muncul dari infantri yang membawa roket AT, adalah satu problem klasik yang dicoba untuk dipecahkan oleh Rheinmetall. Pembeli bisa mengkonfigurasikan pemasangan SAS, apakah mau memasang 2 atau 4 kamera.
Sebagai senjata sekunder untuk Revolution, Rheinmetall memasangkan sistem Qimek RWS yang memiliki bobot 200kg ke Revolution. Qimek bisa dipasangi berbagai macam senapan mesin, mulai kaliber 7,62mm, 12,7mm, sampai pelontar granat 40mm. Sistemnya sendiri dilengkapi dengan 6 pelontar granat asap otomatis sebagai tambahan, dan dapat dilengkapi sistem optik pilihan pengguna yang dipasang di sisi kanan rumah senjata.
FACTCHECK: Pada demonstrator Leo 2 tersebut, belum terlihat adanya RWS, tempatnya ditutupi dengan kotak. Mungkin saj` belum dipasang, atau ada pertimbangan lainnya sehingga tidak langsung dipasang. Yang jelas kita harus menunggu sampai hari-H pelaksanaan IndoDefense.
(ket: SEOSS)
Tidak lagi harus bergantung pada kendaraan scout untuk mencari target, Rheinmetall membekali Leopard 2 Revolution dengan sistem SEOSS (Stabilized Electro Optical Sighting System) yang distabilisasi pada 2 sumbu. 
Kehadirannya bisa dipergoki dari kubah silinder di sisi atas kubah, sebelah tengah agak ke kiri. Lokasinya lebih dekat ke pintu palka pengisi peluru, walaupun displaynya tetap disalurkan ke posisi komandan SEOSS menggantikan PERI R-17A2 sebagai optik standar. tidak ada resiko terhadap integritas lapisan baja kubah. 
Inti utama dari SEOSS adalah kamera IR Pasif Safir dan laser rangefinder dimana datanya bisa dipasok ke sistem kendali penembakan EMES. Safir memberikan kemampuan deteksi yang cukup jauh berkat fungsi zoom yang dimilikinya, dengan bidang pandang 15o pada jarak 800 meter dan 5o pada jarak 2.500 meter, serta elevasi dan depresi sampai 70o.
FACTCHECK: Pada demonstrator Leopard Ri, silinder SEOSS terlihat jelas berbentuk silinder tebal. Semoga pada varian yang dibeli Indonesia, SEOSS dipertahankan karena dapat menyokong peran hunter-killer antara penembak dan komandan.
Untuk membantu Leo 2 Revolution dalam menyanggong mangsa, Rheinmetall memasangkan APU (Auxillary Power Unit) besar berdaya 17 kW sehingga mesin diesel tidak perlu dinyalakan apabila Revolution sedang mengamati medan. APU tersebut cukup untuk mentenagai perputaran kubah atau sensor Saphir.
 
(Ket: Jendela kotak EMES-15, Fero-Z Auxillary sight, meriam utama, lubang senapan mesin koaksial)
Upgrade terbesar dari sistem Revolution adalah pencangkokan sistem elektrik untuk menggantikan sistem hidro-pneumatik pada sistem kendali penembakan EMES-15 untuk membuatnya lebih andal dan lebih tahan terhadap impak terhadap Revolution. Rheinmetall tidak memberikan perubahan banyak terhadap sistem analog dari EMES-15 dengan alasan biaya, namun pengalaman kru ditingkatkan dengan penambahan interface digital yang memudahkan pengoperasian. Sebagai contoh, pemilihan sistem munisi kini dilakukan melalui display LCD layar sentuh. Berkat sistem kamera baru yang dibenamkan juga untuk penemb`k, penembak dapat memilih tampilan display, mau layar kamera panoramik yang lebih besar, atau display retikula senjata
Terakhir, berbicara mengenai sistem manajemen pertempuran (BMS-Battlefield management System), Rheinmetall menyediakan sistem koordinasi antar tank sampai pada level Brigade yang kompatibel dengan sistem INIOCHOS. Sistem INIOCHOS yang sudah diadopsi oleh AD Jerman dan Yunani merupakan sistem BMS modular yang dapat menghubungkan tank dengan tank, tank dengan infantri, maupun tank dengan markas brigade, termasuk koneksi langsung dengan Combat Net Radio dan TDMA (Time Division Multiple Access).
Sumber : ARC

Tahap Awal TNI AD Membutuhkan 140 MBT


Kementerian Pertahanan sudah mendatangkan sejumlah tank berat, dan akan menjadi kebanggaan Indonesia. Untuk pertama kalinya Indonesia memiliki Main Battle Tank (MBT) Leopard, yang memiliki daya tempur nomor wahid di dunia.

Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Mayjen Ediwan Prabowo mengatakan, saat ini yang diperlukan TNI Angkatan Darat adalah 140 tank berat.


“Sekarang ini diperlukan 140 tank, yang dibutuhkan MBT. Kebutuhan MBT ini yang pertama kali yang dimiliki tank tempur Leopard, dan merupakan tank papan atas yang tak dapat diragukan lagi kemampuannya,” kata Ediwan, Senin (5/11/2012).


Seperti diketahui, MBT Leopard merupakan tank berat yang memiliki kapasitas tempur yang sempurna. Leopard yang diproduksi tahun 1985 oleh Jerman, dan mengalami pembaharuan dengan teknologi yang tercanggih. (Syariful/mon/WDA)


Tank Leopard Ditangani Sepenuhnya Oleh TNI AD

100 Tank Leopard pesanan TNI akan datang secara bertahap mulai tahun ini. Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mdngatakan, pengelolaan tank itu akan diserahkan kepada TNI AD selaku pengguna.

"Nanti akan ditangani oleh kesatuan angkatan darat. Karena nanti yang akan menggunakan adalah mereka," ujar Purnomo di Gedung Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (6/11).

Purnomo menjelaskan, penempatan tank itu juga diserahkan kepada TNI AD. "Tetapi ada koordinasi dengan Kemhan nanti," kata dia.

Selanjutnya, kata Purnomo, pemerintah telah memesan 100 unit tank dan 50 panser. "Saya kira itu cukup untuk menambah kekuatan angkatan darat," ucap dia.

Saat ini, tambah Purnomo, pemerintah telah menerima dua unit tank sebagai pesanan awal. "Ada dua jenis. Satu heavy metal tank, yang satunya medium metal tank," pungkas dia.
 
 
 
 
 
Sumber : RRI

Kopassus Semakin Humanis


 Komisi I DPR meminta Amerika Serikat (AS) tak lagi mendiskreditkan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sebagai korps yang kerap melanggar hak asasi manusia. Kopassus saat ini terus berbenah dan semakin humanis. "Bukan saja dari sisi kualitas, namun juga dari sisi pendekatan strategi. Kopassus sudah semakin merakyat," kata anggota Komisi I DPR, Susaningtyas Kertopati, di Jakarta, Minggu (4/11).

Pernyataan tersebut dinyatakan saat sejumlah anggota Komisi I bertemu dengan Senator AS dari Partai Republik, Richard G Lugar, dan Duta Besar AS, Scot Marciel. Dia meminta agar pihak AS juga mempertimbangkan untuk dapat bekerja sama dalam berbagai hal dengan Kopassus, termasuk latihan bersama dengan pasukan khusus AS.

Menurut dia, saat ini pendidikan di Kopassus sudah memasukkan kurikulum mengenai hak asasi manusia (HAM). "Bahkan Kopassus juga memiliki beberapa program sosial dan program penghijauan yang sangat populer," terang dia. Dubes AS, Scot Marciel, mengatakan bahwa saat ini AS sudah melihat perkembangan dan kemajuan dari Kopassus yang lebih humanis. 
Sumber : KoranJakarta

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...