Senapan serbu AK-47, adalah salah satu senjata yang paling berbahaya yang pernah ada. Selain tergantung di bahu tentara Rusia dan militer lainnya di dunia, AK-47 juga menjadi senapan favorit bagi pemberontak dan perompak Afrika, pengedar narkotika Kolombia, kriminal Amerika hingga jaringan teroris dunia. Senapan ini mudah digunakan dan tidak memerlukan perawatan khusus. Namun AK-47 telah membunuh manusia lebih banyak daripada bom atom. Bagaimana AK-47 yang simpel ini menjadi begitu populer dan mematikan?
AK-47 (Avtomat Kalashnikova 1947), adalah senapan serbu yang dirancang oleh Mikhail Kalashnikov, diproduksi oleh pembuat senjata Rusia IZhMASh, dan digunakan oleh banyak negara Blok Timur semasa Perang Dingin. Senapan ini diadopsi dan dijadikan senapan standar Uni Soviet pada tahun 1947. Jika dibandingkan dengan senapan yang digunakan semasa Perang Dunia II, AK-47 mempunyai ukuran lebih kecil, jangkauan lebih pendek, memakai peluru lebih kecil kaliber 7,62 x 39 mm, dan memiliki pilihan mode tembak.
Memang perang telah menjadi bagian penting dari sejarah manusia. Banyak dari mereka yang dibutakan oleh ambisi, tidak hanya itu beberapa dari mereka memanfaatkan perang untuk meraup keuntungan. Entah apakah hal ini yang mendasari Uni Soviet 66 tahun silam menciptakan senapan serbu yang laris manis ini. AK-47 termasuk salah satu senapan serbu pertama dan hingga kini merupakan senapan serbu yang paling banyak diproduksi.
Desain
Saat Perang Dunia II, Jerman menciptakan konsep senapan serbu. Konsep ini didasari pengalaman bahwa pertempuran modern lebih banyak terjadi pada jarak yang cukup dekat, yaitu sekitar 100 meter. Tenaga dan jangkauan peluru pada saat itu ternyata terlalu besar. Maka, Jerman mulai mengembangkan peluru dan senapan yang mempunyai sifat submachine gun (isi magazin banyak dan bisa menembak mode full-otomatis) dengan peluru yang jangkauannya hingga 300 meter. Dengan mempertimbangkan biaya produksi, ini dicapai dengan memendekkan peluru 7,92 x 57 mm Mauser menjadi ukuran 33 mm yaitu 7,92 x 33 mm Kurz (Kurz berarti pendek).
Hasil akhirnya, Sturmgewehr 44 (StG44), memang bukan senapan pertama yang menggunakan konsep ini; sebelumnya Italia dan Uni Soviet pernah merancang konsep yang serupa. Tetapi, Jerman adalah yang pertama untuk memproduksi massal senapan mereka. Jerman banyak menggunakan senapan baru mereka untuk menghadapi Soviet di Front Timur. Pengalaman Uni Soviet melawan Jerman inilah yang mempengaruhi doktrin Soviet pada tahun-tahun berikutnya.
Hasil akhirnya, Sturmgewehr 44 (StG44), memang bukan senapan pertama yang menggunakan konsep ini; sebelumnya Italia dan Uni Soviet pernah merancang konsep yang serupa. Tetapi, Jerman adalah yang pertama untuk memproduksi massal senapan mereka. Jerman banyak menggunakan senapan baru mereka untuk menghadapi Soviet di Front Timur. Pengalaman Uni Soviet melawan Jerman inilah yang mempengaruhi doktrin Soviet pada tahun-tahun berikutnya.
Seperti yang dilansir dari situs www.world.guns.ru, di akhir Perang Dunia II, Pemerintah Soviet menginginkan agar mereka memiliki sebuah senapan serbu dengan syarat ongkos produksinya murah, mudah digunakan, dan berdaya tahan tinggi. Akhirnya sayembara pun digelar.
Berdasarkan doktrin Soviet, Mikhail Kalashnikov mulai memikirkan desain senapannya sejak di rumah sakit, karena terluka saat pertempuran di Bryansk. Ia mendapat informasi bahwa sebuah senjata baru sedang dicari, untuk dipakaikan peluru 7,62 x 41 mm yang dibuat oleh Elisarov dan Semin pada 1943. Tapi kala itu, desain Kalashnikov kalah oleh desain Sudayev, yaitu PPS43.
Berdasarkan doktrin Soviet, Mikhail Kalashnikov mulai memikirkan desain senapannya sejak di rumah sakit, karena terluka saat pertempuran di Bryansk. Ia mendapat informasi bahwa sebuah senjata baru sedang dicari, untuk dipakaikan peluru 7,62 x 41 mm yang dibuat oleh Elisarov dan Semin pada 1943. Tapi kala itu, desain Kalashnikov kalah oleh desain Sudayev, yaitu PPS43.
Kalashnikov sangat terpengaruh oleh keandalan senapan serbu otomatis pasukan Nazi Jerman saat Perang Dunia II, Sturmgewehr 44. Dengan modal itu, serdadu infanteri Negeri Panser menghancurkan perlawanan Tentara Merah Soviet. Tanpa buang waktu, akhirnya Kalashnikov mengubah desain pertamanya setelah ia mempelajari StG44 Jerman pada tahun 1946. Dia mulai merancang senapan dengan ukuran kaliber 7.62x39mm dengan sistem pengoperasian gas dan selongsong berputar. Dia pun menggabungkan beberapa elemen unggul dari berbagai senapan lain masa itu, yakni bagian carbine mirip M1 Garand asal Amerika Serikat, mekanisme pengaman dari Remington Model 8, serta sistem kamar peluru dan gas dari Sturmgewehr 44. Karena hasil rancangannya cukup mengesankan, Kalashnikov lalu terpilih untuk memimpin sebuah tim desain senapan serbu.
Kalashnikov lalu menyerahkan desain itu kepada pabrik senjata IzhMash. Setelah beberapa kali uji coba dan dilakukan penyempurnaan, akhirnya senapan impian Soviet yang tangguh digunakan di kondisi berlumpur, basah, dan musim dingin hadir. AK-47 pun mulai diproduksi massal. Para penggunanya saat itu kebanyakan negara anggota Pakta Warsawa dan negara lain yang mendekat kepada blok kiri saat itu, termasuk Indonesia.
Kalashnikov lalu menyerahkan desain itu kepada pabrik senjata IzhMash. Setelah beberapa kali uji coba dan dilakukan penyempurnaan, akhirnya senapan impian Soviet yang tangguh digunakan di kondisi berlumpur, basah, dan musim dingin hadir. AK-47 pun mulai diproduksi massal. Para penggunanya saat itu kebanyakan negara anggota Pakta Warsawa dan negara lain yang mendekat kepada blok kiri saat itu, termasuk Indonesia.
Meskipun mirip, Mikhail Kalashnikov menyangkal bahwa desainnya dibuat berdasarkan StG44 Jerman. AK-47 lebih tepat dikatakan sebagai campuran dari inovasi-inovasi pada tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, mekanik AK-47 lebih mirip M1 Garand daripada senapan-senapan Jerman. Locking lugsganda, unlocking raceway, dan mekanisme pelatuk telihat mirip desain Amerika tersebut. Ini adalah hal yang wajar, mengingat bahwa jutaan M1 Garand telah sukses dipakai di segala penjuru dunia. Walau secara mekanis mirip dengan M1 Garand, konsep peluru, tata letak komponen, sistem gas, dan metode perakitan AK-47 jelas mirip dengan StG44.
Jeniusnya AK-47 adalah, bahwa desainnya paling tepat untuk produksi masal. Jadi AK-47 berhasil menggabungkan keunggulan M1 Garand dengan StG44, dan bisa diproduksi dengan cepat oleh Uni Soviet kala itu.
Fitur
AK-47 adalah senapan serbu sederhana, murah untuk diproduksi, mudah dibersihkan dan dirawat. Ketahanan dan kehandalannya terkenal legendaris. Piston gasnya yang besar, keleluasaan jarak pada bagian-bagian mekaniknya, dan desain pelurunya, membuat AK-47 bisa tetap menembak dengan lancar walaupun komponen dalamnya terisi kotoran atau benda asing. Namun kehandalan ini sedikit mengorbankan akurasi, karena toleransi yang besar pada bagian mekaniknya tidak menjamin ketepatan dan kekonsistenan yang terdapat pada senapan-senapan yang lebih akurat.
Bidikan belakang AK-47 bisa diatur, dengan setingan jarak yang selisihnya masing-masing 100 meter. Bidikan depan juga bisa diatur setingan elevasinya di lapangan. Dan setingan horizontal diatur di gudang senjata (arsenal) sebelum diberikan ke pemakai. Setingan bidikan standar diatur untuk menempatkan peluru beberapa cm di atas atau di bawah titik yang dibidik, pada jarak 250 meter. Setingan point-blankseperti ini dipakai agar penembak tidak perlu mengubah setingan alat bidik pada jarak dekat. Setingan seperti ini sama dengan yang digunakan untuk Mosin-Nagant dan SKS, agar memudahkan masa peralihan dan pelatihan.
Lorong laras dan kamar peluru, serta piston gas dan interior silinder gas AK-47 biasa dilapisi dengan krom untuk mencegah korosi dan karat. Dan ini sangat penting, mengingat amunisi pada abad ke-20 sering berisi unsur merkuri yang korosif, yang mengharuskan pembersihan secara rutin untuk mencegah kerusakan. Pelapisan krom pada bagian-bagian penting senapan sekarang sudah lazim pada senjata-senjata modern.
Bidikan belakang AK-47 bisa diatur, dengan setingan jarak yang selisihnya masing-masing 100 meter. Bidikan depan juga bisa diatur setingan elevasinya di lapangan. Dan setingan horizontal diatur di gudang senjata (arsenal) sebelum diberikan ke pemakai. Setingan bidikan standar diatur untuk menempatkan peluru beberapa cm di atas atau di bawah titik yang dibidik, pada jarak 250 meter. Setingan point-blankseperti ini dipakai agar penembak tidak perlu mengubah setingan alat bidik pada jarak dekat. Setingan seperti ini sama dengan yang digunakan untuk Mosin-Nagant dan SKS, agar memudahkan masa peralihan dan pelatihan.
Lorong laras dan kamar peluru, serta piston gas dan interior silinder gas AK-47 biasa dilapisi dengan krom untuk mencegah korosi dan karat. Dan ini sangat penting, mengingat amunisi pada abad ke-20 sering berisi unsur merkuri yang korosif, yang mengharuskan pembersihan secara rutin untuk mencegah kerusakan. Pelapisan krom pada bagian-bagian penting senapan sekarang sudah lazim pada senjata-senjata modern.
Keunggulan
Sementara itu, di belahan bumi lain, Amerika Serikat tidak mau ketinggalan membuat senjata andalan baru. Mereka menghadirkan M-16. Kedua senapan ini pun pernah saling berhadapan di berbagai medan tempur, utamanya setelah Perang Dunia II sampai sekarang.
Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh AK-47 ketimbang rivalnya M-16. Soal kecepatan peluru, daya tembus, energi tumbukan, daya tahan dan harga, senjata Rusia ini jagonya, namun untuk akurasi dan berat, M-16 lebih unggul.
Sementara itu, di belahan bumi lain, Amerika Serikat tidak mau ketinggalan membuat senjata andalan baru. Mereka menghadirkan M-16. Kedua senapan ini pun pernah saling berhadapan di berbagai medan tempur, utamanya setelah Perang Dunia II sampai sekarang.
Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh AK-47 ketimbang rivalnya M-16. Soal kecepatan peluru, daya tembus, energi tumbukan, daya tahan dan harga, senjata Rusia ini jagonya, namun untuk akurasi dan berat, M-16 lebih unggul.
Berbicara mengenai harga, kedua senapan itu memiliki perbedaan cukup jauh. AK-47 model standar bisa ditebus dengan harga satuan USD 160 setara Rp 1,4 juta. Sementara buat menebus satu buah M-16 paket komplit temasuk lensa pembidik dan asesoris lainnya, Anda harus merogoh kocek USD 1446 atau senilai Rp 13.5 juta.
Lantaran beberapa keunggulan ini, beberapa negara lain pun mencontek basis desain AK-47 guna mengembangkan senapan versi mereka sendiri. Beberapa senapan serbu itu antara lain Galil buatan Israel, Senapan Rk 62/76 dan Rk95 Tp buatan Finlandia, INSAS asal India, QBZ-95 dan Zastava M76 serta M77/82 buatan Yugoslavia, serta Norinco tipe 86S buatan China.
AK-47 memang digemari berbagai militer di banyak negara. Sejak masuk jalur produksi pada 1947, sudah lebih dari 75 juta jenis standar dan 100 juta tipe ubahan terjual. Sementara M-16 hanya diserap delapan juta pemakai. Benar-benar laris, sebanding dengan jumlah nyawa melayang tertembus lontaran peluru dari larasnya.
Upgrade
Seiring waktu berjalan, modifikasi pun dilakukan demi menyempurnakan performa AK-47. Selongsong senapan itu mulai dibuat dari bahan lebih ringan. Furnitur kayu sebagai popor dan genggaman di bawah laras mulai diganti dengan bahan polyurethane, lebih ringan dan kuat. Desainnya pun mulai disesuaikan dengan ergonomi tubuh. Biar lebih nyaman dipakai. Ruang peluru dan magazin pun mengalami ubahan agar lontaran peluru lebih cepat dan memuat lebih banyak selongsong.
Selain menjadi senapan serbu, basis AK-47 digunakan sebagai model dasar senapan runduk atau penembak jitu Rusia, VSK-94 dan SVD Dragunov.
Seiring waktu berjalan, modifikasi pun dilakukan demi menyempurnakan performa AK-47. Selongsong senapan itu mulai dibuat dari bahan lebih ringan. Furnitur kayu sebagai popor dan genggaman di bawah laras mulai diganti dengan bahan polyurethane, lebih ringan dan kuat. Desainnya pun mulai disesuaikan dengan ergonomi tubuh. Biar lebih nyaman dipakai. Ruang peluru dan magazin pun mengalami ubahan agar lontaran peluru lebih cepat dan memuat lebih banyak selongsong.
Selain menjadi senapan serbu, basis AK-47 digunakan sebagai model dasar senapan runduk atau penembak jitu Rusia, VSK-94 dan SVD Dragunov.
Tercatat beberapa negara yang membuat AK-47 dan variannya sendiri, antara lain Albania, Bulgaria, Jerman (Timur), Mesir, Hungaria, Irak, Myanmar, Korea Utara, China, Polandia, Rumania dan Yugoslavia. Namun berkali-kali pula Rusia mengatakan bahwa mayoritas produsen ini memproduksi AK-47 tanpa lisensi dari IZhMASh. Perusahaan IZhMASh sendiri baru mematenkan AK-47 pada tahun 1999, dan seharusnya dengan hak paten ini dapat mencegah produksi senapan yang tanpa izin.
Lalu bagaimana dengan Mikhail Kalashnikov? Apa yang terjadi dengan sang penemu AK-47 ini? Dia tidak memperoleh kekayaan dari AK-47. Sementara ia "membela" AK-47 nya, ia sangat menyayangkan dengan apa yang telah terjadi dengan mengatakan : "Saya bangga dengan penemuan saya, tapi saya sedih itu digunakan untuk teroris (pembantaian, kriminal dan kejahatan). Saya lebih suka menciptakan sebuah mesin yang bermanfaat bagi semua orang. (Misalnya) Sesuatu yang membantu pekerjaan petani - Misalnya, mesin pemotong rumput."
Mikhail Kalashnikov bisa dikatakan tidak pernah mendapat pendidikan dalam mendesain senjata. Ia hanya belajar dari pengalaman dengan mengambil bagian terbaik dari banyak senjata dan menggabungkannya dalam desainnya. Ak-47 telah banyak melalui uji coba, dan untuk setiap uji coba, Kalashnikov selalu membuat perbaikan.
Berbagai sumber
Berbagai sumber