Monday, June 03, 2013

Para menteri pertahanan akui Indonesia menonjol



Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan menteri-menteri pertahanan dari negara-negara sahabat yang menemuinya menghargai dan menghormati peran serta posisi menonjol Indonesia di Asia.
Purnomo telah mengadakan sedikitnya 14 pertemuan bilateral dengan sejumlah menteri pertahanan dan pejabat pertahanan dan keamanan di Singapura, Jumat dan Sabtu lalu di sela Pertemuan Tingkat Tinggi Keamanan ke-12 di Singapura.
Dalam forum yang juga dikenal The Shangri-La Dialogue (SLD) sejak 31 Mei hingga 2 Juni itu, Purnomo berbicara dalam sesi ketiga Sabtu siang bertema "Modernisasi Militer dan Transparansi Strategik" bersama dengan Menhan Australia Stephen Smith dan Menhan Inggris Philip Hammond.

Indonesia Naikkan Anggaran Pertahanan




1 Juni 2013, Singapura: Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan Pemerintah dan DPR sepakat untuk menaikkan anggaran pertahanan guna mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang itu.

"Kami yakin anggaran (pertahanan--red) akan tetap bahkan mungkin dinaikkan pada tahun-tahun depan," kata Purnomo dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Keamanan ke-12 atau Shangri-La Dialogue di Singapura, Sabtu.

Anggaran militer Indonesia mendapat prioritas rendah dengan alokasi rata-rata di bawah 1 persen dari PDB hingga 10 tahun setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi bahkan pada 2001 tercatat pengeluaran untuk militer 0,60 persen dari APBN, katanya.

Rudal Pertahanan Udara Indonesia



Di awal Januari tahun ini  mengemuka hasrat dari pimpinan pertahanan udara TNI-AU untuk membeli rudal pertahanan udara jarak menengah LY-80 buatan RRC. Sistem rudal pertahanan jarak menengah menjadi salah satu shopping list TNI-AU dalam skema MEF (Minimum Essensial Forces). Militer Indonesia tidak lagi memiliki rudal pertahanan udara yang andal selain era Bung Karno yang pernah membeli S-75 Dvina (SA-2 Guideline) buatan Uni Soviet pada dekade 1960-an. Rudal S-75 bisa menghajar sasaran udara sejauh 45 km setinggi 20 km dengan kecepatan 3,5 Mach. Pesawat mata-mata U-2 Lady Dragon AS yang melintas di atas Jawa Barat pernah dikuncinya namun tidak sampai ditembak. Rudal SA-2 kemudian tidak aktif seiring putusnya hubungan dengan blok komunis (Uni Soviet dan RRC).

Diam-diam, RI Rancang Pesawat Tempur Sejak 2010



Indonesia terus berusaha meningkatkan persenjataan militernya, termasuk juga membangung pesawat tempur sendiri. Saat ini Indonesia masih mengandalkan pembelian pesawat tempur dari Rusia yakni Sukhoi 30.

Vice President Corporate Communication PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Sonni Ibrahim mengatakan, sejak 2010 lalu Indonesia sudah mulai merancang pesawat tempur sendiri.

"Indonesia saat ini sudah memulai proses perancangan pesawat tempur. Proyek ini sudah dimulai sejak 2010 lalu," kata Sonni ketika ditemui detikFinance diacara Airshow The 12th Langkawi Internasional Maritime and Exhibition, Malaysia, Kamis (28/3/2013).

Seandainya Rudal S-300 Diakuisisi Indonesia..?

Iran yang mati-matian mendapatkan rudal anti-udara jarak menengah S-300 Rusia, begitu sulit mendapatkannya. Mereka harus memutar otak dan menggunakan negara ketiga untuk memperoleh S-300 tersebut. Sementara Indonesia justru sebaliknya. Dalam Indo Defence 2012 di Jakarta, pihak Rusia menawarkan berbagai jenis rudal anti-udara jarak menengah termasuk S-300.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...